Diusulkan Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing Klinik RS Pembimbing Akademik
Mahasiswa
A. Pengertian Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2015). Stroke
hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik
dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Artiani, 2016). Stroke non hemoragik merupakan proses
terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin, 2015).
B. Etiologi Stroke
1. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan odem dan kongesti di sekitarnya.
2. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau
ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi.
3. Hipoksis umum
b) Henti jantung-paru
4. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah Spasme arteri serebral,
yang disertai perdarahan subaraknoid dan Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
C. Patofisiologis
Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial
menyebabkan herniasi otak. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.P
erubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2015).
b) Kesulitan penglihatan perifer Kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak menyadari obyek atau
batas obyek.
2. Defisit Motorik
a) Hemiparese
b) Ataksia, yaitu berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
3. Defisit Verbal
a) Afasia Ekspresif, yaitu tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
b) Afasia Reseptif, yaitu tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak
masuk akal.
c) Afasia Global, yaitu kombinasi baik afasia ekspresif dan afasia reseptif
4. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan
lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, alasan abstrae buruk, perubahan
penilaian.
5. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, penurunan toleransi
pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
perasaan isolasi.
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke menurut Tarwoto (2016)
adalah sebagai berikut:
1. Head CT Scan
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik, perdarahan intraserebral dan perdarahan
subarakhnoid.Pemeriksaan ini sudah harus dilakukan sebelum terapi spesifik diberikan.
2. Elektro Kardografi (EKG)
Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial fibrilasi, MCI (myocard infark) cukup
tinggi pada pasienpasien stroke.
3. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya stenosis atau oklusi, keadaan kolateral
atau rekanalisasi. Juga dapat dimintakan pemeriksaan ultrasound khususnya (echocardiac) misalnya:
transthoracic atau transoespagheal jika untuk mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
1) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
2) INR, APTT
3) Serum elektrolit
4) Gula darah
b) Pemeriksaan khusus atau indikasi
G. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai
berikut (Muttaqin, 2015) :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi,
kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki
hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah
posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan- latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
7. Pengobatan Konservatif
a) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada
tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan. Hasil dari pengkajian
adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam terkumpulnya data,
sehingga proses ini sangat penting dalam akurasi data yang dikumpulkan. Data yang
terkumpulkan meliputi : Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (test
diagnostik, laboratorium)
1. Riwayat kesehatan.
2. Data umum pasien Data umum pasien yang perlu dikaji diantaranya nama, umur, jenis
kelamin, agama, alamat rumah, pekerjaan, riwayat pendidikan, pola komunikasi, status
emosi : ekspresi wajah, riwayat pengobatan : obat-obatan yang pernah diberikan (nama,
penggunaan, dosis, berapa lama), keadaan setelah pengobatan, alergi obat dan makanan,
pelayanan kesehatan : puskesmas, klinik, dokter praktek.
3. Keluhan utama
4. Riwayat kesehatan yang lalu
5. Riwayat keluarga.
6. Pemeriksaan Fisik
7. Tanda vital
8. Status mental
D. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai tujuan. Kegiatan dalam
implementasi meliputi pengumpulan data berkelanjutan, observasi respon pasien, serta menilai
data baru. Selain itu, perawat harus mendokumentasikan setiap tindakan yang telah diberikan
kepada pasien (Kozier B, 2010).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Reeder, 2011). Perawat melaksanakan evaluasi sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut Hidayat, A.(2015)
yaitu:
1. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai dengan kriteria yang telah di
tetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau
penyebabnya.
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,Jakarta, EGC.
Hidayat A. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk Brunner dan Sudarth. Jakarta:EGC)
Hidayat, A.A.A. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Mutaqqin A. 2015. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyrafan.Jakarta:Salemba
Medika
Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan,Jakarta : Salemba
Medika
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.Jakarta: EGC)
Rasyid. 2007. Buku ajar Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :ECG Yayasan StrokeIndonesia.
Stroke Non Hemoragik. Jakarta. 2011
WOC
(Mutaqqin,2015)