Anda di halaman 1dari 4

Konsep Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan rasa aman dan nyaman :

Nyeri

A. Pengertian Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


Menurut dari teori Kolcaba. Kenyamanan merupakan suatu keadaan telah terpenuhi
kebutuhan dasar manusia Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transeden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).
Konsep kenyamanan memiliki subyektifitas yang sama dengan nyeri.

Kenyamanan meski dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu fisik
(berhubungan dengan sensasi tubuh), sosial (berhubungan dengan hubungan interpersonal,
keluarga, sosial), psikospiritual (berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan), dan lingkungan
(berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi,
temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya). Gangguan rasa nyaman adalah perasaan
kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
Kolcaba, Katharine (2003). Comfort theory and practice a vision for natic heath care and
research. New York: Springer Publishing Company.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman dan Nyaman


1. Usia
erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-
anak biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang
dapat menyebabkan cedera pada mereka. Sedangkan lansia umumnya akan
mengalami penurunan sejumlah fungsi organ yang dapat menghambat kemampuan
mereka untuk melindungi diri, salah satunya adalah kemampuan persepsi-sensorik.
2. Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam Risiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal di daerah yang tingkat kejahatan nya
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan, adanya akses
dengan obat-obatan berbahaya.
3. Mobilisasi dan status kesehatan
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki risiko untuk terjadinya cidera.
4. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
kemananan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium,
dan lihat, memiliki risiko tinggi untuk cicider
5. Tingkat kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh
dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami
gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau
setengah sadar, klien disorientasi, klien yung menerima obat-obatan tertentu seperti
narkotik, sedatif dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan pada stimulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung
lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
7. Kemampuan komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga berisiko untuk cidera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa,
dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang
berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang
khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya
cidera.
9. Faktor lingkungan Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat berisiko
menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja. Dan jalanan (Haswita &
Sulistyowati, 2017).
- Haswita, dan Reni Sulistyowati. (2017) Kebutuhan Dasar Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Media

C. Defini Konsep Dasar Nyeri


International association for Stusy of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang terlokalisasi
pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan
rasanya seperti ditusuk-tusuk,panas terbakar,melilit,seperti emosi,perasaan takut dan mual.

D. Penyebab Nyeri
1. Trauma
o Mekanik. Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan. misalnya akibat benturan, gesekan, luka, dan lain-lain.
o Panas.Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat
panas, misalnya karena api dan air.
o Kimiawi. Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
kuat.
o Elektrik. Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan, misalnya: abses
3. Trauma Psikologis
Nyeri yang disebabkan psikologis merupakan nyeri yang dirasakan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap psikis.

E. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi ( ringan
sampai berat ), dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Nyeri akut berdurasi
singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area
yang rusak pulih kembali ( Prasetyo, 2010).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu, nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan ( McCaffery, 1986 dalam Potter&Perry,
2005). Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri
kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton &
Hall, 2008). Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang dapat
meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan.

F. Patofisiologi Nyeri
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan tubuh yg
cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters). (histamine
dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat→ edema, kemerahan dan nyeri dan
menstimulasi pelepasan prostaglandins
2. Transduksi (transduction): perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, →
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal hom dari spinal cord→ ke otak melalui spinothalamic tracts →
thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic
System, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption): otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri→→ individu mulai
Menyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid → menghalangi menghambat transmisi
nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan
nyeri.

G. imbulkann Rasa Aman dan Nyaman :


1. Latihan Relaksasi Fisik
Yaitu contohnya dengan latihan relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas
dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi
merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami
nyeri kronis. Oleh karena itu mengapa dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan
metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus
nyeri.
2. Backrub
Kebutuhan rasa nyaman dan aman adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
setiap individu maupun suatu kelompok. Kebutuhan rasa nyaman yang dimaksud disini
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri mengingat nyeri merupakan keadaan
yang dapat memengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh Rasa tidak nyaman ini
ditunjukan dengan tanda dan gejala seperti ketika ada nyeri, pasien menunjukan
perilaku protektif dan tidak tenang, peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi,
peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan, diaforesis, wajah menyeringai, dan
prilaku distraksi, seperti menangis dan merintih. Prosedur keperawatan yang dapat
dilakukan yang dapat dilakukan yang berhubungan dengan kebutuhan rasa nyaman
nyeri dapat dilakukan dengan manajemen stres seperti teknik relaksasi otot progresif,
nafas dalam, guidded imagery, latihan fisik dan backrub. Yang dimana Backrub adalah
melakukan tindakan keperawatan dengan cara memberikan masasage pada klien
dengan memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada
otot tulang. Pemijatan ini pada punggung untuk memperlancar sirkulasi aliran darah dan
mengurangi nyeri. Backrub yaitu melakukan tindakan pemijatan pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah.
3. Pemeliharaan Lingkungan Pasien
Kebersihan ruang perawatan pasien merupakan salah satu komponen dalam
standar kewaspadaan, mutlak dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan pasien
selama masa perawatan dan menjalani pengobatan. Sangat penting sebagai seorang
perawat untuk membuat ruang perawatan pasien senyaman mungkin dengan mengatur
suhu ruangan, mempertahankan ventilasi yang cukup, menghindarkan dari bau yang
tidak sedap dan menjaga kebersihan serta menjaga kamar/ruangan tetap rapi dan
teratur sehingga membuat pasien akan merasa lebih nyaman dalam perawatan.
Lingkungan yang nyaman secara tidak langsung akan mempercepat pemulihan,
memudahkan perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien, mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi silang, menumbuhkan
kepercayaan dan kesan baik kepada pasien dan keluarganya maupun masyarakat
terhadap rumah sakit.
- Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman Nurarif A.H dan
Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis,

Anda mungkin juga menyukai