Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan kesehatan secara keseluruhan menempatkan stroke sebagai

penyebab kematian nomor dua di dunia dan urutan ke tiga sebagai penyebab

kecacatan.Stroke terjadi karena kematian pada sel otak yang disebabkan

kekurangan suplai oksigen ke otak ketika aliran darah ke otak terhambat karena

putus atau pecahnya arteri di otak. Di negara berkembang 70% kasus stroke

menyebabkan kematian dan 87% menyebabkan kecacatan. Stroke terutama

memberi dampak yang besar pada individu diusia produktif (Jhonson

dkk.,2016).Sekitar 85% dri angka kejadian stroke disebabkan oleh stroke iskemik

(Sepriani dkk., 2014).

Di Indonesia angka kejadian stroke sebesar 10,9% dari total kasus

penyakit tidak menular angka ini meningkat 7% dari hasil RISKESDAS 2013

kasus untuk wilaya Sulawesi Tengah kejadian stroke menempati urutan ke 19 dari

seluruh provinsi (RISKESDAS 2018).Kejadian stroke tidak lepas dari adanya

faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang.Faktor risiko yang dapat menimbulkan

stroke salah satunya adalah hipertensi.Hipertensi merupakan faktor resiko

potensial pada kejadian stroke. Sebuah penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit

Solo selatan pada tahun 2013 oleh Dinata dkk mendapatkan hasil 82,3% pasien

stroke dengan faktor risiko hipertensi.

1
2

Penanganan hipertensi pada pasien stroke merupakan hal yang sangat penting

untuk dilakukan dalam pencegahan terjadinya stroke berulang atau komplikasi

vaskuler lainnya.(Weber dkk 2014).Penatalaksanaan faktor risiko hipertensi yang

kurang tepat pada keadaan darurat neurovaskular dapat meningkatkan risiko

kerusakan otak dan saraf (Celin dkk., 2012, Weber dkk., 2014).Terapi

farmakologi pada kasus stroke iskemik meliputi pemberian terapi antikoagulan,

antiplatelet, antihipertensi,vasodilator, vasopressor, dan terapi tambahan untuk

penyakit penyerta lain (Miscbach dkk.,2011).

Melihat dari banyaknya terapi yang diberikan serta tingginya prefalensi

faktor risiko hipertensi pada pasien stroke iskemik, menjadi latar belakang

dilakukannya penelitian ini untuk melakukan evaluasi penggunaan antihipertnsi

pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Anutapura Palu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, memberi dasar bagi peneliti untuk

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa prevelensi ketepatan penggunaan obat antihipertensi pada pasien

stroke iskemik di Rumah Sakit Anutapura Palu?

2. Apasaja jenis obat antihipertensi yang digunakan pada pasien stroke iskemik

di Rumah Sakit Anutapura Palu?


3

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat gambaran penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke

iskemik di Rumah SakitAnutapura Palu.

2. Untuk mengetahui jenis obat antihipertensi apa saja yang digunakan pada

pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Anutapura Palu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi

pengalaman tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian secara baik

dan benar terutama tentang obat antihipertensi pada pengobatan pasien stroke

iskemik.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan obat dan penggunaan jenis

obat antihipertensi pada pasien stroke iskemik.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. STROKE ISKEMIK

1. Definisi Stroke iskemik

stroke iskemik adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala

hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang

cepat (dalam detik atau menit) (Lionel, 2007). Stroke dapat menyebabkan

kerusakan, baik di otak maupun sumsum tulang belakang akibat tidak

normalnya suplai darah (Caplan, 2009).Mekanisme vaskular yang

menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu adanya

iskemik (pendarahan) dimana pembuluh darah pecah, dan mengalirkan darah

ke otak dan area extravascular diantara cranium (Caplan, 2009).Stroke

iskemik disebabkan oleh dua mekanisme utama, yaitu adanya fenomena

embolik.(Caplan, 2009).

2. Etiologi stroke iskemik

a. Thrombosis : iskemik jaringan serta udem dan bendungan sekitar thrombus

muncul pada saat pasien sedang tidor/istrahat.

b. Emboli : dapat berupa serpihan-serpihan darah yang beku, tumor,

lemak/udara

c. Ateroskelosis : penumbukan lemak.Hiperkoagulabilitas darah, peningkatan

kadar platelet, thrombosis.

4
5

3. Patofisiologi Stroke Iskemik

Penyebab utama stroke iskemik adalah thrombus dan emboli yang seringkali

dipengaruhi oleh penurunan perfusi sistemik.Thrombus disebabkan oleh

kerusakan pada endotel pembuluh darah, dapat terjadi baik di pembuluh

darah besar (large vessel thrombosis), maupundi pembuluh darah lacunar

(small vessel thrombosis).Kerusakan ini dapat mengakibatkan dan

melekatkan platelet pada permukaan endotel tersebut, kemudian membentuk

bekuan fibrin.Penyebab terjadinya kerusakan yang paling sering adalah

aterosklerosis (aterotrombotik) (Fagan & Hess, 2008).

4. Pengobatan Stroke Iskemik

a. Terapi Non Farmakologi

Pembedahan pada pasien stroke iskemik biasanya jarang dilaukan.Dalam kasus-

kasus tertentu pada edema serebral iskemik dikarenakan adanya infark yang

besar, craniectomy dilakukan untuk melepaskan tekanan yang

meningkat.Dalam kasus pembengkakan yang signifikan terkait dengan infark

serebelar, dekompresi bedah dapat dilakukan.Selain dengan pembedahan,

perawatan stroke yang menggunakan metode rehabilitas telah terbukti sangat

efektif dalam mengurangi kecacatan akibat serangan stroke iskemik. (Dipiro

et al.,2008).
6

b. Terapi Farrmakologi

Farmakoterapi stroke iskemik untuk penanganan akut, obat pilihan pertama

adalah alteplase 0.9 mg/kg iv (max 90 kg) sampai 1 jam pada pasien terpilih,

dalam onset 3 jam. Pilihan kedua yaitu aspirin 160-325 mg/hari dimulai

dalam 48 jam setelah onset. Sebagai alternative, digunakan alteplase dengan

dosis bervariasi intra arteri, hingga 6 jam setelah onset pada pasien terpilih.

5. Faktor Resiko Stroke Iskemik

Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko yang

tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah atau dapat

dimodifikasi. Stroke disebabkan oleh keadaan iskemik atau proses hemoragik

yang seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah

arteri. Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya peningkatan usia dan

jenis kelamin laki-laki. (Laksmi Asanti. 2010).

Faktor-faktor resiko untuk terjadinya stroke sebagai berikut : (Sjahrir, 2009).

a. Faktor risiko gaya hidup :

1. Berat badan

2. Tubuh yang tidak aktif bergerak

3. Sering dan banyak mengkonsumsi alkohol

4. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin.

b. Faktor risiko medis :

1. Tekanan darah yang tinggi

2. Perokok aktif maupun yang terpapar asap rokok


7

3. Kolesterol yang tinggi

4. Diabetes

5. Sleep apnea (Gangguan tidor, di mana tingkat oksogen secara perlahan

berkurang jumlahnya selama malam hari)

6. Penyakit jantung

c. Faktor dengan lainnya yang berhubungan risiko yang tinggi :

1) Memiliki sejarah pribadi atau keluarga yang mengalami kondisi ini, serangan

jantung, atau stroke ringan

2) Berumur di atas 55 tahun

3) Jenis kelamin. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan

perempuan. Perempuan biasanya terkena kondisi ini pada usia lanjut, dan

lebih rentan terhadap kematian akibat penyakit ini dibandingkan laki-laki.

Selain itu, perempuan juga, memiliki risiko dari penggunaan Pil KB atau

terapi hormone yang termasuk estrogen, juga dalam kondisi kehamilan dan

melahirkan.

6. Tanda-tanda & gejala stroke iskemik

Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang

satu sisi bagian tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24

sampai 72 jam. Gejala yang biasa termasuk :

a. Sakit kepala tiba-tiba


b. Kehilangan keseimbangan, bermasalah dengan berjalan
c. Kelelahan
d. Kehilangan kesadaranatau koma
8

e. Vertigo dan pusing


f. Penglihatan yang buram dan menghitam
g. Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi bagian tubuh di wajah, tangan, kaki
h. Adanya masalah dengan berbicara dan pendengaran.
7. Penatalaksanaan Stroke Iskemik

Tujuan terapi adalah memulihkan perfesi ke jaringan otak yang mengalami

infark dan mencegah serangan stroke berulang. Terapi dapat menggunakan

Intravenous recombinant tissue plasminogen (rtPA) yang merupakan bukti

efektifitas dari trombolisis, obat antiplatelet dan antikoagulan untuk

mencegah referfusi pada pasien stroke iskemik.

8. Golongan Obat Stroke Iskemik.

Secara umum obat untuk mengontrol hipertensi terbagi atas beberapa

golongan :

a. Intraveneous recombinant tissue plasminogen (rtPA) :adalah obat yang

melarutkan gumpulan darah, dan termasuk meracik ke dalam pengobatan

trombolitik.

b. Obat antiplatelet digunakan untuk mengobati penyakit jantung. Obat ini

adalah kelompok obat kuat yang mencegah pembentukan gumpalan darah.

Obat-obatan yang digunakan pada golongan obat ini yaitu :

1) Aspirin

2) Clopidogrel

c. Antikoagulan :adalah zat ditambahkan ke dalam darah dengan tujuan untuk

menghambat atau mencegah proses pembentukan pembekuandarah dengan


9

cara mengikat atau meng-ion kalsium dam membuat pembentukan thrombin

dan protombin. Contoh golongan obat ini yaitu :

1) Heparin

2) Warfarin

3) Penghambat faktor Xa

9. Hubungan hipertensi dan Stroke Iskemik

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh untuk

kejadian stroke.Efek jangka panjang dari peningkatan tekanan darah yaitu

kerusakan dinding arteri atau pecahnya pembuluh darah karena menepisnya

dinding pembuluh darah, maka resiko terkena stroke semakin besar. Hasil

penelitiian yang dilakukan oleh kahairatunnisa 2017 di RSU H.Sahudin

Kutacane Aceh tenggara memperlihatkan bahwa pasien yang menderita

stroke memiliki risiko 6,18 kali dengan hipertensi dibandingkan dengan yang

tidak stroke. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kabi di Rawat Inap

neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kondow menunjukan hasil 65,4% kejadian

stroke iskemik lebih banyak pada orang-orang yang memilki riwayat

hipertensi (Kaharunissa dan Dian, 2017; Kabi dkk.,2015).

Hipertensi memiliki efek besar pada struktur pembuluh darah otak.Faktor

mekanik, saraf, dan humoral, berkontribusi terhadap perubahan struktur

dinding serebrovaskular, yang dapat menyebabkan oklusi arteri dan cederah

iskemik.Peningkatan aliran darah otak (ADO) yang disebabkan oleh aktivasi

otak menurun pada pasien hipertensi. Studi eksperimental dan klinis telah

menunjukan bahwa hipertensi menyebabkan baik batas bawah maupun atas


10

autoregulasi dari aliran darah otak bergeser ke arah tekanan yang lebih tinggi,

yang merupakan predisposisi penderita hipertensi untuk hipoperfusi serebral

dan mengkin iskemik. (Guang YJ, Zhou RR, 2011).

10. Anatomi Fisiologi system saraf pusat stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan (trombotik atau wmbolik)

pembuluh darah arteri otak. Penyumbatan pembuluh darah dapat

mengganggu aliran darah ke bagian tertentu otak, sehingga terjadi deficit

neurologis yang disebabkan oleh hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh

bagian otak tersebut, thrombus arteri dapat desebabkan oleh satu atau lebih

penyebab, antara lain abnormalitas dinding pembuluh darah (penyakit

degeneratif, inflamasi atau trauma) yang tersusun dari endotel menyebabkan

aktivitas platelet dan terjadi pelekatan platelet membentuk bekuan fibrin.

Bekuan fibrin ini akan menghambat bahkan membantu jalur darah sehingga

dapat menyebabkan infark jaringan yang berkembang menjadi stroke

iskemik. Emboli bias timbul baik dari intra atau ekstrakranial (termasuk arkus

aorta), atau seperti pada 20% kasus stroke iskemik berasal dari jantung.

Emboli kardiogenik terjadi jika pasien memiliki fibrilasi atrium (denyut

jantung tidak teratur), kelainan katup jantung atau kondisi lain dari jantung

yang dapat menyebabkan gumpalan (Fagan dan Hess,2014).


11

Gambar 1.1Stroke Iskemik (Ikawati, 2009).

11. Penanganan Antihpertensi

Dalam penanganan hipertensi, para ahli umumnya mengacu kepada

guideline-guideline yang ada.Salah satu guideline terbaru yang dapat

dijadikan acuan dalam penanganan hipertensi di Indonesia adalah guideline

Joint National Committee(JNC) 8 yang dipublikasikan pada tahun

2014.Guideline JNC 8 ini disusun berdasarkan kumpulan studi-studi yang

sudah dipublikasikan mulai dari januari 1966 sampai dengan agustus 2013.

Kriteria studi periode januari 1996 sampai desember 1999 yang dimasukkan

ke dalam bahan pembuatan guideline ini adalah : (Kabi dkk, 2015)

a. Desain studi acak terkontrol

b. Pasien hipertensi berusia > 18 tahun


12

12. Diagnosa Stroke Iskemik

Sebagai langka awal diagnosis, dokter bertanya kepada pasien atau anggota

keluarga pasien tentang beberapa hal, yang meliputi :

a. Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pasien

lakukan ketika gejala tersebut muncul.

b. Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi

c. Apakah pasien pernah mengalami cederah dibagian kepala.

d. Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga pengidap terkait

penyakit jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke.

Kemudian, dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien secara keseluruhan,

yang biasanya diawali dengan memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan

bunyi bising abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan

stetoskop, dokter juga bias merekomendasikan ppemeriksaan lanjutan, seperti

tes darah, CT scan, MRI, elektrokardiografi, USG Doppler karotis, dan

ekokardiografi. (Sjahjrir, 2009)


13

B. RUMAH SAKIT

1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Permenkes Nomor 56 Tahun 2014, Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan

gawat darurat.

2. Tugas Rumah Sakit

a. Tugas Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kesehatan Indonesia No.

44/B/MENKES/PER/II/2009,setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit

kepada masyarakat ;

b) Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya;

d) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

e) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin;

f) Melaksanakan fungsi sosial;


14

g) Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

h) Menyelenggarakan rekam medis;

i) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita

menyusui, anak-anak, lanjut usia;

j) Melaksanakan sistem rujukan;

k) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi

dan etika serta peraturan perundang-undangan;

l) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien;

m) Menghormati dan melindungi hak pasien;

n) Melaksanakan etika Rumah Sakit;

o) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

p) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional;

q) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

r) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit;

s) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas

Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan

t) Memberlakuan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.
15

b. Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan

1. Rumah Sakit Kelas A

Merupakan rumah sakit yang memiliki fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik yang bersifat spesialistik luas dan subspesialistik luas

dengan kapasitas ≥ 1000 tempat tidur dan merupakan rumah sakit

rujukan tertingi.

2. Rumah Sakit Kelas B I

Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialistik luas dan belum ada subspesialistik dengan

kapasitas antara 300-500 tempat tidur.

3. Rumah Sakit Kelas B II

Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik terbatas dengan

kapasitas antara 500-1000 tempat tidur.

4. Rumah Sakit Kelas C

Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialistik dasar yaitu penyakit dalam, bedah,

kebidanan dan kesehatan anak dengan kapasitas antara 100-300 tempat

tidur.

5. Rumah Sakit Kelas D

Merupakan Rumah Sakit yang mempunyai kemampuan sekurang-

kurangnya pelayanan medik dasar, dengan kapasitas ± 100 tempat

tidur.
16

3. Rumah Sakit Anutapura Palu

a. Sejarah Rumah Sakit Anutapura Palu

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu adalah milik Pemerintah Kota

Palu, dengan status Kelas B, sudah mengalami tiga kali perubahan

Struktur Organisasi, dari Rumah sakit Umum Daerah Anutapura kemudian

menjadi Rumah Sakit Umum Kota Palu dan yang digunakan sampai

sekarang adalah Rumah Sakit Umum Anutapura. Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu sebagai rumah sakit Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) sejak 1 Januari tahun 2009 disamping itu RSU Anutapura dinilai

telah berhasil menciptakan inovasi perbaikan dalam upaya meningkatkan

kinerja penyelenggaraan pelayanan dan masuk dalam kelompok Predikat

Baik oleh sebab itu Rumah Sakit Umum Anutapura diberikan penghargaan

berupa Piagam PRATAMA”CITRA PELAYANAN PRIMA” berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 354 tahun 2010 tanggal 5 November 2010

yang diserahkan langsung oleh WAPRES.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu didirikan sejak zaman penjajahan

belanda tahun 1922, tepatnya dijalan Sultan Hasanuddin dengan status

Balai Pengobatan dan dibangun atas swadaya masyarakat dan masih

ditangani oleh beberapa tenaga paramedis perawatan. Setelah

diproklamirkan kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 diambil oleh PEMDA

Tingkat II Donggala dan ditangani langsung oleh dokter dan tenaga

perawat, karena adanya penegmbangan wilayah daerah yang dijadikan


17

sentral pertokoan sampai saat ini, maka rumah sakit dipindahkan ke lokasi

sekarang, tepatnya di jalan Kangkung No. 1 kota Palu.

RSU Anutapura Palu dibangun pada tanggal 22 Februari 1980. Yang

mana pembangunannya rampung pada tanggal 31 Agustus 1980,

kemudian pada tanggal 4 April 1981 Rumah Sakit Umum Anutapura

diresmikan oleh menteri Kesehatan RI dengan Kategori Rumah Sakit tipe

D. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 009-

L/MENKES/KES/I/1993 tanggal 9 januari 1993, maka Rumah Sakit yang

dahulu bernama Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura ditetapkan

sebagai rumah sakit kelas C, pada tanggal 20 juni 2007 RSU Anutapura

ditetapkan sebagai “RSU kelas B sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 733/SK/2007” dan seiring dengan peningkatan penyelenggaraan

tugas pemerintah, pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan bertanggung

jawab di kota Palu, maka kemudian terbitlah Peraturan Daerah Kota Palu :

18 tahun 2002 beralih status menjadi Badan Rumah Sakit Umum

Anutapura Palu yang berlangsung selama 5 tahun dan berakhir tahun

2006.

Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Anutapura Palu telah mengalami

pergantian pimpinan sebanyak 9 (Sembilan) Direktur, yaitu :

1. dr. Roby

2. dr. Victor

3. dr. Raisul Ma’rif


18

4. dr. Merdy Corry Kumaat, MHA

5. dr. Heru Budianto, SH, MM

6. dr. Abdullah, DHSM.,M,Kes

7. dr. Reny A Lamadjido.Sp,PK

8. dr. Farida H. ingolo, M.Kes

9. dr. Ruslan Ramlan Ramli, Sp.S (Sampai sekarang)

Rumah Sakit Anutapura Palu, berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI nomor : HK.00.06.3.5.232 tanggal 3 Pebruari 2006 mendapat

pengakuan “Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar” atas 5 (lima)

pelayanan di Rumah Sakit dan Sertifikasi Akreditasi 12 pelayanan tahun

2012 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: KARS-

SERT/2752012 tanggal 12 Januari 2012. Pada Tahun 2011 RSU Anutapura

Palu telah melaksanakan penilaian akreditasi 12 Standar Pelayanan dan pada

tanggal 12 Januari 2012 telah mendapatkan Pengakuan dari Komisi

Akreditasi Rumah Sakit bahwa RSU Anutapura Palu mendapatkan Status

Akreditasi LULUS TINGKAT LANJUT berdasarkan Nomor Sertifikat

KARS-SERT/275/I/2012.

RSU Anutapura mendapat bimbingan Manajemen Mutu Sejak tahun

2007 oleh tim Konsultan Bapelkes Gombong Jawa Tengah untuk menuju

Sertifikasi ISO 9001-2000. Dengan terbitnya Peraturan Daerah Kota Palu

Nomor : 10 tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja RSU

Anutapura Palu sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemerintah Kota Palu

berubah lagi sebagai Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah


19

(LTD) Kota Palu Nomor : 6 tahun 2008 dipimpin oleh seorang Direktur

yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota Palu melalui Sekretaris

Daerah Kota Palu.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pola

Pengelolaan Keungan Badan Layanan Umum Daerah, atas dasar tersebut

Pemerintah Kota Palu dengan melalui proses serta tahap penilaian, maka

terbitlah Keputusan Walikota Palu Nomor 445/906/SETDA/2008 tanggal 31

Desember 2008 tentang Persetujuan : “Penerapan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD)”,dengan

persetujuan tersebut memutuskan bahwa persetujuan penerapan pola

pengelolaan keungan badan layananan umum Daerah berstatus BERTAHAP

kepada Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu, terhitung mulai tanggal 1

januari 2009 sampai dengan tanggal 26 Februari 2012 dan meningkat lagi

menjadi PPK-BLUD berstatus PENUH sesuai surat Keputusan Walikota

Palu Nomor: 900/186/RSU/2012 tanggal 27 Februari 2012.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu memiliki fasiltas dan kemampuan

menyelanggarakan hampir semua pelayanan kedokteran, sehingga layak

menjadi pusat rujukan dan kabupaten dalam wilayah provinsi Sulawesi

tengah maupun provinsi Sulawesi barat, provinsi Gorontalo sera provinsi

Sulawesi Utara. Luas lahan RSU Anutapura Palu adalah 27,775 M2 serta

luas bangunan 10,604,78 M2 dengan kapasitias tempat tidur 362 buah.

RSU Anutapura Palu berstatus sebagai Rumah Sakit Kelas B

Pendidikan sejak tanggal 21 Februari 2014 berdasarkan Keputusan Menteri


20

Kesehatan No HK.02.03/I/0246/2014.RSU Anutapura Palu adalah RS

Pendidikan Satelit yang merupakan RS jejaring Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako disingkat FKIK UNTAD dan

UNISA.RSU Anutapura Palu juga merupakan jejaring RS Pendidikan

Utama yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik

untuk memenuhi sebagian modul pendidikan dalam rangka mencapai

kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.RSU

Anutapura Mendapat juara dibidang pengarsipan berkas Tahun 2015.

Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Sulawesi Tengah

Terakreditasi KARS Versi 2012 Tingkat PARIPURNA Tanggal 27

November 2017 sampai dengan Tanggal 26 November 2020. Kerja sama

RSU Anutapura Palu dengan FKIK UNISA dimulai pada tanggal 28

Desember 2012 dan kerja sama yang terjalin dengan FKIK UNTAD dimulai

pada Tanggal 14 Agustus 2012 (Profil RSU Anutapura, 2017).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional dengan

pengambilan data secara prospektif dan digambarkan secara

deskriptif.Pengambilan data dengan melihat data rekam medis pasien stroke

iskemik yang menerima pengobatan antihipertensi di rumah sakit Anutapura Palu.

Dengan menfollow-up tekanan darah pasien secara berkala.

B. WAKTU & TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Anutapura yang terletak di jalan

kangkung No.1 Kota Palu dengan waktu penelitian dilaksanakan pada Februari-

maret 2020.

C. POPULASI

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti.Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke iskemik, yang

memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu semua pasien stroke iskemik

non kordiomboli dengan tanpa komplikasi yang mendapatkan terapi antihipertensi

di Rumah Sakit Anutapura Palu.Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien

dengan data rekam medik tidak lengkap.

21
22

D. SAMPEL

Pengambilan sampel secara total sampling didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu pasien yang masuk

dalam kriteria inklusi akan dijadikan sampel dan diteliti lebih lanjut, berdasarkan

ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, sampel

penelitian dihitung dengan rumus slovin :

E. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI

1) Kriteria Inklusi

1. Pasien penderita hipertensi

2. Pasien antihipertensi dengan penderita stroke iskemik

2) Kriteria Eklsusi

1. Pasien dengan rekam medik tidak lengkap

F. METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu dengan melihat hasil

rekam medik pasien stroke iskemik di rumah sakit Anutapura Palu yang sesuai

dengan kriteria yang meliputi nama pasien, jenis Kelamin, usia, diagnosis,

pengobatan (riwayat obat), dan data penunjang (tekanan darah, kolesterol, gula

darah).
23

G. ANALISIS HASIL PENELITIAN

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk tabel yang memuat data demografi pasien dan pengobatan

pasien.Hasil akhir akhir tampilkan dalam bentuk persentase untuk analisis pola

penggunaan obat.

H. ALUR PENELITIAN

Persiapan Proposal:
1. Studi pustaka
2. Penyusunan Proposal
3. Izin Penelitian

Pelaksanaan Penelitian
1. Pencarian data melalui data print-out
2. Pengambilan data rekam medis (No RM, umur, jenis
kelamin, diagnosis, lama perawatan)
3. Pengambilan data print-out berupa daftar obat di
instalasi farmasi

Analisis Data
1. Karakteristik subyek penelitian berupa jenis kelamin,
umur, lama perawatan, dan tekanan darah.
2. Analisis deskriptif kualitatif berupa karakteristik pasien
(usia, jenis kelamin, lama rawat inap dan obat hipertensi
yang digunakan).
24

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sampel

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa:

Pasien Stroke Jumlah pasien

Kriteria inklusi 30

Kriteria eklusi 70
Total 100

Sumber: RSU Anutapura Palu priode 2019

Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Data


yang diambil merupakan data sekunder pasien berupa rekam medik pada
tahun 2019. Berdasarkan data yang berhasil didapatkan bahwa ada 100 pasien
yang berhasil di telusuri rekam mediknya. Dari data tersebut didapatkan
bahwa hanya terdapat 30 jenis rekam medik pasien yang masuk dalam kriteria
inklusi yaitu pasien dengan diagnosis struk iskemik dengan mendapatkan
terapi obat antihipertensi dengan riwayat pengobatan yang lengkap. Adapun
kriteria ekslusi berupa data pasein dengan jejak rekam medik yang tidak
lengkap seperti jenis obat yang diberikan tidak tercamtumkan atau data diri
pasien yang tidak lengkap.
25

4.1.2 karakteristik demografi


tabel 4.1.2 karakteristik demografi jenis kelamin pasien dan umur pasien

No Data Jumlah (n=30) Persentase (%)


1. Jenis kelamin
a. Laki-laki 14 46,66
b. Perempuan 16 53,33
Total 30 100
2. Usia
0-11 tahun 0 0
12-25 tahun 0 0
26-45 tahun 6 20
46-65 tahun 16 53,33
>65 tahun 8 26,66
Total 30 100
Sumber: RSU Anutapra palu priode 2019

1. Jenis kelamin pasien


Dari tabel 4.2.1 hasil yang berhasil di dapatkan dar data rekam medik
pasien yang masuk dalam kriteria inklusi dinyatakan bahwa pasien dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak 16 (53,33%) dibandingkan dengan
jenis kelamin laki-laki 14 (46,66%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dengan model diagram:

jenis kelamin
16.5
16
15.5
15 Series 1
14.5
14
13.5
13
Laki-laki perempuan

Diagram 4.2.1 jenis kelamin pasien


26

2. Umur pasien
Dari tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa peneliti mengelompokkan umur
berdasarkan range yang digunakan berpatokan pada badan statistik
Nasional yang dimana anak-anak (0-11 tahun), remaja (12-25 tahun),
dewasa produktif (25-45 tahun), dewasa non-produktif (46-65 tahun), dan
usia lansia (>65 tahun). Dari pengelompokkan tersebut didapatkan hasil
bahwa range umur yang lebih rentan terkena stroke adalah umur dewasa
hingga lansia yang dimana usia dewasa non-produktif (46-65 tahun) lebih
banyak 16 pasien (53,33%) dan diikuti oleh usia lansia (>65 tahun)
dengan 8 pasien (26,66%) kemudian pasien dengan dewasa produktif (25-
45 tahun) sebesar 6 pasien (20%) sedangkan usia anak-anak dan remaja
tidak ada yang mengalami stroke. Adapun model dalam diagram dapat
dilihat sebagai berikut:
18

16

14

12

10
>65 tahun
8

0
0-11 tahun 12-25 tahun 25-45 tahun 46-65 tahun >65 tahun

Diagram 4.1.2 rentan umur pasien


27

4.1.3 Penggunaan obat antihipertensi


4.1.3 tabel penggunaan obat antihipertensi pada pasien struk di RSU
Anutapura Palu

No Jenis obat Golongan Jumlah(n=3 Persentase(%)


0)
Monoterapi:
1. Captopril ACE-I 9 30
2. Candesartan ARB 5 16,66
3. Valsartan ARB 1 3,33
4. Amlodipine CCB 11 36,66
5. Bisoprolol B-Bloker 1 3,33
6. Furosemide Loop deuretik 1 3,33
Total 28 93,33
Kombinasi :
1. Ramipril + Captopril ACE-I+ACE-I 1 3,33
Amlodipine + candesaran CCB + ARB 1 3,33
2.
Total 2 6,66

Sumber : RSU Anutapura Palu priode 2019


Pada tabel 4.3.1 dapat dilihat jenis penggunaan obat antihipertensi yang
digunakan dalam terapi tambahan dalam pengobatan stroke. Dari hasil yang
didapatkan bahwa penggunaan monoterapi yang paling banyak digunakan
yaitu Amlodipin dengan 11 pasien (36,66%), kemudian captopril dengan 9
pasien (30%), setelah itu candesartan dengan 5 pasien (16,66%) dan
valsartan, bisoprolol dan furosemid masing-masing 1 pasien (3,33%). Pada
penggunaan terapi kombinasi obat antihipertensi didapatkan penggunaan
captopril dan Ramipril dan kombinasi amlodipine dan candesartan masing-
masing 1 pasien (3,33%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentu
grafik sebagai berikut:
28

Diagram pengobatan
40
30
20
10
persentase %

0 Series 1

ne
n

ril

n
n

id
ril

ol

rta
ta

rta

ip
ol
pi
op

ar

se

m
lsa

sa
di

pr
pt

es

ra
ro

de
lo

so
va
ca

nd

am

fu

an
bi
ca

ril

+c
op

ne
pt

pi
ca

di
lo
am
Jenis obat yang digunakan

Diagram 4.1.3 diagram pengobatan pasien

4.1.4 Durasi pengobatan


4.1.4 tabel durasi pengobatan pada rumah sakit

4.1.5
No Durasi pengobatan Jumlah pasien Persentase
(n=30) (%)

1. 3 hari 15 pasien 50
2. 4 hari 11 pasien 36.66
3. 5 hari 2 pasien 6.66

4. 7 hari 1 pasien 3.33


5. 8 hari 1 pasien 3.33

Dari tabel 4.3.1 didapatkakan hasil bahwa durasi pengobatan


pasien dirumah sakit berbeda-beda, durasi pengobatan yang paling
cepat yaitu 3 hari dan yang paling lama yaitu 8 hari. dari jumlah
pasien sebesar 30 yang masuk dalam kriteria inklusi didapatkan
durasi pengobatan 3 hari paling banyak yang dilakukan pasien
sebanyak 15 pasien, didikuti durasi 4 hari sebanyak 11 pasien
kemudian 7 hari sebanyak 2 pasien dan 5 dan 8 hari masing-
29

masing 1 pasien. Adapun penggabaran menggunakan grafik


sebagai berkut:

16

14

12

10

8
8 hari
6

0
3 hari 4 hari 5 hari 7 hari 8 hari

Diagram 4.1.4 durasi pengobatan selama dirumah sakit

Tabel 4.1.5 Karakteristik pasien menurut tekanan darah


a. Tekanan darah pasien awal dirawat dirumah sakit

Tekanan darah Jumlah Persentase


1) Normal
TD Sistolik <120 mmHg 0 0%
TD Diastolik <80 mmHg 12 40%
2) Pre-Hipertensi
TD Sistolik 120-139 mmHg 3 10%
TD Diastolik 80-89 mmHg 4 13,33%
3) Hipertensi Stadium 1
TD Sistolik 140-159 mmHg 10 33,33%
TD Diastolik 90-99 mmHg 9 30%
4) Hipertensi Stadium 2
TD Sistolik ≥ 160 mmHg 17 56,66%
TD Diastolik ≥ 100 mmHg 5 16,66
Total Sistolik 30 100
Total Diastolik 30 100
Sumber: Data RSU Anutapura Palu Periode Juli 2019

Dari tabel 4.1.5 hasil didapatkan berdasarkan pengukuran tekanan darah


pada saat pasien masuk dalam rumah sakti. Dari data tersebut dinyatakn
30

bahwa pasien dengan tekanan darah sistolik paling banyak berada pada
range hipertensi stage 2 (>160 mmHg) yaitu 17 pasien (56,66) Kemudian
dilanutkan dengan range hipertensi stage 1 (140-159 mmHg) sebanyak 10
pasien (33,33%) lalu pre hipertensi (120-139 mmHg) dengan 3 pasiem
(10%). Sedangkan pada keadaan diastolic kebanyakan pasien dengan
range hipertensi normal yaitu 12 pasien (40%) kemudian dilanjutkan
dengan pasien stage 1 dengan 9 pasien (30%) lalu diikuti dengan
hipertensi stage 2 dengan 5 pasien (16,66%) dan pre-hipertensi dengan 4
pasien (13.33%). Adapun dalam bentuk diagram dapat dlihat sebagai
berkut :

18

16

14

12

10
sistolik
8 diastolik

0
normal Pre-Hipertensi Stadium 1 stadium 2

Grafik 4.1.5 Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan tekanan darah di RSU Anutapura Palu
31

b. Tekanan darah setelah dirawat dirumah sakit

Tekanan darah Jumlah Persentase


1) Normal
TD Sistolik <120 mmHg 4 13,33%
TD Diastolik <80 mmHg 4 13,33%
2) Pre-Hipertensi
TD Sistolik 120-139 mmHg 26 86,66%
TD Diastolik 80-89 mmHg 21 70%
3) Hipertensi Stadium 1
TD Sistolik 140-159 mmHg 0 0
TD Diastolik 90-99 mmHg 5 16,66%
4) Hipertensi Stadium 2
TD Sistolik ≥ 160 mmHg 0 0
TD Diastolik ≥ 100 mmHg 0 0
Total Sistolik 30 100
Total Diastolik 30 100
Sumber: Data RSU Anutapura Palu Periode Juli 2019

Dari tabel 4.1.5 hasil didapatkan berdasarkan pengukuran tekanan darah


akhir pasien setelah mengkonsumsi obat antihipertensi. Dari data tersebut
dinyatakn bahwa pasien dengan tekanan darah sistolik paling banyak
berada pada range pre-hipertensi (120-139 mmHg) yaitu 26 pasien
(86,66%) Sedangkan pasien yang lain berada di tekanan darah sistolik
yang normal (<120 mmHg) dengan 4 pasien (13,33%). Sedangkan pada
kadar diastolik pasien yang paling banyak berada pada kadar pre hipertensi
(80-89 mmHg) sebanyak 21 pasien (70%) kemudian pasien yang lainnya
bedara pada kadar hipertensi stage1 (90-99 mmHg) sebanyak 5 pasien
(16,66%) sedangkan pasien lainnya berada pada kadar normal
(<80mmHg) dengan 4 pasien (13,33%). Adapun dalam bentuk diagram
dapat dlihat sebagai berkut :
32

30

25

20

15 sistolik
diastolik
10

0
normal Pre-Hipert... Stadium 1 stadium 2
Grafik 4.1.5 Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan tekanan darah di RSU Anutapura Palu

4.1.6 kerasionalan Obat

Tabel 4.1.6 Rasionalitas ketepatan penggunaan antihipertensi di


RSU Anutapura Palu

Kriteria kerasionalan Jumlah penggunaan Persentase

Sesuai Tidak sesuai Sesuai Tidak sesuai

Tepat pasien 29 1 96,67% 3,33%

Tepat obat 28 2 93,33% 6,66%

Tepat dosis 30 0 100% 0%

Sumber: Data Rekam medik RSU Anutapura Palu Periode Juli 2019
Dari tabel 4.1.6 dapat dilihat bahwa kerasionalan berdasarkan tepat

pasien adalah sebanyak 96,67% pasien yang dinyatakan sesuai dan

3,33% tidak sesuai, tepat obat sebanyak 93,33% yang sesuai dan 6,66%

tidak sesuai. Sedangkan pada tepat dosis dapat dilihat dari data yang

didapatkan bahwa seluruh pasien telah mendapatkan obat dengan dosis

yang sesuai dengan persentase 100%.


33

4.2 Pembahasan

1. Jenis kelamin pasien


Dari tabel 4.2.1 hasil yang di dapatkan bahwa pasien dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak 16 (53,33%) dibandingkan dengan jenis kelamin
laki-laki 14 (46,66%). Dari hasil yang diapatkan hal ini tidak sesuai
dengan literatur (dipiro, 2017) yang menyatakan bahwa pasien pria lebih
rentan terkena stroke dibandingkan wanita, hal ini dikarenakan pola gaya
hidup laki-laki kurang baik seperti keseringan merokok atau meminum
alkohol tetapi Menurut Artiyaningrum, 2015 dibandingkan dengan
perempuan, gaya hidup laki-laki cenderung dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Namun, setelah memasuki monopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat, sehingga menyebabkan
wanita lebih cenderung beresiko untuk menderita hipertensi. Memasuki
masa monopause, produksi hormon estrogen menurun sehingga wanita
kehilangan efek menguntungkan sehingga hal tersebut menyebabkan
tekanan darah meningkat. Tetapi jenis kelamin tidak bisa menjadi patokan
utama dikarenakan banyak faktor yang mengakibatkan struke bisa terjadi
menurut (dipiro, 2017) faktor lain yang dapat menyebabkan stroke adalah
pola makanan yang dikonsumsi ataupun penyakit bawaan yang diderita
pasien seperti kolestrol, hipertensi ataupun obesitas.
2. Umur pasien
Dari tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa peneliti mengelompokkan umur
berdasarkan range anak-anak (0-11 tahun), remaja (12-25 tahun), dewasa
produktif (25-45 tahun), dewasa non-produktif (46-65 tahun), dan usia
lansia (>65 tahun) pengelompokkan ini disesuaikan data statistik
kependudukan. Dari pengelompokkan tersebut didapatkan hasil bahwa
range umur yang lebih rentan terkena stroke adalah umur dewasa hingga
lansia yang dimana usia dewasa non-produktif lebih banyak 16 pasien
(53,33%) dan diikuti oleh usia lansia dengan 8 pasien (26,66%) kemudian
pasien dengan dewasa produktif sebesar 6 pasien (20%) sedangkan usia
anak-anak dan remaja tidak ada yang mengalami stroke. Hal ini telah
34

sesuai dengan literature (dipiro,2017) mengatakan bahwa umur yang lebih


tua lebih rentan terkena strok selain itu umur yang tidak produktif atau
yang tidak bekerja dan tidak melakukan aktivitas apapun lebih rentan
dapat terkena stroke. Hal ini disebabkan karena semakin tua umur pasien
maka organ dalam tubuh semakin lemah aktivitas kerjanya. Pada umur
yang lebih tua elastifitas pembuluh darah pun semakin berkurang. Selain
itu kurangnya olahraga atau aktifitas akan mengakibatkan penumpukan
lemak atau asterosklerosis pada pembuluh darah lebih rentan bisa terjadi
hal ini mengakibatkan stroke bisa saja terjadi. Hal ini dikuatkan pula oleh
Kumar et.al, 2008 menyatakan dengan bertambahnya umur maka semakin
tinggi pula risiko terkena hipertensi karena faktor usia sangat berpengaruh
terhadap hipertensi. Kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang
menyebabkan tekanan sistolik meningkat seiring dengan penambahan usia
hingga dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik mengalami
peningkatan hingga dekade kelima dan keenam lalu kemudian menetap
atau cenderung menurun.
3. Penggunaan obat anthipertensi

4.1.3 tabel penggunaan obat antihipertensi pada pasien struk di RSU


Anutapura Palu dapat dilihat jenis penggunaan obat antihipertensi yang
digunakan dalam terapi tambahan dalam pengobatan stroke. Dari hasil
yang didapatkan bahwa penggunaan Amlodipin paling banyak
diberikan kepada pasien yaitu 12 pasien (40%), kemudian captopril
dengan 10 pasien (33,33%), setelah itu candesartan dengan 5 pasien
(16,66%) dan valsartan, bisoprolol dan furosemid masing-masing 1
pasien (3,33%). Menurut (dipiro,2017) menyatakan bahwa terapi
hipertensi sangat berkaitan dengan kejadian stroke karna sumbatan
terjadi berada pada pembuluh darah. Oleh sebab itu, penggunaan obat-
obat antihipertensi dapat diberkan pada pasien strok dengan tekanan
darah yang tinggi. Harapan dari pengobatan ini adalah dapat
terkontrolnya tekanan darah pasien. Adapun obat-obat yang biasa
35

diberikan yaitu penggunaan obat antihipertensi golongan ACE-I seperti


contoh captopril. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Andriyana, 2016 yaitu penggunaan obat amlodipin
untuk terapi tunggal lebih dominan dibandingkan obat yang lain yaitu
sebanyak 32,78%. Golongan CCB adalah salah satu golongan obat
antihipertensi yang memiliki pengelolaan klinis hipertensi yang baik
secara terapi tunggal maupun kombinasi dan telah terbukti aman dan
efektif untuk menurunkan tekanan darah dengan toleransi yang baik
(Tocci et al dalam Ardhany et al, 2018). Menurut dipiro,2017 penuruan
tekanan darah yang baik pada pasien strok 12 mmHg untuk sistolik
sedangkan 5 mmhg pada diaistolik, hal ini akan berpengaruh 48%
kejadian kekambuhan stroke akan terjadi. Pemberian obat antihipertensi
akan diberikan terapi obat antihipertensi setelah 7 hari pertama pada
pasien stroke. Pada pengobatan yang diterima pasien yang yaitu terapi
tunggal atau monoterapi Menurut JNC 8, terapi tunggal dapat diberikan
sebagai terapi inisial untuk hipertensi stadium 1 dengan faktor resiko
total kardiovaskular rendah atau sedang, dapat dimulai dengan
pemberian dosis awal kemudian dinaikkan hingga dosis maksimal jika
terget tekanan darah belum tercapai. Selanjutnya jika terget tekanan
darah belum juga tercapai dapat diberikan obat pengganti dengan obat
yang memiliki mekanisme kerja berbeda, yang dimulai dengan
pemberian dosis rendah lalu dosis dinaikkan hingga dosis maksimal.

4. Durasi pengobatan

Dari tabel 4.3.1 didapatkakan hasil bahwa durasi pengobatan pasien


dirumah sakit berbeda-beda, durasi pengobatan yang paling cepat yaitu 3
hari dan yang paling lama yaitu 8 hari. dari jumlah pasien sebesar 30 yang
masuk dala kriteria inklusi didapatkan durasi pengobatan 3 hari paling
banyak yang dilakukan pasien, didikuti durasi 4 hari sebanyak 11 pasien
kemudian 7 hari sebanyak 2 pasien dan 5 dan 8 hari masing-masing 1
pasien. Seperti yang diketahui banyak faktor yang mengakibatkan durasi
36

pengobatan pasien dirumah sakit berbeda-beda seperti keinginan pasien


yang meminta untuk rawat jalan dan ingin pulang ataupun keadaan pasien
yang sudah membaik. Pemberian obat antihipertensi pada pasien diberikan
pada awal pasien masuk kedalam rumah sakit dan dimonitoring sepanjang
pengobatan hingga kadar tekanan darah pasien beranjak normal. Menurut
JNC, 8 kadar normal tekanan darah pasien dengan komorbit atau penyakit
penyerta berkisar 130/90 mmHg. Dari hasil tekanan darah pasien pun rata-
rata bisa dinyatakan pulang sampai target tekanan darah bisa sama dengan
atau kurang dari 130/90 mmgHg. Selain itu target utama dari pasien strok
adalah mengurangi plak atau bercak yang menutupi aliran darah pada
pasien dengan menggunakan obat pengencer darah. Dalam jurnal
(dipiro,2017) pada pengobatan stroke diberikan obat-obatan pengencer
darah dalam penanganan pasien struk, sedangkan obat antiipertensi
digunakan sebagai obat tambahan yang dikareanakan efek dari struk itu
sendiri. Selain itu pada terapi lainnya yang dapat diberikan pada pasien
adalah obat-obatan struk adalah obat kolestrol golongan statin yang
dimana plak yang terjadi pada pembuluh darah biasanya dikarenakan
penumpukan LDL dan menjadi plak di pembuluh darah (dipiro,2017).

5. Karakteristik pasien menurut tekanan darah


a. Data tekanan darah pada saat pasien masuk rumah sakit
Dari tabel 4.1.5 hasil didapatkan berdasarkan pengukuran tekanan
darah pada saat pasien masuk dalam rumah sakti. Dari data tersebut
dinyatakn bahwa pasien dengan tekanan darah sistolik paling banyak
berada pada range hipertensi stage 2 (>160 mmHg) yaitu 17 pasien
(56,66) Kemudian dilanutkan dengan range hipertensi stage 1 (140-
159 mmHg) sebanyak 10 pasien (33,33%) lalu pre hipertensi (120-139
mmHg) dengan 3 pasiem (10%). Sedangkan pada keadaan diastolic
kebanyakan pasien dengan range hipertensi normal yaitu 12 pasien
(40%) kemudian dilanjutkan dengan pasien stage 1 dengan9 pasien
(30%) lalu diikuti dengan hipertensi stage 2 dengan 5 pasien (16,66%)
37

dan pre-hipertensi dengan 4 pasien (13.33%) . menurut dipiro, 2017


menyatakan bahwa faktor resiko dari stroke adalah hipertensi oleh
sebab itulah tekanan darah pasien pasien stroke mengalami
peningkatan. Penggunaan obat antihipertensi sangatlah dibutuhkan
untuk mengotrol tekanan darah pasien
b. Data tekanan darah pasien setelah mengkonsumsi obat
antihipertensi
hasil didapatkan berdasarkan pengukuran tekanan darah akhir pasien
setelah mengkonsumsi obat antihipertensi. Dari data tersebut dinyatakn
bahwa pasien dengan tekanan darah sistolik paling banyak berada pada
range pre-hipertensi (120-139 mmHg) yaitu 26 pasien (86,66%)
Sedangkan pasien yang lain berada di tekanan darah sistolik yang
normal (<120 mmHg) dengan 4 pasien (13,33%). Sedangkan pada
kadar diastolik pasien yang paling banyak berada pada kadar pre
hipertensi (80-89 mmHg) sebanyak 21 pasien (70%) kemudian pasien
yang lainnya bedara pada kadar hipertensi stage1 (90-99 mmHg)
sebanyak 5 pasien (16,66%) sedangkan pasien lainnya berada pada
kadar normal (<80mmHg) dengan 4 pasien (13,33%). Menurut JNC 8,
2014, pada populasi umum berumur ≥60, terapi farmakologis yang
dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dapat dimulai apabila
tekanan darah sistolik ≥150 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90
mmHg dengan target sistolik yaitu <150 mmHg dan juga target
diatolik <90 mmHg. Namun, untuk populasi umum berumur ≥60
tahun, apabila terapi farmakologis hipertensi menghasilkan TD sistolik
yang lebih rendah (misalnya <140 mmHg) dan ditoleransi dengan baik
tanpa adanya efek samping kesehatan dan kualitas hidup, maka dosis
tidak perlu untuk disesuaikan. Menurut dipiro,2017 penuruan tekanan
darah yang baik pada pasien strok 12 mmHg untuk sistolik sedangkan
5 mmhg pada diaistolik, hal ini akan berpengaruh 48% kejadian
kekambuhan stroke akan terjadi. Menurut JNC, 8 target tekanan darah
pasien dengan komorbid penyakit lain yaitu <140/90 dan pada hasil
38

yang didapatkan tekanan darah pasien rata-rata range <140/90 setelah


mengkonsumsi obat antihipertensi dalam penanganan penyakit stroke
yang diderita.

6. Rasionalitas pemberian obat antihipertensi pada pasien stroke

Dari tabel 4.1.6 dapat dilihat bahwa kerasionalan berdasarkan tepat pasien
adalah sebanyak 96,67% pasien yang dinyatakan sesuai dan 3,33% tidak
sesuai, tepat obat sebanyak 93,33% yang sesuai dan 6,66% tidak sesuai.
Pada penelitian ini peneliti tidak melihat ketepatan dosis yang diberikan
pasien diakibatkan keterbatasan data yang dituliskan direkam medic.
Selain itu pergerakan peneliti juga dibatasi oleh pihak rumah sakit karena
menjaga kerahasiaan dari pengobatan yang di terima oleh pasien.
a. Tepat pasien

Tepat pasien yang dimaksud merupakan pasien yang sedang


menjlani stroke dan mendapatkan terapi obat antihipertensi dengan
tekanan darah yang cukup tinggi. Ketepatan pasien merupakan
kondisi pasien secara individu yang tidak menimbulkan
kontraindikasi pada pemilihan obat yang diberikan (sumawa,
2015). Dalam penelitian ini ketepatan pasien dilakukan dengan
membandingkan kontraindikasi obat yang diberikan kepada pasien
dan jika ada riwayat alergi yang tercantum pada rekam medis.
Maka bila obat yang diberikan kepada pasien tidak
berkontraindikasi dengan keadaan pasien dan tidak ada riwayat
alergi maka pengobatan dapat dikatakan sebagai tepat pasien. pada
data rekam medis pasien menerima obat antihipertensi yang tepat
hanya ada 1 pasien yang menerma furosemidedimana dalam JNC 8
tidak direkomendasikan pemberian obat dari golongan tersebut.
Obat diuretik loop yang diberikan pada pasien yaitu furosemide
atau lasix. Obat tersebut tidak termasuk drug of choise dalam JNC
8 karena furosemid mempunyai aktivitas diuretik yang cenderung
39

kuat, sehingga mengurangi aktivitas dari obat lainnya dan potensi


menurunnya fungsi ginjal jika digunakan sebagai antihipertensi
jangka panjang pada pasien diabetes yang rentan terkena penyakit
gagal ginjal kronis. Selan itu pasen sedang tidak mengalami edema
pada tubuhnya. Dalam hal ini disimpulkan bahwa pemberian
furosemide pada pasien kurang tepat jika dipertmbangkan dengan
keadaan pasien.

b. Tepat obat
Pada hasil yang didapatkan bahwa rata-rata pasen menerima obat
dengan tepat yang dimana obat antihipertensi yang diberikan oleh
pasien adalah, amlodipine, captopril,Ramipril, bisoprolol, candesartan,
valsartan dan furosemide. Obat-obat tersebut merupakan drug of
choise dalam penangan hipertensi yang dimana Amlodipin adalah
obat hipertensi dari golongan CCB dihidropiridin yang
berkontraindikasi dengan pasien yang menyusui, angina tidak stabil,
dan pasien yang memiliki riwayat stenosis aorta yang signifikan serta
syok kardiogenik (BPOM, 2015). Bisoprolol atau yang biasa
ditemukan dengan merek dagang betaone adalah obat antihipertensi
dari golongan beta bloker selektif yang merupakan salah satu drug of
choise terapi antihipertensi. Obat ini berkontraindikasi dengan pasien
yang memiliki riwayat gagal jantung dekompensasi yang menghendaki
pemberian inotropik intravena, dan kondisi blok sino-atrial (BPOM,
2015). Candesartan dan valsartan adalah obat antihipertensi dari
golongan ARB yang berkontraindikasi dengan pasien dengan kondisi
menyusui dan kolestasis (BPOM, 2015). Furosemid adalah obat
antihipertensi dari golongan diuretik loop. Sedangkan lasix adalah
salah satu merek dagang dari furosemid. Obat ini berkontraindikasi
pada pasien hipersensivitas, gagal ginjal anuria, hipovolemia, prekoma
dan koma hepatik serta pasien dengan riwayat defisiensi elektrolit
(BPOM,2015).
40

Pada pemberian ketepatan obat penelti menyatakan bahwa 93,66%


mendapatkan terapi yang sudah tepat karena menurut JNC,8 2014
obat-obat tersebut merupakan obat yang direkomendaskan dalam
pengobatan hipertensi pada pasien stroke. Sedangkatan pengobatan
kurang tepat teradapat 2 pasien (6,66%) Pada pemberian furosemide,
peneliti tidak sependapat dengan pemberian tersebut dikarekan
menurut JNC, 8 obat tersebut tidak direkomendasikan karena
merupakan loop deuretik kecuali pasien mengalami edema berat. Pada
JNC, 8 lebih disaran kan pemeberian deuretik thizid dalam penanganan
pasien. Hal-hal dipertmbangkan adalah efek pada pasien yaitu dadpat
mengakibatkan kerja ginjal yang lebih tinggi. Selain itu pada
pemberian captopril yang dikombinasikan dengan Ramipril hal
tersebut tidak tepat dikarenakan pemeberian obat dengan golongan
yang sama, menurut dipiro, 2017 captopril dan Ramipril merupakan
obat dengan golongan yang Sama yaitu ACE-I. hal ini menimbulkan
efek pemberian yang sama yang dimana akan bekerja pada
penghentian angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Pada JNC,8
dikatakan bahwa pada terapi kombinasi dengan pemberian dengan
jenis golongan yang sama tidak direkomendasikan. Hal inilah yang
menjadi pertimbangan bahwa pemberian Ramipril dan captopril tidak
tepat.

c. Tepat dosis
Dosis merupakan komponen penting dalam melihat kerasionalan
pengobatan yang diberikan pada pasien karena berpengaruh engan efek
terapi ataupun efek samping yang akan diterima oleh pasien. menurut
(JNC, 8) ketepatan dosis dalam pengobatan hipertensi mengacu pada
guadline yang telah tersedia dengan pemberian awal dosis terendah
yang dapat memberikan efek terapi pada pasien. Dalam kasus tertentu
dosis dapat ditingkatkan tetapi tidak melebihi ambang batas dosis obat
tersebut.
41

Pada penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pasien mendapatkan


pengobatan dengan pemberian dosis serta interval waktu pemberian
dosis yang sesuai seperti yang diambil contoh dari lampiran
pengobatan pasien pada pengobatan captopril pasien mendapatkan
dosis 12,5 mg 1 x sehari hal ini telah sesuai dengan Dipiro, 2017 yang
menyatakan bahwa dosis yang dapat diberikan pada pasien pada
penggunaan captopril 12,5-25 mg perhari. Untuk penggunaan
amlodipine 5 mg perhari, pada pengguanaan candesartan dapat
diberikan titrasi dosis 8-32 mg perhari pada penggunaan bisoprolol
dapat diberikan 2,5-g mg dan dapat ditinggkatkan hingga 10 mg
perhari dedangkan pada penggunaan furosemide pada penggunaan
untuk hipertensi dapat diberikan dosis 20-80 mg per oral tiap 2 kali
sehari (Medscape, 2018)
42

BAB V
KESIMPULAN
V.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. pasien struk yang berada dirumah sakit anutapura palu yang asuk dalam
kriteria inklusi sebanyak 30 orang. Pada penelitian kali ini jenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan pasien dengan jenis kelamin laki-
laki dengan umur yang lebih tua lebih banyak terkena struk disbanding
pasien yang masih muda.
2. penggunaan obat antihipertensi pada pasien struk diberikan sebagai
pengobatan penurunan tekanan darah pasien. Pengobatan antihipertensi
yang diberikan berbeda-beda begitupun durasi lama pengobatan pasien
selama di Rumah Sakit.

V.2 Saran
Sebaiknya ada lanjutan dari penelitian ini yang menggambarkan secara jelas
perbandingan antara pengobatan antihipertensi tertentu pada pasien struk
serta perbandingan farmakoekonomi dalam pengobatan yang dilakukan
pasien.
43

DAFTAR PUSTAKA

1. Jhonson, charles E. et all. (1974). Yokyakarta :psychlogy and teaching.


Bombay : D. B. TaraporevalaSons & Co. Private Limited

2. Septiani, Ni Nyoman Devi dan Ni Luh Supadmi. 2014. Evaluasi


Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Stroke Iskemik di Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008). Riset Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) 2018.Laporan Nasional 2018, 1-384.http:// doi. Org/
1 desember 2013.

4. Dipiro, J.T., Talbert, R,L., Yees, G.C.,Matzke, G.R., Wells, B.G., &
Michael, L posey, (2017), Pharmacotherapy a Phatophysiologic
approach, New York; MC Graw-Hill Companies,Inc, 5109-5148
5. Weber, M. A., Ernesto, L. S., William, B. W. 2013. Clinical Practice
Guedelines for The Management Of Hypertension in The Community A
Statement By The American Society Of Hypertension and The
International Society of Hypertension. The Journal of Clinical
Hypertension. 32, 3-15

6. Celin, S. Weber 2012 .Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian Stroke di


Sulawesi Selatan Tahun 2013.

7. Mischbach, J.; Jannis. 2011. Diagnosa Stroke. Dalam : Miscbach, J.


Soertidewi, L. Jannis, J. (Ed). Stroke, Aspek Diagnostik, Patofisiologi,
Manajemen. Badan Penerbit FK UI. Jakarta.

8. Lionel. 2007. Neurologi (ed 8). Jakarta :Erlangga Medical Series.

9. Caplan. 2009. Studi Pola Penggunaan Obat Antihpertensi Pada Pasien


Stroke Iskemik Akut Tahun 2016.

10. Fagen and Hess. 2008. Pharmacoterphy A Pathophysiologic Approach (7th


Edition), The McGraw-Hill Companies, p. 373-381.

11. Dipiro et al. 2008. Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach. Edisi


ke-7, New York : Hill Medical Publishing Division. 185-214.

12. Laksmi Asanti. 2010. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke Pada
Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok
Selatan Periode 1 januari 2010-31 Juni 2012.
44

13. Sjahrir. 2009. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien
Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun 2011.

14. Kharunnissa, Dian. 2017. Kabbi dkk. 2015. Pedoman Tatalaksana


Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.

15. Kabbi, Wililiams L. 2015. Stroke Outcome Asessment. In : Goldstein L


(editor) : A Primer On Stroke Prevention and Treatment. Wiley –
Blackwell, p. 234-242.

16. Guang YJ, Zhou RR, 2011. Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita
Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi RSUP PROF. DR. R. D.
Kandow Manado Tahun 2015.

17. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Guideline


stroke. Jakarta : PERDOSSI : 2011.

18. Andriyana Novita Diah, 2018. Evaluasi terapi penggunaan obat


antihipertensi pada pasien Geriatri di instalasi rawat inap RSUD Dr.
Moewardi di Surakarta tahun 2016. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta

19. Kemenkes RI, 2017. Profil kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri
kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

20. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi


bisoprolol. Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat nasional:
http://pionas.pom.go.id/monografi/bisoprolol

21. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi


spironolactone. Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat
nasional: http://pionas.pom.go.id/monografi/spironolactone

22. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi


candesartan. Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat nasional:
http://pionas.pom.go.id/monografi/candesartan

23. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi captopil.
Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat nasional:
http://pionas.pom.go.id/monografi/captopril

24. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi


amlodipin. Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat nasional:
http://pionas.pom.go.id/monografi/amlodipin
45

25. BPOM badan pengawas obat dan makanan. 2015 antihipertensi diuretik
furosemid. Diakses 29 Agustus 2019, dari pusat informasi obat nasional:
http://pionas.pom.go.id/monografi/furosemid
46

LAMPIRAN

I. LEMBAR PENGAMBILAN DATA

Nama : Umur : Jenis No. RM :


Kelamin :

Diagnosa :

Nama Obat tanggal Aturan Dosis Tepat Tepat Waspada


pakai acuan dosis/tepat indikasi Efek
Mulai/berhenti
pasien samping

Catatan follow-up tekanan darah pasien :


Hari 1 :
Hari 2 :
Hari 3 :
Hari 4 :
Hari 5 :
Hari 6 :
Hari 7 :
47

DATA PASIEN KATEGORI EKSKLUSI

NO Nama pasien Umur Jenis Agama Alamat Pekerjaan Diagnosa


kelamin
1 Tn.I made 68 thn Laki-laki Hindu Jl.touwa Tani Susp.NHS
2 Ny. sukarsih 45 thn Perempuan Islam Jl.s.manonda wiraswasta NHS
3 Tn. abd.rahman 52 thn Laki-laki Islam Kel.kabonena Wiraswasta NHS
4 Ny. neni 48 thn Perempuan Islam Jl.buah pala Wiraswasta NHS
5 Tn. ketut candra 68 thn Laki-laki Hindu Desa.mota IRT NHS
6 Ny. nurul 50 thn Perempuan Islam Jl.munifrahman IRT NHS
7 Nn. upe indo 55 thn Perempuan Kriten Jl. pel.air Wiraswasta NHS
8 Tn. sujono 55 thn Laki-laki Islam Jl.pel air Wiraswasta NHS
9 Tn. ambogoli 60 thn Laki-laki Islam Jl.sultan Wiraswasta NHS
10 Tn.juaini 59 thn Laki-laki Islam Jl.meranti PNS NHS
11 Tn.lukman 50 thn Laki-laki Islam Jl.cokroaminoto PNS NHS
12 Ny.lasini 43 thn Perempuan Islam Jl.jl.osomogolo Wiraswasta NHS
13 Ny.sarmin 50 hn Perempuan Islam Jl.munifrahman Wiraswasta NHS
14 Tn.lantana 63 thn Laki-laki Islam Desa.loli Wiraswasta NHS
15 Tn. DG.Rauf 72 thn Laki-laki Islam Jl.sungai maleo Wiraswasta NHS
16 Ny.ulfa 68 thn Perempuan Islam Jl.cemara IRT NHS
17 Tn.jamrudin 47 thn Laki-laki Islam Desa.sibawi Wiraswasta NHS

18 Ny.jainun 47 thn Perempuan Islam BTN.Kartika IRT NHS


19 Ny.tsanawiah 49 thn Perempuan Islam Desa.masimulu IRT NHS
20 Ny.siti 50 thn Perempuan Islam Jl.kelor Wiraswasta NHS
21 Ny.sineji 58 thn Perempuan Kristen Jl.Ahm.dahlan PNS NHS
22 Tn.madigo 62 thn Laki-laki Islam Tinggede Wiraswasta NHS
23 Ny.nurlia 53 thn Perempuan Islam Jl.asam II IRT NHS
24 Tn.subamaja 76 thn Laki-laki Islam Desa.kaloru Petani NHS
25 Tn.husman 39 thn Laki-laki Islam Desa.gawalisa Wiraswasta NHS
26 Tn.mansur 45 thn Laki-laki Iskam Desa.bambarana Wiraswasta NHS

27 Ny.sinar 64 thn Perempuan Islam Jl.buah pala Wiraswasta NHS


28 Tn.haerullah 54 thn Laki-laki Islam Jl.batusuya Wiraswasta NHS
48

29 Ny.kartini 61 thn Perempuan Islam Jl.tavanjuka Wiraswasta NHS


30 Tn.andi 51 thn Laki-laki Islam Desa.rondamayan Wiraswasta NHS
31 Tn.ambotong 65 thn Laki-laki Islam Desa.sum.agung Wiraswasta NHS
32 Tn.gajli 75 thn Laki-laki Islam Desa.sunjui TANI NHS
33 Tn.gajali 75 thn Laki-laki Islam Desa.sunjui PNS NHS
34 Tn.hasim 74 thn Laki-laki Islam Jl.lobo Wiraswasta NHS
45 Tn.laisa 58 thn Laki-laki Kristen Desa.soi Wiraswasta NHS
36 Ny.sunarti 49 thn Perempuan Islam Desa.boya IRT NHS
37 Ny.lisda 46 thn Perempuan Islam Jl.usman binol Wiraswasta NHS
38 Tn.minhar 57 thn Laki-laki Islam Jl.mas.mansur Wiraswasta NHS
39 Tn.kasman 63 thn Laki-laki Islam Jl.guru tua PNS NHS
40 Tn.arulisi 78 thn Laki-laki Islam Jl.manimbaya Tani NHS
41 Tn.mawir 65 thn Laki-laki Islam Jl.s.lambanga Wiraswasta NHS
42 Tn.syafrudin 54 thn Laki-laki Islam Jl.galumping PNS NHS
43 Ny.ranati 54 thn Perempuan Kristen Jl.gusti ngurarai PNS NHS
44 Tn.nawir 65 thn Laki-laki Islam Jl.kelor Wiraswasta NHS
45 Tn.arulisi 78 thn Laki-laki Islam Jl.manimbaya Tani NHS
46 Ny.rayati 54 thn Perempuan Islam Jl.gusti ngurarai PNS NHS
47 Tn.bandana 75 thn Laki-laki Kristen Jl.manimbaya PNS NHS
48 Ny.fatmawati 45 thn Perempuan Islam Jl.pipa air IRT NHS
49 Tn.sumuli 56 thn Laki-laki Kristen Desa.tangkulawi PNS NHS
50 Ny.anisa 16 thn Perempuan Islam Jl.baere Wiraswasta NHS
51 Tn.djoleng 66 thn Laki-laki Islam Jl.asam Wiraswasta NHS
52 Ny.rita 49 thn Perempuan Islam Jl.cemangi Wiraswasta NHS
53 Tn.masjidon 51 thn Laki-laki Islam Jl.salambia Wiraswasta NHS
54 Tn.mahmud 74 thn Laki-laki Islam Kel.baluri PNS NHS
55 Tn.eman 60 thn Laki-laki Islam Jl.kelor Wiraswasta NHS
56 Ny.nanik 48 thn Perempuan Islam Jl.jonoge Wiraswasta NHS
57 Ny.siti nabila 56 thn Perempuan Islam Jl.bambalika Wiraswasta NHS

58 Ny.tahria 78 thn Perempuan Islam Jl.pengawu Wiraswasta NHS

59 Ny.masdiani 45 thn Perempuan Islam Jl.setia budi Wiraswasta NHS


60 Ny.cahina 59 thn Permpuan Islam Jl.sunju Wiraswasta NHS
49

61 Tn.ebbi djana 69 thn Laki-laki Islam Jl.prof yamin Wiraswasta NHS


62 Tn.mohsen 71 thn Laki-laki Islam Jl.tolambu Wiraswasta NHS
63 Tn.sahabudin 84 thn Laki-laki Islam Jl.lemubu Wiraswasta NHS
64 Tn.samsu 47 thn Laki-laki Islam Petobo Wiraswasta NHS
65 Tn.smarno 56 thn Laki-laki Islam Desa sidondo Wiraswasta NHS

66 Tn.swardin 47 thn Laki-laki Islam Jl.munifrahman PNS NHS

67 Tn.mansur 59 thn Laki-laki Islam BTN.PUSKUD PNS NHS

68 Ny.yatia 79 thn Perempuan Islam Jl.kakatua Wiraswasta NHS

69 Tn.rappe 64 thn Laki-laki Islam Jl.tolakbu Wiraswasta NHS

70 Tn.sarton 68 thn Laki-laki Islam Dsn.kinovora Wiraswasta NHS


sigi
50

Data Pasien Inklusi


N Umur P/L NO.R DIAGNOS NAMA OBAT TANGGAL TD Atura Dosis acuan Tepat indikasi Tepat Tepat dosis
o M A MULA BERH n obat
I ENTI Pakai
1 32 P 552042 DIABETE -RL 11/2/20 14/2/20 -150/100 -20 tetes/menit -Cairan elektrolit
S -captopril 25 mg MmHg -1x12,5 mg tab -Antihipertensi
-inj.ondansentran -140/80 MmHg -2x1 amp -Antiemetika
-Inj Santagesik -120/90 MmHg - 4X1 tab - Anti inflamasi Non
Steroid
2 72 L 433410 SUSP -RL 14/2/20 18/2/20 -170/90 MmHg -20 tetes/menit - Cairan elektrolit
NHS -.inj piracetam -150/70 MmHg - - 3x1 / tab -Nootropik neurotonik
-inj.citicolin -140/80 MmHg Sebeu - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-ibu profen tab -140/50 MmHg m - 2x1/ tab - Non-steroid
-aspilet tab -130/80 MmHg maka - 1X1/ Tab -
-flunarizin tab n - 5-10 mg/ hari - Antiemetik
-amlodipin tab -1 x 5 mg tab -Antihipertensi
-paracetamol 500 mg -3x1 tab -Antipiretik
-Ranitidine tab - 2x1/ tab - Reseptor H2 blocker
-atorvastatin tab - 1x1/ tab - golongan statin
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
3 68 P 737867 CKD + -RL 14/2/20 21/2/20 -190/80 MmHg -20 tetes/menit -cairan elektrolit
CHF, NHS -inj.piracetam -180/90 MmHg - 3x1 / tab - Nootropik neurotonik
-inj.ceftriaxone -170/70 MmHg - 1-2 gram/ hari - Antibiotik
-inj.ranitidin 25 mg -150/80 MmHg -2x1 amp -antacidum
-Nacl 0.9 % -140/90 MmHg -20 tetes/menit -cairan elektrolit
-inj.dexametasone -140/ 50MmHg - 1,5 mg/ hari - Kortikosteroid
-captopril tab 25 -130/70 MmHg -1x25 mg tab -Antihipertensi
-120/80 MmHg
4 59 P 315594 NHS -RL 15/2/20 18/2/20 -180/100 -20 tetes/menit -cairan elektrolit
-inj.piracetam MmHg - 3x1 / tab - Nootropik neurotonik
-inj.citicolin -160 90MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-ibu profen tab -140/70 MmHg - 2x1/ tab - Non-steroid
-aspilet tab -130/80 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
51

-Flunarizin tab - 5-10 mg/ hari - Antiemetik


-Amlodipine tab -1x10 mg tab - Antihipertensi
-paracetamole tab -3x1 tab - Antipiretik
-ranitidin tab - 2x1/ tab - Reseptor H2 blocker
-atorvastatin tab -1x1 tab - Antikolestrol

5 84 L 551095 SELULITI -Nacl 0.9 % 16/2/20 18/2/20 -150 80 MmHg - 10 tetes/menit -cairan elektrolit
S, -inj. piracetam -140/70 MmHg - 3x1 / tab - Nootropik neurotonik
DIUTEPE, -inj.ranitidin 25 mg -130/80 MmHg - 2x1 amp -antacedum
NHS -inj.Paracetamol - 3x1 - Analgetik antipiretik
-candesartan tab - 1x8 mg tab -Antihipertensi

6 50 P 551822 DUPLES -RL 18/2/20 19/2/20 -160/ 80 MmHg -20 tetes/menit -cairan elektrolit
+ SUSP -Inf. Peredipin -150/70 MmHg - 2x1/sehari -
NHS -inj. Piracetam -130/80 MmHg - 3x1 - Nootropik neurotonik
-inj. Cefotaxime -120/90 MmHg - 1-2 gram infus - Antibiotik sefalosporin
- bisolvon - 3x1 - mukolitik
-inj. Paracetamol - 4 g / hari - Analgesik antipiretik
-inj. Citicolin - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-amlodipin tab - 1x5 mg tab -antihipertensi
7 59 L 552042 SUSPEC -RL 18/2/20 24/2/20 -190/ 80 MmHg -20 tpm - Cairan elektrolit
NHS -captopril tab -170/80 MmHg - 1x1,5 mg tab - Antihipertensi
-inj. Santagesik -160/70 MmHg - 40 ml / hari - (OAINS)
-lansoprazole tab -140/90 MmHg - 15-60 mg/ hari -Proton pump inhibitor
-inj.citicolin -140 /90 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-inj.paracetamol -130/70 MmHg - 4 g / hari - Analgesik antipiretik
8 45 P 547184 ASAFIA + -RL 20/2/20 23/2/20 -160/70 MmHg - 20 tpm -Cairan elektroit
NHS -captopril tab -140/90 MmHg - 1x12,5 mg/ tab - Antihipertensi
-inj. Ranitidine -130 /90 MmHg - 2x1/hari - Antagonis reseptor H2
-ibu profen tab -120/80 MmHg - 2x1/ tab - Non-steroid
-alluporinol tab - 100-600 mg/hari - penghambat xanthine-
-asam tranexamat - oxidase
-inj.citicolin - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
52

9 50 P 51138 NHS + -RL 2/2/20 23/2/20 -150/70 MmHg -20 tpm - Cairan elektrolit
CHF -metformin tab -140/80 MmHg - 1x3/ tab - Antidiabetes
-mecobalamin tab -130 /90 MmHg - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
-gabapentin tab -120/90 MmHg - 3x1/ tab - Antiepilasi
-amlodipin tab - 1x10 mg/ tab - Antihipertensi
-cefixime tab -200-400 mg/ hari - Antibiotik sefalosporin

10 74 P 326174 SEPSIS + -RL 21/2/20 23/2/20 -150/70 MmHg -20 tpm - Cairan elektrolit
SUSPEC -inj. Piracetam -130/80 MmHg - 3x1 - Nootropik neurotonik
NHS -inj. Citicolin -120 /80 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
-inj.cetorolak - 4X1/hari - OAINS
-captopril tab - 1x12,5 mg tab - Antihiertensi

11 54 P 017357 HIPERTE -Nacl 0,9 22/2/20 25/2/20 -160/100MmHg - -Cairan elektrolit


NSI -betahistin tab -170/80 MmHg - 3x1/ tab - Histamine analogue
SROSE II, -mecobalamin tab -150 /80 MmHg - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
HIPODEL -metformin tab -130/80 MmHg -3x1/ tab - Antidiabetes
EMIA -omeprazole tab - 2x1/ tab -Penghambat pompa proton
-Candesartan tab - 1x 8mg tab - Antihipertensi

12 39 P 288787 HIPERTE -RL 24/2/20 26/2/20 -140/90 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
NSI -omeprazole tab -130 /90 MmHg - 2x1/ tab - Penghambat pompa proton
-amlodipin tab -120/80 MmHg - 1x5 mg/ tab - Antihipertensi
-paracetamol tab - 3x1/ tab - Antipiretik

13 35 L 546793 SUSP -Nacl 0,9 % 26/2/20 29/2/20 -170/90 MmHg - - Cairan elektrolit
NHS -aspilet tab -160/70 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-clopidogrel tab -130 /90 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-captopril tab -120/90 MmHg - 1x12,5 mg/ tab - Antihipertensi
-atorvastatin tab - 1x1/ tab - Kelompok obat statin
-alprazolam tab - 3x1/ tab - Benzodiazepine
-ramipril tab - 1x2,5 mg/ tab - Ace inhibitor
-paracetamol tab - 3x1/ tab - Antipiretik
53

-inj. Pantoprazole - 1-2x/ hari - Proton Pump Inhibitor


14 43 L 312892 DISATRI -Nacl 0,9% 26/2/20 3/3/20 -160/90 MmHg - - Cairan elektrolit
+ SESPES -ambroxol tab -160/70 MmHg - 2x1/ tab - Obat mukolitik
NHS -Na. acetil sistein -150 /90 MmHg - 2x1/ kap - Obat mukolitik
-Azitromisin tab -140/90 MmHg - 1x1/ tab - Antibiotik
-Cefixime tab -140/70 MmHg - 2x1/ tab - Antibiotik sefalosforin
-captopril tab -130 /90 MmHg - 1x25 mg tab - Antihipertensi
-120/80 MmHg

15 62 L 548791 SUSP, -RL 28/2/20 2/3/20 -160/90 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
NHS -inj. Piracetam -140/70 MmHg - 3x1 - Nootropik neurotoik
-inj. Ranitidine -130 /90 MmHg - 2x1 - Antagonis Reseptor H2
- neurodex tab -120/90 MmHg - 1x1/ tab - Vitamin neurotropik
- clopidogrel tab - 1x1/ tab - Antiplatelet
-candesartan tab - 1x8 mg tab - Antihipertensi
16 54 L 520687 NHS + -Ibu profen tab 29/2/20 3/3/20 -170/90 MmHg - 2x1/ tab - Non-steroid
CKD -Nacl 0,9% -150/70 MmHg - - Cairan elektrolit
-inj. Citicolin -140 /70 MmHg - 500 mg/2 mL - Vitamin saraf
-amlodipin tab -120/90 MmHg - 1x5 mg/ tab - Antihipertensi
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - vitamin & nerotopik
-Bisolvon - 3x1 - Mukolitik
-gabapentin tab - 3x1/ tab - Antiepilasi
17 75 L 290359 SUSPEC, -Cefixime tab 29/2/20 2/3/20 -140/70 MmHg - 2x1/ kap - Antibiotik sefalosforin
HIPERTE -amlodipin tab -130 /80 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
NSI -codein tab -120/90 MmHg - -
-Nacl 0,9% - - Cairan elektrolit
-alprazolam tab - 3x1/ tab - Benzodiazepine
-omeprazole tab - 2x1/ tab - Penghambat pompa proton
-Na.acetil sistein tab - 2x1/ kap - Mukolitik
18 70 P 986047 HIPERTE -RL 2/3/20 4/3/20 -160/70 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
NSI -Omeprazole tab -140 /80 MmHg - 2x1/ tab - penghambat pompa proton
TIDAK -amlodipin tab -130/50 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
TERKON -Na.acetil sistein tab - 2x1/ kap - Mukolitik
54

TROL

19 56 P 463855 HIPERTE -Amlodipin tab 2/3/20 4/3/20 -150/70 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
NSI -domperidone tab -130 /90 MmHg - 2x/ tab - Antiemetik
-candesartan tab -120/80 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
-Nacl 0,9% - - Cairan elektrolit
-simvastatin tab - 1x1/ tab - Golongan statin

20 62 P 545810 HIPERTE -Nacl 3/3/20 6/3/20 -170/50 MmHg - - Cairan elektrolit


NSI -amlodipin tab -150 /90 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
ESENSIA -simvastatin tab -140/80 MmHg - 1x1/ tab - Golongan obat statin
L -lansoprazole tab -130/80 MmHg - 1x1/ kap - Proton pump inhibitor
-RL - 20 tpm - Cairan elektrolit

21 45 P 533259 NHS -RL 4/3/20 6/3/20 -140 /90 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
-inj. Citicolin -130/80 MmHg - 500 mg/2 mL - Vitamin saraf
-gabapentin tab -120/80 MmHg - 3x1/ tab - Antiepilasi
-neurodex tab - 1x1/ tab - Antiemetik
-inj. Piracetam - 3x1 - Nootropik neurotopik
-captopril tab - 1x1/ tab - Antihipertensi
22 29 P 217559 ANTIHIP -RL 5/3/20 8/3/20 -140 /90 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
ERTENSI -inj. Ranitidine -140/50 MmHg - 2x1 - Autagonis Reseptor H2
-cefadroxil tab -130/90 MmHg - 2X1/ kap - Antibiotik sefalosforin
-paracetamol tab -120/90 - 3x1/ tab - Antipiretik
-bisoprolol tab - 1x 5 mg/ tab - Antihipertensi

23 72 L 534945 NHS -RL 6/3/20 9/3/20 -130/90 MmHg - 20 tpm - Cairan elekrolit
-Ranitidin tab -130 /50 MmHg - 2x1/ tab - Reseptor H2 blocker
-inj. Piracetam -120/90 MmHg - 3x1 - Nootropik neurotopik
-inj. Citicolin -120/80 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
-inj. Ketorolac - 4x1/hari - OAINS
-captopril tab - 1x1/ tab - Antihipertensi
55

24 68 L 273085 NHS dan -Nacl 0,9% 7/3/20 9/3/20 -140 /50 MmHg - - Cairan elektrolik
diabetes -betahistin tab -130/90 MmHg - 3x1/ tab - Histamin analogue
melitus -mecobalamin tab -120/80 MmHg - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotoik
-flunarizin tab - 1x1 atau 2x1/tab - Preparat antimigren
-metformin tab - 1x3/ tab - Antidiabetes
-glimepirid tab - 1x1/ tab - Antidiabetes
-captopril tab - 1x1/ tb - Antihipertensi

25 71 L 537404 HIPOGLI -Donperidon tab 7/3/20 9/3/20 -130 /50 MmHg - 2x1/ tab - Antiemetik
KEMIK -inj.Asam tranexamat -110/90 MmHg - 3x1/ sehari - Antifibrinolitik
-inj. Omeprazole -120/70 MmHg - 2x1/ sehari - Proton pump inhibitor
-captopril tab - 1x1/ tab - Antihipertensi

26 59 L 522326 CHF -Nacl 0.9 % 7/3/20 12/320 -190 /50 MmHg - - Cairan elektrolit
NYHA III -inj. ceftriaxone -170/100 - 1-2 gram/ hari - Antibiotik sefalosforin
-inj. Ondansetran MmHg - 2x1/ amp - Antiemetik
-valsartan tab -160/70 MmHg - 2x1/ tab - ARB
-clopidogrel tab -140/90 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-aspilet tab -130/50 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-atorvastatin tab - 1x1/ tab - Kelompok obat statin
-alprazolam tab - 3x1/ tab - Benzodiazepine
-vestrine tab - 2x3/ kap - Mukolitik
-captopril tab - 1x1/ tab - Antihipertensi

27 62 P 489804 HIPERTE -RL 9/3/20 16/3/20 -190 /100 - 20 tpm - Cairan elektrolit
NSI -Inj. Ranitidine MmHg - 2x1 - Autagonis reseptor H2
STROKE -inj. Ketorolac -180/90 MmHg - 4x1/ hari - OAINS
II, CHF -candesartan tab -160/70 MmHg - 1x1/ tab - Antihipertensi
-aspilet tab -140/90 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-clopidogrel tab -140/50 MmHg - 1x1/ tab - Antiplatelet
-Simvastatin tab -130 /50 MmHg - 1x1/ tab - Golongan obat statin
-ISDN tab -110/90 MmHg - 2x1/ tab - Nitrat
56

-lansoprazole tab -120/80 MmHg - 1x1/ tab - Proton pum inhibitor


-donperidone tab - 2x1 tab - Antiemetik
-alprazolam tab - 3x1/ tab - Benzodiazepine

28 58 L 545810 EMERGE -Inj. Omeprazole 10/3/20 13/3/20 -170/100 - 2x1/ hari - Proton pum inhibitor
NCI I -inj. Piracetam MmHg - 3x1 - Nootropik neurotopik
SUSP -inj.Asam tranexamat -180 /50 MmHg - 3x1/ hari - Antifibrinolitik
NHS -inj. Citicolin -160/70 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-inj. Ceftriaxone -130/80 MmHg - 1-2 gram/hari - Antibiotik sefalosforin
-cefadroxil tab - 2x1/ kap - Antibiotik sefalosforin
-amlodipin tab - 1x1/ tab - Antihipertensi

29 61 L 463508 HEMOPA -RL 11/3/20 13/3/20 -140 /50 MmHg - 20 tpm - Cairan elektolit
RESE + -Inj. Piracetam -130/70 MmHg - 3x1 - Nootropik neurotopik
NHS -inj. Citicolin -120/90 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-inj. Ranitidine -120/80 MmHg - 2x1 - Autogonis resepor H2
-neurodex tab -1x1/ tab - suplemen vitamin B
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
-furosemid tab - 2x 20 mg/ hari - Diuretik
-vastigo tab - 3x1/ hari - Antagois reseptor histamin

30 75 L 532856 NHS -RL 13/3/20 16/3/20 -140 /50 MmHg - 20 tpm - Cairan elektrolit
-Fenofibrat tab -130/70 MmHg - -
-Inj. Citicolin -110/90 MmHg - 500 mg/ 2 mL - Vitamin saraf
-inj. Ketorolac -120/70 MmHg - 4x1/ hari - OAINS
-mecobalamin tab - 3x1/ kap - Vitamin dan neurotopik
-ranitidin tab - 2x1/ tab - Reseptor H2 Blocker
-piracetam tab - -
-captopril tab - 1x1/ tab - Antihipertensi
57

Anda mungkin juga menyukai