Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda
dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita
stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Menurut WHO (World Health Organization)
tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar 51 % di seluruh diunia disebabkan oleh
tekanan darah tinggi.
Menurut American Heart Assosiation (AHA, 2015) angka kejadian stroke
pada laki-laki usia 20-39 tahun sebanyak 0,2% dan perempuan sebanyak 0,7%. Usia
40-59 tahun angka terjadinya stroke pada perempuan sebanyak 2,2% dan laki-laki
1,9%. Seseorang pada usia 60-79 tahun yang menderita stroke pada perempuan 5,2%
dan laki-laki sekitar 6,1%. Pravelensi stroke pada usia lanjut semakin meningkat dan
bertambah setiap tahunya dapat dilihat dari usia seseorang 80 tahun keatas dengan
angka kejadian stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada perempuan 14%
(AHA,2015).
B. Tujuan Umum dan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan deficit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak
(Nurarif & Hardhi, 2015). Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya
mendadak, progresi cepat berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata –
mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic ( Mansjoer,
2002 ; 17 ).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Arif Muttaqin, 2008).
B. Klasifikasi
Menurut Corwin (2009), klasifikasi stroke adalah :
1. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2. Stroke non hemoragik
a. Trombosit cerebri, terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah
otak perlahan karna proses anteroklerosis cerebral dan perlambatan
sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak
akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya
menyumbat arteri cerebral tengah atau cabang-cabangnya yang
merusak sirkulasi serebral.
C. Patofisiologi/pathway
Perdarahan intraserebral biasanya tImbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry
aneurism) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah
subkortika, serebelum dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh
arteri berdiameter 100-400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding
pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya
aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang
tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari
pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler
yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume
perdarahan semakin besar. (Caplan. 2000)
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke non hemoragik menurut Misbach (2011) antara lain :
1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migrant, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor,
koma)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
sebagai berikut :
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap
Gula darah sewaktu, kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi
hati, enzim SGOT/SGPT/CPK dan profil lipid (trigliserid, LDL-
HDL serta total lipid)
c. Pemeriksaan hemostatis (darah lengkap)
Waktu protrombin, APTT, kadar fibrinogen, D-dimer, INR,
viskositas plasma.
2. Foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, serta mengidentifikasi kelainan paru
yang potensial mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk
prognosis.
3. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan anteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.
4. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intracranial.
5. CT scan
Pemindaian ini memperlibatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang
pemadatan terlihat diventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
6. MRI
MRI menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi dan
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
7. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit anteriovena.
8. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan
otak.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Nurarif & Hrdhi, 2015) sebagai berikut :
1. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi rawat darurat dan
merupakan tndakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi
oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid (hindari pemberian cairan
dekstrosa atau saln dalam H2O. dilakukan pemeriksaan CT scan otak,
elektrokardiografi, foto thoraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (jika hipoksia
dilakukan analisis gas darah.
2. Stadium akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan factor-faktor etiologic maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
serta telaah social untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan
edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap
pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan
keluarga.
3. Stadium sub akut
Tindakan medis dapat berupa terap kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan
penyakitnya yang panjang dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca
stroke di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti,
memahami dan melaksanakan program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase sub akut : melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
penatalaksanaan komplikasi, restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien)
yaitu fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif dan terapi okupasi, prevensi
sekunder, edukasi keluarga dan discharge planning.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun data yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian awal
Meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat rumah serta tanggal masuk rumah
sakit.
b. Pengkajian Data Dasar
 Riwayat kesehatan dahulu
- Biasanya pernah menderita hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes mellitus.
- Biasanya pasien mengalami stress.
- Kadangkala pernah mengalami stroke.
 Riwayat kesehatan Sekarang
- Pada umumnya kejadian secara mendadak dan
adanya perubahan tingkat kesadaran yang disertai
dengan kelumpuhan.
- Diawali dengan gangguan keluhan penglihatan
seperti penglihatan kabur, kembar, dapat juga nyeri
kepala, kadang kala seperti berputar, lupa ingatan
sementara dan kaku leher.
- Biasanya pasien mengeluh adanya perubahan
mental emosi yang labil, mudah marah, dapat juga
disorientasi maupun menarik diri.
- Dapat juga keluhan pasien setelah kejang mulutnya,
mencong disertai gangguan berbicara, kesemutan
dan tangan terasa lemah atau tidak dapat diangkat
sendiri.
 Riwayat kesehatan keluarga
- Biasanya adanya riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, kelainan jantung dan diabetes mellitus.
- Sering juga terdapat riwayat keluarga yang
menderita kelainan pembuluh darah seperti artera
vehol malformasi, asma bronchial dan penyakit
paru aobtruksi menahun (PPOM).
c. Pengkajian stroke
 Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis.
- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang
otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic),
paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
- Gangguan penglihatan
 Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup
jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal
 Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat,
kesedihan , kegembiraan
- Kesulitan berekspresi diri
 Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),
tidak adanya suara usus ( ileus paralitik )
 Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan,
disfagia
- Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
 Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara
selama TIA )
- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau
perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena
terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral
pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi
yang sama )
 Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium
perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letargi,
apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral
pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam
( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata,
reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat,
pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan
motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan
tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
 Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan
otot / fasial
 Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( faktor resiko )
- Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak
teratur
- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
 Keamanan
Data Obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk
melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian
tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan
wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan
dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit
terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
 Interaksi social
Data Obyektif: Problem berbicara, ketidakmampuan
berkomunikasi
 Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
- Riwayat hipertensi keluarga, stroke
- Penggunaan kontrasepsi oral
d. Pemeriksaan head to toe
 Kepala
- Bentukya : simetris, bulat lonjong
- Rambut : rapi dan pendek
- Warna : hitam
- Kulit kepala : putih
 Mata
- Ketajaman : baik
- Sclera : tidak ikhterik
- Konjungtiva : anemis
- Palpebra : simetris
- Kornea : keruh
- Pupil : normal (bulat dan simetri3-4 mm)
 Hidung
- Bentuknya : simetris
- Polip : tidak ada
- Perdarahan : tidak ada
- Peradangan : tidak ada
- Fungsi penciuman : baik
 Telinga
- Serumen : dalam batas normal
- Cairan : tidak ada
- Tanda-tanda peradangan : tidak ada
- Alat bantu : tidak ada
- Fungsi pendengaran : baik
 Mulut
- Rongga maulut : bersih
- Perdarahan : tidak ada
- Peradangan : tidak ada
 Gigi
- Lidah : bersih
- Tonsil : ada, tidak meradang
- Fungsi pengecapan : baik
 Leher
Kelenjar tyroid : tidak membesar
 Thorax dan pernapasan
- Bentuk : simetris
- Pernapasan : regular
- Frekuensi : x/menit
- Nyeri : tidak ada
 Jantung
- Tekanan darah : mmhg
- Frekuensi : x/menit
- Nyeri : tidak ada
 Abdomen
- Inspeksi
Bentuk abdomen : besar dan simetris
Benjolan/masa : kembung
- Auskultasi
Peristaltic usus : penurunan
Suara tambahan : terdengar
- Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada
Benjolan / massa : tidak ada
Tanda acietas : tidak ada
- Perkusi
Suara abdomen : terdengar peristaltic usus
menurun
Periksaan ascites : tidak ada
 Reproduksi
- Genitalia
Rambut pubis : tidak ada kelainan
Lubang uretra : tidak ada retensi
Kelainan pada daerah inguinal : tidak ada ditemui
 Ekstremitas
- Kesimetrisan otot : simetris dan bentuknya
sama
- Pemeriksaan edema : tidak dijumpai edema
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
ke otak
c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting
berhubungan kerusakan neurovaskuler
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
fisik
f. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
h. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ukuran,
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 kesimetrisan,
serebral b.d jam, diharapkan suplai aliran reaksi dan bentuk
aliran darah ke darah keotak lancar dengan pupil
otak terhambat Kriteria hasil: 2. Monitor tingkat
1. Nyeri kepala / vertigo kesadaran klien
berkurang sampai de- 3. Monitir tanda-
ngan hilang tanda vital
2. Berfungsinya saraf 4. Monitor keluhan
dengan baik nyeri kepala, mual,
3. Tanda-tanda vital stabil muntah
5. Monitor respon
klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas
jika TIK
meningkat
7. Observasi kondisi
fisik klien
2 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Libatkan keluarga
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 untuk membantu
verbal b.d jam, diharapkan klien mampu memahami /
penurunan untuk berkomunikasi lagi memahamkan
sirkulasi ke otak dengan Kriteria hasil: informasi dari / ke
1. Dapat menjawab klien
pertanyaan yang 2. Dengarkan setiap
diajukan perawat ucapan klien dengan
2. Dapat mengerti dan penuh perhatian
memahami pesan-pesan 3. Gunakan kata-kata
melalui gambar sederhana dan pendek
3. Dapat mengekspresikan dalam komunikasi
perasaannya secara dengan klien
verbal maupun 4. Dorong klien untuk
nonverbal mengulang kata-kata
5. Berikan arahan /
perintah yang
sederhana setiap
interaksi dengan klien
6. Programkan speech-
language teraphy
7. Lakukan speech-
language teraphy
setiap interaksi
dengan klien
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kamampuan
diri; keperawatan selama 3 x 24 klien untuk perawatan
mandi,berpakaian jam, diharapkan kebutuhan diri
, makan mandiri klien terpenuhi dengan 2. Pantau kebutuhan
Kriteria hasil: klien untuk alat-alat
1. Klien dapat bantu dalam makan,
makan dengan bantuan mandi, berpakaian
orang lain / mandiri dan toileting
2. Klien dapat 3. Berikan bantuan pada
mandi de-ngan bantuan klien hingga klien
orang lain sepenuhnya bisa
3. Klien dapat mandiri
memakai pakaian dengan 4. Berikan dukungan
bantuan orang lain / pada klien untuk
mandiri menunjukkan
4. Klien dapat aktivitas normal
toileting dengan bantuan sesuai
alat kemampuannya
5. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan
diri klien
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Pemicu
Tn.J berumur 70 tahun, saat ini dia dirawat di Rumah sakit karena pasien terjatuh dikamar
mandi. Tangan dan kaki kiri pasien sulit digerakkan pasien juga mengalami afasia. Dari hasil
pengkajian dan pemeriksaan awal di dapat data TTV :TD 180/100 mmHg, N 64x/menit, RR
20x/menit, S 37,20C, indeks KATZ (AKS) : F, GCS : E4 V4 M4, kekuatan otot : 5 3
Selama dirawat di RS perawatan diri pasien dibantu oleh keluarga. 5 3

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan hari Senin tanggal 14 Maret 2021 di ruang Flamboyan RSUD
Karya Husada
1. Identitas klien
Nama : Tn.J
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : kawin
Pendidikan : SLTP
Alamat : Semarang
No CM : 17-18-365160
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 14 Maret pukul 19.21WIB
2. Identitas penanggungjawab
Nama : Tn. R
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang
Hubungan dengan Pasien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Tangan dan kaki kiri sulit digerakkan, pasien juga mengalami afasia
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dari IGD RSUD Karya Husada, pindah di ruang
Flamboyan 14 Maret 2021 jam 21.00 WIB dengan keluhan Tangan
dan kaki kiri pasien sulit digerakkan, pasien juga mengalami afasia.
Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan awal di dapat data TTV :TD
180/100 mmHg, N 64x/menit, RR 20x/menit, S 37,20C, indeks
KATZ (AKS) : F, GCS : E4 V4 M4, kekuatan otot : 5 3
5 3
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS dan belum pernah
sakit seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga, pasien memiliki riwayat Penyakit keturunan yaitu
dari Ayah dengan penyakit Hipertensi.
e. Genogram
Keterangan : : perempuan meninggal
: laki-laki meninggal
: laki-laki
: perempuan
: Pasien laki-laki
: Tinggal serumah

2. Pola Kesehatan fungsional gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan
Sebelum di RS : Keluarga mengatakan pasien dahulu mempunyai
riwayat hipertensi. Biasanya dulu jika pasien mengalami sakit selalu
dibawa ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan.
Selama di RS : Keluarga mengatakan, saat ini pasien menderita
penyakit stroke. Keluarga mengatakan dirinya memiliki penyakit
tersebut karena pola makannya dahulu tidak terkontrol.
b. Pola Nutrisi
Sebelum di RS : keluarga pasien mengatakan pasien makan 3 x
sehari 1 porsi habis, nafsu makan baik. Kemudian pasien minum 5-7
gelas per hari
Selama di RS : keluarga mengatakan nafsu makan berkurang
hanya habis 4- 5 sendok setiap kali makan. Selama sakit pasien
minem 4 gelas perhari.
c. Pola Aktifitas
Sebelum di RS : keluarga mengatakan sebelum sakit pasien mampu
melakukan aktifitas secara normal.
Selama di RS :
DS: keluarga mengatakan melakukan aktivitas dibantu keluarga dan
anaknya
DO: Pasien beraktivitas diatas tempat tidur, dan di lingkungan
ruangan kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga pasien yaitu
anaknya

MACAM ADL
0 1 2 3 4
Mandi v
Berapakaian v
Pergi ke toilet (toileting) v
Berpindah tempat (transferring) v
Continent BAB / BAK v
Makan v
Ket : 0: mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu orang
lain dan alat, 4 : tergantung total
Termasuk Indeks KATZ F
d. Pola Eliminasi
Sebelum di RS : keluarga mengatakan sebelum sakit pasien BAB 1
kali sehari, konsitensi lembek, dan BAK pasien 5-7 kali sehari
dengan warna kuning jernih dan bau khas urin
Selama di RS : keluarga mengatakan selama sakit sudah BAB tadi
pagi tanggal 15 maret 2021 dan untuk hari ini BAK nya pasien
sudah berulang ulang kali menggunakan pispot
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum di RS : kebutuhan tidur pasien tercukupi, klien biasanya
dalam sehari tidur 6-8 jam per hari
Selama di RS : keluarga mengatakan tidak ada perubahan dalam
pola tidurnya di rumah sakit. Selama di rumah sakit pasien lebih
banyak waktunya untuk beristirahat
f. Pola Peran
Pasien mengatakan orang yang terdekat pasien adalah semua
anaknya dan keluarganya. Pasien mengatakan ingin segera sembuh
dan berkumpul dengan keluarganya.
g. Pola Kebersihan Diri
Sebelum di RS : Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari di kamar
mandi secara mandiri
Selama di RS : keluarga mengatakan pasien disibin 2 kali sehari
pagi dan sore
h. Pola Koping terhadap Stres
Sebelum di RS : pasien mengatakan jika pasien mempunyai masalah
pasien selalu berdiskusi dengan anaknya
Selama di RS : pasien mengatakan yang dipikirkan saat ini hanya
ingin sembuh
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Keluarga mengatakan pasien manoupose
j. Kepercayaan dan Keyakinan
Sebelum di RS : keluarga mengatakan pasien sholat 5 waktu dan
mengaji
Selama di RS : keluarga mengatakan tidak melakukan sholat 5
waktu

3. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : apatis
b. Skala Koma Glasgow : Verbal : 4, Psikomotor : 4, Mata : 4
c. TB / BB : 165cm / 64 kg
d. Tanda-tanda Vital : TD 180/100 mmHg, N 64x/menit, RR
20x/menit, S 37,20C
e. Rambut : rambut terdapat uban dan berambut tebal dan rapi
f. Mata : konjungtiva tidak anemis, reflek pupil baik, sclera
baik
g. Hidung : normal dan simetris, tidak ada secret, tidak ada
lesi dan benjolan
h. Telinga : simetris, kedua lubang telinga bersih dan tidak
mengeluarkan cairan
i. Mulut : bersih, tidak ada gigi palsu, mukosa bibir lembab
j. Kulit : kulit lembab, tidak terdapat lesi, turgor kulit baik
k. Leher : simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak
ada benjolan
l. Thorax
In : simetris, ekspansi dada simetris
Pa : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Pe : suara sonor
Aus : vesikuler
m. Jantung
In : tidak ada lesi, warna kulit merata
Pa : tidak ada nyeri tekan
Pe : suara redup
Aus : suara S1 dan S2
n. Abdomen
In : tidak ada lesi dan bekas luka, warna kulit merata
Aus : bising usus 11x/menit
Pe : terdengar hasil ketukan tympani disemua kuadran
abdomen
Pa : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa/ benjolan yang abnormal
o. Punggung : bentuk punggung simetris, tidak terdapat lesi
p. Ektremitas
Atas : tangan kanan bisa digerakkan secara leluasa dan
tangan kiri mengalami kelemahan. Kekuatan otot kanan 5 dan kiri 3.
Kuku pada jari tangan terlihat bersih. Tangan kanan terpasang infuse
Asering 20 tpm
Bawah : kaki kanan dapat digerakkan dan kaki kiri
mengalami kelemahan, tidak terdapat edema/ lesi, kekuatan otot
kanan 5 dan kiri 3. Kuku pada jari kaki terlihat bersih
4. Terapi
Hari/tanggal Obat Dosis dan satuan Rute
Senin, 14 maret Cairan infuse 20 tpm IV
2021 asering
Manitol 6 x 100 IV
Amlodipin 1 x 10 mg Oral
Ranitidin 50 mg/12 jam IV
Ondensentron 4 mg/12 jam IV

B. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : Penurunan Gangguan
- Keluarga mengatakan kaki kekuatan otot mobilitas fisik
dan tangan kiri pasien sulit (D.0054)
digerakkan
DO :
- TTV :TD 180/100 mmHg, N
64x/menit, RR 20x/menit, S
37,20C,
- Kekuatan otot 5 3
5 3
- Indeks KATZ ; F aktivitas
dibantu keluarga
- GCS : E4,M4,V4
- Pasien mengalami afasia
2 DS : Peningkatan Perfusi perifer
- Keluarga mengatakan tensi tekanan darah tidak efektif
selalu tinggi dan mempunyai (D.0009)
riwayat hipertensi
DO :
- TTV :TD 180/100 mmHg, N
64x/menit, RR 20x/menit, S
37,20C,
- KU apatis

C. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
(D.0054)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(D.0009)

D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATA
N
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam (I.05173)
berhubungan masalah Gangguan mobilitas Observasi
dengan penurunan fisik dapat teratasi dengan - Identifikasi adanya keluhan
kekuatan otot kriteria hasil: fisik lainya
(D.0054) Mobilitas fisik (L.05042) - Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan ektremitas melakukan pergerakan
meningkat - Monitor kondisi umum
2. Kekuatan otot meningkat selama melakukan
3. Rentang gerak (ROM) mobilisasi
meningkat Terapeutik
4. Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
meningkatkan pergerakkan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan

Pemantauan Neurologis
(I.06197)
Observasi
- Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan reaksi pupil
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor tingkat orientasi
- Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor keluhan sakit
kepala
- Monitor karakteristik bicara
Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis, jika
perlu
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauanra
2 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif keperawatan 3x24 jam (I.02079)
berhubungan masalah perfusi perifer tidak Observasi
dengan efektif dapat teratasi dengan - Periksa sirkulasi perifer
peningkatan kriteria hasil: - Identifikasi faktor riiko
tekanan darah Perfusi perifer (L.02011) gangguan sirkulasi
(D.0009) 1. Denyut nadi perifer Terapeutik
meningkat - Lakukan perawatan kuku
2. Kelemahan otot menurun dan kaki
3. Tekanan darah sistolik - Lakukan hidrasi
membaik Edukasi
4. Tekanan darah diastolic - Anjurkan minum obat
membaik pengontrol tekanan darah
secara teratur
- Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi

Pemantauan tanda vital


(I.02060)
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi
- Monitor pernafasan
- Moniror suhu tubuh
- Identifikasi perubahan
tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
pprosedur pemantauan

E. Implementasi keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Assosiation (AHA). 2015. Health Care Research : Coronary Heart Disease

Nurarif. A. H dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda NIC-NOC.Jogjakarta : Media Action

Yastroki. 2009. Tangani Masalah Stroke di Indonesia [Cited; jully 15, 2017].

http://www.yastroki.or.id/read.php?.id=4.

Mansjoer, A. 2002. Askariasis Dalam : Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3. Jakarta :

Media Aesculapius FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Imunologi. Jakarta : Salemba Medika

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media

Misbach J.2011. Stroke, Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta : Balai Penerbit

FK UI

Anda mungkin juga menyukai