Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN DASAR

PADA Ny. A DENGAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI


KEPALA)

Di Ruang Bougenville RST dr. Soedjono

CI Pembimbing : Ns. Siti Anifah S. Kep

Disusun :

Vinka Meilina Putri

NIM 20101440119103

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2021
A. ANATOMI FISIOLOGI

Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya


rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin, yang tersebar padakulit dan mukosa, khususnya pada
vicera, persendian, dinding arteri, hati dan kadung empedu. Reseptor nyeri
dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan.
Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti bradikinin, histamin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri
terdapat empat proses tersendiri yaitu tranduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
1. Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen
menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls
nosiseptif.
2. Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju
otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif
dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis
medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron
spinal.
3. Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak
lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di
kornu dorsalis.
4. Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secaara potensial merusak.

B. PENGERTIAN
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya. Menurut beberapa ahli, nyeri diartikan sebagai
berikut.
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Wofl Weitzel Fuerst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang
bisa menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
mekanisme produksi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
4. Secara umum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan
emosional

C. TANDA - TANDA KEBUTUHAN TERPENUHI


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
(persepsi terhadap masalah kesehatan, memelihara kesehatan,
perilaku mencari pelayanan kesehatan dan sistem pelayanan
kesehatan)
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Antopometri (IMT)
Biochemical (px penunjang)
Clinical (defisiensi nutrisi)
Diet (asupan nutrisi, frekuensi makan, jenis makanan, porsi)
Balance cairan
3. Pola Eliminasi
a. BAB (frekuensi, konsistensi, warna, keluhan)
b. BAK (frekuensi, konsistensi, warna, keluhan)
4. Adanya penurunan/ hilangnya perasaan nyeri
5. Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
pasien
6. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengeluh
nyeri
7. Jam tidur terpenuhi

D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


 Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami
nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri.
Anak-anak juga mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan
dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut,
memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan
nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
 Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
misalnyamenganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
 Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang
tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis
seseorang. Dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogen sehingga terjadilah presepsi nyeri.
 Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun.
 Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
 Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat
perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang
serius.
 Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka
dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang
memiliki lokus kendali eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam
lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung
jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
 Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
 Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih
mudah di masa datang.
 Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan
dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan
namun kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
E. GANGGUAN KEBUTUHAN YANG TERJADI
1. Gangguan pola istirahat dan tidur
2. Turunnya nafsu makan
3. Depresi
4. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
5. Hipertermia
6. Masalah mobilisasi
7. Kejang

F. Faktor Risiko Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya, sakit kepala dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu sakit kepala yang tidak terkait pada penyakit lain
atau sakit kepala primer, dan sakit kepala akibat adanya penyakit lain atau
sakit kepala sekunder.

1. Sakit Kepala Primer

Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang tidak memiliki penyebab lain
di baliknya, melainkan murni disebabkan oleh adanya masalah dengan
struktur di kepala yang terlalu sensitif terhadap rasa sakit. Kondisi tersebut
juga melibatkan pembuluh darah, otot, saraf kepala, serta leher. Beberapa
contoh sakit kepala primer yang umum terjadi, antara lain:

 Sakit kepala tegang;


 Migraine;
 Sakit kepala cluster.

Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya sakit kepala primer, antara


lain:

 Gangguan pada otot leher dan kepala;


 Aktivitas kimia di otak.
 Pembuluh darah atau saraf.

2. Sakit Kepala Sekunder

Sakit kepala sekunder ini biasanya disebabkan oleh aktifnya saraf rasa
sakit di bagian kepala akibat adanya suatu penyakit. Penyebab umum sakit
kepala sekunder, antara lain:

 Flu.
 Infeksi telinga.
 Sinusitis.
 Masalah gigi.
 Konsumsi MSG yang berlebihan.
 Konsumsi makanan atau minuman yang terlalu dingin secara tiba-tiba.
 Perubahan hormon pada wanita setelah mengonsumsi pil KB.
 Menggunakan penutup kepala yang terlalu ketat.

Sedangkan penyebab sakit kepala sekunder, lainnya yang jarang terjadi,


antara lain:

 Gegar otak
 Aneurisma otak.
 Neuralgia trigeminal.
 Keracunan karbon monoksida.
 Serangan panik.
 Meningitis.
 Penyumbatan pembuluh darah di otak.
 Radang pada otak.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada
gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan hal utama
yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien
diperoleh dari anamnesis.
a. Identitas pasien dan penanggung jaawab
b. Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
3) Pola Eliminasi
4) Pola Aktivitas dan Latihan
5) Pola Istirahat dan Tidur
6) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
7) Pola Peran dan Hubungan
8) Pola seksual Reproduktif
9) Pola Persepsi dan Konsep Diri
10) Pola toleransi-koping Stres
11) Pola Nilai dan Keyakinan
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
3) Pemeriksaan Wajah
4) Pemeriksaan kepala, dan leher
5) Pemeriksaan thoraks/dada
6) Pemeriksaan abdomen
7) Pemeriksaan genetalia dan rektal
8) Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
9) Pemeriksaan ektremitas/musculoskeletal
10) Pemeriksaan fungsi pendengaran/penghidu/tengorokan
11) Pemeriksan fungsi penglihatan
12) Pemeriksan fungsi neurologis
13) Pemeriksan kulit/integument
14) Pemeriksaan penunjang/diagnostik medic
e. Tindakan dan terapi
1) Operasi
2) Rontgen/USG/BNO dll
3) Laboraturium
4) Obat – obatan
5) Diit dll
Pada kebutuhan keamanan, pengkajian menunjukkan pengelompokan
data yang mengidentifikasi klien mempunyai risiko keamanan yang
aktual atau potensial. Sedangkan pengkajian pada masalah nyeri
seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan.
Pengakajian dapat dilakukan dengan cara PQRST yaitu:
Pemacu, yaitu faktor yang mempengaruhi gawat/ringannya nyeri
Quality, dari nyeri, seperti rasa tajam, tumpul atau tersayat
Region, yaitu daerah perjalanan nyeri
Severity, adalah keparahan atau intensitas nyeri
Time, lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut beberapa contoh diagnosa keperawatan SDKI untuk risiko
keamanan dan kenyamanan:
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
dibuktikan dengan pasien mengeluh tidak nyaman
b. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma
perineum selama bersalin dan kelahiran dibuktikan dengan
pasien mengeluh tidak nyaman
c. Nausea berhubungan dengan gangguan pada esophagus
dibuktikan dengan keluhan pasien
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis/
kimiawi/ biologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
e. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf dibuktikan
dengan keluhan pasien
f. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin
dibuktikan dengan keluhan pasien
g. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan keluhan pasien
h. Risiko cedera berhubungan dengan terpapar pathogen
i. Risiko jatuh berhubungan dengan riwayat jatuh

3. Intervensi keperawatan
Pada klien yang mengalami gangguan keamanan. Perawat
merencanakan intervensi yang individual dengan berdasarkan beratnya
risiko yang dihadapi klien, tahap perkembangan, status kesehatan,dan
gaya hidup klien. Sedangkan untuk memberikan kenyamanan klien,
intervensi yang dilakukan adalah:
a. mengurangi dan membatasi faktoor-faktor yang menambah nyeri;
b. menggunakan berbagai teknik non invasif untuk memodifikasi
nyeri yang dialami
c. menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal,
sepertimemberikan analgesik sesuai dengan program yang
ditentukan.

Intervensi untuk pemenuhan gangguan rasa aman dan nyaman yaitu


menejemen nyeri dengan tindakan :

a. Observasi
 Identifikasilokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
kualitas,intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Ientifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
 Control lingkungan yang memerberat nyeri
 Fasiltasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meerdakannyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tgl. Pengkajian : 16 Maret 2021 No. Register : -
Jam pengkajian : 16.00 WIB Tgl. MRS : 13 Maret 2021
Ruang/kelas : Bougenville/III
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Gol. Darah :-
Alamat : Bakalan 04/02, Magelang

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.A
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Gol. Darah :-
Alamat : Bakalan 04/02, Magelang
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan pusing, lemas, dan mual
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien masuk RS TK II dr. Soedjono Magelang pada
tanggal 13 maret 2021 pasien mengatakan mual muntah
dirasakan 2 hari ini dan pasien lemas.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat gula
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit seperti ini.
d. Pola aktiivitas sehari-hari
1. Pola nutrisi
a. Makan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari
dengan porsi 1 piring habis.
Saat sakit : pasien mengatakan makan 4-5 sendok kali
sehari porsi makan dari RS.
b. Minum
Sebelum sakit : pasien mengatakan minum 7-8 gelas
perhari.
Saat sakit : pasien mengatakan minum 7 gelas.
2. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB lancar 1 hari 1
kali kadang-kadang 2 hari sekali
Saat sakit : pasien mengatakan BAB belum sejak
dirawat di RS.
b. BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 5 kali sehari
Saat sakit : pasien mengatakan BAK 5 kali sehari
3. Pola aktvitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas tidak dibantu
oleh keluarganya
Saat sakit : pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh
keluarganya
4. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur nyenyak 6 jam
perhari
Saat sakit : pasien mengatakan tidak nyenyak saat tidur
karena lemas, mual muntah, dan pusing
5. Pola persepsi sensori dan kognitif
Sebelum sakit : pasien mengatakan kemampuan sensasi
normal dan dapat mengingat orang-orang
Saat sakit : pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam
mengingat orang-orang
6. Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit : pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga dan orang-orang baik
Saat sakit : pasien mengatalan hubungan dengan
keluarganya baik
7. Pola toleransi – koping stress
Sebelum sakit : pasien mengatakan saat ada masalah tidak
langsung diceritakan ke keluarganya
Saat sakit : pasien mengatakan saat ada masalah
menceritakan ke keluarganya
8. Pola nilai dan keyakinan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sholat 5 waktu kadang
dirumah kadang di masjid
Saat sakit : pasien mengatakan sholat 5 waktu diatas tempat
tidur kadang masih dibantu keluarganya
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien : lemah
2. Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88 kpm
Suhu : 36ºC
Pernafasan : 20 kpm
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Mata : mata simetris tidak ada gangguan dalam
penglihatan
b. Hidung : tidak ada polip
c. Mulut : mulut lembab
d. Telinga : tidak terdapat serumen
4. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dan leher simetris tidak ada pembesaran tyroid
5. Pemeriksaan thorak/dada
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris , tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi ronkhi (-)
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi : terdengar bising usus 8 kpm
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Pasien berjenis kelamin perempuan
8. Pemeriksaan ekstermitas / muskuloskeletal
Normal
9. Pemeriksaan kulit / integument
Warna kulit pasien dominan coklat sawo
f. Pemeriksaan penunjang/dagnostik medik

` Leukosit : 8,700
Eritrosit : 3.9

Trombosit : 11.3

Haemoglobin : 34.0

Haematokrit : 345,000

Ureum : 50 mg/dL

Creatinin : 1.6 mg/dL

SGOT : 17 U/L

SGPT : 10 U/L

g. Terapi
1. Rontgen/USG/BNO
2. Laboraturium
3. Obat-obatan
4. Infus RL 20 tpm

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Agen pencedra Nyeri akut (D.0077)
- Pasien mengatakan fisiologis nyeri pada
pusing,lemas, mual kepala
dan mutah
- P : penyebab
lingkungan sekitar
- Q : nyut nyutan
- R : kepala
- S : skala 4
- T : sering
DO:
- Tekanan darah :
150/90 mmHg
- Nadi : 88 kpm
- Suhu : 36ºC
- Pernafasan : 20 kpm

DIAGNOSA

1. Nyeri akut pada kepala b.d agen pencedera fisiologis pusing, lemas, mual
dan mutah (D.0077)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tgl No.DX Tujuan dan Intervensi Ttd


criteria hasil
Selasa, 1 Setelah dilakukan Observasi vinka
16 tindakan - Identifikasi
Maret keperawatan lokasi,
2021 selama 2x24 jam karakteristi
diharapkan k, durasi,
tingkat nyeri frekuensi,
menurun dengan kualitas,
Rabu, 17 hasil : intensitas
Maret - Keluhan nyeri
2021 nyeri dari - Identifikasi
skala 1 skala nyeri
(meningka - Identifikasi
t) ke skala respons
5 nyeri non
(menurun) verbal
- Kesulitan Terapeutik
tidur dari - Berikan
skala 3 teknik non
(cukup farmakologi
meningkat s untuk
) ke skala mengurangi
5 rasa nyeri
(menurun) - Kontrol
- Frekuensi lingkungan
nadi dari yang
skala 1 memperber
(memburu at rasa nyeri
k) ke skala - Fasilitasi
4 ( cukup istirahat dan
membaik) tidur
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu
nyeri
- Anjurkan
menggunak
analgetik
secara tepat
- Anjurkan
teknik
nonfarmako
logis untuk
mengurangi
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik,
jika perlu

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl No.DX IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD


Selasa, 16 1 Memonitor tanda- S : Pasien Vinka
Maret tanda vital mengatakan mau
2021 17.09 dimonitor
wib keadaannya
S : Pasien
Mengajarkan cara mengatakan mau di
mengatasi nyeri monitor keadaannya
kepala dengan P : penyebab
teknik relaksasi lingkungan sekitar
nafas dalam Q : nyut nyutan
R : kepala
S : skala 4
T : sering
O : Pasien tampak
senang hati dan mau
dimonitor
Rabu, 17 S: vinka
Maret - Tekanan
2021 darah : 150/90
13.40 wib mmHg
- Nadi : 88 kpm
- Suhu : 36ºC
- Pernafasan :
20 kpm

O : Pasien mau
dimonitor
S : Pasien
mengatakan belum
tau cara
menghilangkan rasa
nyeri kepala untuk
mengatasi nyeri dan
merelaksasikan hati
supaya tenang dan
mengguranggi stres
O : pasien tanpak
senang dan bersedia

EVALUASI
No Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
kep.
1. Selasa, 16 1 S : Pasien mengatakan lebih vinka
Maret 2021 rileks
O : Klien tampak relaks
A : Masalah nyeri akut
berhubungan denganagen
pencedera fisiologis
Rabu, 17 P : Lanjutkan intervensi
Maret 2021

DAFTAR PUSTAKA
Rudi Fahrudin,dkk.2016.Keterampilan Kebutuhan Dasar Manusia 1.Jakarta
Timur : Pilar Utama Mandiri

Rohayati Edi. 2019. Kepreawatan Dasar 1. Jawa Barat : LovRinz Publishing

Kasiati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta Selatan : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervemsi Keperawatan : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai