Anda di halaman 1dari 27

Penyelenggaraan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa

September 2022

Direktorat Kesehatan Jiwa


Kementerian Kesehatan RI
LANGKAH PENYELENGGARAAN SKRINING

1 2 3 4 Memberikan
Memastikan Mengedukasi penjelasan tujuan,
Menyiapkan
asas kerahasiaan dan
Kuesioner individu siap Individu

5
begaimana mengisi
kuesioner

pengisian
7 6
Melakukan tindak Interpretasi hasil
lanjut

2
Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa

Pelaksanaan Skrining dapat dilakukan secata manual ataun digital


Skrining Digital dapat dilakukan dengan:
 Menggunakan Google Form
 Menggunakan Aplikasi, seperti:
• SEHAT JIWA  pilih menu deteksi dini  pilih menu deteksi dini  pilih metode SRQ 20 untuk usia > 18
tahun
• SINAPZA  skrining keterlibatan penggunaan NAPZA menggunakan ASSIST
• KDAI  aplikasi untuk skrining adiksi internet
• swaperiksa bunuh diri, cemas, depresi, trauma di website pdskji https://pdskji.org/

3
b. Jenis Instrumen Skrinng
JENIS INSTRUMEN SKRINING KESEHATAN JIWA

1) Instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)

• Sasaran : anak dan remaja usia 4 – 18 tahun


• Menggambarkan kondisi 6 bulan terakhir
• Berisi 25 pertanyaan (emosi/E, perilaku/C, hiperaktivitas/H, masalah hubungan teman
sebaya/P, perilaku pro sosial yang mendukung)
SDQ • SDQ (4-10 thn) diisi orang tua/pengasuh/guru, SDQ (11-18 th) dapat diisi sendiri oleh
remaja atau melalui wawancara oleh nakes atau non naskes terlatih
• Cara memberikan penilaian, untuk jawaban “Tidak Benar” skor 0, “Agak Benar” skor 1
dan “Selalu Benar” skor 2 kecuali untuk pertanyaan no 7, 11, 21 dan 25 kebalikannya

4
SKOR KESULITAN

• Menghitung Total Skor Kesulitan = Skor E + C + H + P

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 13 : Normal 0 – 15 : Normal
14 – 15 : Ambang/Boderline 16 – 19 : Ambang/Boderline
16 – 40 : Abnormal 20 – 40 : Abnormal
INTERPRTASI
HASIL
SDQ
(SKOR
KESULITAN)
1 GEJALA EMOSIONAL (E)
 Sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala, perut dll.)
 Banyak kekhawatiran
 Sering tidak bahagia, menangis
 Gugup atau mudah hilang percaya diri
 Mudah takut

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 3 : Normal 0 – 5 : Normal
INTERPRTASI 4 : Ambang/Boderline 6 : Ambang/Boderline
HASIL 5 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
SDQ
(SKOR MASALAH PERILAKU (C)
KESULITAN) 2
 Sering marah meledak-ledak.
 Umumnya berperilaku tidak baik, tidak melakukan apa yang diminta orang dewasa.
 Sering berkelahi.
 Sering berbohong, curang.
 Mencuri.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Boderline 4 : Ambang/Boderline 6
4 – 10 : Abnormal 10 : Abnormal
3 HIPERAKTIVITAS (H)
 Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam lama.
 Terus bergerak dengan resah.
 Mudah teralih, konsentrasi buyar.
 Tidak berpikir sebelum bertindak
 Tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 5 : Normal 0 – 5 : Normal
INTERPRTASI 6 : Ambang/Boderline 6 : Ambang/Boderline
HASIL 7 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
SDQ
(SKOR MASALAH TEMAN SEBAYA (P)
KESULITAN) 2
 Cenderung menyendiri, lebih senang main sendiri.
 Tidak punya 1 teman baik.
 Tidak disukai anak-anak lain.
 Diganggu/digerak oleh anak lain.
 Bergaul lebih baik dengan orang dewasa dari pada anak-anak.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Boderline 4 : Ambang/Boderline 7
4 – 10 : Abnormal 10 : Abnormal
Perilaku Pro Sosial :
 Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain.
 Bersedia berbagi dengan anak lain.
 Suka menolong.
 Bersikap baik pada anak yang lebih muda.
INTERPRTASI  Sering menawarkan diri membantu orang lain
HASIL
SDQ
(SKOR Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun
KEKUATAN) 6 – 10 : Normal 6 – 10 : Normal
5 : Ambang/Boderline 5 : Ambang/Boderline
0 – 4 : Abnormal 0–4 : Abnormal
Instrumen SDQ (4-11 thn)

https://link.kemkes.go.id/RiauSDQ4sd11th

9
Instrumen SDQ (11-18 thn)

https://link.kemkes.go.id/RiauSDQ11sd18th

10
2) Instrumen Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)

• Untuk mengetahui adanya gangguan mental emosional seperti gejala depresi, gejala
ansietas, gejala kognitif, gejala somatic dan gejala penurunan energi
SRQ • Validitas yang cukup baik dalam hal sensitivitas dan spesifitasnya
• Terdiri dari 20 pertanyaan yang diisi langsung atau melalui wawancara
• Dapat diidentifkasi gejala-gejala gangguan mental emosional seperti gejala depresi,
gejala ansietas, gejala kognitif, gejala somatik dan gejala penurunan energi.

Interpretasi Hasil:
• Bila terdapat > 6 jawaban Ya maka ada indikasi mengalami masalah kesehatan
jiwa sehingga memerlukan pemeriksaan lanjutan wawancara psikitrik untuk
mengetahui ada atau tidaknya gangguan jiwa
• Pertanyaan no 17, jika pertanyaan dijawab “YA” meskipun skor total < 6, maka
ada indikasi mengalami masalah kesehatan jiwa sehingga memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut

11
JENIS INSTRUMEN SKRINING

• Terdiri dari 8 pertanyaan untuk mendeteksi penggunaan alcohol, produk tembakau,


narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya seumur hidup dan dalam tiga bulan
terakhir.
• Dilakukan di fasyankes oleh nakes
ASSIST • Sasaran:
o Pasien yang keluhannya ada indikasi penyalagunaan Napza
o Pasien dengan kondisi yang diperburuk oleh penyalahgunaan Napza
o Prempuan hamil
o Remaja

Alkohol Semua Zat selain Alkohol


0 – 10 : Risiko Rendah 0 – 3 : Risiko Rendah
11 – 26 : Risiko Sedang 4 – 26 : Risiko Sedang
27 + : Risiko Tinggi 27 + : Risiko Tinggi

12
Instrumen SRQ 20

https://link.kemkes.go.id/RiauSRQ20

13
Risiko Rendah
Mereka menggunakan napza tersebut sekali-sekali, sehingga saat ini mereka tidak
mengalami masalah apapun yang berkaitan dengan pemakaian napza tersebut dan berada
pada risiko rendah terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian
napza di masa mendatang asalkan mereka tetap pada pola yang sama dalam penggunaan
napza tersebut.

Risiko Sedang
INTERPRTASI
Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang dan
HASIL
masalah lain, termasuk kemungkinan menjadi ketergantungan. Risiko akan meningkat pada
ASSIST
pasien dengan masalah terkait riwayat penggunaan napza sebelumnya dan
ketergantungan.

Risiko Tinggi
Penggunaan memiliki masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum dan hubungan sosial
sebagai akibat dari penyalahgunaan napza yang mereka lakukan. Terlebih lagi, pada pasien
yang selama 3 bulan terakhir menyuntik napza rata-rata 4 kali tiap bulan cenderung
memiliki risiko tinggi.
JENIS INSTRUMEN SKRINING

Instrumen Kelompok Usia Balita:


 Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised (M CHAT R) untuk skrining gangguan spektrum
autisme
 Abbreviated Conners' Teacher Rating Scale (ACTRS) untuk skrining gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas (GPPH)
 Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) usia 36 – 72 bulan

Instrumen Lainnya
 Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI)
 Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri yang paling sering
digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas kesehatan primer.
 Hopkins Verbal Learning Test (HVLT), Mini Mental State Examination (MMSE) dan Abbreviated
Mental States (AMS) untuk skrining demensia
 Geriatric Depression Scale (GDS) untuk skrining depresi pada lansia
 Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk skrining burn out pada pekerja
 Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 21
 Drug Abuse Screening Test 10 (DAST 10)
15
TINDAK LANJUT SKRINING

Normal • Edukasi untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatannya

• KIP-K oleh Nakes

Masalah • Prevensi gangguan jiwa dengan mengurangi faktor risiko


dan mengatasi gejala serta tanda masalah kesehatan jiwa

Kesehatan Jiwa
oleh nakes
• Rujuk ke fasyankes untuk pemeriksaan lanjutan
wawancara psikiatrik (multi disiplin) agar diketahui ada
atau tidaknya gangguan jiwa.

16
MATERI EDUKASI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

Remaja Dewasa Lansia


• Tugas perkembangan usia • Tugas perkembangan usia • Tugas perkembangan usia
remaja (identity) dewasa (intimacy dan lansia (integrity)
• Tugas perkembangan usia generativity) • Tugas perkembangan usia
remaja (aspek perkembangan • Tugas perkembangan usia lansia (adaptasi perubahan
fisiologis, kognitif, sosial, dewasa (aspek perkembangan perkembangan fisiologis,
emosi, moral, spritualitas dan fisiologis, kognitif, sosial, kognitif, sosial, emosi, moral,
kepribadian) emosi, moral, spritualitas dan spritualitas dan kepribadian))
• Pengertian sehat jiwa, risiko kepribadian) • Pengertian sehat jiwa, risiko
(ODMK), sakit (ODGJ) • Pengertian sehat jiwa, risiko (ODMK), sakit (ODGJ)
• Stimulasi perkembangan (ODMK), sakit (ODGJ) • Stimulasi perkembangan
• Manajemen stres • Stimulasi perkembangan • Manajemen stres
• Keterampilan pemecehan • Manajemen stres • Keterampilan pemecehan
masalah • Keterampilan pemecehan masalah
masalah 17
2.4.2. Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP-K) oleh Tenaga
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING (KIP-K)
Kesehatan

Langkah dalam melakukan KIP-K:


KIP-K merupakan komunikasi tatap muka, antara 1) Sampaikan salam, sambut pasien dengan ramah
petugas kesehatan dan pasiennya, terjadi proses 2) Tanyakan atau gali permasalahan kesehatan pasien
pertukaran informasi, pikiran, pendapat atau 3) Ajak pasien untuk melakukan identifikasi penyebab
perasaan baik melalui kata-kata maupun Bahasa terjadinya masalah kesehatan (perilaku dan non-
non verbal perilaku).
4) Sampaikan informasi secara singkat dan tepat tentang
Kompetensi Umum: upaya mengatasi/mencegah masalah kesehatan yang
• Memahami keinginan dan kebutuhan pasien dialami oleh pasien. Gunakan media KIE agar informasi
• Memperhatikan hak pasien yang disampaikan mudah untuk dipahami pasien.
• Menghormati pasien dan keluarganya 5) Bantu/ajak pasien untuk mampu berpikir tentang
• Menjadi komunikator yang efektif keuntungan maupun konsekuensi apabila upaya untuk
mengatasi/mencegah terjadinya masalah tersebut
Kompetensi Khusus: dilakukan/tidak dilakukan.
• Melakukan observasi saat komunikasi 6) Minta/motivasi pasien untuk memilih dan menetapkan
• Memantapkan hubungan yang baik upaya mengatasi/mencegah masalah tersebut
• Mengajukan pertanyaan 7) Bantu/ajak pasien untuk mengingat kembali hal-hal
• Mendengar secara aktif penting yang telah dibahas dan akan dilakukannya.
• Membantu pasien dalam menetapkan keputusan 8) Sampaikan kepada pasien bahwa anda selaku petugas
kesehatan siap membantu apabila ada kesulitan18atau
merujuk kepada petugas yang berkompeten.
2.4.3. Prevensi Gangguan JIwa
PREVENSI GANGGUAN JIWA

A. Mengurangi faktor risiko gangguan jiwa (Materi Intervensi merujuk pada juknis GME dan Depresi)
a. Faktor Biologis
1) Riwayat kesehatan jiwa keluarga dan kerentanan genetik terhadap kondisi gangguan jiwa
2) Riwayat kelahiran dan perkembangan, luka jejas otak, permasalahan neurologis lain, riwayat
dan kondisi medis terkini, serta gejala dan dampak gangguan jiwa
3) Kondisi medis dan pengobatan terkini serta gejala dan dampaknya pada masalah kesehatan
jiwa.
• Orang dengan faktor biologis di atas disebut sebagai individu berisiko tinggi (high-risk).
• Titik penting pada program pencegahan individu risiko tinggi ini adalah penemuan kasus risiko
tinggi yang lebih dini.
• Tindakan pencegahan yang dapat diberikan adalah pemberian omega 3 fatty acid, intervensi
krisis, terapi kognitif perilaku dan konseling keluarga
• Bagi anak remaja yang memiliki orang tua dengan gangguan jiwa, faktor protektif seperti fungsi
kognitif yang baik, dukungan keluarga, aktivitas fisik dan masyarakat yang kohesif; mencegah
mereka mengalami gangguan jiwa.

19
2.4.3. Prevensi Gangguan JIwa
PREVENSI GANGGUAN JIWA

b. Faktor Psikologis
Faktor Risiko:
1) Regulasi emosi rendah
2) Kemampuan regulasi diri rendah yang termanifestasikan dalam kontrol perilaku
yang buruk
3) Konsep diri negative
4) Efikasi diri rendah
5) Resiliensi diri rendah
c. Faktor Sosial
Faktor Risiko
1) Lingkungan Keluarga
2) Perekonomian keluarga
3) Pekerjaan
4) Relasi Suportif
5) Relasi dengan pasangan
6) Kedukaan
7) Permasalahan Hukum
8) Krisis pada orang yang memiliki arti penting dalam kehidupan individu
9) Akses pada layanan kesehatan
20
2.4.3. Prevensi Gangguan JIwa
PREVENSI GANGGUAN JIWA

Cara mengatasi di lingkungan keluarga: peningkatan komunikasi efektf dalam keluarga, pola asuh
dan tugas kesehatan keluarga (mengenal masalah, memutuskan cara mengatasi masalah,
merawat sesuai kebutuhan dan masalah, menciptakan suasana gembira dan kondusif,
menggunakan pelayanan kesehatan terdekat (5M)
Peningkatan kegiatan bersama dalam keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama,
bercakap-cakap bersama, bermain bersama dan berkreasi bersama (5B)

B. Mengatasi tanda dan gejala


• Individu teridentifikasi mengalami tanda/gejala minimal namun terdeteksi dengan hasil SRQ,
Intervensi yang dilakukan edukasi, konseling dan psikoterapi suportif
• Individu teridentifikasi mengalami tanda/gejala minimal namun terdeteksi dengan hasil SDQ,
Intervensi yang dilakukan edukasi, konseling, psikoterapi suportif, keterampilan hidup, Latihan
restrukturasi kognitif (mengelola pikiran)

21
1. PERENCANAAN
2. PENGORGANISASIAN/
PELAKSANAAN TATA KELOLA
3. PENCATATAN DAN
PELAPORAN
4. MONITORING DAN EVALUASI

22
1. PERENCANAAN

Merupakan proses untuk Tahapan:


menentukan kegiatan yang akan  Pertemuan dengan pemangku
dilaksanakan dengan kepentingan terkait
mempertimbangkan sumberdaya
yang dimiliki oleh Puskesmas,  Pembekalan pemangku
UKBM maupun Lembaga atau kepentingan yang terlibat
institusi dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan skrining
skrining  Penggerakan kader untuk
meningkatkan cakupan
sasaran pelaksanaan skrining

23
2. PENGORGANISASIAN

Alur Tanggungjawab dan Pengorganisasian Pelaksanaan


koordinasi sektoral Skrining
 Membentuk Pokja sesuai kebutuhan yang
disepakati bersama
 Pokja berisikan unsur dari berbagai lintas
program dan lintas sektor terkait
 Struktur pokja bisa terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota
 Menetapkan tugas dan tanggungjawab dari
setiap struktur

24
3. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Format Pencatatan Format Pelaporan


PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE PENDUDUK USIA > 15 TAHUN DENGAN RISIKO MASALAH KESEHATAN JIWA
Petugas Pelaksana
Nama : Puskesmas :
Kab./Kota :
Jabatan : Provinsi :
Peserta
Nama :
Jumlah Penduduk Usia > 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining Jumlah Hasil Skrining % Penduduk usia > 15 tahun % Penduduk usia > 15 tahun
NIK : Sasaran penduduk usia > 15 dengan risiko masalah dengan risiko masalah
tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang kesehatan jiwa yang
Jenis Kelamin : (L/P)
kesehatan jiwa ASSIST mendapatkan skrining mendapatkan skrining
ASSIST Risiko Sedang dan Tinggi HRV/ TOTAL (SDQ, SDQ HRV/ TOTAL (SDQ,
Umur : thn SDQ
SRQ 20 Instrumen SRQ 20 dan TOTAL (Borderline/
SRQ-20 (Resiko Sedang dan Tinggi)
Instrumen SRQ 20 dan TOTAL
(SDQ, SRQ 20 dan ASSIST) (HRV/Instrumen Lainnya)
(15 - 18 thn) (skor > 6)
Instrumen yang 15 - 18 thn 19 - 59 thn > 60 thn lainnya ASSIST) Abnormal) 15 - 18 thn 19 - 59 thn > 60 thn Lainnya ASSIST)

digunakan : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Intepretasi Hasil :

Tindak Lanjut Intepretasi


Hasil :
Untuk penggunaan instrument selain SDQ, SRQ 20 dan ASSIST diatas, maka matriks
Edukasi yang diberikan : diatas dapat ditambahkan.

25
4. MONITORING DAN EVALUASI

Pemantauan Evaluasi
• Dilakukan periodik (3 bulanan)
• Tujuan : • Dilakukan minimal 1 tahun setelah
o pelaksanaan sesuai dengan rencana pelaksanaan skrining dan tindak lanjut
intepretasi hasil
atau tidak
o Hambatan/masalah dan upaya yang • Mengetahui hasil pelaksanaan skrining
dilakukan untuk mengatasi (sejauh mana pelaksanaan skrining dapat
o Perencanaan yang dibuat dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesehatan jiwa atau
dilaksanakan atau tidak menurunkan prevalensi gangguan jiwa)
o Penggunaan alokasi sumberdaya
o Peran pemangku kepentingan
o Optimalisasi alokasi waktu dan
permasalahannya
• Dilakukan oleh Pusat, Dinkes Prov dan
Kab./Kota serta lintas sektor terkait secara
berjenjang
26
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
tumbuh kembang
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

27

Anda mungkin juga menyukai