Oleh:
Hansen Syahputra Gultom
2112B048
C. Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke. Beberapa faktor juga dapat
meningkatkan kemungkinan anda terkena serangan jantung. Faktor resiko stroke
antara lain Faktor Resiko Gaya Hidup
a. Kelebihan berat badan dan obesitas
b. Aktivitas fisik
c. Konsumsi alkohol
d. Pengguanaan obat – obatan terlarang, seperti kokain dan methamphetamine
1. Faktor Resiko Medis
a. Tekanan darah tinggi. Risiko stroke meningkat jika tekanan darah lebih tinggi
dari 120 / 80 mmHg
b. Merokok atau menjadi perokok pasif
c. Kolestrol tinggi
d. Diabetes
e. Sllep apnea atau gangguan tidur
f. Penyakit kardiovaskuler
2. Faktor –Faktor Lain :
a. Riwayat keluarga stroke, serangan jantung atau TIA
b. Berusia 55 ke atas
c. Suku bangsa. Orang afrika – amerika memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke
dari pada ras lain.
d. Jenis kelamin. Pria memiliki risiko stroke lebih tinggi dari pada wanita, namun
wanita lebih mungkin untuk meninggal karena stroke dari pada pria. wanita juga
memiliki risiko terkena stroke dari penggunaan pil KB atau terapi hormone, serta
dari kehamilan dan persalinan (Safitri, 2016).
D. Manifetasi klinis
a. Tiba – tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
b. Tiba – tiba hilangnya rasa peka
c. Bicara cedal atau pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan pengelihatan
f. Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu(Nurarif dan Kuksuma 2015)
E. Patofisiologi
Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka akan terjadi
seragkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai ditingkat selular,
berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama
serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron.
b. Penatalaksanaan medis
1) Trombolitik (streptokinase).
a) Anti platelet (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol).
b) Antikoagulan (heparin).
c) Hemorrhage (pentoxyfilin).
d) Antagonis serotonin (noftidrofurly).
e) Antagonis calsium (nomodipin, piracetam).
2) Penatalaksanaan khusus atau komplikasi
a) Atasi kejang (antikonvulsan).
b) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemid,
intubasi, steroid dll).
c) Atasi dekompresi (kraniotomi).
3) Untuk penatalaksanaan faktor resiko : atasi hipertensi (anti hipertensi), atasi
hiperglikemia (anti hiperglikemia), atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia
2. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota
gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat
kesadaran.
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas
ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis,
status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
d. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak, makanan
apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung garam,
santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan klien.
2) Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum yang mengandung alkohol.
3) Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu konstipasi
karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan,
warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami inkotinensia
urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
2) Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus (nervus II), gangguan
dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV)
dan gangguan dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
3) Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius (nervus I).
4) Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya kesulitan dalam
menelan.
5) Dada
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau hemiparase,
mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
2. Diagnosa Keperawatan
a. perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah
ke otak
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan mucus berlebihan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis (misalnya:
tumor otak, penurunan sirkulasi ke otak, sistem muskuluskoletal melemah).
f. Resiko integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (misalnya daya gesek,
tekanan imobiltas fisik)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jln. Teratai, Sanga – Sanga
Diagnosa : Stroke Non Hemoragik
Sumber Informasi : Langsung dari istri pasien
No. Register : 1110 90
Kelemahan anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan Riwayat Kesehatan Sekarang Pada
tanggal 31-07-2022 pasien berobat ke Puskesmas dan langsung dirujuk ke RSUD. pasien
masuk IGD dengan keluhan tidak dapat menggerakan anggota tubuh bagian kanan dan bibir
pelo di IGD pasien diobservasi selama 4 jam, kemudian dari IGD pasien di masukkan ke
ruang perawatan Stroke Center dengan keluhan yang sama. Pada tanggal 01-08- 2022 saat di
kaji keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapat menggerakan anggota tubuh sebelah
kanan dan berbicara tidak jelas .
B. Pemeriksaan Fisik:
Kesan umum/ Keadaan umum Compos Mentis
Tanda - tanda vital :
TD: 180/100mmHg
N: 89 x/menit
RR: 20 x/menit
S: 36,2 oC
Spo2: 99%
TB : 164 cm
BB : 57 kg
Bentuk kepala oval,Warna rambut hitam , warna kulit sawo matang, dan kulit kepala bersih
tidak ada lesi. Mata lengkap dan simetris, tidak ada pembengkakkan pada kelopak mata, dan
kornea mata keruh. Konjungtiva anemis, sclera mata tidak ikterus, dan pupil isokor.
Ketajaman mata pasien kabur dan tidak ada nyeri tekan pada bola. Tidak ada cuping hidung,
tidak ada sekret dan tulang hidung/ septum nasi simetris tidak ada polip. Bentuk telinga
simetris kanan dan kiri, ukuran berukuran sedang, ketegangan telinga elastis, dan Lubang
telinga tidak ada serumen. Keadaan bibir pasien kering, keadaan gusi tidak ada lesi dan gigi
terdapat karies, keadaan lidah kotor, langit langit terlihat bersih dan tidak ada peradangan.
Posisi trachea simetris, tidak terdapat pembesaran di tiroid, suara pasien tidak terdengar jelas
dan normal, tidak ada pembesaran kelenjar lympe, tidak ada pembesaran vena jugularis, dan
teraba denyutan nadi karotis.
Thorak/Dada/punggung:
Pemeriksaan paru– paru, pada saat inspeksi thorak tidak berbentuk simetris kanan dan kiri
dan pasien tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, palpasi taktil premitus getaran paru
kanan dan kiri sama pada saat pasien mengucapkan 77, perkusi terdengar suara sonor dan
pada saat melakukan auskultasi terdengar suara nafas vesikuler, suara ucapan terdengar jelas
saat berbicara. Pemeriksaan jantung, pada saat melakukan inspeksi tidak ada pulsasi. Perkusi
batas jantung berada di ICS II line sternal kiri-ICS II line sternal kanan, pinggang jantung
berada di ICS IV line sterna kanan dan apeks jantung berada di ICS IV line sterna kanan. Saat
melakukan auskultasi bunyi jantung I Bunyi tunggal, irama regular, terdengar keras (lub) dan
bunyi jantung II : saat didengar / auskultasi terdengar Bunyi tunggal, irama regular, terdengar
keras (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan.
Abdomen:
Pada saat melakukan inspeksi bentuk abdomen membusung, tidak ada benjolan pada
abdomen dan tidak ada bayangan pembuluh darah. Pada saat melakukan auskultasi terdengar
bising/peristaltik usus : 14 x/menit. kemudian melakukan palpasi tidak terdapat nyeri tekan di
daerah antara ulu hati dan pusat, tidak ada benjolan / masa, tidak ada pembesaran hepar, tidak
ada nyeri pemebesaran lien dan dan pada saat perkusi terdengar suara abdomen terdengar
tympani dan tidak ada asites
Kelamin dan sekitarnya:
Pubis merata dan terdapat hemoroid di lubang anus
Muskuloskeletal:
Otot pasien simetris, tidak ada udema pada pasien, kekuatan otot kanan 5/5 dan kiri 3/3, tidak
ada kelainan pada punggung, ekstermitas dan kuku.
Integumen :
Pasien tampak bersih, akral pasien teraba dingin, warna kulit pasien sawo matang, turgor
kulit kembali dalam
Neurologis:
Pemeriksaan saraf
I : Pasien dapat membedakan bau.
II : Pasien tidak dapat melihat dengan jelas. III : Pasien dapat mengikuti gerakan pensil ke
kanan dan ke kiri. IV : Pasien dapat melihat ke bawah dan ke samping. V : Pasien dapat
menggerakkan rahang. VI : Pasien dapat melihat ke kanan dan ke kiri. VII : Pasien dapat
merasakan makanan. VIII : Pasien dapat mendengar dengan jelas. IX : Pasien dapat
menguyah. X : Pasien dapat menelan. XI : Pasien dapat menggerakkan kepala. XII : Pasien
dapat mengeluarkan lidahnya. Fungsi motorik pasien bernilai 3 dapat melawan grafitasi tetapi
tidak dapat melawan tahanan pemeriksa. Fungsi sensorik pasien baik dan normal, pasien
dapat merasakan sentuhan kapas, rangsangan nyeri dengan jarum, panas dan dingin. Reflek
fisiologis tricep (+) dan bicep (+), kemudian reflek patologis babinsky (+).
Keamanan Lingkungan:
Total skor penelitian risiko pasien jatuh dengan skala morse adalah pasien dalam kategori
resiko
Status Mental:
Kondisi emosi atau perasaan pasien tenang dan stabil. Orientasi pasien dapat berkomunikasi
tetapi kalimat tidak jelas
C. Pemeriksaan Penunjang:
D. Terapi:
Ringer Laktat 20 tpm Ranitidin 50 mg,CPG 75g ,Vit B ,Aspar K ,Amlodipin 10g,Micardis
80mg,Atorvastatin 20mg
E. Klasifikasi data
F. Analisa Data
2 Gangguan Setelah 2.1 Monitor Dapat diketahui 09.20 Memonitor Pasien berbicara
Komunikasi dilakukan kecepatan, kerusakan kecepatan, tekanan, tidak jelas,perlahan.
Verbal tindakan tekanan, komunikasi kuantitas, volume,
b.d Gangguan keperawatan kuantitas, verbal dan diksi bicara
Neuromuskuler selama 3x24 volume, dan
(D.0119) jam, diharapkan diksi
DS: klien dapat bicara Dapat diketahui
- Pasien bicara melakukan 2.2 Monitor faktor penyebab
pelo pergerakan fisik frustasi, penghambat 09.25 memonitor frustasi, Pasien kadang
DO: dengan kriteria marah, marah, merasa kesal karena
- Bicara pasien hasil : depresi, atau depresi, atau hal lai perkataannya sulit
tidak jelas, 1. Menggunakan hal lai yang yang dimengerti.
- Pasien terlihat bahasa tertulis, mengganggu mengganggu bicara
sulit lisan, atau bicara
mempertahankan nonverbal. 2.3
komunikasi 2. Pengenalan Identifikasi Dapat diketahui 09.30 mengidentifikasi Pasien menggerakan
- Pasien terlihat terhadap pesan perilaku perilaku perilaku emosional tangan atau
sulit yang diterima emosional emosional dan dan fisik sebagai menunjuk sebagai
menyusun kalimat 3. Bertukar dan fisik gerakan fisik bentuk bentuk komunikasi
TD: pesan sebagai yang membantu komunikasi
180/100mmHg secara akurat bentuk komunikasi
N: 89 x/menit dengan orang komunikasi
RR: 20 x/menit lain 2.4 Ajarkan mengajarkan pasien Pasien terlihat
T: 36,2 oC pasien dan Agar proses 09.35 dan keluarga mengikuti instruksi
Spo2: 100% keluarga penyembuhan proses kognitif, perawat
proses dapat berjalan anatomis, dan
kognitif, dengan baik fisiologis yang
anatomis, dan berhubungan
fisiologis dengan kemampuan
yang berbicara
berhubungan
dengan
kemampuan
berbicara
3 Resiko Jatuh b.d Setelah 3.1 Untuk 09.40 Mengidentifikasi Pasien berusia lanjut
Kekuatan Otot dilakukan Identifikasi mengidentifikasi faktor resiko jatuh masuk kedalam
Menurun tindakan factor resiko faktor resiko pasien resiko jatuh
(D.0143) keperawatan jatuh jatuh
DS : - Pasien selama 3x24 3.2 Hitung 09.45 Menghitung resiko
mengatakan jam, diharapkan resiko jatuh Agar diketahi jatuh dengan Pasien masuk dalam
anggota gerak klien dapat dengan nilai resiko jatuh menggunakan skala skor resiko tinggi >4
sebelah kanan melakukan menggunakan (mis. fall morse
tidak bisa di pergerakan fisik skala (mis. scale)
gerakakkan - dengan kriteria fall morse
Pasien hasil : 1. Klien scale) 3.3 09.50 Mengorientasikan Pasien dan keluarga
mengatakan tidak jatuh 2. Orientasikan Agar keluarga ruangan pada mengetahui ruangan
aktivitasnya harus Klien dapat ruangan pada dan pasien pasien dan keluarga rawatnya
di bantu DO : - berdiri dan jalan pasien dan mengetahui
Pasien terlihat seimbang keluarga lingkungan
adanya gangguan dengan pasien sekitarnya
keseimbangan dan menggunakan 3.4 Pasang 09.55 Memasang handrail Handrail tempat
gangguan alat bantu handrail Dapat membantu tidur pasien
mobilitas - Total berjalan tempat tidur. meningkatkan terpasang
skor penelitian keamanan dari
risiko pasien jatuh resiko jatuh
dengan skala
morse adalah
pasien dalam
kategori resiko -
Pasien tampak
terlihat lemas 5 0
50
Hari/
CATATAN DX Jam
PERKEMBANGAN implementasi evaluasi
Tanggal
TN.S/SNH/111090/62 Tahun
Selasa/02 Dx 1 08.00 -mengkaji kebutuhan ADL S: Pasien mengatakan
agustus 2022 08.20 -memandikan pasien, membantu aktivitasnya dibantu
ADL pasien oleh orang lain
08.40 -mengukur tanda-tanda vital O: - Pasien terlihat
10.00 -inj ranitidin lebih segar dan rapi -
TD : 160/100mmHg N
: 83 RR : 20x/i T :
36,5C
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
sebagian
P: Pertahankan
Intervensi
Dx 2 08.50 -memonitor volume dan diksi S: Pasien mengatakan
09.00 bicara paham dengan pesan
-mengajarkan pasien untuk yang di sampaikan
berbicara secara perlahan perawat
O: Pasien terlihat
mengikuti anjuran
perawat
A: Masalah gangguan
komunikasi verbal
belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dx 3 08.45 -mengidentifikasi ulang resiko S: -
10.05 jatuh O: Pasien terlihat aman
-memasang handrail setelah dipasang
handrail
A : Masalah resiko
jatuh teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
Rabu/ 03 Dx 1 08.00 -mengajarkan pasien ROM S: Pasien mengikuti
agustus 2022 08.10 -Mengukur tanda-tanda vital dan kooperatif saat di
09.00 -inj ranitidin ajarkan latihan ROM
09.10 -memandikan pasien O : - Pasien terlihat
09.40 -membantu pasien BAB &BAK bersih dan rapi -
Pasien terlihat mulai
mandiri - TD :
160/100mmHg N :
85x/i RR : 19 T : 36,0
C - Kekuatan Otot
1/5/1/5
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
P : Pertahankan
Dx 2 08.20 -memonitor volume dan diksi intervensi
bicara pasien
08.30 -menganjurkan pasien untuk bicara S : -
perlahan O: Perawat
08.40 -mengulangi apa yang dibicarakan mengulangi kembali
oleh pasien apa yang di katakana
oleh pasien
A: Masalah gangguan
komunikasi verbal
Dx 3 08.20 -mengkaji resiko jatuh belum teratasi
08.25 -menurunkan tinggi tempat tidur P : Lanjutkan
pasien intervensi
08.55 -memberikan posisi nyaman semi
fowler S: Pasien mengatakan
09.15 -memasang handrail nyaman tempat
tidurnya di rendahkan
O: - Pasien terlihat
nyaman - Pasien
terlihat aman setelah di
pasang handrail
A: Masalah resiko
jatuh teratasi
P : Pertahankan
intervensi
Kamis/ 04 Dx 1 16.30 -mengkaji aktifitas harian pasien S: Pasien mengatakan
aguatus 2022 16.35 -membantu memandikan pasien badannya lebih segar
16.40 -membantu pasien bak setiap habis
17.00 -melakukan personal hygiene dimandikan
perawatan genetalia O: Pasien terlihat lebih
segar dan rapi
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
P : Pertahankan
intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Rio Nurdiansyah. 2013. Penyebab Mortalitas Pada Pasien Stroke Fase Akut di
RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011-Desember 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37942/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 11 Oktober 2016.
Dosen keperawatan Medikal bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
– Bedah : Diagnosa NANDA – 12015 Intervensi NIC hasil NOC. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi Dan
klasifikasi 2015 – 2017. Jakarta : EGC
Simangunsong, Dedy Kristofer. 2011. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Stroke di RSU
Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30235/3/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 11 Oktober 2016.
WHO. 2010. Fact Sheet: The Top Ten Causes of Death. 12 September 2016.
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf diakses pada tanggal 8 Oktober
2016.