Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan
yang dibangun di dataran banjir sungai alami, meski kerusakan akibat banjir dapat
dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang
menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah
serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap
di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar
daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik. Palur adalah desa di kecamatan
Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.jumlah penduduknya sekitar 13.256
jiwa dan mempunyai luas wilayah sebesar 408882 Ha.Palur merupakan nama suatu
daerah yang terletak antara dua daerah tingkat dua yaitu Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar, di sebelah timur kota Solo dekat dengan sungai Bengawan
Solo. Palur dilalui oleh jalan negara Solo - Surabaya dan merupakan pertigaan jalur
Solo - Surabaya via Sragen - Bojonegoro dan Solo - Surabaya via
TawangmanguNgawi. Sebelah barat jalan masuk wilayah desa Ngringo, Jaten,
Karanganyar, sedangkan sebelah selatan merupakan wilayah Kabupaten Sukoharjo. 2
Sedangkan Stasiun Palur masuk wilayah Kabupaten Karanganyar dan bukan
Sukoharjo (Kompas,20/1/2013)

Dari hasil wawancara dengan Sukidi, selaku warga di Kampung Japanan


diperoleh informasi bahwa:

“Desa Palur daerah yang terjadi banjir rata-rata pemukiman yang berada di area
bantaran sungai Bengawan solo,kampung yang mengalami luapan banjir sungai
bengawan Solo diantaranya Japanan, Turisari dan Jogobondo.pada banjir tahun 2013
bulan januari di kampung Japanan tergenang banjir setinggi pinggang orang dewasa
begitu pula dengan kampung Turisari, Rejosari dan Jogobondo juga tergenang air
setinggi pinggang orang dewasa”.

Warga Palur yang berada di bantaran sungai bengawan Solo kebanyakan


masyarakat kelas menengah kebawah sehingga untuk membeli lahan yang berada
kawasan bebas banjir tidak bisa terealisasikan. Pemerintah setempat (kelurahan) kami
wawancarai masalah relokasi warga yang berada di bantaran sungai bengawan Solo
juga tidak bisa merespon dengan baik karena terbenturnya alokasi dana yang tidak ada
dari Pemkab kabupaten sukoharjo yang membuat permasalahan bencana banjir tak
terselesaikan dan kegiatan sosialisasi terhadap dampak bencana banjir untuk
meningkatkan kesiapsiagaan yang seharusnya dilakukan perangkat desa palur juga
sangat minim di kepada masyarakat yang bermukim di bantaran DAS Bengawan solo.
Agus maryono (2010:97) menjelaskan bahwa Bencana banjir di indonesia ada
lima factor di antaranya meliputi; factor hujan,factor retensi daearah aliran sungai
(DAS),factor kesalahan perencanaan pembanguan alur sungai,factor pendangkalan
sungai,dan factor kesalahan tata wilayah serta 3 pembangunan sarana-prasarana.
Namun Desa Palur terjadi banjir karena semakin dangkalnya sungai Bengawan Solo
dan intensitas debit air kiriman dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri sangat tinggi
saat musim penghujan (BARKONAS PB),seandainya dinas yang terkait melakukan
langkahlangkah seperti pengerukan sungai disaat musim kemarau pasti bencana banjir
akan sedikit tertanggulangi.

Desa Palur juga merupakan daerah yang berada di kawasan aliran sungai
bengawan Solo jadi secara geografis rawan bencana banjir, beberapa kampung yang
berada di bantaran sungai bengawan Solo di desa Palur yaitu Japanan, Turisari,
Rejosari dan Jogobondo. Keempat kampung tersebut ratarata cuma berada 20 meter
dari DAS dan jumlah korban banjir dari ke empat kampung tersebut mencapai 64 kk,
selanjutnya untuk membedakan kesiapsiagaan masyarakat yg berada dikawasan
bantaran dan non bantaran sungai bengawan solo saya mengambil 30 Respoden
terletak di kampung Panjang Rejo karena lokasinya terletak pada kawasan yang cukup
jauh dari sungai Bengawan solo sehingga bisa untuk pengambilan data penelitian.
Masyarakat Desa palur pada umumnya jika terjadi banjir hanya mengungsikan
barang-baranganya di langit-langit bawah atap dan untuk hewan ternak diungsikan di
tanggul-tanggul terdekat. begitu banyaknya dampak kerugian yang diakibatkan oleh
bencana banjir jika tidak segera ditanggulangi pemerintah desa palur maupun
pemerintah Kabupaten Sukoharjo.

Pemerintah seharusnya memberikan suatu alat peringatan sistem dini bencana


banjir agar warga lebih bisa meningkatkan kesiapsiagaan dan memudahkan warga
untuk mengungsi jika banjir terjadi secara cepat datang menggenangi pemukiman
warga bantaran yang berada di desa palur khususnya kampung Japanan, Turisari,
Rejosari dan Jogobondo.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. ( Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana).

Selamet sudi Santoso, (2010;200) menyebutkan bahwa perangkat penilian


kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di tingkat masyarakat yaitu;

1. Pengetahuan masyarakat mengenai banjir.


2. Sistem perilaku masyarakat komunal.
3. Kelembagaan formal dan informal (petugas dinas,badan yang bertanggung jawab)
4. Peraturan formal/informal.
5. Peralatan umum/infrastuktur.
6. Simulasi individu dan kelompok masyarakat.
Dengan perangkat penilaian kesiapsiagaan di atas bertujuan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di desa palur yang awalnya masih rendah
menjadi lebih siap dalam menghadapi banjir ketika datang begitu cepat lalu tidak
menimbulkan korban fisik dan non fisik.

Banjir adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak
digenangi air dalam selang waktu tertentu. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air
melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai,danau,rawa,drainase
maupun saluran air lainya pada selang waktu tertentu.hujan lebat yang terjadi dalam
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan berlebihnya jumlah air yang dapat
ditampung dalam sungai,danau,rawa maupun saluran air lainya, sehingga air meluap
dan menimbulkan banjir yang menggenangi daerah sekitarnya. masyarakat yang
tinggal di sekitar sungai atau daerah pantai yang landai merupakan masyarakat yang
paling berisiko terhadap ancaman banjir. Semakin dekat tempat tinggal kita dengan
sumber banjir,semakin resiko kita terkena banjir. Banjir terjadi secara cepat dengan
periode penggenangan yang singkat. Banjir terjadi secara perlahan dengan periode
penggenangan yang cukup lama. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya banjir
adalah intensitas curah hujan dan lamanya hujan terjadi. Kondisi topografi, kondisi
tanah,serta kondisi tutupan lahan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap
kejadian banjir (Krishna S.Pribadi Dkk, 2008:71).

Dengan terjadinya bencana banjir di kelurahan palur setiap tahunnya saya


ingin berinisiatif melalukan penelitian agar bencana tersebut bisa tertanggulangi
dengan ditambahnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir,dengan
penelitian ini saya juga igin membantu warga bantaran sungai bengawan solo yang
berada di Desa Palur menjadi lebih tanggap akan 6 bencana banjir dengan melakukan
penyebaran angket yang besok saya lakukan. Oleh karena Adanya permasalahan
diatas saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Kesiapsiagaan
Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Banjir Di Kawasan Rawan Banjir
Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan penelitian yang di himpun berbagai sumber,maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut ini;
a. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap dampak bencana banjir yang masih rendah.
b. Alat peringatan sistem dini bencana banjir yang belum ada.
c. Dampak kerugian yang di akibatkan bencana banjir.
d. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir masih rendah.
e. kegiatan sosialisi terhadap dampak yang diakibatkan bencana banjir masih jarang dilakukan
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, agar penelitian bisa mendapatkan hasil yang bagus maka pembatasan
masalah saya cakupkan meliputi:
a. Pentingnya tingkat kesiapsiagaan terhadap bencana banjir.
b. Tingkat perbedaan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu:

a. Bagaimanakah tingkat kesiapsiagaan masyarakat di daerah bantaran sungai Bengawan Solo


dalam mengantisipasi bencana banjir di Desa palur?
b. Mengapa tingkat kesiapsiagaan warga bantaran sungai bengawan solo berbeda dengan daerah
yang tidak terkena banjir di Desa Palur?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
yaitu;

a. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat bantaran Dalam mengantisipasi bencana banjir


di Desa Palur.
b. Mengetahui perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara warga bantaran dan non bantaran di Desa
Palur. Menambah wawasan dan ilmu dalam menanggulangi bencana banjir.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat meliputi;

1) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana banjir di Desa


Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
2) Sebagai acuan penelitian yang memudahkan peneliti selanjutnya.
3) Menambah wawasan dan ilmu dalam menanggulangi bencana banjir
4) Peneliti bisa tahu bagaimana caranya agar kesiapsiagaan warga korban bencana banjir
meningkat Bagi pemerintah;
5) Supaya Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dapat mengatasi bencana banjir.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A.BANJIR
1.Pengertian banjir
Banjir adalah sebuah bencana yang di akibatkan oleh air. Air yang menggenang atau
bahkan mengalir deras pada tidak tempatnya. Inilah yang sering terjadi pada akhir-akhir
ini sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Terutama pada beberpa tahun terakhir ini.
Banyak masyarakat yang kehilangan harta benda mereka. Bahkan, nyawa mereka akibat
banjir. Oleh karena itu alangkah bijaksananya jika kita mencari cara agar banjir itu tidak
lagi di alami oleh masyarakat Indonesia.

1. Jenis-jenis banjir yang terjadi di Indonesia:

a. Banjir karena sungainya meluap

Banjir ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air
yang ada di sungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalo sudah seperti
ini, airnya itu akan mencari tempat lain, tempat itu ada di kanan kiri sungai yang
biasanya merupakan daerah dataran banjir. air ini bisa juga terjadi akibat kiriman, bila
curah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan
airnya akan terjadi di hilir sungai.

b. Banjir lokal.

Banjir ini terjadi akibat air yang berlebihan di tempat itu dan meluap juga di tempat itu.
Pada saat curah hujan tinggi di lokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit
dalam melakukan penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya
lembab, dan bisa juga karena daerah resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan
terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

c. Banjir akibat pasang surut air laut

Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di
bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain
melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau
cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.

2. Faktor-Faktor Penyebab Banjir

Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau
sungai. Bisa terjadi ditempat yang tinggi maupun tempat yang rendah. Pada saat air jatuh
kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ke
tempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran
permukaan (run off) sebagian akan masuk / meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan
sebagiannya lagi akan menguap ke udara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa
bisa alami? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir
merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat
banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah- tanah yang berasal dari hilir
aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan- pertemuan sungai.
Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yang subur bagi
pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman
dan perkotaan. Itu faktor penyebab banjir yang alami, sekarang kita lihat yang tidak
alami atau akibat dari perubahan.
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi. Pertama itu perubahan lingkungan
dimana di dalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi
dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola
hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjdi mempunyai waktu yang pendek tetapi
intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi
menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan .
Penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll. Sedangkan tutupan
lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya
aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju
infiltrasi tanah.

3. Cara Mengantisipasi Bencana Banjir

Kita tidak mengharapkan bencana banjir datang ke lingkungan ataupun rumah kita tetapi
sebagai manusiakita harus waspada dan sigap bila banjir ternyata datang menghampiri
kita. Cara mengantisipasi banjir antara lain :

a. Bila hujan deras turun cukup lama, pantau terus keadaan melalui media elektronik
seperti televisi dan terutama radio, sebab ada beberapa radio lokal yang akan terus
mengabarkan kondisi / banjir yang akan terjadi.

b. Siapkan barang-barang seperti: Handphone dengan charger, senter dan baterai


cadangan, makanan dan minuman (menggunakan kemasan anti air atau dibungkus
plastik), Surat-surat berharga atau dokumen penting seperti sertifikat rumah, tanah,
ijasah, dll (dibungkus plastik), Radio kecil, bila handphone anda tidak memiliki
fasilitas Radio FM / televisi, Obat-obatan untuk dalam darurat, termasuk obat-obatan
untuk rawat jalan, Uang tunai, Selimut dan sarung , Pakaian secukupnya agar tidak
menjadi beban berat (bungkus dengan plastik agar tidak basah).

c. Isi bak / drum / torn penampung air hingga penuh terutama untuk yang berada /
pada lantai atas / tinggi. Hal ini untuk mengantisipasi kekurangan air bersih di saat
sumber air milik anda tercemar oleh air banjir. Untuk yang praktis, anda dapat
mengisi air bersih pada kantung plastik, mengikatnya dengan kuat dan
meletakkannya pada tmpat yang aman.

d. Saat tanda-tanda banjir mulai muncul di rumah / lingkungan anda, siapkan barang
bawaan untuk mengungsi dan pantau terus ketinggian air.
e. Sebelum air mulai meninggi, pindahkan barang-barang ke tempat atau lantai yang
lebih tinggi. Untuk barang-barang yang kecil atau ringan sebaiknya di ikat terlebih
dahulu pada arang yang lebih bert / besar agar tidak hanyut terseret banjir.

f. Bila diperkirakan air akan menggenang lebih tinggi lagi, lakukan evakuasi selagi
mudah untuk dilakukan (sebelum air lebih tinggi), jangan menunggu air benar-benar
tinggi.

g. Tutup keran utama air bersih (terutama jika menggunakan air ledeng / PDAM) bila
ketinggian air hendak mencapai keran air.

h. Matikan / putuskan aliran listrik rumah melalui saklar / sikring utama bila ketinggian
air hendak mndekati sikring utama atau bila terlihat mengkhawatirkan / dapat
berbahaya.

i. Bila mengungsi, cobalah cari informasi mengenai tempat penampungan sementara /


posko banjir terdekat.

j. Bila tidak ada posko banjir, cari dan pergilah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi
tetapi lokasinya dekat dengan tempat yang lebih tinggi lagi bila dibandingkan dengan
tempat tersebut. Hal ini untuk mencegah bila ternyata airbanjir terus meluap /
semakin tinggi.

k. Sebelum air terlalu tinggi, ungsikan terlebih dahulu orang tua / lanjut usia, anak-
anak, wanita dan ibu hamil, dan sisakan dua atau tiga orang pria dewasa yang
menjaga rumah bila anda khawatir akan keselamatan harta benda.

l. Bila anda terlambat mengungsi dan ketinggian air sudah cukup tinggi, pergilah
mengungsi secara berkelompok, agar bila terjadi sesuatu dapat saling tolong-
menolong.

m. Saat mengungsi, jauhi dari saluran air agar tidak terjatuh dan hanyut terseret
arusbanjir yang lebih deras.

n. Ketika berjalan menuju tempat pengungsian, pertimbangkan untuk menggunakan tali


tambang untuk mempermudah evakuasi.

o. Siapkan jerigen bekas yang kosong, gabus, perahu, atau alat pelampung lainnya
sehingga bila anda terjebak di atap rumah dengan air yang semakin meninggi, anda
dapat berusaha untuk menyelamatkan diri anda secara darurat.

4. Cara Menanggulangi Bencana Banjir

Cara-cara menanggulangi bencana banjir antara lain:


a. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan
selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi
tempat sampah.

b. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di


dekat
sungai adalah para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan
tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas,
melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak
jelas datang ke kota.

c. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon
adalah salah satu penopang kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota
tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai
penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan
melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi pohon, bisa dibayangkan apa yang
akan terjadi bila hujan tiba.

d. Larangan membuang sembarangan.


Sering kita lihat spanduk besar yang bergambarkan orang nomor 1 di DKI Jakarta
yaitu Bp. Fauzi Bowo yang sedang membuang sampah di tempat sampah dan ada kata
yang bertuliskan “inilah cara membebaskan Jakarta dari banjir”. Inilah salah satu
jargon gubernur kita dalam upayanya mensosialisasikan larangan untuk membuang
sampah sembarangan.
Suatu kenyataan bahwa sampah yang menggunung merupakan salah satu penyebab
terjadinya banjir. Sampah yang di buang di jalanan biasanya akan berakhir di selokan
jalan yang mengakibatkan selokan tersumbat, dan tidak lanjar. Belum lagi jika di
tambah dengan sampah-sampah yang sengaja di buang ke selokan.
Kebanyakan orang berfikir kalau yang penting sampah itu tidak ada di kamar atau
rumah mereka. Karenanya banyak orang ambil cara yang mudah yaitu membuang
samapah ke selokan karena setelah itu sampah sudah tidak terlihat lagi.
Miris, tapi ini adalah fenomena yang terjadi di Ibu Kota. Misal, seorang ibu yang
mencuci piring, lalu membuang sampah non organiknya ke selokan, seorang pelajar
yang membuang plastik bekas jajanannya ke selokan dan masih banyak contoh
kongkrit lainnya.
Begitu pula nasib sungai-sungai Akhir-akhir ini pemerintah pun bergerak secara
langsung untuk mengantisipasi fenomena tersebut dengan cara memfasilitasi
pembuangan sampah memberikan tempat sampah di tempat-tempat umum.

5. Adapun dampak akibat banjir:


Dengan melihat segala sesuatu dari dua sisi secara objektif, sekalipun banjir memiliki
dampak negatif yang besar, banjir juga memiliki dampak positif.

A. Dampak positif akibat banjir antara lain:

1) Banjir memberikan kesempatan kepada manusia


Bila banjir yang menimpa kita tidak terlalu parah, maka sebenarnya kita telah diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk menjalani hidup kita lebih lanjut dan lebih baik.

2) Banjir membuat kita berpikir kreatif


Ketika dilanda banjir, otak kita akan berikir spontan dan kreatif untuk mencari jalan
alternatif untuk menyelamatkan alat, perlengkapan, harta benda dan terutama jiwa kita
dan keluarga atau orang terdekat kita.
3) Banjir membuat manusia untuk berpikir mengatasi banjir
Setelah mengalami banjir, kita akan sibuk untuk memikirkan antisipasi ataupun
pencegahan banjir.

4) Banjir memberikan pekerjaan


Saat banjir akan banyak muncul kuli angkut / ojeg perahu dadakan, yang siap membantu
anda dengan imbalan tentunya.

5) Banjir membuat manusia untuk bersahabat dengan lingkungan


Setelah mengetahui penyebab, akibat dan dampak banjir, manusia akan berpikir untuk
peduli, bersahabat dan menjaga alam sekitarnya’

6) Banjir membuat manusia untuk peduli kepada sesama


Pada saat terjadi banjir, manusia umumnya akan lebih peduli kepada sesamanya dan
berlomba-lomba untuk memberikan bantuan dan mendapatkan pahala.

7) Banjir membuat kita hemat energi


Bila banjir yang cukup parah, aliran listrik kadang perlu dimatikan PLN untuk
mengantisipasi bahaya tersengat / tersetrum listrik. Sebenarnya saat itulah kita
menghemat energi listrik walaupun terpaksa. Setidaknya tidak terlalu banyak menonton
sinetron atau tayangan yang tidak mendidik.

8) Banjir memutar roda perekonomian


Selain banjir dapat memberikan pekerjaan, sebenarnya banjir juga dapat memutar roda
perekonomian. Pembangunan, pembersihan, perawatan dan prasarana seperti rumah,
gedung, jalan dan jembatan yang rusak saat banjir akan menjadi proyek tersendiri bagi
para kontraktor. Selain itu, bahan makanan, minuman serta selimut akan lebih laris/ laku
terjual .

9) Banjir bagaikan musim panen bagi para pemulung


Bila terjadi banjir, pemulung akan mendapat “panen” barang-barang yang rusak atau
hanyut terbawa banjir.

B. Dampak negatif akibat banjir:

a. Banjir dapat merusak sarana dan prasarana


Banjir dapat menghancurkan rumah, gedung, jembatan, jalan dan masih banyak lagi.

b. Banjir memutuskan jalur transportasi


Dampak paling umum dari banjir adalah memutuskan jalur transportasi darat. Akibat
genangan air pada jalan yang cukup tinggi, motor, mobil atau bahkan truk puso /
container tidak bisa melewati jalan tersebut. Selain motor dan mobil, lalu lintas kereta
api pun dapat terganggu.

c. Banjir merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda


lainnya atau bahkan jiwa manusia. Kerugian yang disebabkan banjir diantaranya adalah
kerusakan benda, alat elektronik, mesin, surat-surat berharga (sertifikat, ijazah, dll),
perlengkapan rumah tangga, rumah, gedung, dan yang paling berharga: jiwa manusia.
d. Banjir dapat mengakibatkan pemadaman listrik
Listrik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Karena tingginya air / luapan banjir, listrik
harus kita padamkan atau bahkan dipadamkan oleh pihak PLN. Bayangkan betapa
terbatasnya aktifitas keseharian kita bila aliran listrik padam.

e. Banjir mengganggu aktivitas sehari-hari


Dengan adanya banjir, otomatis akan menganggu aktifitas sehari-hari. Sekolah
terganggu, kerja terganggu, bersantai pun terganggu. Karena air banjir, semua aktifitas
pun terganggu atau bahkan harus dihentikan untuk sementara waktu.

f. Banjir dapat mengganggu atau bahkan merusak perekonomian


Perekonomian terganggu karena banjir merendam sawah sehingga panen/ produksi padi
terganggu, karena transportasi terputus bahan makanan yang diangkut oleh truk dapat
membusuk atau mungkin membutuhkan biaya tambahan karena harus mencari jalan
alternatif walaupun lebih jauh.

g. Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar kita


Saat banjir datang tidak hanya air, tetapi juga membawa serta sampah, kotoran, limbah
pabrik / kimia, minyak (oli, bensin, solar, minyak ), dan masih banyak lagi. Selain dapat
mencemari sumber air bersih, banjir juga akan mengotori, halaman atau bahkan rumah
kita sehingga menjadi tidak hiegienis.

h. Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit)


Banjir menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak bersih, sehingga nyamuk dan
bibit kuman penyakit mudah berkembang biak. Selain itu umumnya makanan dan
minuman yang sehat akan lebih susah ditemukan (terjadi kerawanan pangan) dan juga
karena terlalu sering kena air maka dapat menyebabkan kondisi tubuh menurun.

i. Banjir dapat menyebabkan erosi atau bahkan longsor


Semakin deras air banjir, kemungkinan untuk mengiikis pinggiran aliran banjirakan
semakin tinggi sehingga erosi atau bahkan longsor akan semakin mungkin terjadi.

j. Banjir dapat merubah, mengganggu, atau bahkan menghapus / menghilangkan masa


depan.
Bila banjir melanda cukup lama atau cukup besar, seiring dengan bertambahnya
pengalaman disaat banjir, roda kehidupan juga bisa dapat berubah dengan drastis.
Kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian, hutang yang semakin menumpuk,
kesehatan yang terganggu, atau bahkan kehilangan jiwa.

C. Sekilas tentang tradisi banjir tahunan dan 5 tahunan

Di Sukoharjo tempat-tempat resapan air telah berubah fungsi menjadi bangunan


bertingkat. DAS kini tak berfungsi dengan baik karena tertimbun oleh limbah pabrik dan
banyak pula tangan-tangan jahil warrga yang dengan sadar membuang sampah ke
Sungai. Kurangnya daerah hijau (tempat resapan air) dan DAS yang kini tidak dapat
berfungsi secara baik yang menjadi sedikit penyebab terjadinya banjir tahunan di Jakarta.
Belum lagi jika ada air kiriman dari Bogor, karena tidak jarang, warga Sukoharjo
mengalami banjir dadakan bahkan bukan pada saat musim penghujan.
Banjir yang sudah menradisi, menjadi tamu yang dari tahun ke tahun selalu hadir. Tamu
tahunan yang tidak diundang dan tentunya sangat tidak diharapkan kehadirannya.
Konon, tamu tahunan itu berubah wajah menjadi lebih menyeramkan pada periode lima
tahunan. Banjir yang lebih parahpun terjadi pada lima tahun sekali itu. Pada Febuari
2007 lalu memang terjadi banjir bandang yang menggenangi sebagian besar ibu kota,
bahkan sempat memutus akses dan mengakibatkan kemacetan di mana-mana.
Kalau kita hitung maju 5 tahun dari tahun 2007 adalah tahun 2012 (tahun ini). Wajar saja
jika sebagian masyarakat mulai gelisah takut kalau-kalau bencana itu terulang kembali
karena, disebagian daerah mungkin masyarakatnya memiliki rasa trauamatik tersendiri.
Namun, menurut kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (Kepala BMKG)
Dr. Sri Woro B Harijono. BMKG tidak mengenal banjir lima tahunan.
Banjir tidak mengenal siklus. Sebenarnya, salah satu faktor pemicu banjir dipengaruhi
oleh tiga hal, yakni penguapan, serta aktivitas di Samudra Pasifik dan di Samudra
Hindia.
Suhu di Indonesia serta di Pasifik dan Hindia tidak selalu sama. Perbedaan suhu tersebut
akan berpengaruh pada pergerakan angin yang muaranya akan berpengaruh pada
kecepatan pembentukan massa uap air di udara, dan selanjutnya akan berdampak pada
meningkatnya curah hujan. Jika suhu di Indonesia lebih hangat, maka suhu di Pasifik
lebih dingin. Suhu yang lebih dingin membuat tekanan lebih tinggi. Angin akan bergerak
ke Indonesia, sesuai hukum bahwa udara akan bergerak dari tekanan tinggi ke rendah.
Angin akan memicu pembentukan massa uap air di udara, meningkatkan potensi curah
hujan.
Pada tahun 2007, aktivitas di Pasifik memang meningkat secara signifikan. Peningkatan
aktivitas itulah yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi. Karena peningkatan cukup
signifikan, kenaikan curah hujan juga signifikan, mengakibatkan banjir lebih besar.
Suhu muka laut di Indonesia memang saat ini lebih hangat, sementara Pasifik lebih
dingin. Namun, perbedaan ini tidak terlalu besar sehingga tidak memicu peningkatan
aktivitas secara signifikan di Indonesia. Pada Desember 2011 hingga Maret 2012,
pembentukan massa uap air dan curah hujan memang meningkat. Puncak musim hujan
terjadi pada Desember 2011 dan Januari 2012. Namun, peningkatannya tidak signifikan.
Dari hal tersebut, bisa diketahui potensi banjir tahun 2012. Peningkatan aktivitas
memang terjadi, tetapi tidak sebesar tahun 2007. Jadi, secara meteorologi, potensi banjir
tahun 2012 tidak akan sebesar tahun 2007.
Aktivitas Samudra Pasifik dan Hindia secara signifikan inilah yang tidak bisa dipastikan
apakah akan terjadi dalam periode tertentu, misalnya lima tahun. Karenanya, tidak bisa
dipastikan pula banjir besar akan terjadi di Indonesia, dalam hal ini Jakarta, sebagai
wilayah yang dipengaruhi tiap lima tahun.

7. Usaha-Usaha Pemerintah dalam Menanggulangi Banjir

Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia menyetujui keterlibatan dalam proyek rehabilitasi
sejumlah kanal dan waduk untuk mendukung sistem manajemen banjir Desa Palur
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
Studi menunjukkan bahwa langkah yang paling membawa manfaat bagi mitigasi banjir
di Sukoharjo adalah merehabilitasi sistem manajemen banjir kota, agar kembali pada
kapasitas semula. Selain pengerukan, perawatan rutin juga akan membantu mitigasi
banjir. Proyek Mitigasi Banjir Darurat Sukoharjo akan melakukan pengerukan pada
sebelas saluran air sepanjang 67,5 km serta empat waduk seluas 65 hektar, untuk
membantu mengembalikan kapasitas aliran air.
Rencana yang disebut juga " Sukoharjo Emergency Dredging Initiative " ini akan
merehabilitasi sekitar 42 km bantaran sungai dan semua kegiatan akan dilakukan pada
titik-titik prioritas sistem manajemen banjir Sukoharjo.
Proyek ini akan semaksimal mungkin mengurangi jumlah penduduk yang terkena
dampak banjir, sedangkan relokasi sebagai dampak kegiatan ini akan mengikuti
Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali dari Pemerintah Daerah Sukoharjo. Kerangka
Kebijakan ini konsisten dengan praktik terbaik internasional untuk proses permukiman
kembali dan mereka yang akan direlokasi oleh proyek ini akan memperoleh akses
perumahan yang memadai.
Proyek Mitigasi Banjir Darurat Sukoharjo atau " Sukoharjo Urgent Flood Mitigation
Project" akan didanai melalui pinjaman sebesar 139,64 juta dolar AS dan pemerintah
Pusat serta Pemda Sukoharjo akan memberikan kontribusi dana pendamping sebesar
49,71 juta dolar AS. Saat ini, Jakarta telah menderita kerugian akibat banjir yang
berulang terutama yang terjadi pada bulan Januari 1996, Februari 2001, dan Februari
2007. Banjir pada 2007 menggenangi sekitar 36 persen kota, berdampak kepada lebih
dari 2,6 juta penduduk dan memaksa 340 ribu orang untuk mengungsi dari rumah. Saat
itu, lebih dari 70 orang meninggal dan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh banjir
berakibat kepada lebih dari 200 ribu penduduk dengan total kerugian mencapai 900 juta
dolar AS.

Anda mungkin juga menyukai