Anda di halaman 1dari 10

TUGAS DISASTER PLAN

DAMPAK BANJIR DI KELURAHAN SUKARESMI,


KECAMATAN TANAH SAREAL, BOGOR

DISUSUN OLEH :

Shabila Shamsa

030.12.253

PEMBIMBING :

Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 12 JUNI 26 AGUSTUS 2017
JAKARTA 2017
1. PENDAHULUAN

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang


biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Menurut Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak tahun 1815-2012 lebih
dari 4000 kasus banjir telah terjadi di Indonesia, dan 80% kasus tersebut
terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak
terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Penyebab banjir
biasanya dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi, permukan tanah
yang lebih rendah dibandingkan permukaan laut, pemukiman yang
membangun pada dataran sepanjang sungai atau kali, adanya sampah
sehingga aliran sungai tidak lancar.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda
Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana
banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana
banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan
yang di atas normal dan adanya pasang naik air laut. Salah satu wilayah di
Indonesia yang rawan banjir adalah Kota Bogor.

Kota bogor didominasi oleh musim hujan. Pada beberapa waktu


terakhir terjadi peningkatan musim hujan yang lebih lama dari biasanya.
Selain itu Iklim Kota bogor dipengaruhi oleh iklim pegunungan di
sekitarnya. Dampaknya adalah meluapnya air hujan yang tidak tertampung
drainase melalui jalan-jalan yang ada. Persoalan ini menjadi salah satu
masalah penting dalam pengelolaan perkotaan di Kota Bogor. Perubahan
iklim tersebut tampaknya berkaitan dengan meningkatnya suhu global.
2. GEOGRAFIS
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini
terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km, namun kini telah
berkembang menjadi 118,50 km dan jumlah penduduknya 1.030.720 jiwa (2014).
Sukaresmi adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor,
Jawa Barat, Indonesia. Saat ini di kawasan Sukaresmi sedang dibangun Stasiun
Sukaresmi. Kelurahan Sukaresmi yang merupakan sebuah wilayah seluas 98,080
Ha dan dibagi menjadi 7 RW dan 29 RT di dalamnya.
Wilayah Kelurahan Sukaresmi berbatasan dengan rincian sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Cilebut Barat dan Desa Cilebut Timur
Sukaraja, Kabupaten Bogor
Sebelah Selatan : Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan
Tanahsareal
Sebelah Barat : Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan
Tanahsareal
Sebelah Timur : Sungai Ciliwung
Kelurahan Sukaresmi berjarak 2 Km dari Kecamatan, 4 Km dari Pemerintah Kota,
80 Km dari Ibukota Negara dan 200 Km dari Ibukota Provinsi. Kota ini
merupakan wilayah perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian 200
m di atas permukaan laut. Sungai, air tanah dan mata air adalah sumber air bagi
warga Kelurahan Sukaresmi, Kelurahan Sukaresmi diguyur hujan dengan
intensitas berkisar 3.500 mm per tahun, dan curah hujan bulanan berkisar antara
250-335 mm. Suhu Udara tiap bulan rata-rata mencapai 26oC. Sebesar 39,67 Ha
dari luas seluruh wilayah Kelurahan Sukaresmi sudah dipergunakan untuk
perumahan/permukiman. Sedangkan sisanya dipergunakan untuk lahan
perkebunan yang mencapai 29,05 Ha, Pekarangan 18 Ha, sawah 23 Ha, Jalur
Hijau 17 Ha, kuburan seluas 0,025 Ha.
Peta Kota Bogor, Jawa Barat
3. PENDUDUK
Menurut data sensus Kota Bogor, jumlah penduduk di Kecamatan Tanah
Sareal adalah sebesar 206.028 juta jiwa. Sedangkan di Kelurahan
Sukaresmi berjumlah 3001 juta jiwa. Dilihat dari kepadatannya, Kelurahan
Sukaresmi berjumlah 126 jiwa/km2.
4. SKENARIO BENCANA
Banjir bandang yang disebabkan jebolnya tanggul terjadi di Kelurahan
Sukaresmi, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor. Akibat peristiwa
tersebut, seorang ibu dan anak meninggal karena terbawa arus. Banjir
terjadi sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (27/2/2017). Air tersebut masuk ke
rumah, tembok belakang sehingga rumah korban jebol, dan korban beserta
anaknya hanyut terbawa arus. Sang ibu ditemukan dekat rumah, jaraknya
sekitar 20 meter dan anaknya ditemukan sekitar 500 meter dari rumahnya.
Menurut kesaksian warga, korban sudah meninggal sewaktu ditemukan,
lalu dibawa ke rumah sakit. Kejadian berawal saat hujan deras yang
mengguyur lokasi menyebabkan tembok pembatas lapangan SMAN 2
Bogor sepanjang 20 meter ambrol. Luapan air menimpa rumah korban
sehingga air masuk dan korban terbawa arus air yang cukup deras.
Derasnya air membuat puluhan sepeda motor milik anak sekolah yang
berada di area tersebut terbawa arus. Hujan deras yang mengguyur wilayah
Bogor secara merata sejak pukul 14.30 WIB hingga 15.30 WIB, membuat
sejumlah daerah diterjang bencana banjir dan longsor, Akibatnya, tiga
warga Bogor meninggal dunia dan tiga orang mengalami luka-luka.

5. ANALISIS KOMPONEN
a. Hazzard
Banjir merupakan bencana yang sering terjadi di Kota Bogor.
Hampir sebagian besar wilayah tergenang pada saat curah hujan tinggi
termasuk perumahan, Sekolah Dasar dan unit kesehatan seperti
Puskesmas.
Adapun kebiasaan masyarakat dalam menghadapi banjir adalah
sebagai berikut:
1) Apabila terjadi banjir, tidak ingin langsung di evakuasi. Mereka sudah
terbiasa dengan bencana banjir sehingga memiliki persiapan yang baik,
contohnya adalah mempersiapkan jukong dan membuat ampar-ampar.
2) Mereka mau dievakuasi apabila kondisinya sudah sangat parah.
3) Sosialisasi mengenai banjir dan bahayanya sudah sering kali dilakukan
oleh pihak BPBD, namun masyarakat tetap dengan pendiriannya
dengan bertahan selama mungkin di rumahnya masing-masing.
Kebiasaan masyarakat dalam menghadapi banjir tersebut menjadikan
pemerintah dan pihak-pihak terkait kebencanaan di Kota Bogor tidak
menyediakan tempat khusus untuk dijadikan tempat evakuasi sementara.

6. VULNERABILITY
Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
A. Fisik
Hampir sebagian besar wilayah di Kota Bogor tergenang pada saat
curah hujan tinggi. Ketinggian air ketika terjadi bencana banjir
mencapai 2-3 meter. Secara geografis, sebagian wilayah Kota Bogor
Potensi sumber daya air permukaan wilayah Kota Bogor diidentifikasi
dari adanya 2 sungai besar dan 7 anak sungai. Secara keseluruhan
anak-anak sungai itu membentuk pola aliran pararel-subpararel
sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak)
pada 2 sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane yang apabila
meluap bisa menyebabkan banjir.
B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan
Kondisi fisik dan sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah
sudah cukup baik sehingga sudah banyak masyarakat yang memiliki
usaha yang maju di daerah kota tersebut.
7. CAPASITY
Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, kota Bogor memiliki sarana
pelayanan kesehatan yang paling lengkap di provinsi ini. Sampai tahun
2012, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor telah memiliki 3 rumah sakit dan 5
puskesmas yang tersebar. Pelayanan kesehatan dasar tersebut meliputi
pelayanan spesialis bedah, pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan
spesialis anak serta pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan.
8. DISASTER MANAGEMENT
Pra Bencana
A. Pencegahan
Pencegahan dengan cara memberikan peringatan kepada warga
agar dapat waspada terhadap datangnya banjir, diharapkan juga
dapat menyadarkan warga untuk memperhatikan penyerapan air di
sekitar lingkungan rumah, bisa dengan memperbaiki selokan dan
menambah lahan untuk penghijauan
B. Mitigasi
Pada fase ini dilakukan usaha-usaha untuk meredam dan
mengurangi bencana dan juga meredam atau mengurangi dampak
bencana. Pada fase ini bidang kesehatan lebih cenderung pasif,
dengan melakukan pengobatan dan upaya kesehatan yang
insidentil dan screening penderita banjir melalui pengobatan
massal. Fase ini lebih banyak diperankan oleh institusi lainnya
dengan,
a) Pengenalan faktor resiko/Hazard, penyebab-penyebab harus
dikenali
b) Rencana mereduksi faktor resiko, jika penyebab dikenali
makan faktor resiko diturunkan atau dihilangkan
c) Rencana mengurangi dampak bencana (Mitigation Plan),
jika bencana tidak dapat dihindari maka dilakukan rencana
pengurangan dampak bencana
Bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan oleh
masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain:
a) Mengetahui akan ancaman banjir termasuk banjir yang
pernah terjadi dan mengetahui letak daerah yang banjir dan
mengetahui seberapa tinggi banjir di daerah tersebut.
b) Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
dalam menghadapi bencana seperti pelatihan pertolongan
pertama pada kondisi tanggap darurat dan lain-lain.
c) Berperan aktif pada posko banjir
C. Kesiapsiagaan
a) Penyusunan dan uji coba bencana penanggulangan
kedaruratan bencana
b) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini
c) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar
d) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang
mekanisme tanggap darurat, berupa:
Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air,
panel,meteran dan peralatan listrik) serta barang
berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di tempat yang
tinggi (tidak terjangkau bencana banjir)
Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk
dihubungi.
Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat
memasuki musim penghujan ( seperti radio, obat
obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian,
senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam mobilatau
barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api.
Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti
furniture ke tempat yang lebih tinggi
Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang
tinggi, kedap air dan aman
e) Penyiapan lokasi evakuasi
f) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana, dan
g) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
h) Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,
khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi.
i) Koordinasi antara BMG, media massa, pejabat setempat
dan masyarakat yang terkait.
j) Penyiapan bahan dan material untuk tanggul yang jebol.

Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :


1. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK ( Ambulance,
Peralatan, Obat-obatan).
2. Menyiagakan Brigada siaga Bencana (BSB).
3. Merlaksanakan rencana kontingensi (pendelegasia tugas)
dengan membentuk Gugus Tugas untuk menempati Pos-
Pos tertentu yang sudah ditentukan melalui kesepakatan
rapat evaluasi bencana.

Anda mungkin juga menyukai