Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh:
Jessica Pratiwi
01073180125

Pembimbing:
Dr. dr. Dharmady Agus, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


SANATORIUM DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 17 JUNI - 20 JULI 2019
JAKARTA SELATAN
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – SANATORIUM DHARMAWANGSA

No. Rekam Medis : 113.10.50


Tanggal Masuk Rumah Sakit : 5 Agustus 2013
Dokter yang Merawat : dr. E, Sp.KJ
Riwayat Perawatan : Ke 2 (Dharma Jaya dan Dharmawangsa)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ZW
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 22 Oktober 1968 :
Umur : 49 tahun
Bangsa/Suku : Indonesia / Betawi
Agama : Katolik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Konsultan akuntan
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Citra garden 3 blok B17 no.7, Cengkareng, Kalideres

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Anamnesis diperoleh dari:


 Autoanamnesis pada tanggal 24 Juni, 1 dan 5 Juli 2019 di Sanatorium
Dharmawangsa
 Alloanamnesis pada tanggal 24 Juni, 1 dan 5 Juli 2019di Sanatorium
Dharmawangsa dengan perawat

A. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh keluarga yaitu saudaranya untuk dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa karena pasien sering mendengar suara yang tidak terdengar oleh
orang sekitarnya dan sering sering terlihat berbicara sendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa secara paksa oleh pihak keluarga (saudara kandung) ke
Sanatorium Dharmawangsa pada tanggal 28 Agustus 2013 oleh karena pasien
sering tertangkap sedang berbicara sendiri dan sering mengeluhkan mendengar
suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain. Pasien pertama kali
mendengar suara-suara tersebut sekitar tahun 1990an, oleh karena itu pasien sempat
berobat jalan dan dirawat inap beberapa kali di RS Dharmajaya (dekat RS Husada)
sampai akhirnya rumah sakit tersebut tutup dan akhirnya pasien dipindahkan ke
Sanatorium Dharmawangsa untuk dirawat inap hingga sekarang.
Pasien mengaku bahwa pasien mulai mendengar suara-suara tersebut tidak
lama setelah pasien kehilangan ayah kandungnya karena kanker hati. Pasien
mengaku sangat terpukul akan kematian sang ayah karena pasien mengatakan
bahwa dirinya dekat dengan sang ayah dimana pasien sering bercerita kepada
ayahnya. Pasien mengatakan bahwa setelah ditinggal oleh ayahnya pasien merasa
sepi, hampa walaupun dirumah pasien masih tinggal bersama ibunya dan satu orang
pembantu. Pasien merasa ia tidak terlalu dekat dengan sang ibu sehingga ia merasa
sepi dan hampa setelah kepergian sang ayah.
Pasien mengaku kejadian pertama kali dialami pasien ketika pada tahun 1990
an, awalnya pasien mendengar saat sedang di kantor tetapi terkadang terdengar juga
saat sedang di rumah. Pasien mengatakan dirinya mendengar suara yang menurut
pasien adalah Jehovah pada tahun 1996. Menurut pasien, Jehovah mengatakan
kepada pasien bahwa pasien adalah anak-Nya, sehingga bisa menyampaikan doa
kepada Jehovah secara langsung. Karena status anak Tuhan ini, pasien merasa
bahwa ia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lainnya dimana
pasien dapat berkomunikasi secara langsung dengan Tuhan sehingga permintaan
yang diajukan oleh pasien kepada Tuhan dapat dikabulkan. Akan tetapi pasien juga
menyadari bahwa kuasa untuk mengabulkan tetap berada di tangan Tuhan. Pasien
mengatakan bahwa pasien diciptakan oleh Jehovah kemudian mereka menciptakan
Yesus dan menciptakan alam semesta. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah
anak kepercayaan Jehovah sehingga bersama-sama dengan Jehovah mereka
menciptakan Yesus dan alam semesta. Pasien mengatakan bahwa Jehovah berada
di dalam matahari sehingga tidak dapat dicapai oleh kefanaan manusia dan hanya
dapat dicapai oleh iman kepadaNya. Ketika ditanyakan kepada pasien darimana
suara-suara tersebut mengetahui bahwa pasien adalah anak Jehovah pasien
menjawab bahwa menurut suara-suara, roh pasien berwarna putih dimana artinya
suci (surgawi), sedangkan manusia lain warna rohnya adalah abu-abu dimana sudah
tercampur oleh dosa sehingga tidak suci (tidak jelas masuk neraka atau surga).
Pasien juga bercerita bahwa Jehovah dan Yesus pernah menampakkan diri mereka
kepada pasien. Pasien menceritakan perawakan Jehovah sebagai laki-laki paruh
baya dengan ras kaukasia, berperawakan gemuk dan memakai jubah pastur. Yesus
digambarkan seperti laki-laki dewasa sekitar 30 tahun, ras kaukasia, dengan janggut
yang ditata rapid dan menggunakan jubah seperti sebagaimana Yesus digambarkan
pada umumnya. Pasien bercerita bahwa malaikat Mikail sering bercakap-cakap
dengannya namun tidak pernah menampakkan wujudnya kepada pasien. Pasien
memiliki waham bizzare sejak pertama kali dibawa oleh keluarga ke rumah sakit
Dharma Jaya. Pasien mengaku bahwa Yesus menyembuhkan pasien dari penyakit
organiknya seperti dyslipidemia, diabetes, bahkan miopia. Pasien bercerita bahwa
sejak pasien dipindahkan ke Sanatorium Dharmawangsa, Yesus sudah tidak pernah
menyembuhkan pasien lagi karena menurut pasien, terdapat perselisihan antara
Yesus dan Jehovah mengenai kondisi kesehatan pasien. Menurut pasien, Jehovah
dipengaruhi oleh paranormal berjumlah sekitar 50 orang dan juga keluarga pasien
sehingga Jehovah bukan hanya tidak memberi kesembuhan kepada pasien, tapi juga
menambah penyakit pasien. Pasien mempercayai Jehovah memberikan aturan
kepada dirinya, yaitu tidak boleh menikah, tidak boleh terkenal dan memiliki
perbedaan kekuatan dibandingkan dengan Yesus.
Selain Jehovah, pasien mengatakan bahwa suara yang didengar olehnya
terdiri dari banyak suara (baik laki-laki maupun perempuan). Suara yang berbicara
kepada pasien tidak berubah-ubah namun jumlah orang yang berbicara menurutnya
bertambah banyak sejak pertama kali suara tersebut muncul. Pasien mengatakan
bahwa mayoritas suara yang didengarnya berasal dari paranormal-paranormal yang
diutus atau disuruh oleh para pejabat dan tokoh-tokoh penting lainnya untuk
berbicara kepada pasien dan meminta agar pasien dapat menyampaikan keinginan
mereka kepada Tuhan secara langsung. Adapun permintaan-permintaan yang
biasanya disampaikan kepada pasien adalah permintaan akan kesuksesan, kekayaan
dan jodoh. Contohnya pasien pernah diminta memberikan seseorang perusahaan
pom bensin agar dapat menjadi sukses dan kaya. Menurut pasien, orang tersebut
benar-benar menjadi sukses sebagai pemilik pom bensin setelah pasien
menyampaikan permohonan orang tersebut kepada Tuhan. Pasien mengatakan
bahwa apabila pasien mengabulkan permintaan suara-suara tersebut maka pasien
akan dipuji-puji, seperti “Zaldy baik banget, mau membantu, Zaldy hebat”.
Menurut pasien, seperti halnya seorang manusia yang sudah dikabulkan
permintaannya, suara-suara tersebut akan meminta lebih dan lebih lagi, sehingga
pasien menjadi kesal dan tidak mau lagi membantu menyampaikan permintaan
mereka kepada Tuhan. Sekarang, pasien tidak menghiraukan lagi permintaan-
permintaan yang dibuat oleh suara yang didengarnya. Akan tetapi, saat pasien
menolak untuk membantu suara-suara tersebut, pasien dihina dan dituduh dengan
kata-kata seperti “serakah, egois, jahat.” Selain itu, pasien mengatakan bahwa
pasien juga diancam untuk dibunuh melalui cara santet. Akan tetapi, pasien tidak
takut karena pasien percaya kepada Tuhan.
Selain paranormal pasien juga mendengar suara Jenderal Wiranto. Menurut
pasien, Jenderal Wiranto memiliki “keris dukun” yang dapat membuatnya dapat
berkomunikasi secara langsung dengan pasien tanpa melalui paranormal. Ketika
ditanya mengapa Jenderal Wiranto memiliki keris dukun, pasien mengatakan
bahwa keris tersebut ada karena Jenderal Wiranto pernah disantet sebelumnya
sehingga Jenderal Wiranto menjadi impoten. Untuk mencegah hal tersebut terjadi
lagi maka Jenderal Wiranto memiliki keris dukun untuk melindungi dirinya dari
orang-orang yang mencoba menjahatinya. Didalam suara tersebut Jenderal Wiranto
pernah meminta restu dan dukungan daripada pasien karena dirinya ingin
mengajukan diri sebagai calon presiden di pemilu pada tahun 2009. Pasien
mengatakan apabila pasien tidak memberikan restunya kepada Wiranto, maka
jenderal tidak akan mencalonkan dirinya sebagai presiden karena tidak ingin
mengambil risiko untuk menghabiskan uangnya untuk kampanye yang akan sia-sia.
Pasien mengatakan bahwa Jenderal Wiranto mengancam akan menyantet pasien
sehingga pasien menjadi bisulan dan mengalami sakit maag. Menurut pasien,
pasien benar-benar mengalami bisulan di sekitar mata yang membuatnya tidak
nyaman, namun pasien tidak mengalami sakit maag karena menurut pasien, ia
dilindungi oleh kekuatan gaib yang baik.
Selain Wiranto, pasien mengatakan bahwa ia mendengarkan suara paranormal
yang diutus oleh presiden Jokowi. Menurutnya, Jokowi meminta agar pasien dapat
menyelesaikan masalah Soeharto dengan cara menuntutnya. Pasien merasa Jokowi
memang berkonsultasi dengannya karena pasien memang memiliki gelar sarjana
hukum sehingga mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti ini. Sebagai
jawaban, pasien mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan
karena Soeharto sudah meninggal dan tidak terdapat bukti yang kuat untuk
menuntutnya.
Pasien juga bercerita mengenai suara Pastur Yohanes yang merupakan seorang
pemimpin gereja katholik dimana Pastur Yohanes meminta agar pasien
mengabulkan permintaannya untuk membangun sebuah villa di puncak. Tujuan
Pastur Yohanes menurut pasien sangat duniawi dimana ia hanya ingin membangun
villa tersebut untuk mendapatkan uang dan bukan untuk hal yang rohani dimana
seharusnya seorang romo melakukan perbuatan-perbuatan rohani dan
meninggalkan hal yang duniawi. Menurut pasien, Pastur Yohanes dapat mengenal
pasien dari keluarga pasien,
Selain permintaan, suara-suara yang didengarkan oleh pasien juga mengajak
pasien diskusi mengenai masalah-masalah ekonomi, politik, dan agama yang
sedang berlangsung. Contohnya pasien mengatakan bahwa mereka sering
membahas mengenai masalah dollar yang terus naik sehingga membuat daya beli
masyarakat menjadi menurun dan banyak perusahaan yang menjadi bangkrut.
Kemudian pasien menjelaskan kepada suara-suara yang didengarnya bahwa sangat
sulit untuk mengatasi masalah tersebut karena kenaikan harga dollar tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga masalah tersebut merupakan masalah
yang kompleks.
Pasien mengatakan bahwa pada awalnya ia merasa kesal karena dibawa oleh
keluarganya secara paksa ke Sanatorium Dharmawangsa. Menurutnya keluarga
pasien lebih mendengarkan opini pastur daripada opini pasien sendiri mengenai
kondisinya dimana pasien merasa bahwa suara-suara yang didengarnya adalah
suara-suara paranormal (orang asli) namun pasien merasa bahwa pastur sudah
mempengaruhi saudaranya sehingga mereka yakin bahwa suara yang didengarkan
oleh pasien adalah pengaruh setan sehingga saudaranya menuruti perintah pastur
untuk memasukkan pasien kedalam rumah sakit jiwa. Padahal menurut pasien
suara-suara yang didengarkannya tidak mungkin berasal dari setan karena
permintaan yang diajukan oleh suara-suara tersebut bersifat duniawi. Hal-hal
seperti kekayaan, kekuasaan dan jodoh tidak berguna bagi setan-setan dan hanya
berguna untuk manusia-manusia pada umumnya. Namun pasien mengatakan bahwa
pada saat ini pasien hanya sedikit kesal dengan keluarganya karena pasien sudah
dapat menerima dan beradaptasi dengan penjelasan mengenai kondisinya
tergangung dengan situasinya. Pasien mengibaratkan nasib dirinya dengan
peribahasa “ dimana tanah dipijak, disanalah langit dijunjung” yang artinya pasien
sempat menggunakan peribahasa “dimana tanah dipijak, disanalah langit
dijunjung,” yang artinya apabila pasien di rumah sakit, maka pasien akan menerima
penjelasan yang diberikan dokter bahwa kondisinya disebabkan oleh sebuah
penyakit, sehingga pasien dengan pasrah mengikuti peraturan-peraturan di
sanatorium dharawangsa dan mengonsumsi obat-obatan yang diberikan kepadanya.
Namun, apabila dalam situasi yang berbeda seseorang mengatakan bahwa
kondisinya disebabkan hal-hal gaib, maka pasien juga akan menerimanya saja.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
i. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengaku pertama kali mendengar suara pada tahun 1990an,
tetapi pasien tidak ingat tepatnya kapan. Dari rekam medis diketahui bahwa
pasien sebelum masuk ke Sanatorium Dharmawangsa, pernah dirawat di
Rumah Sakit Dharma Jaya sejak tahun 2008, lalu pasien mengaku sempat
pulang beberapa bulan, kemudian karena pasien tidak minum obat secara rutin,
keluarga pasien mengaku melihat pasien masih sering berbicara sendiri dan
akhirnya bulan agustus 2013 pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa oleh
saudara pasien.
ii. Riwayat Gangguan Medis
Pasien memiliki riwayat kolesterol dan telah mengonsumsi obat
kolesterol secara teratur. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
iii. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Pasien merupakan seorang perokok berat sejak SMP. Biasanya pasien
menghabiskan antara 1-2 bungkus per harinya. Sekarang, sehari-harinya pasien
merokok sesuai dengan jumlah rokok yang dijatahkan oleh Sanatorium
Dharmawangsa yaitu 1 batang setiap 2 jam. Bagi pasien merokok merupakan
kenikmatan tersendiri dan pasien merasa jatah rokok yang diberikan oleh
Sanatorium Dharmawangsa kurang. Biasanya pasien akan merokok di teras
bangsal laki-laki Sanatorium Dharmawangsa bersama pasien-pasien lainnya,
namun terkadang pasien bisa saja merokok sendiri. Terkadang pasien terlihat
membagikan rokok yang dihisap kepada pasien lain yang meminta kepadanya.
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang sampai saat
ini.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 22 Oktober 1968 dan merupakan anak kelima dari
tujuh bersaudara. Riwayat selama kehamilan dan kelahiran normal tanpa
ada masalah tertentu.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tinggal bersama orangtua dan keenam saudaranya. Pertumbahan dan
perkembangan pada masa kanak awal ternilai normal.
3. Masa Kanak Pertengahan ( 3 - 11 tahun)
Pasien mengaku mudah bergaul dengan teman-teman seusianya baik
disekolah maupun di lingkungan rumah.
4. Masa Kanak Akhir (purbertas) dan Remaja
Saat memasuki SMP pasien mengaku mulai merokok. Sehari-hari pasien
bersekolah dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sehingga langsung
pulang setelah selesai sekolah. Pasien mengaku tidak pernah mendapatkan
masalah disekolah.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku tidak ada masalah selama sekolah. Setelah lulus
SMA pasien langsung memasuki bangku kuliah dan dalam waktu
empat tahun pasien mendapatkan dua gelar dalam waktu bersamaan
yaitu sarjana ekonomi dari STIE YAI dan sarjana hukum dari
Universitas Trisakti. Setelah lulus kuliah pasien bekerja sebagai
akuntan publik di sebuah perusahaan akuntansi di Jakarta.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai manager akuntan publik di sebuah perusahaan
akuntansi di Jakarta. Menurut pasien ia tidak lagi bekerja karena
dianggap tidak dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik akibat
suara-suara yang dialami pasien sehingga ia diberhentikan dari
pekerjaannya saat itu akibat adanya gangguan jiwa.
Pasien mengaku cukup sedih karena diberhentikan dari pekerjaannya
karena pasien mengatakan ia menyukai pekerjaannya dan menganggap
pekerjaannya merupakan peluang baginya untuk menyalurkan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa
selama bekerja tidak ada masalah dengan atasan, teman di kantor
maupun bawahan pasien. Bahkan pasien mengatakan bahwa teman-
teman kantornya peduli dengan pasien sampai mengunjungi pasien di
rumah sakit jiwa ketika mereka mengetahui keberadaan pasien.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Katholik namun pasien sudah tidak berdoa
maupun membaca Alkitab lagi karena pasien merasa ia dapat
berinteraksi langsung dengan Allah.
d. Riwayat Kehidupan Sosial/ Activity
Pasien menyebutkan tidak memiliki teman lagi diluar dari sesama
pasien di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien terlihat cukup akrab
dengan pasien lain yang bernama Tn. Cahyo, Tn. Jono, dan Tn. Johan.
Pasien mengatakan bahwa pasien bosan dengan aktivitas yang ada di
Sanatorium Dharmawangsa. Pasien sudah jarang mengikuti aktivitas
yang difasilitasi. Pasien lebih sering diam duduk di kamarnya sambil
merokok. Pasien senang berdiam diri, dan tidak terlalu suka berbaur
dengan pasien lainnya, di ruangan sebelah. Akhir-akhir ini pasien
senang menuliskan isi pikirannya untuk negara Indonesia dan suara-
suara yang ia dengar.
Berdasarkan anamnesis yang didapat dari perawat di Sanatorium
Dharmawangsa, pasien memiliki interaksi yang baik dengan pasien-
pasien lainnya, maupun dengan perawat, koas-koas dan dokter yang
ada.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah melanggar hukum
f. Riwayat Seksual
Pasien belum menikah karena pasien mengatakan ia sudah terlanjur
mendengar suara-suara sebelum sempat menemukan teman yang
dianggapnya cocok untuk dijadikan pasangan hidup. Pasien belum
pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya.
E. Riwayat Keluarga

Gambar 1. Silsilah Keluarga Pasien

Pasien adalah anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pasien mengatakan bahwa


saudara yang membawanya kesini adalah adiknya (nomor 6), dan selalu
berkunjung setiap satu tahun sekali. Tn. Z mengatakan bahwa saudara
keluarganya sudah meninggalkannya di Sanatorium Dharmawangsa dan sudah
jarang menjenguk pasien. Ia mengatakan bahwa keluarga sudah tidak ada yang
bersedia menjaganya di rumah karena semuanya sudah sibuk berkeluarga.
Pasien juga mengatakan bahwa saudara pertama pasien mengalami retardasi
mental sehingga pasien merasa akan menambah beban keluarga apabila pasien
pulang.
Orang tua dari pasien keduanya sudah meninggal berdasarkan
keterangan secara alloanamnesis, tetapi tidak ada keterangan kapan keduanya
meninggal. Akan tetapi, pasien mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal
pada tahun 1990-an karena kanker hati dan ibunya karena penyakit jantung. Ia
mengatakan bahwa hubungan dengan setiap anggota keluarga baik. Ia
mengatakan bahwa ayahnya baik dan selalu mengatakan bahwa pendidikan itu
nomor satu.
Tidak diketahui adanya riwayat penyakit lain dalam keluarga selain
riwayat kanker hati dari ayah dan riwayat penyakit jantung dari ibu pasien.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
F. Situasi Kehidupan Ekonomi Sekarang
Sejak berhenti dari pekerjaannya pasien mengaku tidak memiliki penghasilan lagi.
Kebutuhan hidup pasien terpenuhi melalui perawatan yang diberikan oleh
Sanatorium Dharmawangsa dan juga pemberian keluarga apabila mereka datang
untuk menjenguk serta pemberian dari koas-koas yang datang berkunjung.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan:
Pasien terlihat sesuai dengan usia pasien, kepala botak dengan gigi terlihat
tidak terawat karena terlihat kuning dan jarang antara gigi jarang, perut terlihat
buncit namun secara keseluruhan pasien terlihat kurus. Pasien berpakaian
sederhana, terkadang pakaian pasien memiliki beberapa robekan. Kebersihan
diri lainnya terlihat cukup baik.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum Wawancara:
Pasien terkadang duduk sendiri di teras maupun di kamar sambil menulis
ataupun duduk bersama pasien-pasien lainnya di teras bangsal laki-laki
Sanatorium Dharmawangsa. Pasien terlihat sering merokok bersama pasien
lainnya namun tidak berinteraksi dengan mereka.
b. Selama Wawancara:
Pasien tidak canggung, ramah, bersikap terbuka mau menjawab pertanyaan
pewawancara dengan lancar. Terkadang pasien mengajak pewawancara
untuk bercanda. Kontak mata baik, sikap tenang.
c. Sesudah Wawancara:
Pasien biasanya akan pamit kepada pewawancara untuk kembali menulis
atau kembali ke kamarnya. Pasien suka bertanya kapan akan bertemu lagi
dengan pewawancara. Wawancara diakhiri dengan baik oleh pasien maupun
pihak pewawancara.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien ramah, mau berkenalan dengan pewawancara. Pasien berjabat tangan
dengan pewawancara, memperkenalkan diri dan mempersilahkan
pewawancara untuk duduk disebelahnya. Terkadang pewawancara yang
memulai topik pembicaraan namun tidak jarang pasien yang bercerita tanpa
didahului pertanyaan dari pewawancara. Pasien dapat mengingat nama
pewawancara. Pasien terlihat tenang dan terkadang bertanya seputar kehidupan
pewawancara.
B. Pembicaraan
1. Kuantitas : Banyak, aktif
i. Kualitas : Spontan, lancar, intonasi sesuai, menjawab sesuai
………………………………dengan pertanyaan pewawancara

C. Mood dan Afek


1. Mood (suasana perasaan) : Eutimik
2. Afek (ekspresi afektif) : Normal
3. Keserasian : Serasi
D. Gangguan Persepsi (Persepsi Panca Indra)
1. Halusinasi : Ada
Halusinasi Auditorik
- Pasien mengatakan bahwa ia mendengarkan suara-suara paranormal yang
diutus oleh petinggi-petinggi untuk mengajukan permohonan mereka
kepada pasien seperti meminta kekayaan, kesuksesan dan jodoh.
- Pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara Jenderal Wiranto yang
meminta restu untuk pemilu presiden.
- Pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara yang memberitahunya
bahwa pasien adalah anak-Nya, dan pasien merupakan perantara antara
Tuhan dan umat manusia.
- Pasien mengatakan bahwa ia mendengarkan suara paranormal yang diutus
oleh presiden Jokowi. Menurutnya, Jokowi meminta agar pasien dapat
menyelesaikan masalah Soeharto dengan cara menuntutnya.
- Pasien mengatakan bahwa apabila pasien mengabulkan permintaan suara-
suara tersebut maka pasien akan dipuji-puji, seperti “Zaldy baik banget,
mau ngebantuin, Zaldy hebat”. Akan tetapi, saat pasien menolak untuk
membantu suara-suara tersebut, pasien dihina dan dituduh dengan kata-kata
seperti “serakah, egois, jahat.”
- Suara-suara yang didengarkan oleh pasien juga mengajak pasien diskusi
mengenai masalah-masalah ekonomi, politik, dan agama yang sedang
berlangsung.
2. Ilusi : Tidak Ada
3. Depersonalisasi : Tidak Ada
4. Derealisasi : Tidak Ada
E. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : Tidak Terganggu (cukup ide)
b. Kontinuitas : Tidak Terganggu (koheren)
c. Hendaya berbahasa : Tidak Terganggu

2. Isi pikir
a. Preokupasi : Tidak ada.
b. Waham : Ada
 Waham Kebesaran
Pasien percaya bahwa dirinya memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan manusia lainnya dimana pasien dapat berkomunikasi secara
langsung dengan Tuhan sehingga permintaan yang diajukan oleh
pasien kepada Tuhan dapat dikabulkan. Pasien percaya bahwa ia
adalah anak kepercayaan Jehovah.

 Waham Kejar
Pasien percaya apabila ia tidak setuju untuk mengajukan
permohonan para paranormal maka ia akan dikatakan egois dan lain-
lain serta akan dibunuh melalui disantet.

 Waham Bizzare
Pasien percaya bahwa Yesus sering mengunjungi pasien dan
menyembuhkan penyakit baik mental maupun organik milik pasien.
Pasien juga percaya bahwa malaikat Mikail tinggal di masjid Istiqlal
dan seringkali diajak “adu sakti” oleh orang yang bisa melihat
malaikat tersebut. Pasien percaya bahwa Jehovah dipengaruhi oleh
paranormal dan keluarga serta dokter sehingga Jehovah tidak
percaya kepada pasien saat pasien berkata bahwa dia sudah sembuh.
Pasien juga merasa bahwa Jehovah menambahkan penyakit pasien
supaya pasien tidak bisa keluar dari sanatorium. Pasien
mempercayai Jehovah memberikan aturan kepada dirinya, yaitu
tidak boleh menikah, tidak boleh terkenal dan memiliki perbedaan
kekuatan dibandingkan dengan Yesus.

F. Sensorium dan Kognisi


Fungsi kognitif (fungsi luhur yang paling tinggi)
1. Kesadaran
a. Kesadaran Neurologik : Compos Mentis
b. Kesadaran Psikologik : Terganggu

2. Inteligensia : Sesuai pendidikan S1. Kemampuan menulis baik

3. Orientasi
 Waktu : Tidak terganggu, pasien dapat menyebutkan jam, hari,
tanggal, bulan dan tahun
 Tempat : Tidak terganggu. Pasien mengetahui bahwa saat ini
pasien sedang berada di Sanatorium Dharmawangsa
 Orang : Tidak terganggu. Pasien dapat membedakan dokter
muda UPH dan Untar, dapat mengenali perawat, dokter dan juga
teman-teman sesama pasien di Sanatorium Dharmawangsa.

4. Memori
 Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
kejadian masa lalunya dengan baik.
 Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
pewawancara dan orang sekitar dengan baik.
 Sesaat : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
aktivitas yang dilakukan sejak pagi sebelum wawancara dimulai
 Segera : Tidak terganggu

5. Konsentrasi dan Perhatian : Tidak terganggu


6. Kemampuan Membaca dan Menulis : Tidak terganggu. Pasien setiap
hari menuliskan isi suara-suara yang didengarnya di kertas HVS dan
menyimpannya di laci meja yang berada dikamar pasien.

7. Kemampuan Visuospasial : Tidak terganggu


8. Pikiran Abstrak : Pasien dapat menjelaskan arti peribahasa “dimana bumi
dipijak, disana langit dijunjung.” untuk mengungkapkan isi pikirnya.

9. Kemampuan menolong diri sendiri : Tidak terganggu. Pasien dapat


melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri

G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik

H. Judgement dan Tilikan


1. Judgement : Tidak terganggu
 Daya nilai sosial : Tidak terganggu
 Uji daya nilai : Tidak terganggu
 Penilaian Realitas : Terganggu (pasien memiliki halusinasi dan
waham)

2. Tilikan : Derajat 2. Pasien mengakui dan menyangkal bahwa dirinya


sakit pada saat yang bersamaan.

I. Taraf Dapat Dipercaya:


Secara keseluruhan, cerita pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Internus
Keadaan umum : Sehat
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Suhu badan : 36oC
Frekuensi pernafasan : 22x/menit
Tinggi badan : 168 cm
Berat badan : 54 kg
Sistem kardiovaskular : Dalam batas normal
Sisterm respirasi : Dalam batas normal
Sistem gastrointestinal : Dalam batas normal
Sistem muskuloskeletal : Dalam batas normal
Sistem urogenital : Dalam batas normal
Sistem dermatologi : Dalam batas normal

B. Status Neurologik
Saraf kranialis (I-XII) : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Gejala rangsang selaput otak : Tidak dilakukan
Mata : Dalam batas normal
Pupil : Dalam batas normal
Pemeriksaan oftalmoskopik : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Motorik : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Sensibilitas : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Fungsi cerebellum dan koordinasi : Dalam batas normal
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab 18 Januari 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Trigliserida (mg/dL) 449 <150
Cholesterol total (mg/dL) 191 < 200
HDL (mg/dL) 51 35 – 55
Glukosa puasa (mg/dL) 195 70 – 110
Glukosa 2 jam postprandial (mg/dL) 90 < 140
Ureum (mg/dL) 50 10 – 50
BUN (mg/dL) 23 7 – 22
Creatinine (mg/dL) 2,2 0,5 – 1,4
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA:
MMSE SCORE 30 : tidak ada gangguan pada fungsi kognitif

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


 Pasien memiliki gejala positif berupa halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham
kebesaran, waham kejar, dan waham aneh
 Halusinasi auditorik:
 Insulting → pasien mendengar suara – suara yang menghina dirinya berupa
“sombong”, “jelek”, “sok tahu”, “orang gila”.
 Commanding → pasien mendengar suara – suara yang memerintahkan
pasien untuk mendoakan dan membantu suara – suara tersebut untuk
mendapatkan kekuasaan dan jabatan serta menolong orang miskin
membangun pom bensin.
 Commenting → Lihat “Zaldi anak Tuhan”.
 Argumenting → pasien mendengar suara – suara yang saling berdiskusi
dan berargumentasi terutama masalah politik dan ekonomi
 Seizm → pasien mendengarkan suara yang bertentangan mengenai hak
untuk menikah pada dirinya, yaitu suara paranormal yang berpendapat
bahwa pasien boleh menikah, sedangkan Jehovah mengatakan bahwa
pasien tidak boleh menikah karena aturan yang dibuat untuk dirinya.
 Pasien memiliki halusinasi visual berupa penampakan dari Jehovah dan Yesus.
 Pasien mempunyai waham kebesaran berupa kepercayaan bahwa ia adalah anak
Jehovah dan memiliki kedudukan sebagai perantara antara Tuhan dan uman manusia.
Karena status anak Tuhan ini, pasien merasa bahwa ia memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan manusia lainnya dimana pasien dapat berkomunikasi secara
langsung dengan Tuhan sehingga permintaan yang diajukan oleh pasien kepada
Tuhan dapat dikabulkan selain itu pasien juga percaya bahwa ia adalah anak
kepercayaan Jehovah.
 Waham kejar yang dimiliki pasien berupa keyakinan dimana ia akan dikatakan egois,
serakah dan jahat apabila tidak mengabulkan permohonan pasien serta pasien akan
dibunuh melalui cara disantet.
 Waham bizzare yang dimiliki pasien berupa kepercayaan bahwa Yesus sering
mengunjungi pasien dan menyembuhkan penyakit baik mental maupun organik
milik pasien. Pasien juga percaya bahwa malaikat Mikail tinggal di masjid Istiqlal
dan seringkali diajak “adu sakti” oleh orang yang bisa melihat malaikat tersebut.
Pasien percaya bahwa Jehovah dipengaruhi oleh paranormal dan keluarga serta
dokter sehingga Jehovah tidak percaya kepada pasien saat pasien berkata bahwa dia
sudah sembuh. Pasien juga merasa bahwa Jehovah menambahkan penyakit pasien
supaya pasien tidak bisa keluar dari sanatorium.
 Beberapa hari terakhir pasien suka menuliskan halusinasi dan wahamnya diatas
kertas HVS namun pasien selalu menyimpan kertas tersebut dilaci yang terletak
didalam kamarnya dan enggan menunjukkan kertas tersebut kepada pemeriksa.
 Pasien sudah tidak bekerja lagi sejak didiagnosis dengan kelainan jiwa dan dirawat
di rumah sakit jiwa. Pasien sudah sempat dirawat di Rumah Sakit Dharmajaya
kemudian di Sanatorium Dharmawangsa.
 Selama dirawat di Sanatorium dharmawangsa, keluarga pasien yang menjenguk
hanya adiknya dengan frekuensi satu tahun sekali. Anggota keluarga lainnya tidak
pernah menjenguk. Pasien merasa kecewa terhadap keluarganya karena jarang
menjenguknya.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
AKSIS I Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini menurut
PPDGJ III/ DSM V digolongkan kedalam gangguan jiwa F20.0 yaitu
Skizhofrenia paranoid
AKSIS II Tidak ada diagnosis aksis II
AKSIS III Pasien mengalami kondisi medis umum berupa:
a. Dislipidemia (E78.5)
b. Severe tobacco use disorder (F17.200)
c. Hypertensive chronic kidney disease with stage 1 through stage 4
chronic kidney disease, or unspecified chronic kidney
disease(I12.9)
d. Type 2 Diabetes Mellitus with diabetic chronic kidney
disease(E11.22)
e. I 10.0 Hypertension

AKSIS IV Masalah psikososial dan lingkungan pada kasus ini berupa


kurangnya perhatian dari keluarga pasien. Pasien merasa telah
ditelantarkan oleh keluarganya sendiri (Absence of family member-
Z63.3)
AKSIS V Berdasarkan skala Global Assesment of Functioning (GAF), pada
pasien ini adalah 50, yaitu beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
Gambar 2. Global Assessment of Functioning
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
 Aksis I : F20.0 Skizofrenia paranoid
 Aksis II : Tidak terdapat diagnosis aksis II
 Aksis III : Dislipidemia (E78.5), Severe tobacco use disorder (F17.200),
Hypertensive chronic kidney disease with stage 1 through stage 4 chronic kidney
disease, or unspecified chronic kidney disease(I12.9), Type 2 Diabetes Mellitus
with diabetic chronic kidney disease(E11.22), Hypertension (I 10.0)
 Aksis IV : Z63.3 Absence of family member
 Aksis V : GAF 50

IX. DAFTAR PROBELM


1. ORGANOBIOLOGIK
 Dislipidemia
 Nikotin dependen
 Hipertensi
 Diabetes mellitus
 Penyakit ginjal kronik

2. PSIKOLOGIK
 Halusinasi auditorik
 Halusinasi visual
 Waham (kebesaran, kejar, aneh)

3. SOSIAL/ KELUARGA/ BUDAYA


 Dirawat di Sanatorium Dharmawangsa atas permintaan keluarga namun
pasien hampir tidak pernah dijenguk oleh keluarga
 Diberhentikan dari pekerjaan karena didiagnosis gangguan jiwa
 Putus hubungan dengan teman-teman kerja. Saat ini hanya bergaul
dengan sesama pasien di Sanatorium Dharmawangsa dan terkadang
bercerita dengan sesama pasien di Sanatorium Dharmawangsa.
X. DIAGNOSIS BANDING
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

XI. FORMULASI PSIKODINAMIK


Pada pasien, pencetus yang dapat menyebabkan penyakit psikopatologinya adalah
faktor kesepian dan merasa hampa dari kehilangan sosok ayah. Sejak ayah pasien
meninggal, maka pasien merasa kehilangan dan sedih. Pasien merasa bahwa ia sangat
kesepian dan merasa hampa karena ia dekat dengan ayahnya dimana ia bisa bercerita
kepada ayahnya. Pasien tidak terlalu dekat dengan ibunya sehingga ia tidak dapat
bercerita kepada ibunya. Pasien tidak pernah mengalami masalah semasa pertumbuhan
baik di sekolah maupun saat bekerja. Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan
semua orang.

XII. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung kearah prognosis baik
- Pasien menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
- Pasien dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama pasien, petugas
kesehatan, petugas keamanan, petugas kebersihan dan pewawancara
- Tidak ada fungsi kognitif dan intelegensi dengan bukti MMSE 30
- Pasien tidak memiliki gangguan mental organik
- Pasien rutin mengkonsumsi obat-obatnya

B. Faktor-faktor yang mendukung kearah prognosis buruk


- Halusinasi auditorik yang menetap
- Adanya waham kebesaran, kejar, aneh yang menetap
- Tilikan derajat 2. Pasien mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit
pada saat yang bersamaan
- Tidak adanya dukungan keluarga

Prognosis secara keseluruhan:


i. Ad vitam : Dubia ad Bonam
ii. Ad functionam : Dubia ad Malam
iii. Ad sanationam : Dubia ad Malam
Kesimpulan prognosis adalah: Dubia ad Malam
XIII. TERAPI
A. Non Psikofarmaka
 Monitor kadar kolestrol, gula, tekanan darah, fungsi ginjal
 Diet rendah garam, gula untuk diabetes, hipertensi dan gagal ginjal
 Restriksi cairan 10-15 ml/kgBB + urine output
 Olahraga 3x per minggu, setiap kali olahraga minimal 30 menit
 Stop rokok
 Psikoterapi :
o Cognitive Behavioural Therapy
o Personal therapy
o Family-oriented therapies
o Dialectical behavioural therapy
o Vocational therapy
o Art therapy
o Social skills training
B. Psikofarmaka
- Psikofarmaka yang sudah diberikan selama perawatan:
 Clozapine (Clorilex) tab 100 mg 1 x 1 (malam)
 Risperidone (Neripros) tab 2mg 1x 1 (pagi)
 Tryhexyphenidyl (Hexymer) tab 2 mg 3 x 1
- Terapi Masalah Organobiologik yang sudah diberikan selama perawatan:
 Asam Folat tab 3x1
 Acetylcysteine tab 3x1
 Amlodipine tab 10mg 1x1
 Fenofibrat (Hyperchol) cap 300mg 1x1 (Malam)
 Metformin tab 500mg 2x1
 Ichtammolum 15 g (Icthtyol) Salep 2x1
 K/P :
 Asam mefenamat tab 500mg (bila sakit gigi)
 Garamycin salep 3x1 (bila kulit gatal)
XIV. DISKUSI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizen” yang berarti “terpisah” atau “pecah”,
dan “phren” yang artinya “jiwa. Sehingga definisi skizofrenia adalah gangguan mental yang
ditandai dengan adanya perubahan persepsi, emosi, kognisi, proses pikir dan tingkah laku.
Ekspresi dari manifestasi gangguan ini berbeda-beda pada setiap pasien dan dengan
berjalannya waktu, dampak dari pengaruh selalu berat dan biasanya berlangsung dalam waktu
yang panjang. Gangguan ini biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan berlanjut seumur hidup
dan dapat terjadi pada individu dengan setiap kelas sosial.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan kriteria berdasarkan PPDGJ-III dan DSM-V.
Skizofrenia berdasarkan PPDGJ adalah sebagai berikut:
Kriteria Diagnosis Skizofrenia PPDGJ-III:

Kriteria Diagnosis Skizofrenia (PPDGJ-III) Pada Pasien


 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini - Pasien memiliki halusinasi auditorik
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau karena ia mendengar suara-suara yang
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau berasal dari Jehova, Yesus, malaikat
kurang jelas): Michael dan Gabriel, iblis, Soeharto,
(a) Thought echo, thought insertion or jendral Wiranto, Megawati, pastur Yohanes
withdrawal, thought broadcasting - Pasien juga memiliki waham berupa
(b) Delusion of control, delusion of waham kebesaran dimana ia menganggap
influence, delusion of passivity, delusion dirinya adalah anak Jehovah dan kakak dari
perception Yesus, merasa dirinya merupakan
(c) Halusinasi auditorik perantara manusia dengan Jehovah
- Suara halusinasi yang sehingga setiap doa pasien pasti
berkomentar secara terus- dikabulkan, memiliki derajat yang lebih
menerus terhadap perilaku pasien tinggi dibandingkan dengan Bunda Maria,
- Mendiskusikan perihal pasien di pasien percaya dirinya sebagai lambang
antara mereka sendiri (diantara kekuasaan dunia dan perantara yang
berbagai suara yang berbicara atau banyak dipercaya oleh paranormal dan
- Jenis suara halusinasi lain yang tokoh politik di Indonesia. Pasien juga
berasal dari salah satu bagian tubuh. memiliki waham aneh Waham pasien ini
(d) Waham-waham menetap jenis merupakan sesuatu yang tidak wajar dan
lainnya, yang menurut budaya mustahil sehingga memenuhi kriteria (d)
setempat dianggap tidak wajar dan Skizofrenia
sesuatu yang mustahi, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan
cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing atau dunia lain)
 Adapun gejala-gejala khas tersebut di atas Gejala-gejala pada pasien ini sudah timbul sejak
telah berlangsung selama kurun waktu tahun 1996, dimana sudah berlangsung selama
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk lebih dari 1 bulan sehingga memenuhi kriteria
setiap fase nonpsikotik prodromal); Skizofrenia ini.

 Harus ada suatu perubahan yang Pada pasien ini, gejala-gejala yang timbul telah
konsisten dan bermakna dalam mutu mengakibatkan perubahan yang bermakna
keseluruhan (overall quality) dari dalam kehidupan pasien dimana pasien telah
beberapa aspek perilaku pribadi (personal diberhentikan dari pekerjaannya karena
behaviours), bermanifestasi sebagai kondisi yang dialaminya serta pasien tidak lagi
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, memiliki teman di luar Sanatorium
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam Dharmawangsa sehingga juga telah memenuhi
diri sendiri (self-absorbed attitude), dan kriteria Skizofrenia ini.
penarikan diri secara sosial.

Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM V:


Kriteria Diagnosis Skizofrenia (DSM V) Pada Pasien
A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih - Pasien memiliki halusinasi auditorik karena
dari gejala berikut yang bermakna dalam ia mendengar suara-suara yang berasal dari
periode satu bulan (atau kurang jika Jehovah, Yesus, malaikat Michael dan
berhasil diterapi), setidaknya satu dari Gabriel, iblis, Soeharto, jendral Wiranto,
(1), (2), (3) Megawati dan Pastur Yohanes.
(1) Waham - Pasien juga memiliki waham berupa waham
(2) Halusinasi kebesaran dimana ia menganggap dirinya
(3) Pembicaraan yang janggal (mis. adalah anak Jehovah dan kakak dari Yesus,
sering derailment atau inkoherensia) merasa dirinya merupakan perantara
(4) Perilaku janggal atau katatonik manusia dengan Jehovah sehingga setiap
(5) Gejala negatif (seperti afek datar, doa pasien pasti dikabulkan, memiliki
avoliasi). derajat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Bunda Maria, pasien percaya
 Catatan: Hanya satu dari kriteria A yang dirinya sebagai lambang kekuasaan dunia
diperlukan jika waham-nya janggal atau jika dan perantara yang banyak dipercaya oleh
halusinasinya berupa suara yang terus paranormal dan tokoh politik di Indonesia.
menerus mengomentari tingkah laku atau Pasien juga memiliki waham aneh karena
pikiran yang bersangkutan atau berisi dua menurut pasien pastur-pastur memakai
(atau lebih) suara-suara yang saling cincin sebagai tanda pernikahan dengan
bercakap-cakap. Bunda Maria, Sedangkan suster
menggunakan cincin sebagai tanda
menikah dengan Yesus, mempercayai
bahwa dirinya memiliki ayah dan ibu di
dunia dan disorga, mempercayai Jehovah
memberikan aturan kepada dirinya, yaitu
tidak boleh menikah, tidak boleh terkenal
dan memiliki perbedaan kekuatan
dibandingkan dengan Yesus dan
mempercayai dirinya lahir dari seekor naga
yang menikah dengan perempuan dunia.
Waham pasien ini merupakan sesuatu yang
tidak wajar dan mustahil
- Karena pasien memiliki waham dan
halusinasi serta gejala tersebut telah ada
selama lebih dari 1 bulan, maka pasien telah
memenuhi kriteria A Skizofrenia

B. Dalam porsi waktu yang signifikan dari Pada pasien ini, gejala-gejala yang timbul telah
onset gangguan terdapat satu atau lebih mengakibatkan penurunan pada lebih dari satu
dari area fungsional utama menunjukkan area fungsional dalam kehidupan yakni
penurunan nyata di bawah tingkat yang pekerjaan dan hubungan interpersonal. Dalam
dicapai sebelum onset dalam suatu hal pekerjaan, pasien telah diberhentikan dari
rentang waktu yang bermakna sejak onset pekerjaannya karena kondisi yang dialaminya
gangguan (atau bila onset pada masa kemudian dalam hal hubungan interpersonal
anak-anak atau remaja terdapat pasien tidak lagi memiliki teman di luar RS,
kegagalan pencapaian tingkat sehingga pasien ini telah memenuhi kriteria B
interpersonal, akademik atau okupasi Skizofrenia
lainnya) seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau perawatan diri.

C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus Gejala-gejala pada pasien ini sudah timbul sejak
berlanjut dan menetap sedikitnya enam tahun 1996 yang mana sudah berlangsung selama
bulan. Periode enam bulan ini meliputi lebih dari 6 bulan sehingga memenuhi kriteria C
satu bulan gejala-gejala fase aktif yang Skizofrenia.
memenuhi kriteria A (atau kurang bila
berhasil diterapi) dan dapat juga
mencakup fase prodromal atau residual.
Selama berlangsung. fase prodormal atau
residual ini, tanda tanda gangguan dapat
bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala
negatif saja atau lebih dari atau dua dari
gejala-gejala dalam kriteria A dalam
bentuk yang lebih ringan (seperti
kepercayaan–kepercayaan ganjil,
pengalaman perseptual yang tidak biasa).

D. Gangguan skizoafektif dan depresi atau Pada pasien ini moodnya adalah euthym dan
gangguan bipolar dengan gambaran tidak ditemukan adanya perubahan mood,
psikotik sudah dikesampingkan karena: seperti episode depresi maupun mania sehingga
1. tidak ada episode depresi, mania atau gangguan skizoafektif, depresi maupun
campuran keduanya yang terjadi gangguan bipolar dengan gambaran psikotik
bersamaan dengan gejala-gelala fase telah disingkirkan. Dengan demikian, pasien
aktif, telah memenuhi kriteria D Skizofrenia.
jika episode mood terjadi intra fase
aktif maka perlangsungannya relatif singkat
dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Pasien hanya memiliki kondisi medis umum
Gangguan ini bukan disebabkan oleh berupa DM tipe 2 dengan gagal ginjal kronik,
efek fisiologis langsung dari suatu zat hiperlipidemia, hipertensi primer, serta tobacco
(seperti obat-obatan medikasi atau yang use disorder dimana ketiga kondisi medis ini
disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi tidak berpengaruh terhadap gejala-gejala yang
medis umum. timbul pada pasien. Selain itu, pasien tidak ada
penyalahgunaan obat-obatan ataupun zat lain
karena semua obat yang diberikan dalam
pengawasan dokter spesialis dan perawat.
Dengan demikian memenuhi kriteria E
Skizofrenia
F. Hubungan dengan suatu gangguan Pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat
perkembangan pervasif: Jika terdapat gangguan jiwa lainnya, seperti riwayat autistik
riwayat autistik atau gangguan pervasif maupun gangguan pervasif, sehingga telah
lainnya maka tambahan diagnosa memenuhi kriteria F Skizofrenia
skizofernia hanya dibuat bila juga
terdapat delusi atau halusinasi yang
menonjol dalam waktu sedikitnya satu
bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).
Skizofrenia paranoid jika preokupasi
pada satu waham atau lebih atau sering
berhalusinasi auditorik.

Karena pada pasien ini telah memenuhi kriteria Skizofrenia, baik menurut
PPDGJ-III maupun DSM-V, maka dapat dikatakan bahwa pasien ini memiliki gangguan jiwa
berupa Skizofrenia.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tipe dari Skizofrenia.
PPDGJ-III masih menggunakan klasifikasi subtipe dari Skizofrenia sedangkan DSM-V telah
menghilangkan/menghapus subtipe dari Skizofrenia dikarenakan menurut APA (American
Psychiatric Association), subtipe dari Skizofrenia ini memiliki stabilitas diagnostik yang
terbatas, realibilitas yang rendah, dan validitas yang buruk sehingga tidak membantu dalam
menyediakan terapi yang lebih baik maupun dalam memprediksikan respon terhadap terapi.
Skizofrenia memiliki beberapa tipe antara lain paranoid, hebefrenik, katatonik,
residual, simpleks dan tak terinci. Berdasarkan DSM V maka diagnosis dari masing-masing
tipe adalah sebagai berikut:
1. Tipe Paranoid
Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:
a. Preokupasi dengan 1 atau lebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.
b. Gejala berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang janggal atau
katatonik atau afek datar atau inappropriate.
2. Tipe Hebefrenik
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut:
a. Semua hal di bawah ini prominen (disorganized behavior):
(1) Bicara kacau (asosiasi longgar atau neologisme)
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
b. Tidak memenuhi kriteria tipe katatonik

3. Tipe Katatonik
Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi oleh 2 atau lebih hal-hal
berikut:
a. Mobilitas motorik yang dibuktikan dengan katalepso (termasuk waxy
flexibility) atau stupor
b. Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampak tak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c. Negativisme yang nyata (yang tampaknya penolakan tanpa motif terhadap
semua perintah atau mempertahankan suatu postur kaku melawan usaha untuk
menggerakannya) atau mutisme
d. Gerakan spontan yang aneh seperti melakukan postur tertentu (secara volunter
menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar), gerakan
stereotipik, menojolnya manerisme atau menyerigai secara prominen
e. Ekolalia atau ekopraksia.

4. Tipe Tak Terdifirensiasi


Skizofrenia yang memenuhi kriteria A tapi tidak memenuhi kriteria tipe paranoid,
herbefrenik atau katatonik.

5. Tipe Residual
Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria:
a. Tidak adanya penonjolan waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku sangat
kacau atau katatonik.
b. Adanya bukti kontinu adanya gangguan seperti yang ditunjukan oleh gejala-
gejala negatif dalam kriteria A skizofrenia dalam bentuk yang lebih lemah
(keyakinan aneh,pengalaman perseptual yang tak lazim)
Jika dilihat dari gejala-gejala yang muncul, maka dapat dikatakan bahwa pasien ini
cenderung merupakan Skizofrenia Paranoid dikarenakan telah memenuhi semua kriteria
diagnosis Skizofrenia Paranoid yang dibahas pada tabel dibawah ini:

Kriteria Diagnosis Skizofrenia Paranoid Pada Pasien


(PPDGJ-III)
 Memenuhi kriteria umum diagnosis Pasien ini telah memenuhi kriteria
skizofrenia diagnosis skizofrenia seperti yang sudah
tertera diatas
 Sebagai tambahan: Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik
- Halusinasi dan/atau waham harus yang mengarah pada skizofrenia paranoid
menonjol: yakni:
Suara-suara halusinasi yang mengancam -Insulting → pasien mendengar suara –
pasien atau memberi perintah, atau suara yang menghina dirinya berupa
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal “sombong”, “jelek”, “sok tahu”, “orang
berupa bunyi pluit (whistling), gila”.
mendengung (humming), atau bunyi tawa -Commanding → pasien mendengar suara –
(laughing) suara yang memerintahkan pasien untuk
mendoakan dan membantu suara – suara
tersebut untuk mendapatkan kekuasaan dan
jabatan serta menolong orang miskin
membangun pombensin.
-Commenting → Lihat “Zaldi anak Tuhan”.
-Argumenting → pasien mendengar suara –
suara yang saling berdiskusi dan
berargumentasi terutama masalah politik dan
ekonomi
-Seizm → pasien mendengarkan suara yang
bertentangan mengenai hak untuk menikah
pada dirinya, yaitu suara paranormal yang
berpendapat bahwa pasien boleh menikah,
sedangkan Jehovah mengatakan bahwa
pasien tidak boleh menikah karena aturan
yang dibuat untuk dirinya.

Memenuhi kriteria (a) Skizofrenia Paranoid


Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, - halusinasi visual : Pasien pernah melihat
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan dan mendeskripsikan Paranormal yang
tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi memberikan alamat, Pastur Yohanes, Jehova
jarang menonjol; dan Yesus
- Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
halusinasi pembauan atau pengecapan rasa,
ataupun yang bersifat seksual.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, Pasien ini memiliki waham kejar
tetapi waham dikendalikan (delusion of (persecutory delusion) yakni pasien merasa
control), dipengaruhi (delusion of influence), ingin dibunuh oleh Jenderal Wiranto yang
atau “passivity” (delusion of passivity), dan kesal kepada dirinya karena telah menolak
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka membantunya dan merasa dirinya akan
ragam, adalah yang paling khas; dicelakai atau disantet jika dirinya tidak
menuruti keinginan paranormal-paranormal.

Pasien ini memiliki waham referensi,


dimana pasien merasa dirinya telah
diberitakan ditelevisi dan dikatakan sebagai
anak Tuhan.

Memenuhi kriteria c Skizofrenia Paranoid


Gangguan afektif, dorongan kehendak Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
dan pembicaraan, serta gejala katatonik gangguan afektif, dorongan kehendak dan
secara relative tidak nyata/tidak pembicaraan, maupun gejala katatonik,
menonjol. sehingga telah memenuhi kriteria diagnosis.
Diagnosis dari tipe Skizofrenia yang lain dapat disingkirkan dengan melihat ketiadaan
beberapa faktor. Pada kasus Skizofrenia hebefrenik, tidak ditemukan adanya disorganized
speech. Namun masih dapat dipertimbangkan mengingat adanya waham bizzare/aneh dari
pasien. Pada pasien tidak ditemukan adanya disorganized speech untuk skizofrenia
herbefrenik, gangguan motorik yang kaku untuk skizofrenia katatonik, gejala negatif yang
mendominasi untuk skizofrenia simpleks, dan tanda-tanda dari skizofrenia residual. Sehingga
pada pasien diagnosisnya adalah skizofrenia paranoid.
Tujuan dari pengobatan skizofrenia adalah mengurangi gejala dan kemungkinan kambuh
maupun kembalinya gejala. Terapi yang diberikan berupa psikofarmaka dan non psikofarmaka.
Skizofrenia diobati dengan atipsikotik (AP). Obat ini dibagi dalam dua kelompok berdasarkan
mekanisme kerjanya yaitu dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotik generasi I
(APG-I) dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotik generasi II (APG-II) .

ANTIPSIKOTIK GENERASI PERTAMA/ TIPIKAL


Obat golongan APG-I disubklasifikasikan lagi sesuai dengna struktur kimia dan efek klinik.
Cara lain untuk mengklasifikasikannya yaitu sesuai potensinya. Sesuai dengna potensinya,
APG-I diklasifikasikan sebagai berpotensi rendah, sedang, dan tinggi. Pembagian ini berguna
bagi klinikus karena ia dapat memberikan informasi tentang banyak obat yang dibutuhkan
untuk mendapatkan efek klinik dan perkiraan efek samping yang akan terjadi.
Obat APG-I memberikan efek antipsikotik dengna jalan menurunkan aktivitas dopamin.
Obat ini bekerja melalui empat jaras yaitu jaras mesolimbik (di mana dopamin terlalu banyak
yang nantinya dapat menimbulkan gejala positif), jaras mesokortikal (di mana defisit dopamin
dapat menyebabkan disfungsi kognitif dan gejala negatif), jaras nigrostriatal (di mana
hambatan reseptor dapat menyebabkan efek samping ekstrapiramidal), dan jaras
tuberoinfundibular (di mana reseptor D2 bertujuan untuk mengontrol pengeluaran hormon
prolaktin). Antipsikotik tipikal memiliki therapeutic lag time selama 4-6 minggu. Obat ini
dikaitkan dengan afinitasnya yang kuat terhadap D2. Ia bekerja efektif, bila 80% D2 di otak
dapat dihambat. Bila hambatan terhadap reseptor D2 lebih besar, extrapyramidal symptoms
(EPS) dapat terjadi tanpa adanya penambahan efektivitas APG I sebagai antipsikotik. Dosis
tinggi APG-I dapat menimbulkan sindrom immobilitas yaitu tous otot meningkat dan postur
abnormal disebut katalepsi. Zat ini dapat menurunkan aktivitas motorik karena ia
menginaktifkan neuron dopamin pada subtansia nigra. Semua obat APG-I dapat menimbulkan
efek samping EPS. Efek samping ini dibagi menjadi efek akut yaitu efek yang terjadi pada hari-
hari atau minggu-minggu pertama pemberian obat. Sedangkan efek kronik yaitu efek yang
terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun menggunakan obat. Adapun efek samping
EPS akut berupa parkinsonisme, distonia akut, dan akatisia. Sedangkan Tardive Diskinesia ,
tremor perioral merupakan efek samping lambat. Contoh daripada obat APG-I adalah sebagai
berikut:

Nama Generik Nama Dagang Dosis akut (mg/hari) Dosis rumatan (mg/hari)
Phenothiazine
Chlorpromazine Promactil 200-1000 50-400
Thioridazine Melleril 200-800 50-400
Perphenazine Trilafon 12-64 8-24
Trifluoperazine Stelazine 10-60 4-30
Butyrophenones
Haloperidol Haldol 5-20 1-15
Diphenylbutypiperidines
Pimozide Orap 5-20 1-15
Long acting injectable preparation
Fluphenazine decanoate 12.5 setiap 1-4 minggu
Haloperidole decanoate 25-200 setiap 2-4
minggu
Tabel 1. Tabel Obat Antipsikotik Generasi Satu/ Tipikal

ANTIPSIKOTIK GENERASI KEDUA/ATIPIKAL


Selain obat antipsikotik tipikal tedapat antipsikotik atipikal juga. Obat-Obat
antipsikotik atipikal adalah obat-obatan dengan efikasi yang lebih baik dan efek samping
minimal. Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor dopamin D2 secara lamban dan
serotonin (5-HT2A) dengan lebih paten. Pilihan obat yang dapat digunakan antara lain adalah
risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, dan aripiprazole. Selain itu, terdapat juga
golongan benzodiazepine seperti clozapine yang dapat digunakan baik untuk gejala positif
maupun gejala negatif. Akan tetapi, dapat menyebabkan efek samping agranulositosis pada
darah sehingga jumlah sel darah putih dapat menurun terutama neutrofil sehingga dapat
menurunkan daya tahan tubuh pasien. Sehingga, untuk penggunaannya clozapine harus
digunakan dengan hati-hati.
Pada pasien ini diberikan obat risperidone tablet dengan dosis 2 mg 1x1 dan clozapine
100 mg 1x1 talet. Obat ini sesuai dengan guideline karena risperidone adalah antipsikotik
atipikal. Berdasarkan algoritma dari IPAP (International Psychopharmacology Algorithm
Project), jika psikosis masih menetap meskipun obat sudah diberikan selama 4-6 minggu, maka
monoterapi dilanjutkan. Setelah itu jika masih menetap, maka dilanjutkan dengan obat
berikutnya yaitu clozapine di mana pada pasien ini diberikan dengan dosis 100 mg 1x1 tablet.
Salah satu alasan clozapine tidak diberikan sebagai lini pertama adalah untuk menghindari efek
samping berupa agranulositosis.
Jika gejala psikosis sudah tidak ditemukan, dapat dilanjutkan dari fase continuation
yaitu masa pengobatan yang bertujuan untuk eliminasi gejala ke fase maintenance yang
bertujuan untuk menghindari adanya remisi gejala. Karena pada pasien ini gejala terus
menetap, maka dosis obat yang diberikan bertahan pada fase continuation.
Terapi utama skizofrenia adalah psikofarmaka. Psikoterapi jangka panjang yang
berorientasi tilikan, tempatnya sangat terbatan dan tidak direkomendasikan. Disisi lain metode
erapi psikososial berorientasi suportif sangat bermanfaat pada terapi jangka panjang
skizofrenia. Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati. Komunikasi
yang baik dengan pasien sangat diperlukan. Bila pasien skizofrenia berada dalam keadaan
delirium, ancaman bunuh diri atau membunuh dana tau tidak mempunyai dukungan dari
masyarakat, hendaklah dirawat. Bila memungkinkan berobat jalan lebih baik guna
menghindari hospitalisasi jangka lama. Efek buruk dari hospitalisasi jangka lama sangat jelas
dimana pasien akan regresi dan sangat menarik diri, kehilangan ketrampilan dll.
Keecnderungan saat ini adalah perawatan singkat slaam episode akut dan untuk pemeliharaan
diantara episode akut dilakukan dengan berobat jalan. Selama dirawat biarkan pasien sebebas
mungkin tetapi dibatasi pada lingkungan yang aman. Lingkungan terapeutik seperti komunitas
terapeutik, token ekonomi semua bergantung dari dukungan masyarakat. Berikan pasien
umpan balik koreksi. Lingkungan adlaah tempat bagi pasien untuk mengembangkan
ketrampilan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan mempelajari metode koping
yang baru. Modifikasi perilaku sangat efektif untuk menghilangkan perilaku tertentu yang tidak
dapat diterima dan mengajarkan ketrampilan personal sederhana kepada pasien rawat inap
dengan fungsi yang sangat buruk dan regresi.
Gambar 2. Algoritma Terapi Skizofrenia
XV. LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior
Sciences/Clinical Psychiatry. 11th edition.Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015 p.300-
323.
2. Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5. Washington, Londres:
American Psychiatric Association; 2013.
3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. III. Jakarta:
Departemen Kesehatan R.I.; 1993
4. Rosell, D., Futterman, S., McMaster, A. and Siever, L. Skizotipal Personality Disorder:
A Current Review. Current Psychiatry Reports; 2014
5. Esterberg, M., Goulding, S. and Walker, E. Cluster A Personality Disorders: Skizotipal,
Schizoid and Paranoid Personality Disorders in Childhood and Adolescence. Journal of
Psychopathology and Behavioral Assessment, 32, pp.515-528.
6. Nathanson, B. and Jamison, S. Psychotherapeutic and Pharmacologic Treatment of
Schizotypal Personality Disorder. Clinical Case Studies; 2011.10, pp.395-407.
7. Katzung B. Basic And Clinical Pharmacology. Norwalk: Mcgraw-Hill Educ Medical;
2017.
8. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. FKUI: Badan
Penerbit FKUI; 2013

Anda mungkin juga menyukai