Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH STROKE


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :
Fairus Aulia Rahma
P1337420221127
3C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO


PROGRAM DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan dan
mempertahankan derajat kesehatan di masyarakat. Dewasa ini memulai gaya hidup sehat
justru di anggap kegiatan yang melelahkan bagi sebagian individu. Gaya hidup yang kurang
sehat dapat saja dipengaruhi oleh peningkatan kemakmuran dan kemajuan teknologi yang
mengakibatkan perburukan pola hidup masyarakat serta menjadi salah satu penyebab
terjadinya penyakit degeneratif yaitu jantung, hipertensi, diabetes melitus, gagal ginjal,
hepatitis dan stroke (Indrawati Lili, 2016).
Menurut definisi penyakit kardiovaskuler dari WHO, penyakit kardiovaskuler adalah
penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Ada banyak macam
penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung
koroner dan stroke (Kemenkes, 2018).
Secara global penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah, seperti:Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau
Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke (Kemenkes, 2018).
Salah satu masalah keperawatan yang perlu penanganan lebih lanjut yaitu hambatan
mobilitas fisik, karena pasien stroke akan merasa kehilangan kekuatan pada salah satu
anggota gerak. Pada penderita stroke atau lumpuh separuh badan, biasanya penderita akan
mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas karena keterbatasan ruang gerak. Menurut
WHO (2016) Dari 33 juta penderita stroke di dunia, lebih dari 12 juta yang tersisa dengan
cacat. Untuk mencegah hal tersebut maka perawat harus memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh. Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat kepada pasien stroke dengan
hambatan mobilitas fisik diantaranya adalah dengan latihan ROM, latihan mobilisasi, tirah
baring setiap 2 jam sekali tindakan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya kekakuan
pada otot, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun pasien tentang tujuan
peningkatan mobilitas fisik (Winda Praditya, 2017).

B. KONSEP STROKE
1. Definisi
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal atau global selama lebih dari 24 jam sehingga dapat
menimbulkan kematian akibat dari gangguan peredaran darah di otak . Stroke merupakan
penyakit yang menjadi penyebab kematianaketiga di dunia, khususnya negara berkembang
setelah penyakit jantung koroner dan kanker (pribadhi,dkk 2019).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan
tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).
2. Tanda dan Gejala
Pada stroke non hemoragik gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis
secaramendadak atau subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat
ataubangunpagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar.
(Mansjoer, 2019).
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, jumlahdarah
kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala klinis adalah sebagai berikut: Kelumpuhanwajah
atau anggota badan (hemiparesis) yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas padasatu
atau lebih anggota badan (gangguan hemi sensorik, perubahan mendadak status mental
(konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan,
ataukesulitan memahami ucapan), disartia (bicara pelo atau cadel), dan gangguan
penglihatan(hemianopia atau monokuler) atau diplopic, ataksia (trunkal atau anggota
badan); Vertigo, mual, dan muntah atau nyeri kepala.
3. Etiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh
aterosklerosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011).
Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang mengalami sumbatan sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, thrombosis otak,
aterosklerosis dan emboli serebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang
timbul akibat pembentukan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang
dikarenakan oleh penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya
hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron) dan hipertensi
(Muttaqin, 2011).
4. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh daralidan
adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pad-a otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi (Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudahbeberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya
tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat . menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang
luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat
dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin,
2008).
5. Pathway

Sumber : :chintiasucimawarni,2018
6. Komplikasi
Defisit sensori persepsi: Stroke dapat melibatkan perubahan patologis pada jarakneurologis
yang mengganggu kemampuan untuk menghadirkan data sensori. Pasiendapat mengalami
deficit dalam penglihatan, pendengaran, keseimbangan, rasa, danindrapenciuman.
Kemampuan menerima getaran, nyeri, kehangatan, dingin dan tekanan jugadapat terganggu.
Hal tersebut dapat meningkatkan resiko cedera. Kelainan fungsional tubuh karena
penurunan fungsi otak ini tandanya tidakselaludisebabkan oleh kurangnya aliran darah otak.
Tetapi tanda tersebut bisa karena hemiparaseseluruh tubuh, sensasi kepala terasa ringan,
penurunan tingkat kesadaran, bingungsertatinnitus.Gangguan eliminasi kandung kemih dan
usus lazim terjadi stroke dapat menyebabkankehilangan sebagian sensasi yang memicu
eliminasi kandung kemih, menyebabkanseringberkemih, urgensi berkemih, atau
inkontinensia. Pengendalian kandung kemih bisa berubahkarena adanya dari gangguan
kognitif. Perubahan eliminsi usus lazimterjadi, akibat dari perubahan LOC, imobilitas, dan
dehidrasi.

C. KONSEP ASUHAN KEPEAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamesa
1) Pengkajian Identitas
a) Identitas Pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, suku bangsa, nomor RM,
diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab berupa nama, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, suku bangsa, hubungan dengan pasien.
2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat pengkajian
3) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan sekarang
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah
5) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
6) Riwayat psikososial spirirtual
Konsep diri (gambaran diri, identitas diri, ideal diri, peran diri, harga diri,
pola koping, kecemasan, spiritual dan status sosial)
7) Pola persepsi sehat dan manajemen kesehatan
8) Pola persepsi kognitif
9) Stasus sosial ekonomi keluarga
10) Pengkajian fisik
Meliputi tingkat kesadaran, penampilan umum, TTV, pemeriksaan had to toe,
pemeriksaan syaraf kranial
11) Data penunjang
12) Terapi saat ini
13) Pengkajian tambahan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot (D.0054)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1 Gangguan Mobilitas Fisik L.05042 Dukungan Ambulasi I.06171
mobilitas fisik Setelah dilakukan Obeservasi:
b.d penurunan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adana nyeri atau
kekuatan otot selama 2 x 24 jam keluhan fisik lainnya
diharapkan mobilitas 2. Identifikasi toleransi fisik
fisik meningkat dengan melakukan ambulasi
kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung
- Pergerakan ekstremitas dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai ambulasi
- Kekuatan otot 4. Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan ambulasi
- Rentang gerak (ROM)
meningkat Terapeutik:
- Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu (mis.
Tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan merupakan perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasi intervensi keperawatan tindakan - tindakan keperawatan
pada intervensi keperawatan terdiri dari observasi, terapiutik, kolaborasi dan edukasi
(PPNI, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan.
Tahap terahir dari asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menilai keefektifan
keseluruhan proses asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan dikatakan berhasil jika
kriteria hasil yang telah ditentukan tercapai. (TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2019) pada
tahap ini dibutuhan data subjektif yaitu data yang berisi ungkapan, keluhan dari klien
kemudian data objektif yang diperoleh dari pengukuran maupun penilaian perawat sesuai
dengan kondisi yang tampak kemudian penilaian asesmen dan terahir perencanaan atau
plenning, untuk mudah diingat biasanya menggunakan singkatan SOAP ( subjek objektif
analisis dan planning ).
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.(2018).Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara


2018. diperoleh 12 November 2023 dari, www.dinkes.sultraprov.go.id
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2018). Data Dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia. diperoleh 12 November 2023 dari. www.pusdatin.kemenkes.go.id
Moorhead, Sue et al. 2016, Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi 5. Singapore:
Elsavier. Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxana Dewi Tumanggor.
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Winda Praditia. (2017)., Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke
Hemorogik.{KTI} universitas muhamadia Surakarta.
Yulianto, Achmad. (2011). Mengapa Stroke Menyerang Usia Muda? Jakarta: PT. Buku
Kita.

Anda mungkin juga menyukai