Pembimbing :
Dr. AYUB L. PATTINAMA, SPS
Disusun Oleh :
Nenny Yoanitha
00 037
STROKE
I.
PENDAHULUAN
Stroke atau bencana gangguan peredaran darah di otak (cerebro
vascular accident) paling banyak menyebabkan orang cacat pada
kelompok usia diatas 45 tahun. banyak penderita menjadi cacat, invalid,
tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung
kepada orang lain dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganyanya.
Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan, dan beban ekonomi.
Stroke dapat terjadi pada setipa usia dari bayi baru lahir sampai
usia sangat lanjut. Namun angka kejadian stroke meningkat dengan
bertambahnya usia. Makin tinggi usia makin banyak stroke meningkat
dengan bertambahnya usia. Makin tinggi usia, makin banyak kemungkinan
untuk mendapatkan stroke. Walaupun pengetahuan kita akan patofisiologis
stroke meningkat pesat namun dibidang terapi kemajuannya lamban. Pada
tahap pengetahuan kita saat ini prevensi merupakan andalan utama dalam
menangani stroke.
II.
DEFENISI
Stroke menurut definisi WHO adalah manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral baik lokal maupun menyeluruh (global),
berlangsung cepat, lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa
ditemukan penyebabnya selain gangguan vaskuler.
Adapun penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak,
yang mendasari terjadinya stroke, misalnya arteriosklerosis otak,
aneurisma, angioma pembuluh darah otak dan sebagainya disebut
penyakit-penyakit peredaran darah otak (cerebrosvakular disease/CVD).
III.
EPIDEMIOLOGI
Di negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab
kematian No 3 pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan
kanker. Di Indonesia stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologis yang utama.
Stroke merupakan jejas otak yang disebabkan oleh dua jenis
gangguan vaskular, yaitu: iskemia (pasokan darah yang kurang) atau
hemoragi (bocornya darah dari pembuluh darah intrakranial). Pada stroke
iskemik, yang disebut juga sebagai stroke non-hemoragik, aliran darah ke
sebagian jaringan otak berkurang atau terhenti. Hal ini dapat disebabkan,
misalnya oleh sumbatan trombus atau embolus atau kelainan pada jantung
yang mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh tekanan perfusi
yang menurun.
Perlu diketahui bahwa keadaan hemoragik dan iskemik dapat
terjadi bersamaan. Hemoragi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
menyebabkan iskemia, dan di daerah yang mengalami iskemi dapat terjadi
perdarahan.
Perdarahan dapat pula diklasifikasikan atas perdarahan di parenkim
(hemoragi intraserebral) atau di rongga subarakhnoid yang meliputi otak
(perdarahan subarakhnoid).
Dari model eksperimen stroke diketahui bahwa terdapat berbagai
ambang iskemia untuk disfungsi serta kematian sel-sel di otak. Sel otak
yang paling peka terhadap iskemia ialah sel neuron, diikuti oleh dengan
kepekaan yang menurun sel oligodendroglia, astrosit dan sel endotelial.
Antar sel-sel neuron juga terdapat perbedaan dalam kepekaan terhadap
iskemia. Dan kepekaan dipengaruhi pula oleh lokasi. Dari hewan
percobaan, model stroke tikus, diketahui bahwa lokasi juga mempengaruhi
stroke terhadap iskemia. Hipokampus merupakan daerah yang paling peka,
diikuti oleh serebelum, striatum dan neokorteks.
Aliran darah otak (CBF = cerebral blood flow) yang normal ialah
sekitar 50 55 ml/100 g otak/menit. Ambang bagi gagal transmisi di
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko bagi stroke ialah kelainan atau penyakit yang
membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke.
Faktor-faktor resiko yang kuat (mayor)
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Penyakit jantung
a. Infark miokard
b. Elektrokardiogram abnormal disritmia, hipertrofi bilik kiri
c. Penyakit katup jantung
d. Gagal jantung kongestif
3. Sudah ada manifestasi arterosklerosis secara klinis
a. Gangguan pembuluh darah koroner (angina pectoris)
b. Gangguan pembuluh darah karotis
4. Diabetes melitus
5. Polisitemia
6. Pernah mendapat stroke
7. Merokok
PEMBAGIAN KLINIS
Dari segi klinis, stroke dibagi atas:
-
Stroke hemoragik
Kesadaran : sadar
Delirium, stupor
tidak
ada
tidak ada
1
0
1 atau lebih
SSS
diagnosa
>1
Perdarahan serebral
< -1
Infark serebral
- 1 sampai 1
Tia sebelum
serangan
2. Permulaan serangan
3. Waktu serangan
5. Muntah
6. Kesadaran
1
- Sangat mendadak (1-2 menit)
6,5
6,5
1
6,5
- Istirahat/duduk/tidur
- Bangun tidur
- Sangat hebat
1
10
- Hebat
7,5
- Ringan
- Tidak ada
- Langsung sehabis serangan
0
10
7,5
- Tidak ada
- Menurun langsung waktu serangan
0
10
10
0
7,5
(> 200/110)
- Waktu MRS sangat tinggi (> 200/110)
7,5
8. Tanda serangan
10
selaput otak
0
5
- Anisor
10
9. Pupil
10. Pupil
- Pinpoint kanan/kiri
10
- Midriasis kanan/kiri
10
10
10
10
7,5
- Normal
: 87,5%
Stroke hemoragik
: 91,3%
: 82,4%
Total score
: 20 stroke hemoragik
: < 20 : stroke non hemoragik
VI.
DIAGNOSA STROKE
1. Anamnesa
Pokok
manifestasi
dari
stroke
ini
ialah
hemiparesis,
2. Pemeriksaan fisik
Defisit neurologik yang sudah jelas mudah dikenal terutama
hemiparesis yang jelas. Selain itu teradpat pula tanda-tanda pengiring
hemiparesis yang dinamakan tanda-tanda gangguan Upper Motor
Neuron (UMN) ialah:
a. Tonus otot pada lesi yang lumpuh meninggi
b. Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh
c. Refleks patologis positif pada sisi yang lumpuh
Mengenal manifestasi stroke yang sangat ringan adalah lebih penting
daripada mengenal hemiparesis yang sudah jelas. Manifestasi stroke
yang paling ringan sering berupa gangguan ketangkasan gerak maka
dari itu urutan pemeriksaan susunan motorik sebagai berikut :
1. Pemeriksaan ketangkasan gerak
2. Penilaian tenaga otot-otot
3. Penilaian refleks tendon
4. Penilaian refleks patologis, seperti:
a. Refleks babinski
b. Refleks opppenheim
c. Refleks gordon
d. Refleks schaefer
e. Refleks gonda dan lain-lain
3. Pemeriksaan penunjang
alat
elektrokardiogram,
ekokardiogram).
Kadang-kadang
dan
bila
dibutuhkan
perlu
pula
dengan
alat
pemeriksaan
VII.
Rontgen toraks
Elektrokardiografi
Asam urat
Kolesterol, trigliserid
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan patologi anatomi
1. Stroke iskemik
a. Transiet Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
B. Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu
a. TIA
b. Stroke in evolution
c. Completed stroke
C. Berdasarkan sistem pembuluh darah
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro basilar
VIII. PATOFISIOLOGI
Stroke skemik
Pada fase stroke akut, perubahan terjadi pada aliran darah otot. Pada
daerah yang terima iskemia, terjadinya stroke iskemik secara etiologi
terdapat perbedaan yaitu iskemik otak global dan iskemik otak fokal
iskemi otak global.
Iskemi fokal
akut,
polisitemia,
makroglobulinemia
hemoglobinopati
dan
PENATALAKSANAAN
Stroke Iskemik
Pada stroke iskemik
10
yang
dapat
mencegah
pengumpulan
sehingga
mencegah
nimodpin
Obat-obat ini
(nimotop),
(tental),
sitikolin
(Nicholin).
Sedangkan tindakan yang perlu penelitian lanjut adalah hemodilusi, hal ini
bila darah kental pada fase akut stroke, misalnya hemotokrit lebih besar
11
dari 44 50%, darah dikeluarkan sebanyak 250 cc, diganti dengan larutan
dekstran 40 atau larutan lain, bila masih kental juga dapat dikeluarkan.
X.
STROKE HEMORAGIK
Menurut WHO, dalam internasional stasticial classification of
disease and related health problem 10 th revision, stroke hemoragik dibagi
atas :
1. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
2. Perdarahan Sub Arakhnoid (PSA)
XI.
Definisi
PIS adalah peredaran yang primer berasal dari pembuluh darah dalam
parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma
Pembagian klinis
Lyundyk dan Schoen membagi PIS menurut cepatnya gejala klinis
memburuk, sebagai berikut :
1. Akut dan cepat memburuk dalam 24 jam
2. Subakut, dengan krisi terjadi antara 3 dan 7 hari
3. Subkronis, bila krisisnya 7 hari
fossaposterior
12
Gejala-gejala klinis
Gejala prodromal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi.
Serangan: seringkali di siang hari, waktu begriat atau emosi/merah.
Sifat nyeri kepala, nyeri yang hebat sekali. Mual-muntah, sering
terdapat pada permulaan serangan. Kesadaran, biasanya menurun dan
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara
- 2 jam, dan 12 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
Terapi
Karena biasanya penderita berada dalam koma, maka pengobatan
dibagi dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik.
1. Pengobatan umum
Perhatikan pedoman berikut ini:
-
2. Pengobatan spesifik
pengobatan
ialah
pengobatan
kausal. Pengobatan
terhadap
13
Definisi
PSA adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah kedalam ruangan
subarakhnoid
Pembagian:
1. PSA spontan primer, yakni PSA yang bukan akibat trauma atau
PIS
2. PSA sekunder, adalah perdarahan yang berasal di luar
subarakhnoid, umpamanya dari PIS atau dari tumor otak
14
Terapi
Cara pengobatan yang digunakan untuk PIS, dipakai untuk PSA
pada fase akut. Setelah fase akut lewat, dianjurkan angiomagrafi
untuk mencari lesi (aneurisma atau angioma) sumber PSA. Bila
ditemukan, maka bisa dilakukan operasi bedah saraf (kliping,
ligasi, dan sebagainya).
Sistem Karotis
Gangguan/penyakit pada pembuluh darah sistem karotis dapat terjadi pada
pembuluh besar di ekstrakronid atau pada cabang-cabang intrakronal
keadaan ini disebabkan karena proses arterio-sklerosis yang menimbulkan
pladue pada semua arteri tersebut. Jika pembuluh darah tersebut tertutup
agak luas oleh pladue atau terjadi di percabangan arteri terutama di
pembuluh-pembuluh
15
PENCEGAHAN STROKE
Banyak penderita stroke yang meninggal, menjadi cacat atau
invalid seumur hidup. Stroke dapat dicegah setidak-tidaknya dapat
diundurkan munculnya dengan berbagai pencegahan, antara lain :
a. Pencegahan primer
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke:
-
b. Pencegahan sekunder
1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko, misalnya:
-
16
Berhenti merokok
atau
menurunkan
berbagai
akibat
yang
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumban Tobing SM, Prof.DR.dr, Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak,
Balai Penerbit Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1994
2. Guideline Stroke 2000, seri Pertama, Kelompok Studi Serebrovaskuler dan
Neurogeriatri, Perhimpunan Dr. Sp.Saraf Indonesia PERDOSSI
3. Aliah, Amirudin, F. Kuswara, R. Arifin Limoa Waysang Gambaran Umum
Tentang Peredaran Darah Otak. Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada
Press Yogyakarta 1996
4. Chusid J.G, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Jilid 2,
Yogyakarta, UGM Press, 1993; Hal 699 714
5. Mahar Marjono, Priguna S, Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat
6. Lumban Tobing, SM, Prof.DR.dr, Neurogeriatri Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
18