SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Jessica Pratiwi
01073180125
Pembimbing:
Dr. dr. Dharmady Agus, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ZW
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 22 Oktober 1968 :
Umur : 49 tahun
Bangsa/Suku : Indonesia / Betawi
Agama : Katolik
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Konsultan akuntan
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Citra garden 3 blok B17 no.7, Cengkareng, Kalideres
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh keluarga yaitu saudaranya untuk dirawat di Sanatorium
Dharmawangsa karena pasien sering mendengar suara yang tidak terdengar oleh
orang sekitarnya dan sering sering terlihat berbicara sendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa secara paksa oleh pihak keluarga (saudara kandung) ke
Sanatorium Dharmawangsa pada tanggal 28 Agustus 2013 oleh karena pasien
sering tertangkap sedang berbicara sendiri dan sering mengeluhkan mendengar
suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain. Pasien pertama kali
mendengar suara-suara tersebut sekitar tahun 1990an, oleh karena itu pasien sempat
berobat jalan dan dirawat inap beberapa kali di RS Dharmajaya (dekat RS Husada)
sampai akhirnya rumah sakit tersebut tutup dan akhirnya pasien dipindahkan ke
Sanatorium Dharmawangsa untuk dirawat inap hingga sekarang.
Pasien mengaku bahwa pasien mulai mendengar suara-suara tersebut tidak
lama setelah pasien kehilangan ayah kandungnya karena kanker hati. Pasien
mengaku sangat terpukul akan kematian sang ayah karena pasien mengatakan
bahwa dirinya dekat dengan sang ayah dimana pasien sering bercerita kepada
ayahnya. Pasien mengatakan bahwa setelah ditinggal oleh ayahnya pasien merasa
sepi, hampa walaupun dirumah pasien masih tinggal bersama ibunya dan satu orang
pembantu. Pasien merasa ia tidak terlalu dekat dengan sang ibu sehingga ia merasa
sepi dan hampa setelah kepergian sang ayah.
Pasien mengaku kejadian pertama kali dialami pasien ketika pada tahun 1990
an, awalnya pasien mendengar saat sedang di kantor tetapi terkadang terdengar juga
saat sedang di rumah. Pasien mengatakan dirinya mendengar suara yang menurut
pasien adalah Jehovah pada tahun 1996. Menurut pasien, Jehovah mengatakan
kepada pasien bahwa pasien adalah anak-Nya, sehingga bisa menyampaikan doa
kepada Jehovah secara langsung. Karena status anak Tuhan ini, pasien merasa
bahwa ia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lainnya dimana
pasien dapat berkomunikasi secara langsung dengan Tuhan sehingga permintaan
yang diajukan oleh pasien kepada Tuhan dapat dikabulkan. Akan tetapi pasien juga
menyadari bahwa kuasa untuk mengabulkan tetap berada di tangan Tuhan. Pasien
mengatakan bahwa pasien diciptakan oleh Jehovah kemudian mereka menciptakan
Yesus dan menciptakan alam semesta. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah
anak kepercayaan Jehovah sehingga bersama-sama dengan Jehovah mereka
menciptakan Yesus dan alam semesta. Pasien mengatakan bahwa Jehovah berada
di dalam matahari sehingga tidak dapat dicapai oleh kefanaan manusia dan hanya
dapat dicapai oleh iman kepadaNya. Ketika ditanyakan kepada pasien darimana
suara-suara tersebut mengetahui bahwa pasien adalah anak Jehovah pasien
menjawab bahwa menurut suara-suara, roh pasien berwarna putih dimana artinya
suci (surgawi), sedangkan manusia lain warna rohnya adalah abu-abu dimana sudah
tercampur oleh dosa sehingga tidak suci (tidak jelas masuk neraka atau surga).
Pasien juga bercerita bahwa Jehovah dan Yesus pernah menampakkan diri mereka
kepada pasien. Pasien menceritakan perawakan Jehovah sebagai laki-laki paruh
baya dengan ras kaukasia, berperawakan gemuk dan memakai jubah pastur. Yesus
digambarkan seperti laki-laki dewasa sekitar 30 tahun, ras kaukasia, dengan janggut
yang ditata rapid dan menggunakan jubah seperti sebagaimana Yesus digambarkan
pada umumnya. Pasien bercerita bahwa malaikat Mikail sering bercakap-cakap
dengannya namun tidak pernah menampakkan wujudnya kepada pasien. Pasien
memiliki waham bizzare sejak pertama kali dibawa oleh keluarga ke rumah sakit
Dharma Jaya. Pasien mengaku bahwa Yesus menyembuhkan pasien dari penyakit
organiknya seperti dyslipidemia, diabetes, bahkan miopia. Pasien bercerita bahwa
sejak pasien dipindahkan ke Sanatorium Dharmawangsa, Yesus sudah tidak pernah
menyembuhkan pasien lagi karena menurut pasien, terdapat perselisihan antara
Yesus dan Jehovah mengenai kondisi kesehatan pasien. Menurut pasien, Jehovah
dipengaruhi oleh paranormal berjumlah sekitar 50 orang dan juga keluarga pasien
sehingga Jehovah bukan hanya tidak memberi kesembuhan kepada pasien, tapi juga
menambah penyakit pasien. Pasien mempercayai Jehovah memberikan aturan
kepada dirinya, yaitu tidak boleh menikah, tidak boleh terkenal dan memiliki
perbedaan kekuatan dibandingkan dengan Yesus.
Selain Jehovah, pasien mengatakan bahwa suara yang didengar olehnya
terdiri dari banyak suara (baik laki-laki maupun perempuan). Suara yang berbicara
kepada pasien tidak berubah-ubah namun jumlah orang yang berbicara menurutnya
bertambah banyak sejak pertama kali suara tersebut muncul. Pasien mengatakan
bahwa mayoritas suara yang didengarnya berasal dari paranormal-paranormal yang
diutus atau disuruh oleh para pejabat dan tokoh-tokoh penting lainnya untuk
berbicara kepada pasien dan meminta agar pasien dapat menyampaikan keinginan
mereka kepada Tuhan secara langsung. Adapun permintaan-permintaan yang
biasanya disampaikan kepada pasien adalah permintaan akan kesuksesan, kekayaan
dan jodoh. Contohnya pasien pernah diminta memberikan seseorang perusahaan
pom bensin agar dapat menjadi sukses dan kaya. Menurut pasien, orang tersebut
benar-benar menjadi sukses sebagai pemilik pom bensin setelah pasien
menyampaikan permohonan orang tersebut kepada Tuhan. Pasien mengatakan
bahwa apabila pasien mengabulkan permintaan suara-suara tersebut maka pasien
akan dipuji-puji, seperti “Zaldy baik banget, mau membantu, Zaldy hebat”.
Menurut pasien, seperti halnya seorang manusia yang sudah dikabulkan
permintaannya, suara-suara tersebut akan meminta lebih dan lebih lagi, sehingga
pasien menjadi kesal dan tidak mau lagi membantu menyampaikan permintaan
mereka kepada Tuhan. Sekarang, pasien tidak menghiraukan lagi permintaan-
permintaan yang dibuat oleh suara yang didengarnya. Akan tetapi, saat pasien
menolak untuk membantu suara-suara tersebut, pasien dihina dan dituduh dengan
kata-kata seperti “serakah, egois, jahat.” Selain itu, pasien mengatakan bahwa
pasien juga diancam untuk dibunuh melalui cara santet. Akan tetapi, pasien tidak
takut karena pasien percaya kepada Tuhan.
Selain paranormal pasien juga mendengar suara Jenderal Wiranto. Menurut
pasien, Jenderal Wiranto memiliki “keris dukun” yang dapat membuatnya dapat
berkomunikasi secara langsung dengan pasien tanpa melalui paranormal. Ketika
ditanya mengapa Jenderal Wiranto memiliki keris dukun, pasien mengatakan
bahwa keris tersebut ada karena Jenderal Wiranto pernah disantet sebelumnya
sehingga Jenderal Wiranto menjadi impoten. Untuk mencegah hal tersebut terjadi
lagi maka Jenderal Wiranto memiliki keris dukun untuk melindungi dirinya dari
orang-orang yang mencoba menjahatinya. Didalam suara tersebut Jenderal Wiranto
pernah meminta restu dan dukungan daripada pasien karena dirinya ingin
mengajukan diri sebagai calon presiden di pemilu pada tahun 2009. Pasien
mengatakan apabila pasien tidak memberikan restunya kepada Wiranto, maka
jenderal tidak akan mencalonkan dirinya sebagai presiden karena tidak ingin
mengambil risiko untuk menghabiskan uangnya untuk kampanye yang akan sia-sia.
Pasien mengatakan bahwa Jenderal Wiranto mengancam akan menyantet pasien
sehingga pasien menjadi bisulan dan mengalami sakit maag. Menurut pasien,
pasien benar-benar mengalami bisulan di sekitar mata yang membuatnya tidak
nyaman, namun pasien tidak mengalami sakit maag karena menurut pasien, ia
dilindungi oleh kekuatan gaib yang baik.
Selain Wiranto, pasien mengatakan bahwa ia mendengarkan suara paranormal
yang diutus oleh presiden Jokowi. Menurutnya, Jokowi meminta agar pasien dapat
menyelesaikan masalah Soeharto dengan cara menuntutnya. Pasien merasa Jokowi
memang berkonsultasi dengannya karena pasien memang memiliki gelar sarjana
hukum sehingga mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti ini. Sebagai
jawaban, pasien mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan
karena Soeharto sudah meninggal dan tidak terdapat bukti yang kuat untuk
menuntutnya.
Pasien juga bercerita mengenai suara Pastur Yohanes yang merupakan seorang
pemimpin gereja katholik dimana Pastur Yohanes meminta agar pasien
mengabulkan permintaannya untuk membangun sebuah villa di puncak. Tujuan
Pastur Yohanes menurut pasien sangat duniawi dimana ia hanya ingin membangun
villa tersebut untuk mendapatkan uang dan bukan untuk hal yang rohani dimana
seharusnya seorang romo melakukan perbuatan-perbuatan rohani dan
meninggalkan hal yang duniawi. Menurut pasien, Pastur Yohanes dapat mengenal
pasien dari keluarga pasien,
Selain permintaan, suara-suara yang didengarkan oleh pasien juga mengajak
pasien diskusi mengenai masalah-masalah ekonomi, politik, dan agama yang
sedang berlangsung. Contohnya pasien mengatakan bahwa mereka sering
membahas mengenai masalah dollar yang terus naik sehingga membuat daya beli
masyarakat menjadi menurun dan banyak perusahaan yang menjadi bangkrut.
Kemudian pasien menjelaskan kepada suara-suara yang didengarnya bahwa sangat
sulit untuk mengatasi masalah tersebut karena kenaikan harga dollar tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga masalah tersebut merupakan masalah
yang kompleks.
Pasien mengatakan bahwa pada awalnya ia merasa kesal karena dibawa oleh
keluarganya secara paksa ke Sanatorium Dharmawangsa. Menurutnya keluarga
pasien lebih mendengarkan opini pastur daripada opini pasien sendiri mengenai
kondisinya dimana pasien merasa bahwa suara-suara yang didengarnya adalah
suara-suara paranormal (orang asli) namun pasien merasa bahwa pastur sudah
mempengaruhi saudaranya sehingga mereka yakin bahwa suara yang didengarkan
oleh pasien adalah pengaruh setan sehingga saudaranya menuruti perintah pastur
untuk memasukkan pasien kedalam rumah sakit jiwa. Padahal menurut pasien
suara-suara yang didengarkannya tidak mungkin berasal dari setan karena
permintaan yang diajukan oleh suara-suara tersebut bersifat duniawi. Hal-hal
seperti kekayaan, kekuasaan dan jodoh tidak berguna bagi setan-setan dan hanya
berguna untuk manusia-manusia pada umumnya. Namun pasien mengatakan bahwa
pada saat ini pasien hanya sedikit kesal dengan keluarganya karena pasien sudah
dapat menerima dan beradaptasi dengan penjelasan mengenai kondisinya
tergangung dengan situasinya. Pasien mengibaratkan nasib dirinya dengan
peribahasa “ dimana tanah dipijak, disanalah langit dijunjung” yang artinya pasien
sempat menggunakan peribahasa “dimana tanah dipijak, disanalah langit
dijunjung,” yang artinya apabila pasien di rumah sakit, maka pasien akan menerima
penjelasan yang diberikan dokter bahwa kondisinya disebabkan oleh sebuah
penyakit, sehingga pasien dengan pasrah mengikuti peraturan-peraturan di
sanatorium dharawangsa dan mengonsumsi obat-obatan yang diberikan kepadanya.
Namun, apabila dalam situasi yang berbeda seseorang mengatakan bahwa
kondisinya disebabkan hal-hal gaib, maka pasien juga akan menerimanya saja.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
i. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengaku pertama kali mendengar suara pada tahun 1990an,
tetapi pasien tidak ingat tepatnya kapan. Dari rekam medis diketahui bahwa
pasien sebelum masuk ke Sanatorium Dharmawangsa, pernah dirawat di
Rumah Sakit Dharma Jaya sejak tahun 2008, lalu pasien mengaku sempat
pulang beberapa bulan, kemudian karena pasien tidak minum obat secara rutin,
keluarga pasien mengaku melihat pasien masih sering berbicara sendiri dan
akhirnya bulan agustus 2013 pasien dibawa ke Sanatorium Dharmawangsa oleh
saudara pasien.
ii. Riwayat Gangguan Medis
Pasien memiliki riwayat kolesterol dan telah mengonsumsi obat
kolesterol secara teratur. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
iii. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif (NAPZA)
Pasien merupakan seorang perokok berat sejak SMP. Biasanya pasien
menghabiskan antara 1-2 bungkus per harinya. Sekarang, sehari-harinya pasien
merokok sesuai dengan jumlah rokok yang dijatahkan oleh Sanatorium
Dharmawangsa yaitu 1 batang setiap 2 jam. Bagi pasien merokok merupakan
kenikmatan tersendiri dan pasien merasa jatah rokok yang diberikan oleh
Sanatorium Dharmawangsa kurang. Biasanya pasien akan merokok di teras
bangsal laki-laki Sanatorium Dharmawangsa bersama pasien-pasien lainnya,
namun terkadang pasien bisa saja merokok sendiri. Terkadang pasien terlihat
membagikan rokok yang dihisap kepada pasien lain yang meminta kepadanya.
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang sampai saat
ini.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 22 Oktober 1968 dan merupakan anak kelima dari
tujuh bersaudara. Riwayat selama kehamilan dan kelahiran normal tanpa
ada masalah tertentu.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tinggal bersama orangtua dan keenam saudaranya. Pertumbahan dan
perkembangan pada masa kanak awal ternilai normal.
3. Masa Kanak Pertengahan ( 3 - 11 tahun)
Pasien mengaku mudah bergaul dengan teman-teman seusianya baik
disekolah maupun di lingkungan rumah.
4. Masa Kanak Akhir (purbertas) dan Remaja
Saat memasuki SMP pasien mengaku mulai merokok. Sehari-hari pasien
bersekolah dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sehingga langsung
pulang setelah selesai sekolah. Pasien mengaku tidak pernah mendapatkan
masalah disekolah.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku tidak ada masalah selama sekolah. Setelah lulus
SMA pasien langsung memasuki bangku kuliah dan dalam waktu
empat tahun pasien mendapatkan dua gelar dalam waktu bersamaan
yaitu sarjana ekonomi dari STIE YAI dan sarjana hukum dari
Universitas Trisakti. Setelah lulus kuliah pasien bekerja sebagai
akuntan publik di sebuah perusahaan akuntansi di Jakarta.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai manager akuntan publik di sebuah perusahaan
akuntansi di Jakarta. Menurut pasien ia tidak lagi bekerja karena
dianggap tidak dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik akibat
suara-suara yang dialami pasien sehingga ia diberhentikan dari
pekerjaannya saat itu akibat adanya gangguan jiwa.
Pasien mengaku cukup sedih karena diberhentikan dari pekerjaannya
karena pasien mengatakan ia menyukai pekerjaannya dan menganggap
pekerjaannya merupakan peluang baginya untuk menyalurkan
kemampuan yang dimiliki oleh pasien. Pasien mengatakan bahwa
selama bekerja tidak ada masalah dengan atasan, teman di kantor
maupun bawahan pasien. Bahkan pasien mengatakan bahwa teman-
teman kantornya peduli dengan pasien sampai mengunjungi pasien di
rumah sakit jiwa ketika mereka mengetahui keberadaan pasien.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien menganut agama Katholik namun pasien sudah tidak berdoa
maupun membaca Alkitab lagi karena pasien merasa ia dapat
berinteraksi langsung dengan Allah.
d. Riwayat Kehidupan Sosial/ Activity
Pasien menyebutkan tidak memiliki teman lagi diluar dari sesama
pasien di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien terlihat cukup akrab
dengan pasien lain yang bernama Tn. Cahyo, Tn. Jono, dan Tn. Johan.
Pasien mengatakan bahwa pasien bosan dengan aktivitas yang ada di
Sanatorium Dharmawangsa. Pasien sudah jarang mengikuti aktivitas
yang difasilitasi. Pasien lebih sering diam duduk di kamarnya sambil
merokok. Pasien senang berdiam diri, dan tidak terlalu suka berbaur
dengan pasien lainnya, di ruangan sebelah. Akhir-akhir ini pasien
senang menuliskan isi pikirannya untuk negara Indonesia dan suara-
suara yang ia dengar.
Berdasarkan anamnesis yang didapat dari perawat di Sanatorium
Dharmawangsa, pasien memiliki interaksi yang baik dengan pasien-
pasien lainnya, maupun dengan perawat, koas-koas dan dokter yang
ada.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah melanggar hukum
f. Riwayat Seksual
Pasien belum menikah karena pasien mengatakan ia sudah terlanjur
mendengar suara-suara sebelum sempat menemukan teman yang
dianggapnya cocok untuk dijadikan pasangan hidup. Pasien belum
pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya.
E. Riwayat Keluarga
2. Isi pikir
a. Preokupasi : Tidak ada.
b. Waham : Ada
Waham Kebesaran
Pasien percaya bahwa dirinya memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan manusia lainnya dimana pasien dapat berkomunikasi secara
langsung dengan Tuhan sehingga permintaan yang diajukan oleh
pasien kepada Tuhan dapat dikabulkan. Pasien percaya bahwa ia
adalah anak kepercayaan Jehovah.
Waham Kejar
Pasien percaya apabila ia tidak setuju untuk mengajukan
permohonan para paranormal maka ia akan dikatakan egois dan lain-
lain serta akan dibunuh melalui disantet.
Waham Bizzare
Pasien percaya bahwa Yesus sering mengunjungi pasien dan
menyembuhkan penyakit baik mental maupun organik milik pasien.
Pasien juga percaya bahwa malaikat Mikail tinggal di masjid Istiqlal
dan seringkali diajak “adu sakti” oleh orang yang bisa melihat
malaikat tersebut. Pasien percaya bahwa Jehovah dipengaruhi oleh
paranormal dan keluarga serta dokter sehingga Jehovah tidak
percaya kepada pasien saat pasien berkata bahwa dia sudah sembuh.
Pasien juga merasa bahwa Jehovah menambahkan penyakit pasien
supaya pasien tidak bisa keluar dari sanatorium. Pasien
mempercayai Jehovah memberikan aturan kepada dirinya, yaitu
tidak boleh menikah, tidak boleh terkenal dan memiliki perbedaan
kekuatan dibandingkan dengan Yesus.
3. Orientasi
Waktu : Tidak terganggu, pasien dapat menyebutkan jam, hari,
tanggal, bulan dan tahun
Tempat : Tidak terganggu. Pasien mengetahui bahwa saat ini
pasien sedang berada di Sanatorium Dharmawangsa
Orang : Tidak terganggu. Pasien dapat membedakan dokter
muda UPH dan Untar, dapat mengenali perawat, dokter dan juga
teman-teman sesama pasien di Sanatorium Dharmawangsa.
4. Memori
Jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
kejadian masa lalunya dengan baik.
Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
pewawancara dan orang sekitar dengan baik.
Sesaat : Tidak terganggu. Pasien dapat mengingat
aktivitas yang dilakukan sejak pagi sebelum wawancara dimulai
Segera : Tidak terganggu
G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impuls dengan baik
B. Status Neurologik
Saraf kranialis (I-XII) : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Gejala rangsang selaput otak : Tidak dilakukan
Mata : Dalam batas normal
Pupil : Dalam batas normal
Pemeriksaan oftalmoskopik : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Motorik : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Sensibilitas : Tidak dilakukan (terkesan normal)
Fungsi cerebellum dan koordinasi : Dalam batas normal
Refleks fisiologis : Tidak dilakukan
Refleks patologis : Tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab 18 Januari 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
Trigliserida (mg/dL) 449 <150
Cholesterol total (mg/dL) 191 < 200
HDL (mg/dL) 51 35 – 55
Glukosa puasa (mg/dL) 195 70 – 110
Glukosa 2 jam postprandial (mg/dL) 90 < 140
Ureum (mg/dL) 50 10 – 50
BUN (mg/dL) 23 7 – 22
Creatinine (mg/dL) 2,2 0,5 – 1,4
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA:
MMSE SCORE 30 : tidak ada gangguan pada fungsi kognitif
2. PSIKOLOGIK
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
Waham (kebesaran, kejar, aneh)
XII. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung kearah prognosis baik
- Pasien menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
- Pasien dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama pasien, petugas
kesehatan, petugas keamanan, petugas kebersihan dan pewawancara
- Tidak ada fungsi kognitif dan intelegensi dengan bukti MMSE 30
- Pasien tidak memiliki gangguan mental organik
- Pasien rutin mengkonsumsi obat-obatnya
Harus ada suatu perubahan yang Pada pasien ini, gejala-gejala yang timbul telah
konsisten dan bermakna dalam mutu mengakibatkan perubahan yang bermakna
keseluruhan (overall quality) dari dalam kehidupan pasien dimana pasien telah
beberapa aspek perilaku pribadi (personal diberhentikan dari pekerjaannya karena
behaviours), bermanifestasi sebagai kondisi yang dialaminya serta pasien tidak lagi
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, memiliki teman di luar Sanatorium
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam Dharmawangsa sehingga juga telah memenuhi
diri sendiri (self-absorbed attitude), dan kriteria Skizofrenia ini.
penarikan diri secara sosial.
B. Dalam porsi waktu yang signifikan dari Pada pasien ini, gejala-gejala yang timbul telah
onset gangguan terdapat satu atau lebih mengakibatkan penurunan pada lebih dari satu
dari area fungsional utama menunjukkan area fungsional dalam kehidupan yakni
penurunan nyata di bawah tingkat yang pekerjaan dan hubungan interpersonal. Dalam
dicapai sebelum onset dalam suatu hal pekerjaan, pasien telah diberhentikan dari
rentang waktu yang bermakna sejak onset pekerjaannya karena kondisi yang dialaminya
gangguan (atau bila onset pada masa kemudian dalam hal hubungan interpersonal
anak-anak atau remaja terdapat pasien tidak lagi memiliki teman di luar RS,
kegagalan pencapaian tingkat sehingga pasien ini telah memenuhi kriteria B
interpersonal, akademik atau okupasi Skizofrenia
lainnya) seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus Gejala-gejala pada pasien ini sudah timbul sejak
berlanjut dan menetap sedikitnya enam tahun 1996 yang mana sudah berlangsung selama
bulan. Periode enam bulan ini meliputi lebih dari 6 bulan sehingga memenuhi kriteria C
satu bulan gejala-gejala fase aktif yang Skizofrenia.
memenuhi kriteria A (atau kurang bila
berhasil diterapi) dan dapat juga
mencakup fase prodromal atau residual.
Selama berlangsung. fase prodormal atau
residual ini, tanda tanda gangguan dapat
bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala
negatif saja atau lebih dari atau dua dari
gejala-gejala dalam kriteria A dalam
bentuk yang lebih ringan (seperti
kepercayaan–kepercayaan ganjil,
pengalaman perseptual yang tidak biasa).
D. Gangguan skizoafektif dan depresi atau Pada pasien ini moodnya adalah euthym dan
gangguan bipolar dengan gambaran tidak ditemukan adanya perubahan mood,
psikotik sudah dikesampingkan karena: seperti episode depresi maupun mania sehingga
1. tidak ada episode depresi, mania atau gangguan skizoafektif, depresi maupun
campuran keduanya yang terjadi gangguan bipolar dengan gambaran psikotik
bersamaan dengan gejala-gelala fase telah disingkirkan. Dengan demikian, pasien
aktif, telah memenuhi kriteria D Skizofrenia.
jika episode mood terjadi intra fase
aktif maka perlangsungannya relatif singkat
dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Pasien hanya memiliki kondisi medis umum
Gangguan ini bukan disebabkan oleh berupa DM tipe 2 dengan gagal ginjal kronik,
efek fisiologis langsung dari suatu zat hiperlipidemia, hipertensi primer, serta tobacco
(seperti obat-obatan medikasi atau yang use disorder dimana ketiga kondisi medis ini
disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi tidak berpengaruh terhadap gejala-gejala yang
medis umum. timbul pada pasien. Selain itu, pasien tidak ada
penyalahgunaan obat-obatan ataupun zat lain
karena semua obat yang diberikan dalam
pengawasan dokter spesialis dan perawat.
Dengan demikian memenuhi kriteria E
Skizofrenia
F. Hubungan dengan suatu gangguan Pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat
perkembangan pervasif: Jika terdapat gangguan jiwa lainnya, seperti riwayat autistik
riwayat autistik atau gangguan pervasif maupun gangguan pervasif, sehingga telah
lainnya maka tambahan diagnosa memenuhi kriteria F Skizofrenia
skizofernia hanya dibuat bila juga
terdapat delusi atau halusinasi yang
menonjol dalam waktu sedikitnya satu
bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).
Skizofrenia paranoid jika preokupasi
pada satu waham atau lebih atau sering
berhalusinasi auditorik.
Karena pada pasien ini telah memenuhi kriteria Skizofrenia, baik menurut
PPDGJ-III maupun DSM-V, maka dapat dikatakan bahwa pasien ini memiliki gangguan jiwa
berupa Skizofrenia.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tipe dari Skizofrenia.
PPDGJ-III masih menggunakan klasifikasi subtipe dari Skizofrenia sedangkan DSM-V telah
menghilangkan/menghapus subtipe dari Skizofrenia dikarenakan menurut APA (American
Psychiatric Association), subtipe dari Skizofrenia ini memiliki stabilitas diagnostik yang
terbatas, realibilitas yang rendah, dan validitas yang buruk sehingga tidak membantu dalam
menyediakan terapi yang lebih baik maupun dalam memprediksikan respon terhadap terapi.
Skizofrenia memiliki beberapa tipe antara lain paranoid, hebefrenik, katatonik,
residual, simpleks dan tak terinci. Berdasarkan DSM V maka diagnosis dari masing-masing
tipe adalah sebagai berikut:
1. Tipe Paranoid
Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:
a. Preokupasi dengan 1 atau lebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.
b. Gejala berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang janggal atau
katatonik atau afek datar atau inappropriate.
2. Tipe Hebefrenik
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut:
a. Semua hal di bawah ini prominen (disorganized behavior):
(1) Bicara kacau (asosiasi longgar atau neologisme)
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
b. Tidak memenuhi kriteria tipe katatonik
3. Tipe Katatonik
Suatu tipe skizofrenia dimana gambaran klinisnya didominasi oleh 2 atau lebih hal-hal
berikut:
a. Mobilitas motorik yang dibuktikan dengan katalepso (termasuk waxy
flexibility) atau stupor
b. Aktivitas motorik yang berlebihan (yang tampak tak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
c. Negativisme yang nyata (yang tampaknya penolakan tanpa motif terhadap
semua perintah atau mempertahankan suatu postur kaku melawan usaha untuk
menggerakannya) atau mutisme
d. Gerakan spontan yang aneh seperti melakukan postur tertentu (secara volunter
menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar), gerakan
stereotipik, menojolnya manerisme atau menyerigai secara prominen
e. Ekolalia atau ekopraksia.
5. Tipe Residual
Suatu tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria:
a. Tidak adanya penonjolan waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku sangat
kacau atau katatonik.
b. Adanya bukti kontinu adanya gangguan seperti yang ditunjukan oleh gejala-
gejala negatif dalam kriteria A skizofrenia dalam bentuk yang lebih lemah
(keyakinan aneh,pengalaman perseptual yang tak lazim)
Jika dilihat dari gejala-gejala yang muncul, maka dapat dikatakan bahwa pasien ini
cenderung merupakan Skizofrenia Paranoid dikarenakan telah memenuhi semua kriteria
diagnosis Skizofrenia Paranoid yang dibahas pada tabel dibawah ini:
Nama Generik Nama Dagang Dosis akut (mg/hari) Dosis rumatan (mg/hari)
Phenothiazine
Chlorpromazine Promactil 200-1000 50-400
Thioridazine Melleril 200-800 50-400
Perphenazine Trilafon 12-64 8-24
Trifluoperazine Stelazine 10-60 4-30
Butyrophenones
Haloperidol Haldol 5-20 1-15
Diphenylbutypiperidines
Pimozide Orap 5-20 1-15
Long acting injectable preparation
Fluphenazine decanoate 12.5 setiap 1-4 minggu
Haloperidole decanoate 25-200 setiap 2-4
minggu
Tabel 1. Tabel Obat Antipsikotik Generasi Satu/ Tipikal
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior
Sciences/Clinical Psychiatry. 11th edition.Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015 p.300-
323.
2. Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5. Washington, Londres:
American Psychiatric Association; 2013.
3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. III. Jakarta:
Departemen Kesehatan R.I.; 1993
4. Rosell, D., Futterman, S., McMaster, A. and Siever, L. Skizotipal Personality Disorder:
A Current Review. Current Psychiatry Reports; 2014
5. Esterberg, M., Goulding, S. and Walker, E. Cluster A Personality Disorders: Skizotipal,
Schizoid and Paranoid Personality Disorders in Childhood and Adolescence. Journal of
Psychopathology and Behavioral Assessment, 32, pp.515-528.
6. Nathanson, B. and Jamison, S. Psychotherapeutic and Pharmacologic Treatment of
Schizotypal Personality Disorder. Clinical Case Studies; 2011.10, pp.395-407.
7. Katzung B. Basic And Clinical Pharmacology. Norwalk: Mcgraw-Hill Educ Medical;
2017.
8. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. FKUI: Badan
Penerbit FKUI; 2013