Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE INFARK

OLEH :
NAMA MAHASISWA : Jenyfer T F Tibalia
NIM : 462018015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA, 10 OKTOBER 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS STROKE INFARK

1. Pengertian
Stroke adalah sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal atau global, dan dapat menyebabkan kecacatan yang bertahan lebih
dari 24 jam, pada kasus yang berat dapat menyebabkan kematian (WHO, 1998).
Stroke infark/stroke iskemik adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak
dan bersifat akut, dan dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga
menurunnya fungsi neurologis yang dapat terjadi selama lebih dari 24 jam.
iskemik pada otak akan mengakibatkan terjadinya perubahan sel neuron otak
secara bertahap (Frotscher & Mathias, 2010).
Menurut WHO penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan 7,9%
disebabkan oleh stroke. Prevalensi stroke di Indonesia sebesar 7/1000 penduduk
dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 12,1/1000 penduduk (Riskesda,
2013).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan stroke infark/stroke
iskemik/stroke non hemoragic adalah kematian pada jaringan otak yang
disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri serebral arteri serebral atau
servikal atau vena serebral.
2. Kalsifikasi
Berdasarkan perjalanan klinisnya (Junaidi, 2011) :
a. TIA (Transient ischemic attack):
Serangan stroke tidak berlangsung lama, berlangsung kurang dari 24 jam
b. RIND (Reversible ischemic neurologic deficit) :
Gejala neurologis akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 21 hari
c. Progressing stroke atau stroke in evolution :
Kelainan atau defisit neurologis berlangsung secara bertahap dari ringan
sampai berat
d. Completed stroke :
Gejala klinis sudah menetap
Stroke infark atau dengan nama lain yaitu stroke iskemik dapat dibagi menjadi
dua yaitu (Kemenkes RI):
a. Stroke emboli :
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau
pembuluh arteri besar yang terangkut menuju otak
b. Stroke trombotik :
Bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam pembuluh arteri yang
mensuplai darah ke otak.

3. Etiologi

Stroke infark atau stroke iskemik disebabkan karena adanya gumpalan atau plak
yang menyumbat pembuluh darah dan menimbulkan suplai oksigen dalam darah
berkurang.

Faktor resiko yang dapat dikendalikan (Mutiarasari, 2019) :

a. Hipertensi
b. Merokok
c. Dislipidemia (kolesterol atau lemak yang tidak normal dalam darah)
d. DM
e. Obesitas
f. Alcohol

Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan :

a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Riwayat stroke dalam keluarga

4. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada umumnya yaitu muncul defisit
neurologis akut, tanda dan gejala lain yang dapat muncul :

a. Gangguan motoric (terjadi pada salah satu sisi bagian tubuh yang memberikan
rasa lemah)
b. Gangguan sensorik (dapat berupa kesemutan atau hilangnya refleks dan
tingkat kepekaan pada salah satu bagian anggota tubuh)
c. Penurunan kesadaran
d. Kelumpuhan pada nervus VII (fasialis) dan nervus XII (hipoglosus) yang
bersifat sentral
e. Afasia (gangguan Bahasa yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi)
f. Demensia atau pikun
g. Hemianopsia (hilangnya Sebagian penglihatan pada separuh luas penglihatan
pada salah satu atau kedua mata)
h. Deficit batang otak

5. Pohon Masalah/ Pathway

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan diagnostic :

a. Angiografi serebral : Untuk melihat lebih jelas gangguan atau kerusakan yang
terjadi pada sirkulasi serebral dan mengetahui aliran darah serebral secara
keseluruhan.
b. CT scan: mendeteksi abnormalitas struktur, pada stroke non hemoragic akan
terlihat adanya infark
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : Menentukan posisi dan besar/luas
terjadinya perdarahan di otak, serta menunjukan darah yang mengalami infark,
hemoragik, malformasi arterior vena (MAV).
d. USG (Ultrasonography) Doppler: untuk melihat apakah adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis).
e. EEG (Elektroensefalografi) : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah ada penurunan impuls listrik pada jaringan otak.
f. Tomografi emisi-positron: untuk mengetahui bagaimana metabolisme serebral
dan perubahan pada aliran darah serebral.

Pemeriksaan laboratorium (Menurut Muttaqi, 2021) :

a. Lumbal fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan


yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) saat hari pertama.
b. Analisa gas darah: pH darah diukur secara langsung memakai pH meter. Suatu
keadaan disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kurang dari 7,35 dan
disebut alkalosis bila pH lebih dari 7,45
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
e. Kreatinin kinase (CK): enzim yang dianalisis untuk mendiagnosa infark
jantung akut dan merupakan enzim pertama yang meningkatkan. Gangguan
serebri juga dihubungkan dengan nilai kadar CK dan CK-MB total abnormal.
f. C-Reactive protein (CRP): kadarnya akan meningkat 100x dalam 24-48 jam
setelah terjadi luka jaringan.
g. Profil lemak darah: kolesterol serum total yang meningkat di atas 200 mg/ml
merupakan prediktor peningkatan risiko stroke atau emboli serebri.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Pemberian terapi ini harus didukung dengan prosedur CT scan kepala dalam
24 jam pertama
b. Obat antiplatelet (aspirin, clopidogrel)

Pemberian antiplatelet diberikan sejak 48 jan sejak terjadi serangan


sehingga dapat menurunkan resiko kematian dan dapat memperbaiki gejala
stroke dengan mengurangi volume kerusakan otak dan mengurangi terjadinya
stroke iskemik yang berulang.

8. Komplikasi
Stroke adalah salah satu penyakit yang memiliki resiko tinggi terjadinya
komplikasi, komplikasi sering terjadi pada minggu pertama serangan stroke.
a. Komplikasi pada jantung
b. Infeksi pneumonia dan infeksi saluran kemih
c. Tromboemboli Vena (pembekuan darah di vena)
d. Demam
e. Nyeri pasca stroke
f. Disfagia (kesulitan menelan)
g. Inkontinensia (kehilangan kontrol kandung kemih)
h. Depresi

9. Proses Keperawatan

a. Pengkajian
1) Identitas Klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia
tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis
(Muttaqin, 2012).
2) Keluhan Utama Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran (Muttaqin, 2012)
3) Riwayat Penyakit Sekarang Stroke iskemik dapat berupa iskemia atau
emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, bangun tidur atau di pagi hari. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak lain. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan didalam intrakranial (Muttaqin, 2012)
4) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obatan
anti koagulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan
lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya (Muttaqin, 2012).
5) Riwayat Pengkajian Keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderits hipertensi, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke
Non-Hemoragic dari generasi terdahulu (Neny & Fitriyani, 2014).
Pemeriksaan pola Gordon :

1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan, biasanya ada riwayat perokok,


penggunaan alcohol, dan penggunaan obat kontrasepsi oral (Muttaqin,
2008).

2) Pola Nutrisi-metabolik, produksi hormone adrenalin dipicu oleh reseptor


adenosin dalam sel saraf, sehingga menyebabkan adanya peningkatan TD,
peningkatan asam lambung, dan aktivitas otot serta merangsang hati untuk
melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi
yang lebih banyak dari biasanya.

3) Pola Eliminasi biasanya ada perubahan kebiasaan BAB dan BAK.


Misalnya inkontinensia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi
abdomen, suara usus menghilang.

4) aktivitas dan latihan pada klien kasus stroke didapatkan hasil bahwa pola
latihan dan aktivitasnya terganggu dengan muncul tanda dan gejala seperti:
kelemahan dan kelumpuhan pada Sebagian atau separuh badan. Klien akan
mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, dan mudah lelah (Bayu uya, 2014).

5) Pola kognitif pada klien kasus stroke didapatkan hasil bahwa pola kognitif
terganggu dengan muncul tanda dan gejala seperti: nyeri atau sakit yang
hebat pada area kepala. Gangguan penglihatan (penglihatan kabur), lapang
pandang menyempit, hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan
di bagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
Menurut (Muttaqin, 2008) pada klien stroke infark akan Mengalami
gangguan pada sistem neurosensorinya, dengan tanda-tanda seperti
kelemahan/paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk mengenali
rangsangan visual, pendengaran, kekakuan muka, dan bisa diketahui
dengan gejala pusing, sakit kepala, kesemutan/kelemahan, penglihatan
menurun, penglihatan ganda, gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

6) Pola persepsi dan Konsep diri (Hendayani & Sari, 2018) mengatakan
bahwa keluarganya ada memberikan dukungan atau motivasi terhadap
dirinya, seperti memberikan cinta kasih, merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, dan memenuhi kebutuhan keluarga, 3
orang diantaranya mengatakan kadang-kadang keluarganya ada
memberikan dukungan terhadap dirinya dan 2 orang lainnya juga
mengatakan keluarganya sibuk dengan urusannya masing-masing.

7) Pola tidur dan istirahat, biasanya pasien dengan stroke akan kesulitan tidur
dan istirahat karena adanya nyeri yang dirasakan di otot.

8) Pola peran hubungan pada klien stroke infark biasanya akan mengalami
kesulitan dalam interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, Adanya
perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat adanya gangguan bicara (Muttaqin, 2008).

9) Pola seksual dan reproduksi, faktor fisik seperti pembuluh darah,


hormonal, neuromuscular dan usia, jika kondisi fisik terganggu akan
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan seksualitasnya. Budaya dan
psikis dapat mempengaruhi aktivitas seksual penderita stroke. (Djeno,
2005) dalam M, Sumaryanto, & W, (2013)).

10) Pola toleransi stress - koping, biasanya pasien akan merasa gelisah,
khawatir dengan kondisinya, karena dengan keadaanya yang sekarang
aktivitas terganggu. (Muttaqin, 2012).

b. Diagnosa Keperawatan

- Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b/d aliran darah ke otak terhambat
(D.0017)

- Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting b/d kerusakan


neurovaskuler (D.0109)

- Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neurovaskuler (D.0054)

- Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan (D.0019)

c. Rencana Intervensi

Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil

Ketidakefek Setelah dilakukan O:


tifan perfusi pengkajian selama
1. identifikasi 1. Adanya peningkatan
jaringan 3x24 jam di dapatkan
peningkatan TD sistemik yang
serebral kriteria hasil :
tekanan diikuti dengan
1. tingkat intrakranial penurunan TD
kesadaran diastolic, dan suara
meningkat napas tidak teratur
2. gelisah merupakan tanda
menurun peningkatan TIK
3. tekanan darah
2. monitor
membaik
peningkatan 2. Biasanya TD pada
TD pasien dengan stroke
iskemik terdapat
adanya peningkatan TD

3. monitor
3. Untuk mendapatkan
penurunan
data dasar dan
tingkat
penentuan tindakan
kesadaran
yang akan diberikan

T:

4. pertahankan
4. Membantu drainase
posisi kepala
vena untuk mengurangi
dan leher
kongesti vena
netral
E:

5. jelaskan
tujuan dan
prosedur 5. Pasien dan keluarga
pemantauan. dapat mengetahui guna
pemberian prosedur

Gangguan Setelah dilakukan O :


mobilitas pengkajian selama
1. Identifikasi - mengidentifikasi
fisik 3x24 jam gangguan
toleransi fisik kekuatan/kelemaha
mobilitas fisik dapat
melakukan n dan dapat
teratasi dengan tujuan
pergerakan memberikan
dan kriteria hasil :
informasi
- pergeraka mengenai
n pemulihan
ekstremita 2. Monitor
s frekuensi - mengidentifikasi
meningkat jantung dan adanya perubahan
- kekuatan tekanan darah tekanan darah dan
otot sebelum frekuensi jantung
meningkat memulai sebelum dan
- nyeri mobilisasi sesudah dilakukan
menurun mobilisasi
- kecemasa
n
menurun 3. Monitor
- mengetahui
kondisi
kecenderungan
umum selama
tingkat kesadaran
melakukan
dan potensial
mobilisasi
peningkatan
tekanan darah

T:

4. Fasilitasi - membantu dalam


aktivitas peningkatan
mobilitas aktivitas dengan
dengan alat menggunakan alat
bantu bantu

- meminimalkan
5. Fasilitasi atrofi otot,
melakukan meningkatkan
pergerakan sirkulasi,
mencegah
terjadinya
kontraktur
6. Libatkan
keluarga
untuk
- keluarga dapat
membantu
secara mandiri
pasien dalam
membantu
meningkatka
pergerakan pasien
n pergerakan

E:

7. Jelaskan
- memberikan
tujuan dan
pemahaman
prosedur
mengenai manfaat
mobilisasi
tindakan yang
didahulukan

8. Anjurkan
- meningkatkan
mobilisasi respon
sederhana proprioseptif dan
yang harus motoric
dilakukan
(mis. duduk
ditempat
tidur).

K:
membantu sejauh mana proses
9. Konsultasi
pemulihan
kesehatan

Defisit Setelah dilakukan O:


perawatan pengkajian selama
1. identifikasi 1. bantuan yang diberikan
diri 3x24 jam didapatkan
jenis bantuan sesuai dengan
hasil :
yang kebutuhan klien
-kemampuan makan dibutuhkan 2. Klien terlihat bersih,
meningkat 2. mempertahan rapi dan memberikan
kan rasa nyaman
-mempertahankan
kebersihan 3. Klien terlihat bersih,
kebersihan mulut
mulut rapi dan memberikan
-minat melakukan
3. monitor rasa nyaman
perawatan diri
kebersihan 4. Membantu pasien lebih
meningkat
tubuh merasa aman dan
nyaman dan tindakan
yang diberikan sesuai
4. monitor
dengan kondisi pasien
integritas
kulit

T:
5. Pasien lebih merasa
5. sediakan
lingkungan aman dan nyaman saat
yang aman membersihkan diri
dan nyaman
6. Pasien akan terlihat
6. fasilitas
lebih bersih dan rapi
mandi, sesuai
kebutuhan
7. Klien tetap terlihat
7. pertahankan
bersih dan rapi
kebiasaan
kebersihan
diri

E:
8. Pasien dan keluarga
8. Jelaskan
dapat mengetahui
manfaat
kebersihan diri sangat
mandi dan
penting dan
dampak tidak
mendukung proses
mandi
pemulihan pasien
terhadap
kesehatan
9. Keluarga dapat secara
mandiri membantu
pasien dalam menjaga
9. ajarkan
kebersihan tubuh klien
kepada
keluarga cara
memandikan
pasien
Manajemen Nutrisi
Defisit Setelah dilakukan
(I. 03119)
nutrisi tindakan perawatan
selama 3x24 jam,
O:
diharapkan defisit
nutrisi pada pasien 1. Identifikasi 1. Mengetahui status
teratasi dengan kriteria nutrisi pasien
status nutrisi
hasil: 2. Mengetahui adanya
2. Identifikasi
alergi dan makanan
1. Adanya alergi dan
yang tidak bisa
peningkatan berat intoleransi
dikonsumsi
badan sesuai makanan
3. Pemberian asupan
dengan tujuan 3. Identifikasi
sesuai dengan
2. Menunjukkan kebutuhan
kebutuhan klien
peningkatan kalori dan
fungsi jenis nutrient
pengecapan dan 4. Identifikasi
4. Pada pasien dengan
menelan (3) perlunya
stroke iskemik biasanya
3. Tidak terjadi penggunaan
akan mengalami
penurunan berat selang
gangguan menelan
badan yang nasogastric
sehingga akan
berarti (3)
membantu untuk
pemberian makan

5. Mengetahui asupan gizi


5. Monitor klien
asupan
makanan 6. Mengetahui apakah
6. Monitor berat adanya
badan penurunan/peningkatan
berat badan klien

T:

7. Memberikan rasa
7. Lakukan oral
nyaman saat pemberian
hygiene
makanan
sebelum
8. Membantu
makan, jika
meningkatkan asupan
perlu
nutrisi klien dan proses
8. Berikan
makanan pemulihan
tinggi kalori
dan tinggi
protein

E:

9. Anjurkan
9. Menghindari Pasien
posisi duduk,
tersedak dan
jika mampu
memberikan posisi
yang nyaman saat
pemberian makanan
10. Kolaborasi
10. Pemberian asupan
dengan ahli
nutrisi sesuai dengan
gizi untuk
kebutuhan klien
menentukan
jumlah kalori
dan jenis zat
gizi yang
dibutuhkan,
jika perlu

10. Daftar Pustaka


Junaidi, I. 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Penerbit Andi, Yogyakarta
Batticaca, F. B. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan/ Fransisca B. Batticaca. Jakarta: Salemba Medika.
Riskesdas, 2013. Info Datin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta : Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.
Mutiarasari, Diah, 2019. Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And
Prevention. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol 6 No 1.
Yasmara, D., Nursiswati & Arafat, R., 2016. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta:
EGC.
Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai