STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh:
Sheren – 00000012089
Preseptor:
TANGERANG
BAB I
LAPORAN KASUS
a. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Bapak S.
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Usia : 45 tahun
d. Status perkawinan : Sudah menikah
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kp. Pasirboton
g. Pekerjaan : Supir
h. No rekam medis : RSUS.00-84-44-XXX
i. Tanggal masuk rumah sakit : 31 Januari 2019
b. ANAMNESIS
Keluhan utama
Lemah anggota gerak tubuh sisi kiri sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
c. Riwayat keluarga
Paman pasien tidak mengetahui riwayat penyakit keluarga pasien.
c. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Status neurologis
a. GCS : E1M3V1 = 5
b. Refleks batang otak
Refleks pupil : +/-
Refleks kornea : -/-
Refleks oculocephalic : Normal
Refleks faring : Tidak dilakukan
c. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk :-
Tanda Laseq : >70o / >70o
Tanda Kernig : >135o / >135o
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
d. Saraf kranialis
Saraf kranial Kanan Kiri
Nervus II
Visus
Kampus Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Warna
Fundus
RCL + -
RCTL - -
Reflex konvergensi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Nistagmus Tidak dapat dinilai Tidak dapat Tidak
Pergerakan bola Tidak dapat dinilai dapat dinilai dinilai
mata
Nervus V
Motorik
Inspeksi Normotrofi Normotrofi
Palpasi Normotonus Normotonus
Membuka mulut Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sensorik
Nervus VII
Sikap mulut + Plika nasolabialis
istirahat melandai
Angkat alis, kerut Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
dahi, tutup mata
dengan kuat
Kembung pipi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
anterior lidah
Nervus VIII
Nervus cochlearis
Nistagmus
Berdiri dengan 1 Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
kaki Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Berdiri dengan 2
kaki
Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Berjalan tandem
Tidak dapat dinilai
Fukuda stepping Tidak dapat dinilai
Nervus IX, X
Arkus faring
Uvula
Disfoni Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Disfagi
Reflex faring
Nervus XI
Sternocleidomastoid Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Trapezius Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi
Atrofi
Fasikulasi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Tremor
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
e. Motorik
Normotrofi Normotrofi
Inspeksi :
Normotrofi Normotrofi
Normotonus Normotonus
Tonus otot :
Normotonus Normotonus
3333 0000
Kekuatan motorik :
2222 0000
Kesan lateralisasi kiri
Reflex patologis :
Reflex patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffer - -
Rossolimo - -
Mendel Becthrew - -
Hoffman Trommer - -
f. Sensorik
Sensorik Kanan Kiri
Eksteroseptif
Raba Tidak dapat dinilai
Nyeri + -
g. Koordinasi
Tes tunjuk hidung : Tidak dapat dinilai
Tes tumit lutut : Tidak dapat dinilai
Disdiadokokinesis : Tidak dapat dinilai
h. Otonom
Miksi : dengan kateter
Defekasi : dalam batas normal
Sekresi keringat : hyperhidrosis
i. Fungsi luhur
MMSE : Tidak dilakukan
d. RESUME
Pasien laki-laki 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan lemah anggota gerak tubuh
kiri 30 menit SMRS secara mendadak ketika sedang mengambil minum di bagasi mobil.
Pasien terjatuh lalu pingsan, muntah 1 kali dan mengeluhkan sakit kepala yang sangat
hebat. Pada observasi, pasien mengalami penurunan kesadaran dari E3M6V5 = 14 pada
pukul 15.30, E1M6V1 = 8 pada pukul 18.30, E1M4V1 pada pukul 20.00 hingga pagi hari
pukul 06.30.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit berat dengan kesadaran E1M4V1 disertai
dengan menurunnya refleks langsung pupil kiri dan refleks tidak langsung kedua pupil.
Terdapat paresis CN VII sinistra sentral dan CN XII sinistra, hemiparesis sinistra, reflex
fisiologis dan patologis negatif.
e. DIAGNOSIS
f. DIAGNOSA KERJA
Stroke Hemoragik
Peningkatan tekanan intrakranial
g. DIAGNOSA BANDING
Stroke iskemik
h. PROGNOSIS
Ad vitam : malam
Ad functionam : malam
Ad sanationam : malam
j. SARAN TERAPI
ANALISA KASUS
A. Stroke Hemoragik
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang bersifat fokal maupun global,
terjadi secara akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh tumor ataupun infeksi. Stroke hemoragik adalah kondisi pecahnya
salah satu percabangan dari pembuluh darah otak yang menyebabkan gangguan
neurologis. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral ataupun
perdarahan subarakhnoid.
a) Epidemiologi
Berdasarkan WHO, 15 juta jiwa di seluruh dunia menderita stroke per tahunnya,
Dari 15 juta, 5 juta orang meninggal dunia dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan
permanen. Penderita stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan tercatat 1.236.825 orang. Hampir 90% adalah stroke iskemik dan 8-18%
adalah stroke hemoragik.
b) Klasifikasi
Perdarahan intraserebral
Pada CT scan non kontras akan terlihat adanya darah di cistern, fisura Sylvii
atau sulci yang meliputi konveksitas. Terkadang dapat terlihat juga darah di
intraparenkimal. Darah yang masuk ke ruang subarakhnoid dapat menyebabkan
komplikasi hidrosefalus. Komplikasi lain adalah intraparenchymal extention yang
menyebabkan edema otak, seizure, dan vasospasme.
c) Etiologi
Etiologi dari stroke meliputi hipertensi, cerebral amyloidosis, gangguan
pembekuan darah, terapi antikoagulan, arteriovenous malformation. Etiologi yang
paling umum dari stroke hemoragik adalah hipertensi. Hipertensi pada pembuluh
darah kecil menyebabkan rupturnya aneurisma menyebabkan perdarahan
intraparenkim. Cerebral amyloidosis ditandai dengan penumpukan beta amyloid
peptida pada pembuluh darah kapiler, arteriol, dan pembuluh darah kecil- sedang
pada korteks cerebral, leptomeninges dan cerebellum. Cerebral amyloidosis pada
pembuluh darah kecil dapat menyebabkan perdarahan intra serebral yang sporadis
pada pasien dengan kategori usia lanjut. Arterivenous malformation adalah adanya
pembuluh darah abnormal yang menghubungkan arteri dan vena. Pembuluh darah
abnormal ini tipis dan rentan berdilatasi, menyebabkan pembuluh darah tersebut
mudah pecah. Ketika pembuluh darah pecah akan menyebabkan perdarahan otak.
d) Faktor Resiko
Faktor resiko stroke hemoragik terbagi menjadi 2 yaitu yang dapat dimodifikasi
dan yang tidak dapat dimodifikasi. Resiko stroke hemoragik yang dapat dimodifikasi
adalah hipertensi, diabetes, rokok, konsumsi alkohol berlebih, antikoagulan,
antiplatelet, serta obat simpatomimetik seperti cocain, heroin, amphetamin dan
lainnya. Arteriol intrakranial yang terpapar hipertensi berkepanjangan berasosiasi
dengan disfungsi endotel serta mikro aneurisma yang menyebabkan cerebral small
vessel diseases. Pasien yang mengalami cerebral small vessel diseases rentan untuk
menjadi stroke hemoragik. Resiko stroke hemoragik yang tidak dapat dimodifikasi
adalah usia lanjut dimana dimulai dari usia 55 resiko stroke terkali dua setiap 10
tahun, jenis kelamin laki - laki dimana laki laki memiliki resiko 30 persen lebih besar
dibandingkan perempuan, etnis asia, cerebral amyloid angiopathy, dan chronic
kidney disease
e) Manifestasi Klinis
Pasien dengan stroke hemoragik secara umum memiliki gejala yang lebih berat
dibandingkan pasien dengan stroke iskemik. Pasien dengan stroke hemoragik lebih
cenderung memiliki gejala sakit kepala, mual muntah, dan kejang. Manifestasi dari
stroke hemoragik bergantung pada area otak yang terkena. Apabila daerah yang
terlibat adalah hemisphere sebelah kiri, sindroma khas yang akan dialami pasien
adalah hemiparesis kanan, penurunan sensoris kanan, left gaze palsy, dan aphasia.
Apabila daerah yang terlibat adalah hemisphere kanan, gejala yang akan dialami
pasien adalah hemiparesis kiri, penurunan sensoris kiri, dan right gaze palsy.
f) Patofisiologi
Kematian dapat disebabkan karena kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada 1/3 kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, thalamus, dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, volume
darah yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang
menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Menurunnya tekanan perfusi menyebabkan elemen - elemen vasoaktif darah serta
kaskade iskemik terjadi dan menyebabkan neuron - neuron di daerah yang terkena
darah menjadi lebih terkompresi.
Pemeriksaan Radiologi
Deteksi dini gejala yang mengarah kepada dianosis stroke yang harus dikenali antara
lain hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia, diplopia, vertigo,
afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang terjadi
secara mendadak
Tatalaksana Medikamentosa
Obat anti hipertensi yang dianjurkan pada pasien stroke hemoragik adalah
labetalol, nicardipine, hydralazine, dan nitrogliserin. Labetalol dengan dosis 10-
20mg IV bolus selama 1-2 menit atau 0.5-2.0 mg/min infus diulang dalam 10 menit.
Nicardipine dengan dosis 5-15 mg/jam IV dosis ditingkatkan 2.5 mg/jam setiap 5
menit (dosis maksimum 15 mg/jam). Hydralazine dengan dosis 10-20mg IV bolus
atau intramuskular, diulang setiap 4-6 jam (dosis maksimum 40mg). Nitrogliserin
degan dosis 5-100mg IV. Target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik dengan
usia dibwah 60 tahun adalah 140/90 sedangkan tekanan darah yang ditargetkan
untuk pasien ber-usia di atas 60 tahun adalah 150/90.
Selain hipertensi, tekanan intrakranial juga harus dimonitor pada pasien stroke
hemoragik. Untuk menstabilisasi tekanan intrakranial dapat digunakan mannitol
0.25-0.50 gram/KgBB bila TIK > 20mm Hg (normal = 5-15 mmHg)
Pasien laki-laki 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan lemah anggota gerak tubuh
kiri 30 menit SMRS secara mendadak ketika sedang mengambil minum di bagasi
mobil. Pasien terjatuh lalu pingsan, muntah 1 kali dan mengeluhkan sakit kepala yang
sangat hebat. Pada observasi, pasien mengalami penurunan kesadaran dari E3M6V5 =
14 pada pukul 15.30, E1M6V1 = 8 pada pukul 18.30, E1M4V1 pada pukul 20.00 hingga
pagi hari pukul 06.30.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit berat dengan kesadaran E1M4V1 disertai
dengan menurunnya refleks langsung pupil kiri dan refleks tidak langsung kedua pupil.
Terdapat paresis CN VII sinistra sentral dan CN XII sinistra, hemiparesis sinistra, reflex
fisiologis dan patologis negatif
VARIABEL KLINIS SKORING SKOR
PASIEN
Misbach, Jusuf. 2011. Guideline Stroke Edisi Revisi Tahun 2011. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI);