Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK 1
CHF (GAGAL JANTUNG KONGESTIF)

Dosen Pembimbing:
Ns. Ervina Lili Neri, M.Kep

Clinic Instruktur:
Warisya Miftah Amanda, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh:
Daffa Syaidil Adha
I1031211024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung
gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun
tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat
aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009)
didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi
tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi
(Aspani, 2016).

B. ETIOLOGI
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai
berikut : (Aspani, 2016)
1. Disfungsi miokard
2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
a) Volume: septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
b) Tekanan: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
c) Disaritmia
3. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
4. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-


Bedah, gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
2. Aterosklerosis coroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
3. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri.
4. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung.
C. FAKTOR RESIKO
Beberapa orang dapat berpotensi untuk mengalami resiko penyakit
gagal jantung. Faktor tersebut antara lain:
1. Serangan jantung
Penderita yang telah mengalami serangan jantung pastinya
memiliki luka akibatnya, kekuatan jantung untuk berkontraksi
menjadi memelamah atau berkurang.
2. Diabetes
Penyakit ini meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit
arteri koroner
3. Memiliki Riwayat penyakit katup jantung
Akibat terganggunya fungsi katup jantung maka darah
menjadi sulit untuk dimpompa dengan baik keseluruh rubuh.
Sehingga penderita yang mengalami gangguan penyakit katup
jantung akan beresiko tinggi terkena gagl jantung
4. Memiliki riwayat penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi)
5. Memiliki berat badan berlebih (obesitas)
6. Memiliki riwayat gangguan detak jantung
Penderita yang memiliki detak jantung yang abnormal,
terutama ketika berdetak kencang, dapat membuat otot jantung
menjadi lebih lemah dan beresiko terjadi gagal jantung kongestif
(CHF).

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah
dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung.
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan
perfusi organ vital normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme ini gagal, maka volume yang harus menyesuaikan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah
yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah
satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium Karenna
terganggu aliran ke otot jantung.

PATHWAY GAGAL JANTUNG KONGESTIF


(CHF)
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis penyakit gagal jantung kongestif (HCF), dapat
terjadi dari umur, beratnya gagal jantung. Penyakit gagal jantung memiliki
2 bagian jantung kanan dan jantung kiri dan manifestasi klinis bergantung
pada jantung bagian mana yang terjadi komplikasi, sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
a) Kongesti pulmonal: dispnea (sesak), batuk, krekels paru,
kadar saturasi oksigen menurun
b) Dispnea saat beraktifitas, ortopnea, dispnea nocturnal
paroksimal
c) batuk kering dan tidak berdahak
d) sputum berbusa dan berwarna pink (darah)
e) perfusi jaringan yanf tidak memadai
f) oliguria (penurunan urin)
g) gangguan pencernaan, pusing sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat
2. Gagal jantung kanan
a) Edema ekstremitas bawah
b) Distensi vena leher dan escites
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar ( hati)
d) Anorexia dan mual
e) Kelemahan

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


MASALAH KESEHATAN
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan hambatan
pola nafas. (Kategori: Fisiologis), Subkategori: Respirasi)
2. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan pencedera fisiologis.
(Kategori: Psikologis, Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan)
3. Intoleransi aktifitas (D.0056) berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
(Kategori: Fisiologis, Subkategori: Aktifitas/istirahat)

G. INTERVENSI DAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
 Manajemen jalan nafas (I.010011)
 Observasi:
- Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
 Terapuetik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curig trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi
- Kolaboras pemberian, bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

2. Nyeri akut (D.0077)


 Manajemen nyeri (I.08238)
 Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri nonverbal
 Terapeutik
- Berikam Teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredamkan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

3. Intoleransi aktifitas (D.0056)


 Manajemen energi (I.05178)
 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
 Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang aman dan rendah stimulus
- Lakukan Latihan rentang gerak
- Berikam aktifitas distraksi yang menenangkan
 Edukasi
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meingkatkan
asupan makanan
H. FASE ORIENTASI
Fase Orientasi :
1. salam dan tersenyum kepada pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Melakukan validasi pasien (nama, ttl, dan alamat pada gelang
pasien)
4. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
5. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan
6. Menjelaskan dan menjaga privasi klien

Salam terapeutik :
1. “Selamat pagi Ibu/Bapak”
2. “Baik Ibu/Bapak, perkenalkan nama saya Erja Natha Adit Pratama
dari Mahasiswa Keperawatan UNTAN yang akan bertugas dari
jam 7 siang hingga jam 2 nanti”
3. “Sebelumnya, kalau boleh tau nama Bapak/Ibu siapa?, umur
Bapak/Ibu berapa?, dan alamatnya dimana?”
4. “Disini saya akan melakukan edukasi mengenai bahaya merokok
dan saya juga akan memberikan edukasi tentang Teknik napas
dalam sehingga Bapak/Ibu dapat menjaga kesehatan secara
mandiri”
5. “Kontrak waktunya 15 menit, apakah Bapak/Ibu bersedia?”
6. “Saya bantu untuk menutup pintu dan gorden ya Bu/Pak

Evaluiasi dan Validasi :


Menanyakan keadaan pasien dan mengevaluasi tindakan sebelumnya (jika
ada) “Bagaimana keadaan bapak/ibu sekarang? Apakah perasaan
bapak/ibu sudah membaik dari sebelumnya? Sebelumnya ibu/bapak sudah
menerapkan Teknik pernapasan dalam ?, bagaimana perasaan bapak/ibu
setelah menerapkan Teknik pernapasan dalam?

Kontrak :
“Baik Pak/Bu, kita akan melakukan kontrak waktu terlebih dahulu,
konttrak waktu 10 menit saja ya Pak/Bu.mohon maaf apakah Ibu/Bapak
bersedia?”

Fase kerja :
“Sebulumnya saya disini akan ingin menkonfirmasi bahwa saya
memberikan bapak/ibu teknik pernapasan dalam yang bertujuan untuk
membantu bapak/ibu dalam teknik bernapas dengan perhatian yang lebih
terpusat dan penuh. Cara bernapas ini bisa memberikan banyak manfaat
untuk Kesehatan bapak/ibu. Dengan latihan yang rutin dan teratur,
bapak/ibu dapat menguasai teknik pernapasan dalam dengan lebih baik
dan memperoleh banyak manfaat darinya”
Baik bapak/ibu, kita bisa memulai Teknik relaksasi nafas dalam dengan
menarik nafas dengan dalam melalui hidung kemudian ditahan beberapa
saat, dan hembuskan dengan tenang melalui mulut”
“kegiatan ini akan kita lakukan kurang lebih selama 10 menit”
“sebelum memulai apakah ada yang ingin ditanyakan?”
“baik bapak/ibu kita akan memulai kegiatannya”

Terminasi :
1. Menyimpulkan kegiatan
2. Memberikan evaluasi subjektif dan objektif
3. Menentukan rencana tindak lanjut
4. Menentukan kontrak waktu

Evaluasi subjektif dan objektif :


1. “bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kegiatan tadi dilakukan ?”
2. “bisakah bapak/ibu menyebutkan Kembali tujuan dan manfaat dari
kegiatan yang telah dilakukan?”
3. Perhatikan kondisi klien dan ekspresi klien selama kegiatan dan
setelah kegiatan

Rencana Tindak Lanjut :


-“baik bapak/ibu jika terasa sesak bapak/ibu bisa mengulang Kembali
kegiatan yang telah kita lakukan secara mandiri”

Kontrak yang Akan Datang :


“Baik bapak/ibu bagaimana besok kita berbincang-bincang lagi mengenai
manjemen bersihan jalan nafas dan kegiatan yang telah kita lakukan?
Bagaimana jika kita lakukan diruangan ini lagi dalam waktu yang sama?

Anda mungkin juga menyukai