I. PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan karena
gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal di otak yang terganggu. Menurut WHO (1995) stroke secara klinis didefinisikan
sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
termasuk dalam kelompok stroke ini adfalah gangguan peredaran darah otak sepintas
pada hampir setengah juta penduduk dengan tingkat kematian 25 % atau dapat
1 Februari 2005.
1
Memang serangan stroke ini merupakan peristiwa yang berbeda dengan
serangan bom teroris tetapi mempunyai dampak yang lebih tinggi daripada peristiwa
bom teroris yang hanya terkonsentrasi pada satu tempat saja. Perbedaan lain korban
pemerintah, bank, pengusaha, selebriti sampai dengan petani biasa yang selama
serta angka kejadian penderita tersebut, berbagai cara ditempuh: melalui media
II. STROKE
DEFINISI
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan
2
perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan infark serebral. Tidak
termasuk dalam kelompok stroke ini adalah gangguan peredaran darah otak sepintas
(TIA), perdarahan oleh adanya tumor otak atau stroke sekunder karena trauma.
FAKTOR RISIKO
risiko stroke ada yang dapat diubah, tetapi ada pula yang dapat dimodifikasi dengan
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko mayor yang dapat diobati. Insiden stroke
bertambah dengan meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanan darah
2. Penyakit jantung
kiri, aritmia jantung dan terutama atrium fibrilasi merupakan faktor risiko stroke.
3. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko stroke iskemik. Risiko pada wanita
lebih besar daripada laki-laki. Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
3
4. Aterosklerosis
5. Viskositas darah
50 % stroke terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah stroke atau TIA.
mengalami TIA ulang, 1/3 tanpa gejala lanjutan dan 1/3 akan mengalami stroke.
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein
kolesterol total dan trigliserid dengan risiko stroke; dan adan hubungan negatif
8. Merokok
Risiko stroke meningkat dengan banyaknya jumlah rokok yang diisap perhari.
Setelah 2 tahun berhenti merokok risiko stroke akan menurun, setelah 5 tahun
4
9. Obesitas
Obesitas tanpa hipertensi dan DM bukan merupakan faktor risiko stroke yang
bermakna.
11. Alkohol
KLASIFIKASI
- Stroke iskemik
- Stroke hemoragik
a. Stroke iskemik
hilang sempurna pada waktu beberapa menit atau jam (kurang dari 24 jam).
5
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit):
Gangguan neurologik baru hilang dalam kurun waktu lebih dari 24 jam
sampai 3 hari; bila baru menghilang pada > 7 hari disebut sebagai PRIND
(Prolong RIND).
3. Proggresive stroke:
Gejala neurologik bertambah berat atau memburuk akibat iskemik yang tidak
stabil.
4. Complete stroke:
Gejala neurologik sudah dalam relatif stabil atau hanya berubah sedikit
b. Stroke hemoragik
6
GANGGUAN YANG TIMBUL KARENA STROKE
Ketidakmampuan pada stroke adalah akibat cidera sistim saraf pusat baik
d. Gangguan sensasi.
7
g. Gangguan panca indra: penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman.
h. Gangguan menelan.
Penderita yang semula sehat-sehat saja dan sedang aktif bekerja tiba-
tiba:
- Mendadak pingsan
- Ngorok
- Pusing kepala
- Gangguan konsentrasi
- Pelupa
8
- Kemudian disusul dengan kelumpuhan separuh badan yang timbul
PROGNOSIS
Disease
Meskipun stroke mempunyai onset akut, pasien stroke yang selamat masih
1. Recurrent stroke
tahun.
9
2. Dementia
- 24,6 – 50 % dari seluruh kasus; lebih sering pada penderita DM, afasia
saat onset, infark luas, status neurologis yang lebih parah, dan usia tua.
3. Depresi
Death
Pada fase akut, kematian karena stroke mempunyai 2 puncak, yaitu (1) pada
meningkatnya tekanan intrakranial, dan (2) pada minggu kedua dan ketiga, yang
terutama disebabkan oleh faktor kardial dan faktor sistemik lainnya. Fatality rate
tinggi pada hari pertama tetapi kemudian menurun dalam bulan-bulan berikutnya
selama pemulihan.
event seperti atrial fibrilasi. Faktor lainnya yaitu dementia, usia tua, beratnya defisit
neurologis saat onset, DM, aritmia jantung dan infark miokard. Menurut penelitian
10
Lai dkk, pasien yang tetap hidup setelah melalui fase akut, 90,8 % akan tetap hidup
sampai 6 bulan kemudian, tetapi akan menurun secara gradual 86,9 % pada tahun
pertama, 78,7 % pada tahun kedua dan seterusnya sehingga cummulative survival rate
kematian di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta dari tahun 1898-1990 dan tahun 1991 naik
Disability
kemudian.
kemudian.
11
PENATALAKSANAAN
Penangan stroke tergantung dari keadaan pasien dan jenis stroke yang diderita
hemoragik.
REHABILITASI MEDIK
diketuai oleh Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik dengan anggota yang terdiri dari:
Fisioterapi
Terapi okupasi
Bina wicara
Psikologi
Ortotis prostetis.
12
Dampak dari kelainan yang ada pada penderita stroke akan berakibat terjadinya:
o Kekakuan.
berkomunikasi.
Fisioterapi:
Gambar 1
gerak sendi. Latihan ini dapat dilakukan baik ditempat tidur maupun dalam posisi
Pegang sisi yang lumpuh dengan tangan yang sehat; ayunkan lengan bahu itu
keatas atau kebawah. Latihan ini dimaksudkan untuk mempertahankan dan menjaga
lingkup gerak sendi bahu yang biasanya terbatas pada sisi yang terkena. (gambar 1)
Gambar 2: Cara berjalan penderita stroke seperti tampak pada gambar 2. siku pada
sisi yang terkena ditekuk demikian juga tangannya, hal ini oleh karena spastisitas
13
yang ada. Tungkai bila berjalan akan membentuk setengah lingkaran, hal ini
Gambar 3a: Perlahan-lahan duduk dengan cara menurunkan kaki yang sehat dulu dan
angkat serta geser pantat sedemikian rupa sehingga bergeser dan tumpuan berat badan
pada siku sisi yang sehat sehingga posisi setengah duduk dengan cara bahu sedikit
ditinggikan.
14
Gambar 3b: Posisikan kedua kaki menyentuh lantai dan tangan yang sehat menumpu
15
o Dari tempat tidur ke kursi.
Yang semula bukan merupakan satu masalah bagi penderita sebelum yang
Berjalan:
panggul pasien.
o Pelatih berdiri disisi yang lumpuh dan menopang bahu serta tangan pasien.
16
Cara yang salah: memegang lengan atas sisi yang lumpuh dengan cara memegang
Cara yang benar: tangan kita letakkan pada pangkal lengan atas sisi yang lumpuh dari
penderita sedangkan tangan yang lain memegang penderita pada sisi yang lumpuh.
Terapi okupasi
Definisi terapi okupasi: pengobatan medis untuk kelainan fisik atau mental dengan
tujuan aktifitas yang membangun diberikan oleh seorang tenaga okupasi terapi yang
aktifitas fungsional penderita, tangan yang spastis diberikan gulungan handuk seperti
yang tampak.
17
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh stroke akan berdampak pada kemampuan
Gambar 8: Modifikasi WC duduk. Hal ini dibuat bila WC di rumah penderita adalah
WC jongkok.
18
Gambar 9: Untuk mencegah turunnya sendi bahu pada sisi yang terkena, pemakaian
Gambar 10: Cara pemakaian kaos, masukkan kaos pada lengan yang lumpuh dulu.
Gambar 11: Cara pemakaian bajupun sama seperti memakai kaos yaitu masukkan
lengan yang lumpuh, baru kemudian sisi yang sehat. Kancingkan baju dengan tangan
19
Gambar 12: Masukkan celana pada sisi yang lumpuh dulu.
Gambar 12b: Setelah masuk pada sisi yang lumpuh baru pada sisi yang sehat.
20
Gambar 13: Alat-alat makan bila penderita terbatas kemampuannya untuk memegang
Ortotik Prostetik
Gambar 15: Pemberian alat bantu pada sisi tangan yang lumpuh.
Psikologi
21
Beberapa penderita karena sakit dan keterbatasan yang ada menjadi depresi,
rendah diri. Psikolog akan memberikan bantuan dengan memberikan support dan
PENUTUP
merupakan modal utama baik bagi penderita maupun pengasuh dan keluarga,
sehingga keterlibatan semua pihak akan memberikan hasil yang optimal pada
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Liss SE. Stroke. Dalam: Halstead LS. Medical rehabilitation. NY: Reven
LB. Restorative neurology. Amonk. NY: Futura publishing Co. 1998; 10:225-
40.
5. Saeki s, et all. Return to work after stroke, a follow up study. Stroke. 1995;
26: 339-401.
23