HEMIPARESIS
Disusun Oleh :
Abi Surya Mandala 20360165
Oji Fauji 20360210
Pembimbing :
dr. Luhu A. Tapeheru Sp. S
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara
maju dan ketiga terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih dari
Oleh karena itu pencegahan stroke menjadi sangat penting. Upaya pencegahan antara lain
berupa kontrol terhadap faktor risiko stroke dan perilaku hidup yang sehat. Bagi pasien yang
telah mendapat serangan stroke, intervensi rehabilitasi medis sangat penting untuk
mengembalikan pasien pada kemandirian mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari tanpa menjadi beban bagi keluarganya. Perlu diupayakan agar pasien tetap
aktif setelah stroke untuk mencegah timbulnya komplikasi tirah baring dan stroke berulang.1
Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari berbagai
disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya. Tim rehabilitasi medik terdiri dari
dokter, fisioterapis, terapi okupasi, ortotis prostetis, ahli bina wicara, psikolog, pekerja sosial
Definisi stroke Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular
Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak- tidaknya secara
cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal
otak yang terganggu (WHO, 1989)
2.3. Epidemiologi
Epidemiologi Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan.
Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke merupakan penyebab
utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85% merupakan stroke non hemoragik (±
53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke
trombotik ± 37%, dan stroke embolik ± 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-
35%.± 10-20% disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan
subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan
mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Waktu
Yaitu gangguan neurologi sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala
Gangguan neurologi setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin
berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau
beberapa hari.
4. Completed Stroke
b. Berdasarkan Etiologi :
1. Stroke Hemoragik
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Pembuluh darah yang pecah menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat
istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah
venous thrombosis.3
dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Dapat berupa iskemia, emboli, spasme
ataupun trombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup
lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan
terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar
Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total
Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap
serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
Faktor genetik
s
2. Manifestasi Klinik3
Ataksia, disartria.
Gangguan penglihatan.
Disartria
Tidak biasanya ditemukan nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran yang menurun.
Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan klinis
yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan
penunjang.1
rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status
neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik
didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.5
Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa.
Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya
rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan lingkup
gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah
emosional.6
Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah
stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai
pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai
a. Fisioterapi
3) Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari
kekuatan otot.
6) Latihan mobilisasi.
b. Okupasi Terapi (aktivitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS, meskipun
pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan
alat bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
c. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani
1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan, meniup,
2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-
kata.
kata.
d. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer
dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: arm sling, hand
sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up splint, ankle foot
e. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase
psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan.
Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lagi
mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang
telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat
menerima rehabilitasi.
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga, keterangan
tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan
rumahpenderita
10
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : lemah pada bagian gerak atas dan bawah bagian kanan
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan keluhan lemah pada anggota
gerak atas dan bawah bagian kanan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan tiba tiba
saat pasien istirahat, Mual (-), muntah (-), dan nyeri kepala (+), BAK (+) , BAB (+).
Anamnesa Traktus
Traktus Sirkulatorius : Sakit saat istirahat
Traktus Respiratorius : Sesak (+), Batuk (-)
Traktus Digestivus : Tidak Ada Selera Makan
Traktus Urogenitalis : Urin kuning jernih
Penyakit Terdahulu & Kecelakaan : Hipertensi,
Intoksikasi & Obat-obatan : Pasien tidak ingat
11
ANAMNESA KELUARGA
Faktor Herediter : Tidak Ada
Faktor Familier : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran & Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Pasien tidak ingat
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan & anak : Kawin
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMU
Tekanan Darah :140/90 mmHg
Nadi : 103 x/menit
Frekuensi Nafas : 28 x/menit
Temperatur : 37 oc
Kulit dan selaput lendir : Ikterik (+), ruam(-), konjungtiva (-)
Kelenjar dan getah bening :Tidak ada pembesaran kelenjar
Persendian : Tidak ada nyeri
KEPALA DAN LEHER
Bentuk dan posisi : Normochepali, posisi: simetris
Pergerakan : Terbatas
Kelainan Panca Indera : Ikterik, Anemis
Rongga Mulut dan Gigi : Dalam Batas Normal
Kelenjar Parotis : SDN
Desah : Tidak Ada
Dan lain-lain : Tidak Ada
12
RONGGA DADA DAN ABDOMEN
Rongga Dada
Inspeksi : Simetris kanan =kiri
Palpasi : Massa (-), Stem fremitus (kanan=kiri)
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :Vesikuler
Rongga Abdomen
Inspeksi :Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), massa(-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Genitalia
Toucher : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Status Neurologi
Sensorium : Compos mentis (GCS: E=4, M=6,
V=5)
Kranium
Bentuk :Normocepali
Fontanella : Tertutup, keras
Palpasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perkusi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Auskultasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Transiluminasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Tanda kernig : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Tanda Lasegue : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Tanda brudzinski I : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Tanda Brudzinski II : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
13
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Muntah :-
Mual :-
Nyeri kepala :+
Kejang :-
Nervus II (Opticus)
OculiDextra OkuliSinistra
Visus :Normal Normal
Lapangan pandang
:Normal Normal
Menyempit : - -
Hemianopsia : - -
Skotoma : - -
Refleks Ancam : - -
Fundus Okuli : TDP TDP
14
Gerakan bola mata bawah + +
Nervus V (Trigeminal)
Motorik
- Mengigit : baik
Sensorik
Nervus VI (Abdusens)
- Gerakan bola mata (lateral) :+/+
15
Nervus VIII (Vestibulocochclearis) Kanan Kiri
Auditorius
Pendengaran : DBN DBN
Tes Rinne : TDP TDP
Tes Weber : TDP TDP
TesSwabach : TDP TDP
Vestibularis
Nistagmus : - -
Reaksikalori : TDP TDP
Vertigo : - -
Tinitus : - -
Nervus IX (Glosopharyngeus)
Arkus faring : simetris
Uvula : Medial
Daya pengecap lidah 1/3 lidah belakang : sulit dinilai
Refleks muntah : TDP
Nervus X (Vagus)
Arkus faring : simetris
Menelan : baik
N
Nervus XI (Accessorius)
Mengangkat Bahu : -/+
Otot sternokledomastoideus : TDP
16
Sistem Motorik
Trofi : Normotrofi Normotrofi
Tonus Otot : Hipotonus Normal
11111 44444
Kekuatan Otot : ESD : ESS :
11111 44444
11111 44444
: EIS :
11111 44444
Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
Test Sensibilitas
Eksteroseptif
Nyeri : + +
Raba : + +
Suhu : TDP TDP
Propioseptis
Posisi : SDN
Vibrasi : SDN
Tekanan dalam : SDN
Fungsi kortikaluntuk sensibilitas
Steorognosis : TDP
Pengenalan 2 titik : TDP
Grafestesia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
17
Refleks Kanan Kiri
RefleksFisiologis
Bisep : - +
Trisep : - +
APR : TDP
KPR : TDP
Strumple : TDP
Refleks Patologis
Babinski : TDP
Oppenheim : TDP
Chaddock : TDP
Gordon : TDP
Schaefer : TDP
Hoffman- tromner : TDP
Klonuslutut : TDP
Klonus kaki : TDP
Refleks primitif : TDP
Koordinasi
Lenggang :TDP
Bicara : SDN (pelo)
Menulis : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Percobaan apraksia : TDP
Mimik : TDP
Testelunnjuk-telunjuk : TDP
Testelunjuk-hidung : TDP
Diadokinesia : TDP
Test tumit–lutut : TDP
Test Romberg : TDP
Vegetatif
Vasomotorik : Normal(+)
Sudomotorik : Normal(+)
Piloerektor : Normal(+)
Miksi : Normal(+)
18
19
Defekasi : Normal(+)
PotensidanLibido : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Vertebra
Bentuk
Normal :+
Scoliosis :-
Hiperlordosis :-
Pergerakkan
Leher : Normal(+)
Pinggang : Normal(+)
Gejala-Gejala Serebelar
Ataksia :-
Disartria :+
Tremor :-
Nistagmus :-
Fenomena rebound :-
Vertigo :-
Dll :-
Gejala-Gejala Ekstrapiramidal
Tremor :-
Rigiditas :-
Bradikinesia :-
Danlain-lain :-
Fungsi Luhur
Kesadarankualitatif : Compos Mentis
Ingatan baru : SDN
20
Ingatan lama : SDN
Orientasi
Diri :-
Tempat :-
Waktu :-
Situasi :-
Intelegensia : Dalam Batas Normal
Daya pertimbangan : Dalam Batas Normal
Reaksiemosi : Dalam Batas Normal
21
Resume
Keluhan Utama : lemah pada bagian gerak atas dan bawah
Telaah :
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan keluhan hemiparesis kanan
mendadak lemah sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh
bicara menjadi susah/pelo kepala pusing
Pada pemeriksaan fisik didapat paresis N.VII Dextra tipe sentral, paresis tipe sentral
N.XII dextra tipe sentral, hemiparesis dextra degan kekutan motorik 1/4
STATUS PRESENT
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 103 x/menit
Frekuensi Nafas : 28 x/menit
Temperatur : 37 oc
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Dan Leher
Posisi: Simetris, Pergerakan : Terbatas
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
chepalgia(+), penurunan kesadaran (-)
Kesadaran
0 = komposmentis
22
1 = somnolen
2 = sopor/koma
Nyeri kepala
0 = tidak ada
1 = ada
Ateroma
0 = tidak ada
NERVUS CRANIALIS
• Nervus I : DBN
• Nervus II : DBN
• Nervus III,IV,VI : Mengalami Kelainan Pada Nervus (III dan VI)
• Nervus V : Sensorik : kulit nyeri (-)
• Nervus VII : DBN
• Nervus VIII : DBN
• Nervus IX,X : DBN
• Nervus XI : Tidak bisa mengangkat bahu kanan fungsi otot
sternocleidomastoideus buruk sebelah kanan
• Nervus XII : DBN
SISTEM MOTORIK
Trofi : Normotrofi Normotrofi
Tonus Otot : Hipotonus Normal
11111 44444
23
KekuatanOtot : ESD : ESS :
11111 44444
11111 44444
EID : EIS :
11111 44444
Sikap (duduk-berdiri-berbaring) : Berbaring
DIAGNOSA
Diagnosis klinis : Hemiparesis dextra, paresis nervus VII dan XII sentral dekstra
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa : - IVFD RL 20gtt/i
- Piracetam 3x1 gr IV
- Candesartan 8 mg 1x1 tablet
- Neurodex 1x1
- Ranitidine 3x1 amp
- Chitocoline 2x500mg
Prognosis
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad sanationam : dubia ad bonam
24
BAB III
KESIMPULAN
World Health Organization (WHO) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara
maju dan ketiga terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih
Oleh karena itu pencegahan stroke menjadi sangat penting. Upaya pencegahan antara lain
berupa kontrol terhadap faktor risiko stroke dan perilaku hidup yang sehat. Bagi pasien yang telah
mendapat serangan stroke, intervensi rehabilitasi medis sangat penting untuk mengembalikan
pasien pada kemandirian mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
tanpa menjadi beban bagi keluarganya. Perlu diupayakan agar pasien tetap aktif setelah stroke
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Wirawan RP. Rehabilitasi Stroke Dalam Pelayanan Kesehatan Primer. SMF Rehabilitasi
2. Shofa MI. Gambaran Penderita Stroke yang Kembali Bekerja pasca rawat Inap di RSUP
3. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A First Large Prospective Hospital Based Study
4. Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium stroke up date.
5. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. Manado:
6. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke up date.
26