September 2022
1 2 3 4 Memberikan
Memastikan Mengedukasi penjelasan tujuan,
Menyiapkan
asas kerahasiaan dan
Kuesioner individu siap Individu
5
begaimana mengisi
kuesioner
pengisian
7 6
Melakukan tindak Interpretasi hasil
lanjut
2
Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa
3
b. Jenis Instrumen Skrinng
JENIS INSTRUMEN SKRINING KESEHATAN JIWA
4
SKOR KESULITAN
https://link.kemkes.go.id/RiauSDQ4sd11th
9
Instrumen SDQ (11-18 thn)
https://link.kemkes.go.id/RiauSDQ11sd18th
10
2) Instrumen Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)
• Untuk mengetahui adanya gangguan mental emosional seperti gejala depresi, gejala
ansietas, gejala kognitif, gejala somatic dan gejala penurunan energi
SRQ • Validitas yang cukup baik dalam hal sensitivitas dan spesifitasnya
• Terdiri dari 20 pertanyaan yang diisi langsung atau melalui wawancara
• Dapat diidentifkasi gejala-gejala gangguan mental emosional seperti gejala depresi,
gejala ansietas, gejala kognitif, gejala somatik dan gejala penurunan energi.
Interpretasi Hasil:
• Bila terdapat > 6 jawaban Ya maka ada indikasi mengalami masalah kesehatan
jiwa sehingga memerlukan pemeriksaan lanjutan wawancara psikitrik untuk
mengetahui ada atau tidaknya gangguan jiwa
• Pertanyaan no 17, jika pertanyaan dijawab “YA” meskipun skor total < 6, maka
ada indikasi mengalami masalah kesehatan jiwa sehingga memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut
11
JENIS INSTRUMEN SKRINING
12
Instrumen SRQ 20
https://link.kemkes.go.id/RiauSRQ20
13
Risiko Rendah
Mereka menggunakan napza tersebut sekali-sekali, sehingga saat ini mereka tidak
mengalami masalah apapun yang berkaitan dengan pemakaian napza tersebut dan berada
pada risiko rendah terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian
napza di masa mendatang asalkan mereka tetap pada pola yang sama dalam penggunaan
napza tersebut.
Risiko Sedang
INTERPRTASI
Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang dan
HASIL
masalah lain, termasuk kemungkinan menjadi ketergantungan. Risiko akan meningkat pada
ASSIST
pasien dengan masalah terkait riwayat penggunaan napza sebelumnya dan
ketergantungan.
Risiko Tinggi
Penggunaan memiliki masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum dan hubungan sosial
sebagai akibat dari penyalahgunaan napza yang mereka lakukan. Terlebih lagi, pada pasien
yang selama 3 bulan terakhir menyuntik napza rata-rata 4 kali tiap bulan cenderung
memiliki risiko tinggi.
JENIS INSTRUMEN SKRINING
Instrumen Lainnya
Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI)
Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri yang paling sering
digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas kesehatan primer.
Hopkins Verbal Learning Test (HVLT), Mini Mental State Examination (MMSE) dan Abbreviated
Mental States (AMS) untuk skrining demensia
Geriatric Depression Scale (GDS) untuk skrining depresi pada lansia
Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk skrining burn out pada pekerja
Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 21
Drug Abuse Screening Test 10 (DAST 10)
15
TINDAK LANJUT SKRINING
Kesehatan Jiwa
oleh nakes
• Rujuk ke fasyankes untuk pemeriksaan lanjutan
wawancara psikiatrik (multi disiplin) agar diketahui ada
atau tidaknya gangguan jiwa.
16
MATERI EDUKASI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
A. Mengurangi faktor risiko gangguan jiwa (Materi Intervensi merujuk pada juknis GME dan Depresi)
a. Faktor Biologis
1) Riwayat kesehatan jiwa keluarga dan kerentanan genetik terhadap kondisi gangguan jiwa
2) Riwayat kelahiran dan perkembangan, luka jejas otak, permasalahan neurologis lain, riwayat
dan kondisi medis terkini, serta gejala dan dampak gangguan jiwa
3) Kondisi medis dan pengobatan terkini serta gejala dan dampaknya pada masalah kesehatan
jiwa.
• Orang dengan faktor biologis di atas disebut sebagai individu berisiko tinggi (high-risk).
• Titik penting pada program pencegahan individu risiko tinggi ini adalah penemuan kasus risiko
tinggi yang lebih dini.
• Tindakan pencegahan yang dapat diberikan adalah pemberian omega 3 fatty acid, intervensi
krisis, terapi kognitif perilaku dan konseling keluarga
• Bagi anak remaja yang memiliki orang tua dengan gangguan jiwa, faktor protektif seperti fungsi
kognitif yang baik, dukungan keluarga, aktivitas fisik dan masyarakat yang kohesif; mencegah
mereka mengalami gangguan jiwa.
19
2.4.3. Prevensi Gangguan JIwa
PREVENSI GANGGUAN JIWA
b. Faktor Psikologis
Faktor Risiko:
1) Regulasi emosi rendah
2) Kemampuan regulasi diri rendah yang termanifestasikan dalam kontrol perilaku
yang buruk
3) Konsep diri negative
4) Efikasi diri rendah
5) Resiliensi diri rendah
c. Faktor Sosial
Faktor Risiko
1) Lingkungan Keluarga
2) Perekonomian keluarga
3) Pekerjaan
4) Relasi Suportif
5) Relasi dengan pasangan
6) Kedukaan
7) Permasalahan Hukum
8) Krisis pada orang yang memiliki arti penting dalam kehidupan individu
9) Akses pada layanan kesehatan
20
2.4.3. Prevensi Gangguan JIwa
PREVENSI GANGGUAN JIWA
Cara mengatasi di lingkungan keluarga: peningkatan komunikasi efektf dalam keluarga, pola asuh
dan tugas kesehatan keluarga (mengenal masalah, memutuskan cara mengatasi masalah,
merawat sesuai kebutuhan dan masalah, menciptakan suasana gembira dan kondusif,
menggunakan pelayanan kesehatan terdekat (5M)
Peningkatan kegiatan bersama dalam keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama,
bercakap-cakap bersama, bermain bersama dan berkreasi bersama (5B)
21
1. PERENCANAAN
2. PENGORGANISASIAN/
PELAKSANAAN TATA KELOLA
3. PENCATATAN DAN
PELAPORAN
4. MONITORING DAN EVALUASI
22
1. PERENCANAAN
23
2. PENGORGANISASIAN
24
3. PENCATATAN DAN PELAPORAN
digunakan : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Intepretasi Hasil :
25
4. MONITORING DAN EVALUASI
Pemantauan Evaluasi
• Dilakukan periodik (3 bulanan)
• Tujuan : • Dilakukan minimal 1 tahun setelah
o pelaksanaan sesuai dengan rencana pelaksanaan skrining dan tindak lanjut
intepretasi hasil
atau tidak
o Hambatan/masalah dan upaya yang • Mengetahui hasil pelaksanaan skrining
dilakukan untuk mengatasi (sejauh mana pelaksanaan skrining dapat
o Perencanaan yang dibuat dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesehatan jiwa atau
dilaksanakan atau tidak menurunkan prevalensi gangguan jiwa)
o Penggunaan alokasi sumberdaya
o Peran pemangku kepentingan
o Optimalisasi alokasi waktu dan
permasalahannya
• Dilakukan oleh Pusat, Dinkes Prov dan
Kab./Kota serta lintas sektor terkait secara
berjenjang
26
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
tumbuh kembang
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat
27