Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA

NYAMAN

1. DEFINISI
Menurut Jordan Sue (2016), Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan
suasana pemenuhan kebutuhan yang dilakukan dengan tujuan menjaga agar tubuh
bebas dari kesalahan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan aman. Kenyamanan atau rasa
Nyaman ialah kedaan yang melibatkan rasa nyaman dan tentram yang merupakan
dasar rasa aman dan nyaman. Keadaan yang mampu merasakan ketentraman
dalam rasa nyaman setiap harinya atau merasa lega atau terpenuhnya kebutuhan.

Menurut Sutanto & Fitriana (2017) bahwa kebutuhan dasar akan rasa aman
nyaman adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari berbagai situasi yang
mengancam

Gangguan rasa nyaman nyeri merupakan suatu gangguan dimana perasaan


kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik ,
psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai
gejala dan tanda-tanda mengeluh mual sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya.

2. ETIOLOGI
Dalam buku standar diagnosis keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab
gangguan rasa nyaman adalah:
a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
g. Gangguan adaptasi kehamilan.

3. FAKTOR RESIKO
Faktor yang Mempengaruhi Nyeri menurut Haswita & Reni Sulistyowati (2017),
yaitu:
1. Usia
Usia merupakan factor penting yang mempengaruhi nyeri, khususya
pada anak-anak dan lansia. Perkmbangan, yang ditemukan antara lain
kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagimana anak-anak dan lansia
beraksi terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Umumnya tidak ada perbedaan secara signifikan mngenai jenis kelamin.
Namun, Wanita lebih sensitive merespon nyeri dengan cara menangis
daripada pria.
3. Kebudayaan
Hal ini meliputi bagaimana tingkat responsif terhadap nyeri dengan
makna dan sikap diberbagai kelompok budaya
4. Makna Nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda.
5. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyyeri dapat
mempengaruhipresepsi nyeri
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaam ansietas. Secara umum, cara yang efektif
untuk menghilngkakan nyeri adalah sengan mengarahkan pengobatan
nyeri ketimbang ansietas.
7. Pengalaman Terdahulu
Adanya pengalaman nyeri sebelumnyadan memngaruhi respons nyeri
pada klien. Contohnya, pada Wanita yang mengalami kesulitan,
kecemasan dan nyeri pada persalinan sebelumnya akan meningkatkan
respon nyeri
8. Gaya koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah
sakit adalah hal yan sangat tak tertahankan. Secara terus menerus klien
kehilangan kontrol sehingga tidak dapat mengontrol lingkungan
termasuk nyeri. Sumber koping lebih dari ssekitar metode Teknik.
Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-
anak, keluarga atau teman sehingga dapae menimalisir rasa nyeri dan
rasa kesendirian. Bisa juga dengan teknik melalui kepercyaan soerang
klien pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdoa,
memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi kektidanyamanan
seorang penderita.
9. Dukungan keluarga dan sosial
Orang-orang yang sedang mengalami keadaan nyeri sering bergantung
pada kelurga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Kehadiran
orangtua/orang terdekat merupakan salah satu teknik yang efektif
khusu untuk anak-anak maupun orang dewasa dalam menghadapi nyeri
yang di derita.

4. PATOFISOLOGI DAN PATHWAY CLINIC


Menurut Haswita, Reni Sulistyowati (2017) adanya nyeri menagkibatka
rangsangan respon otonom simpatis dan parasimpatis respon simpatis akibat
nyeri seperti peningkatkan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,
peningakatan pernafasan, meningkatkan tegangan otot, dilatasi pupil, wajah
pucat, diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat,
berakibat tekanan darah turun nadi, mual dan muntah, kelemahan, kelelahan,
dan pucat.
Stimulus ini yang menimbulkan keruskan jaringan hingga pengalaman emosional
dan psikologis dan menybabkan nyeri, terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan
kimiawai yang kompleks, yaitu tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

5. TANDA GEJALA
 Gangguan tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan menghindari nyeri
 Raut wajah kesaktian (menangis, merintih)
 Perubaan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Tekanan nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 Depresi
 Merintih/meringis
 gelisah
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan


abdomen agar tidak terjdi nyeri mual.

b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.


c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.

d. CT-Scan (cidera kepala) mengidentifikasi adanya SOL hemoragit


menentukan pergeseran jaringan otak

e. EKG untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung


apabila ada nyeri dibagian dada

a. PENATALAKSANAAN
1. Teknik Masase
Tindakan kepetawatan dengan cara memberikann masase pada klien
dalam memnuhi kebutuhan rasa nnyaman (nyeri) pada daerah nyeri
superfasial pada bagian eksternal. Tindakan masase Inihanya untuk
membantu mengurangi rangsangan nyeri akiabt terganggunya
sirkulasi.

 Lakukan masase dengan menggunakn telapak tangan dan jari beri


tekanan secara ringan, kemudian lakukan Gerakan selang-seling
(tekanan pendek, cepat, dan bergantian tangan) menggunakan telapak
tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan , dilakukan jika
terjadi nyeri di pinbgggang.

 Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan bila nyeri


terjadi pada daerah sekitar bahu

 Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri


terjadi di daerah pounggung dan pinggang.

 Teknik Petrisasi dengan menekan ounggung secara horizontal


 Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari,
digunakan pada akhir masase daerah pinggang.

 Melakukan peregangan sebelum beraktifitas untuk menghindari


nyeri tekan pada persendian

2. Teknik Latihan pengalihan


 Menonton televisi
 Berbincang-bincang dengan orang lain
 Mendengarkan Musik

3. Teknik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menrik napas dalam dan mengisi paru-
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambal terus berkonsentrasi hingga dapat
rasa nyaman, tenang, dan rileks.
 Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
 Menggosok punggung
 Menggunakan air hangat dan dingin
 Memijat dengan air mengalir
b. KOMPLIKASI
a. depresi
b. Kejang-kejang
c. Masalah Mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Hipoksia
g. takikardi

h. Gangguan pola istirahat dan tidur


i. Cendrung menghindari suatu hal /kegiatan yang menyebabkan rasa
sakit
j. Tidak mampu untuk membantu dan orang lain tidak memahami

k. Konsentrasi yang buruk dan memori jangka pendek

l. Perasaan kehilangan dalam hidup, tidak memiliki arah.

K. konsentrasi yang buruk dan mengalami memori jangka pendek


I.diagnosa keperawatn yang berubung dengan Kesehatan
A. Gangguan rasa nyaman (D.0074), berhubungan dengan gejala penyakit.
(Kategori: psikologis, subkategori: Nyeri dan Kenyamanan, Hal.162)
B. Nyeri akut (D.0077) bergubungan dengan pencendara fisisologis. (kategori:
psikologis, subkategori: nyeri dan kenyamanan. Hal: 172)
J. TINDAKAN KEPERATAN
A. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
 Manajemen kenyamanan lingkungan (I.08237)
B. Nyeri akut (D.0077)
 Manajemen nyeri (I.08238)
K. INDIKASI
Nyeri akut dapat terjadi tiba-tiba tetapi biasanya berlangsung sebentar saja tergantung
pada keparahan kondisi dan lokasi luka atau nyeri penderita, seperti patah tulang,
operasi, kecelakaan, luka bakar, dan Latihan fisik berlebihan
L. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi yang dialami penderita nyeri akut menyebabkan respon tubuh meliputi
aspek fisiologis dan psikologis, merangsang respon otonam simpatis dan parasimpatis
akibat nyeri seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan
pernafasan, meningkatakan ketegangan otot, wajah pucat, tampak meringis yang
berlangsung secara cepat.
II. KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan,
pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data
utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun emosional
(Debora, 2013).
Menurut A.Aziz Alimul H. (2009) pengkajian pada masalah nyaman nyeri
yang dapat dilakukan adalah mengkaji Riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi
nyeri, intensittas nyeri, kualitas, dan waktu serangan dengan cara PQRST:
 P (pemacu), yaitu faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya nyeri
 Q (quality) dari nyeri, seperti apkah rasa tajam,tumpul, atau tersayat,
 R (region) daerah perjalanan kontraksi nyeri
 S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri klien
 T (time) adalah lama waktu kontraksi atau frekuensi nyeri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah
gangguan rasa nyaman, berikut ini:
 Gangguan rasa nyaman (D.0074), berhubungan dengan gejala
penyakit dan ditandai dengan: mengeluh tidak nyaman, dan
gelisah. Kategori: psikologis, subkategori: Nyeri dan Kenyamanan,
Hal.162
 Nyeri Akut (D.0077), berhubungan dengan pencendera fisiologis
dan ditandai dengan: mengeluh nyeri, tampak meringis, dan
gelisah . Kategori: psikologis subkategori: nyeri dan kenyamanan,
Hal.172

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh
perawat, atau suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara
klinis dan pengetahuan perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome
pasien atau klien. Perencanaan keperawatan mencakup perawatan langsung serta
perawatan tidak langsung. Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk
oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).
1. Diagnosa
Resiko NYERI AKUT dibuktikan dengan keluhan tidak nyaman (D.0077).
Luaran utama Keperawatan

Setelah dilakukan Tindakan rasa nyaman keperawatan selama 3×24 jam maka
diharapkan gangguan status kenyamanan (L.08064) klien dapat menurun dengan
kriteria hasil:
a. Keluhan tidak nyaman menurun(5)
b. Mersakan keadaan gelisah menurun (5)
c. Keluhan rasa lelah (5)
d. Mengalami keluhan merintih pada kondisi tertentu menurun (5)
Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Monitor feel saming penggunaan analgetik

Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
hypnosis, akuprsur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingi, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri(mis, suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredamkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
- Ajaarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu

RESIKO GANGGUAN RASA NYAMAN (D.0074)

C. IMPLEMENTASI
Implmentasi merupakan tahap keempat dalam proses asuhan keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya fisik dan prosedur tindakan, mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya
fisik dan prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat
perkembangan pasien , dalam tahan pelaksanaan, terdapat dua tindakan yaitu
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi. (Jitowiyono 2012)

D. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapain tujuan keperawatan dinilai dan kebutahan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Jitowiyono 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Khoiriyah, Y. (2019). HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN RASA AMAN


DAN RELIGIUSITAS DENGAN KEPUTUSAN MEMAKAI JILBAB SYAR’I
PADA DEWASA AWAL DI KOMUNITAS HIJAB SYAR’I LAMPUNG
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Anda mungkin juga menyukai