Skizofrenia Paranoid
Disusun oleh:
Shabila Shamsa
03012253
Penguji :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Ny. A
TTL / usia : Jakarta, 7 Januari 1982/ 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Perum Tambun, Bekasi.
1
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis :
Tanggal 20 Oktober 2017, pukul 16.00 WIB, di bangsal Melati Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 20 Oktober 2017, pukul 16.00 WIB, di bangsal Melati Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 21 Oktober 2017, pukul 09.00 WIB, di bangsal Melati Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
A. KELUHAN UTAMA
Pasien marah- marah dan bicara kacau sejak 2 hari SMRS.
2
tetangganya sangat merendahkan dirinya karena menurut pasien ia adalah orang yang
berpendidikan. Pasien mengaku dirinya kerap melihat sesosok arwah yang ia sebut
sebagai Roh Kudus. Ia mengatakan sosok tersebut hanya ia yang bisa lihat dan orang
lain tidak dapat melihat. Ia melihat sosok roh tersebut sejak sebelum masuk RSJ. Pasien
mengatakan sosok roh tersebut kerap muncul ketika ia dirumah dan sedang sendiri. Sosok
roh tersebut juga sering mengikutinya jika ia sholat di mushola.
Keluarga pasien mengatakan tingkah laku pasien semakin aneh dan tidak masuk
akal selama 2 minggu ini. Setiap pasien menonton acara di televisi, ia mengatakan bahwa
artis yang ada di tv adalah pacarnya. Ia juga sering berdebat dengan kakaknya karena ia
yakin Afgan adalah pacarnya, ia juga merasa bahwa Maudy Ayunda adalah ibunya.
Pasien merasa ia adalah manusia yang turun dari langit dan mempunyai DNA yang
berbeda dari orang lain. Maka dari itu, pasien takut DNA nya diambil oleh orang lain.
Pasien juga merasa ia adalah agen CIA yang bertugas untuk membasmi kejahatan dan
melaporkan kejahatanya ke Kapolda Tambunan.
Keluarga pasien mengatakan awalnya mereka membiarkan keluhan pasien dan
tetap memberikan obat. Namun, lama-lama mereka tidak bisa membiarkan lagi karena
pasien sudah semakin aneh dan sudah mengancam menyakiti keluarganya. Keluarga
pasien mengatakan pasien bisa tidur dan melakukan aktifitas seperti makan dan mandi
sendiri. Tidak ada keinginan mencelakai diri sendiri dan bunuh diri.
3
menjadi semakin parah. Keluarga pasien mendengar pasien sering berbicara sendiri
dan tertawa sendiri. Keluarga pasien mencoba untuk menghibur pasien namun pasien
hanya bisa marah-marah dengan keluarganya. Lalu keluarganya membawa pasien
berobat ke RSPAD. Pasien didiagnosa skizofrenia. Pasien saat itu hanya rawat jalan
dan diberikan obat namun keluarga lupa obat nya. Lalu keluarga pasien mengatakan
pasien rutin kontrol ke Rumah Sakit dan minum obat sehingga keluhan membaik,
namun tidak sembuh total. Keluhan kembali muncul di tahun 2016. Pada saat itu ibu
kandung pasien meninggal karena penyakit stroke dan beberapa bulan kemudian,
kakak ipar pasien meninggal dunia. Pasien sangat terpukul dan keluhan kembali
kambuh. Keluarga mengatakan keluhannya lebih parah dari yang sebelumnya. Pasien
kerap berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Pasien juga semakin kasar terhadap
kakak-kakaknya. Pasien tidak mau disuruh-suruh untuk membantu pekerjaan rumah.
Akhirnya pasien dilarikan ke RSJSH dan dirawat selama 40 hari. Lalu pasien pulang
dan rawat jalan. Keluhan kembali membaik dan pasien sudah bisa diajak berbicara.
Pada bulan April 2017 pasien kembali dirawat di RSJSH karena kabur dari rumah.
Keluarga pasien mengatakan pasien kabur selama 3 hari dan diketemukan oleh
petugas satpam di terminal Bandung. Setelah itu keluarga langsung menjemput pasien
dari Bandung dan dilarikan ke RSJSH. Saat ditemukan, pasien hampir tidak
mengenali kakak-kakaknya. Ia juga kerap mengatakan meihat sesosok Roh.
Keluarga pasien mengatakan saat itu pasien mendengar bisikan yang menyuruhnya
untuk kabur dan mencari petunjuk hingga ke Bandung. Pasien kabur membawa
handphonenya dan satpam yang menemukan pasien segera menelepon kakak pasien
dari kontak di hp pasien. Saat pasien ditemukan, badan pasien dipenuhi luka goresan
dan memar. Keluarga langsung membawa pasien ke RS dan memeriksa tes kehamilan
karena keluarga takut pasien diperkosa. Hasil tes kehamilan menunjukan negatif dan
pasien segera di rawat. Pasien saat itu dirawat selama 2 bulan. Lalu pada bulan Juli
sampai Agustus 2017 pasien sudah membaik dan rajin kontrol serta minum obat.
Namun saat itu keluarga pasien mengatakan pasien lupa minum obat selama beberapa
hari sehingga gejala pasien kembali muncul.
4
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak mengalami sakit berat sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat
demam tinggi, kejang, epilepsy, kecelakaan atau trauma pada kepala yang
menyebabkan adanya pingsan atau penurunan kesadaran, pasien tidak pernah di rawat
di RS.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat menggunakan
alkohol, minum kopi atapun merokok. Riwayat menggunakan obat-obatan (NAPZA)
disangkal oleh keluarga pasien.
Tingkat
Keparahan
Gangguan
Waktu
5
1. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Menurut kakak pasien, perkembangan pasien kurang lebih sama dengan
perkembangan anak seusianya. Kakak pasien tidak ingat detail perkembangan
pasien. Yang kakaknya ingat, saat usia 2 tahun pasien sudah bisa berjalan lancar
dan berbicara. Menurut kakak pasien, pasien sering bermain dengan teman- teman
seusianya, terutama dengan anak tetangga dekat rumahnya. Pasien sangat dekat
dengan ibu dan ayahnya dan pasien sering bercerita dan bermain dengan kakak-
kakanya dirumah. Tidak pernah ada masalah antara pasien dengan ayah pasien
atau dengan kakak kandung.
2. Riwayat Pendidikan
Pasien masuk TK saat usia 4 tahun. Menurut kakak pasien, tidak ada kesulitan dalam
belajar pada pasien. Pasien kemudian masuk SD dan SMP di Trijaya III Bekasi.
Menurut kakak pasien, selama di SMP pasien memang bukan tergolong anak yang
pintar di sekolahnya, namun pasien merupakan anak yang rajin belajar dan selalu naik
6
kelas. Pasien kemudian masuk SMA I Tambun, Bekasi mengambil jurusan IPS.
Kakak pasien tidak tau mengenai berapa IQ pasien, namun saat itu kakaknya ingat
bahwa IQ pasien adalah normal.
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja hingga saat ini dikarenakan pasien tidak mau disuruh-
suruh dan sering pergi keluar rumah dan pergi nongkrong bersama teman-temanya.
5. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum pernah menikah
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum selama ini.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara. Sejak kecil, pasien sangat
dekat dengan orangtuanya dan selalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Saat ini pasien
tinggal serumah dengan kakak pertama dan kakak keduanya. Kakak pertamanya belum
menikah, sedangkan kakak keduanya sudah menikah dan suami kakak pasien meninggal
dunia pada tahun 2016 dan kakak pasien dikaruniai 2 orang anak.
Genogram
7
Keterangan :
= laki-laki
= pasien
= perempuan
8
1. Penampilan : pasien seorang perempuan, berusia 35 tahun, tampak terawat dan sesuai
usia pasien
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien dalam posisi berdiri
b. Selama wawancara : pasien duduk sambil menatap dan melakukan kontak mata
dengan pemeriksa. Pasien menjawab setiap pertanyaan pemeriksa.
c. Sesudah wawancara : pasien dalam posisi duduk bersama temannya
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif terhadap pemeriksa
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, artikulasi jelas, intonasi cukup, volume cukup
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : euthim
2. Afek : Luas
3. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) halusinasi auditorik, halusinasi visual (+)
2. Ilusi : (-) tidak ada
3. Depersonalisasi : (-) tidak ada
4. Derealisasi : (-) tidak ada
D. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SMA jurusan IPS
2. Pengetahuan umum : Baik (pasien tahu presiden saat ini)
3. Kecerdasan : Baik (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : Baik (pasien dapat mengeja kata secara mundur)
5. Perhatian : Perhatian cukup (pasien sesekali teralih perhatiannya terhadap
kegiatan atau orang yang lewat didepannya)
9
6. Orientasi :
a. Waktu : Baik (Pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam hari)
b. Tempat: Baik (Pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJSH)
c. Orang : Baik (Pasien mengetahui sedang diwaancarai oleh siapa)
7. Daya ingat:
10
Baik. Saat diwawancara, pasien tampak tenang, tidak mudah tersinggung, bersedia
diwawancara walaupun pasien hanya sesekali melakukan kontak mata dengan pemeriksa
14. TILIKAN
Derajat 1Menyangkal bahwa dirinya sakit
15. REALIABILITAS
Dapat dipercaya, karena pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan terbuka
seakan-akan memang hal tersebut yang ia rasakan
11
Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil normal T1/T1,
tonsil-faring tidak hiperemis
Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
Palpasi: gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil fremitus simetris
kanan dan kiri
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru, tidak terdapat
ronkhi dan wheezing pada kedua paru
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba
Perkusi: batas jantung DBN
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: bentuk datar
Auskultasi: bising usus normoperistaltik
Palpasi: soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis: tidak ada
12
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas: dalam batas normal
Fungsi luhur: tidak terganggu
Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-), distonia (-
), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran :
Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit darah,
pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati, glukosa darah sewaktu.
13
kabur dari rumah dan ditemukan di terminal bandung. Pasien mengaku ia mendengar
bisikan yang menyuruhnya untuk pergi ke bandung. Lalu pasien dirawat selama 2 bulan
di RSJSH dan sisanya rawat jalan. Setelah itu beberapa minggu sebelum masuk RSJ lagi,
keluarga pasin mengatakan bahwa ia lupa minum obat. Maka dari itu gejala timbul
kembali.
Sekarang pasien sudah dirawat dirawat di bangsal Melati selama 2 minggu. Pasien
tampak lebih tenang namun sesekali pernah mengamuk. Kooperatif saat di wawancara.
Pada pemeriksaan pskiatri dan fisik didapatkan : kesadaran neurologis kompos mentis,
status generalis dan neurologis dalam batas normal, kesadaran psikiatripasien terganggu,
mood eutim dengan afek luas, serasi. Ditemukan halusinasi commenting dan command,
halusinasi visual, tanpa disertai adanya ilusi, depersonalisai, derealisasi. Terdapat
gangguan dalam fungsi intelektual. Terdapat waham bizar ,waham kejar dan kebesaran.
Pengendalian impuls baik. Daya nilai dan uji daya nilai social pasien buruk. RTA
terganggu, tilikan derajat I, reabilitas dapat dipercaya.
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
- Termasuk gangguan kejiwaan, karena:
14
- Halusinasi auditorik: mendengar suara- suara yang berkomentar
mengejek pasien, memerintahkan pasien untuk kabur dari rumah
- Halusinasi visual : melihat sosok bayangan Roh Kudus
- Waham bizar : yakin bahwa DNA nya berbeda dari orang lain,
yakin bahwa ia adalah age CIA yang bertugas untuk membasmi
kejahatan dan melaporkan kejahatanya ke Kapolda Tambunan
- Waham kejar : yakin bahwa tetangganya mengejek nya serta
merendahkan dirinya karena menurut pasien ia adalah orang kaya
- Waham kebesaran : yakin bahwa semua artis yang ada di tv
merupakan pacarya, yakin Afgan adalah pacarnya, yakin bahwa
pasien merupakan orang kaya dan yakin bila Maudya Ayunda
adalah ibu pasien.
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
15
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Tidak ada
GAF current: 30-21 (perilaku sangat dipengaruhi oleh waham dan halusinasi,
gangguan daya nilai, tidak mampu berfungsi pada hampir semua area)
GAF HLPY : 40-31 (beberapa gangguan dalam uji realitas atau komunikasi
disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
16
Aksis V : GAF current :30-21
IX. PROGNOSIS
- Quo vitam : Ad bonam (tidak ada kondisi yang mengancam nyawa pasien)
- Quo functionam : Dubia Ad bonam (pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
dengan baik, terlebih bila pasien mau untuk secara teratur
meminum obat sesuai instruksi dokter)
- Quo sanationam : Dubia ad bonam (jika pasien meminum obat dengan dosis yang
tepat sehingga gejalanya akan terkontrol dan tidak mengalami
eksaserbasi)
XII. PENATALAKSANAAN
17
- Rawat inap, dengan indikasi :
Mengganggu lingkungan sekitar
Timbulnya tindakan agitasi
Membahayakan orang lain
Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
- Medika Mentosa
o Oral:
- Risperidone 2 x 2 mg
Alasan pemeberian Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada
pasien dengan gejala psikosis. Risperidon merupakan obat antipsikotik
generasi 2 atau antipsikotik atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor
serotonin (terutama 5HT2A) dan reseptor dopamine D2. Risperidon dapat
digunakan untuk mengobati baik gejala positif maupun negative karena
aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang tidak terlalu kuat sehingga
efek samping terutama efek samping ekstrapiramidal rendah, dan juga
aktivitasnya terhadap reseptor serotonin 5HT2 yang juga tinggi sehingga juga
dapat digunakan untuk mengobati gejala negatif.
- Non-medikamentosa:
Psikoedukasi:
o Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien,
rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
o Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat sesuai aturan
dan bila nantinya keluar dari RS harus datang kontrol ke poli secara rutin.
o Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa dukungan keluarga akan membantu
keadaan pasien.
Psikoterapi
18
o Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan masalahnya
o Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat
penting untuk menghilangkan gejala yang dideritanya.
Sosioterapi :
o Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psikososial bersama keluarga
o Membiasakan pasien untuk bersosialisasi dengan pasien lain/orang lain.
o Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psikososial berupa latihan
ketrampilan sosial di RSJSH (daycare).
19