Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENANGANAN MENTAL PASCA BENCANA BANJIR

PEMBIMBING
Trifonia Sri Nurwela.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

KELOMPOK 3
Nydia Natalia Nubatonis Yester Susanti sadung
Olvian Mara Weli Yeyen Afiani Faku
Paskalia Avani Usboko Yohana J. D. Yubilianti
Sabina Lani Hamu Yuliana kolo
Sri Afriani Yulius Wonga
Wilhelmina Carlin Lang

TINGKAT III REGULAR A


PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah
Penanganan Mental Pasca Bencana Banjir” yang merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah Manajemen Bencana.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan,
ataupun kemampuan penulis.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang positif dari
semua pihak untuk kesempurnaan hasil makalah ini.
            Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah di berikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
dan pengembangan profesi keperawatan.

Kupang, Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang tidak dapat ditolak oleh semua
makhluk hidup. Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana pula tidak
mengenal siapa yang akan menjadi korbannya. Bencana menjadi kekhawatiran terbesar bagi
manusia, karena bencana selain menyebabkan kerugian fisik dan mental, juga menyebabkan
kematian. Selain itu bencana juga dapat menghambat pembangunan nasional, maupun
internasional.
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir.
Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai akibat air
melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau
daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs
(http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun 1815
hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan jumlah
korban jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana alam yang
mempunyai tingkat frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh bencana angin
kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia,
maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan mitigasi bencananya. Hal
tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan dampak dari bencana ini. Untuk
mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis banjir dan bagaimana penanggulangan
bencana banjir, dan bagaimana mitigasi yang harus dilakukan ketika terjadi banjir.
Peran pemerintah pada korban dampak bencana adalah bekerja sama dengan
sektor-sektor lain untuk melakukan: perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan
prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan dan pemulihan fungsi pelayanan publik, serta pelayanan kesehatan dan
pemulihan soial psikologis bagi korban bencana banjir . Peran perawat pada korban bencana
banjir adalah memberikan pelayanan kesehatan termasuk pemulihan sosial psikologis.
Pelayanan kesehatan ini ditujukan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak
bencana dalam rangka memulihkan kondisi kesehatan masyarakat melalui pemulihan sistem
pelayanan kesehatan masyarakat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan melakukan penanganan psikososial pasca bencana
banjir.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep penanggulangan bencana banjir
2. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dukungan psikososial pasca bencana banjir
3. Mahasiswa dapat memberikan dukungan mental psikososial pada masyarakat yang
terdampak banjir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Bencana Banjir


2.1.1 Definisi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(UU No 24 Tahun 2007).
Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai
akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran
atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Sedangkan menurut Gultom (2012) banjir
dapat didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi
kapasistas pembuangan air disuatu wilayah dan dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial,
dan ekonomi.

2.1.2 Jenis – Jenis Banjir


Dalam Modul Pengenalan Banjir (Paripurno, 2013), menyebutkan terdapat tiga jenis banjir
disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang
disebutkan yakni:
a. Banjir Kilat
Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam setelah hujan
lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan dengan banyaknya
awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya
banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain
hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal
menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai
perubahan besar dibagian hulu sungai.
b. Banjir Luapan Sungai
Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup lama,
walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga datangnya banjir
terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau
tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah
kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air.
c. Banjir Pantai
Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang
membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang
dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan
membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

2.1.3 Penyebab Terjadinya Banjir di Indonesia


Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), faktor penyebab terjadinya banjir dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh tindakan manusia.
1. Penyebab banjir secara alami.
a. Curah Hujan
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan
bilamana melebihi tebing sungai, maka akan timbul banjir atau genangan.
b. Pengaruh fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah
pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang
seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan
lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
c. Erosi dan Sedimentasi
Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi
menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan
mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.
Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia.
d. Kapasitas sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan
berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yangberlebihan. Sedimentasi sungai
terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak
tepat.
e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak
memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena
terjadi aliran balik (backwater).
2. Penyebab banjir akibat tindakan manusia.
a. Perubahan kondisi DPS
Perubahan kondisi DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat,
perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir
karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan
tataguna lahan memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan
kualitas banjir.
b. Kawasan kumuh
Perumahan kumuh di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi penghambat aliran.
Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah
perkotaan.
c. Sampah
Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempatyang ditentukan tidak baik,
umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini
sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka
air banjir karena menghalangi aliran.
d. Drainasi lahan
Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan
mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.
e. Bendung dan bangunan air
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air
banjir karena efek aliran balik (backwater).
f. Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga
menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas
banjir.
g. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat
banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-
banjir besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada
tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan
keruntuhan tanggul, mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui
bobolnya tanggul, sehingga menimbulkan banjir yang besar.
2.1.4 Dampak bencana banjir yang terjadi di Indonesia
         Bencana banjir yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang sangat merugikan,
baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat psikologis.
1. Dampak Secara Fisik
a. Merusak struktur bangunan beserta isinya
b. Menyebabkan tanah longsor.
c. Air bersih sulit dicari
d. Berkurangnya pasokan makanan bagi tumbuhan, hewan dan manusia karena terisolasi
oleh banjir dan tanaman hancur akibat terendam banjir.
e. Hilangnya nyawa
f. Kerusakan bangunan termasuk jembatan, sistem pembuangan limbah, jalan raya, dan
kanal.
g.  Kerusakan infrastruktur juga sering kerusakan transmisi listrik dan kadang-kadang
Pembangkit listrik, yang dapat mematikan daya.
h. Kurangnya air bersih dikombinasikan dengan kotoran manusia di perairan banjir
i. Meningkatkan risiko penyakit ditularkan melalui air, yang dapat mencakup penyakit
tifus, giardia, cryptosporidium, kolera dan penyakit lainnya tergantung pada lokasi banjir.
j. Kerusakan jalan dan infrastruktur transportasi dapat membuat sulit untuk memobilisasi
bantuan kepada mereka yang terkena dampak atau untuk memberikan pengobatan darurat
kesehatan.
k. Banjir biasanya menggenangi lahan pertanian, sehingga tanah tidak bisa dijalankan dan
mencegah tanaman dari yang ditanam atau dipanen, yang dapat menyebabkan
kekurangan makanan baik untuk manusia dan hewan ternak.
l. Kesulitan ekonomi akibat penurunan sementara di bidang pariwisata, membangun
kembali biaya, atau kekurangan makanan menyebabkan kenaikan harga setelah efek
banjir yang parah. Dampak pada mereka yang terkena dampak dapat menyebabkan
kerusakan psikologis kepada para korban, khususnya kematian, luka-luka serius dan
kehilangan harta.
2. Dampak Psikologis
a. Gangguan Depresi
Kehilangan anggota keluarga dan harta benda sangat mungkin menyebabkan
seseorang mengalami depresi. Misalnya: sedih, murung dan putus asa.
b. Gangguan Kecemasan akibat bencana
c. Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
Gangguan stres yang muncul akibat trauma. Trauma ini bisa terjadi karena bencana
yang mengakibatkan orang-orang yang kita sayangi meninggal. Trauma ini biasanya
muncul setelah pasca bencana.
d. Campuran Kecemasan dan Depresi
Pada buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Akibat Bencana menuliskan
bahwa masyarakat yang tertimpa bencana punya kemungkinan mengalami
kecemasan dan depresi sekaligus.
e. Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian adalah reaksi dari ketidakmampuan beradaptasi terhadap
bencana. Gangguan ini juga muncul setelah kehidupan berubah drastis pascabencana,
misalnya kehilangan seluruh keluarga, hartanya habis, dan lain-lain.
f. Gangguan Somatoform
Gangguan somatoform adalah jenis gangguan fisik tapi disebabkan pikiran/kejiwaan.
Misalnya sakit kepala atau kejang-kejang, padahal sebelumnya tidak ada riwayat
kejang-kejang.
g. Gangguan psikotik adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan pikiran dan
persepsi menjadi tidak normal. Orang dengan gangguan psikotik kehilangan pijakan
terhadap kenyataan. Misalnya: berhalusinasi.

2.1.5 Cara mengatasi bencana banjir di Indonesia


   Ada beberapa upaya untuk mencegah terjadinya banjir, yaitu:
1. Membuang sampah pada tempatnya
2. Membersihkan saluran air di sekitar rumah kita
3. Mengadakan kerja bakti untuk membersihkan seluruh saluran air di desa kita
4. Mengadakan bakti sosial untuk membersihkan sungai-sungai
5. Menanam pohon-pohon untuk membantu menyerap air hujan
6. Menyediakan lahan berupa tanah untuk penyerapan air di kala hujan, dengan kata lain
tidak menembok seluruh lahan di sekitar rumah, sebagian lagi dibiarkan.
7. Membuat sumur-sumur resapan untuk menampung air hujan.

2.2 Penanggulangan Pasca Bencana


2.2.1 Tahapan dan Kegiatan Pasca Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana (PERKA BNPB No.
11 tahun 2008) meliputi:
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik dan
masyarakat sampai pada tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi untuk berjalannya secara wajar semua aspek pemerintah
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat
dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui kegiatan;
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana
Perbaikan lingkungan daerah bencana merupakan kegiatan fisik perbaikan lingkungan
untuk memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi, dan budaya serta ekosistem
suatu kawasan.Kegiatan perbaikan fisik lingkungan mencakup lingkungan kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan usaha, dan kawasan bangunan gedung.
Perbaikan lingkungan kawasan harus berdasarkan perencanaan teknis yang disusun
secara optimal melalui survei, invenstigasi, dan desain dengan memperhatikan
kondisi sosial, budaya, ekonomi, adat istiadat, dan standar kontruksi bangunan.
Perencanaan tekniks perbaikan lingkungan harus memuat;
 Data kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, prsarana dan sarana sebelum
terjadi bencana
 Data kerusakan yang meliputi lokasi, data korban bencana, jumlah dan tingkat
kerusakan bencana, dan perkiraan kerugiaan
 Potensi sumber daya yang ada di daerah bencana
 Rencana progran dan kegiatan
 Gambar desain
 Rencana anggaran
 Jadwal kegiatan
 Pedoman rehabilitasi
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum
Perbaikan prasarana dan sarana umum merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan transportasi, kelancaran kegiatan ekonomi, dan kehidupan sosial budaya
masyarakat. Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum mencakup;
 Perbaikan infrastuktur
 Fasilitas sosial dan fasilitas umum
Perbaikan prasarana dan saran umum harus didasarkan pada perencanaan teknis
dengan memeperhatikan masukan mengenai jenis kegiatan dari instansi/lembaga
terkait aspirasi kebutuhan masyarakat.Perncanaan teknis disusun secara optimal
melalui survei investigasi, dan desain dengan memperhatikan kondisi lingkungan,
sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, dan starndar kontruksi bangunan.
Penyususunan rencana teknis harus memenuhi ketentuan mengenai;
 Persyaratan keselamatan
 Persyaratan sistem sanitasi
 Persyaratan penggunaan bahan bangunan
 Persyaratan standar teknis kontruksi jalan, jembatan, bangunan gedung
dan bangunan air.
Pelaksanaan kegiaatan perbaikan sarana dan prasarana dilakukan secara
gotong royong, dengan bimbingan atau bantuan teknis pemerintah dan
pemerintah daerah.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakan bantuan pemerintah
sebagai stimulan untuk membantu masyarakat untuk memperbaiki rumahnya yang
mengalami kerusakan akibat bencana untuk dapat dihuni kembali. Bantuan
pemerintah dapat berupa bahan material, komponen rumah atau uang, yang besarnya
ditetapkan berdasarkan hasil verifikasi dan evaluasi tingkat kerusakan rumah yang
dialami.
d) Pemulihan sosial psikologis
Pemulihan sosial psikologis untuk membantu masyarakat yang terkena dampak
bencana, memulihkan kembali kehidupan sosial dan kodisi psikologis pada keadaan
normal seperti kondisi sebelum bencana. Kegiatan membantu masyarakat terkena
damapak bencana dilakukan melalui upaya pelayanana sosial psikologis berupa;
 Bantuan konseling dan konsultasi keluarga
 Pendampingan pemulihan trauma
 Pelatihan pemulihan kondisi psikologis.
e) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan ditunjukan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak
bencana dalam rangka memulihkan kondisi kesehatan masyarakat. Kegiatan
pemulihan kesehatan masyarakat dilakukan melalui upaya-upaya;
 Membantu perawatan korban bencana yang sakit dan mengalami luka
 Membantu perawatan korban bencana yang meninggal
 Menyediakan obat-obatan
 Menyediakan peralatan kesehatan
 Menyediakan tenaga medis dan para medis
 Merujuk ke rumah sakit terdekat.
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
Rekonsiliasi dan resolusi konflik ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah
rawan bencana dan rawan konflik sosial untuk menurunkan eskalasi konflik sosial
dan ketegangan serta memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat. Kegiatan
rekonsiliasi dan resolusi konflik dilakukan melalui upaya-upaya mediasi persuasif
dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkait dengan tetap memperhatikan
situasi, kondisi, dan karakter serta budaya masyarakat setempat dan menjunjung rasa
keadilan.
g) Pemulihan sosial, ekonomi dan budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya ditujukan untuk membantu masyarakat terkena
dampak bencana dalam rangka memulihkan kondisi kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya seperti pada kondisi sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan sosial,
ekonomi, dan budaya dilakukan dengan membantu masyarakat menghidupkan dan
mengaktifkan kembali kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya melalui;
 Layanan advokasi konseling
 Bantuan stimulan aktivitas ekonomi
 Pelatihan.
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban
Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan membantu masyarakat dalam
memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah terkena damapak
bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan
keamanan dan ketertiban dilakukan melalui upaya;
 Mengaktifkan kembali fungsi lembaga keamanan dan ketertiban di daerah
bencana
 Meningkatkan peranserta masyarakat dalam kegiatan pengamanan dan
ketertiban
 Koordinasi dengan instansi/lembaga yang berwenang di bidang keamanan dan
ketertiban.
i) Pemulihan fungsi pemerintah
Pemulihan fungsi pemerintah ditujukan untuk memulihkan fungsi pemerintahan
kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana. Kegiatan pemulihan fungsi
pemerintah dilakukan melalui upaya-upaya;
 Mengaktifkan kembali pelaksanaan kegiatan tugas-tugas pemerintahan
secepatnya
 Penyelamatan dan pengamanan dokumen-dokumen negara dan pemerintahan
 Konsolidasi para petugas pemerintahan
 Pemulihan fungsi-fungsi dan peralatan pendukung tugas-tugas pemerintahan
 Pengaturan kembali tugas-tugas pemerintahan pada instansi/lembaga terkait.
j) Pemulihan fungsi pelayanan publik
Pemulihan fungsi pelayanan publik ditujukan untuk memulihkan kembali fungsi
pelayanan kepada masyarakat pada kondisi seperti sebelum terjadi bencana. Kegiatan
pemulihan fungsi pelayanan publik dilakukan melalui upaya-upaaya;
 Rehabilitasi dan pemulihan fungsi prasarana dan sarana pelayanan publik
 Mengaktifkan kembali fungsi pelayanan publik pada instansi/lembaga terkait
 Pengaturan kembali fungsi pelayanan publik.
2) Rekontruksi
Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.Rekontruksi pada wilayah pascabencana
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan;
a) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
Pembangunan kembali sarana dan prasarana merupakan kegiatan fisik pembangunan
baru untuk memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya dengan
memperhatikan rencana tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Pembangunan rencana tata ruang meliputi;
 Rencana struktur ruang wilayah
 Rencana pola ruang wilayah
 Penetapan kawasan
 Arahan pemanfaatan ruang wilayah
 Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
b) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat ditujukan untuk menata
kembakikehidupan dan mengembankan pola-pola kehidupan ke arah kondisi
kehidupan sosial budaya masyarakat yang lebih baik. Upaya yang dilakukan untuk
menata kembali kehidupan sosial budaya masyarakat dengan cara;
 Menghilangkan rasa traumatik masyarakat terhadap bencana
 Mempersiapkan masyarakat melalui kegiatan kampanye sadar bencana dan
peduli bencana
 Penyesuaian kehidupan sosial budaya masyarakat dengan lingkungan rawan
bencana
 Mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengurangan resiko
bencana.
c) Penerapan rancang bangunan yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
dan tahan bencana;
 Meningkatkan stabilitas kondisi dan fungsi prasarana dan sarana yang mampu
mengantisipasi dan tahan bencana
 Mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih parah akibat bencana
Upaya penerapan rancang bangunan yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana dilakukan dengan;
 Mengembangkan rancang bangun hasil penelitian dan pengembangan
 Menyesuaikan dengan tata ruang
 Memperhatikan kondisi dan kerusakan daerah
 Memeperhatikan kearifan lokal
 Menyesuaikan terhadap tingkat kerawanan bencana pada daerah yang
bersangkutan.
d) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan
masyarakat bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam rangka membantu
penataan daerah rawan bencana ke arah yang lebih baik dan rasa kepedulian daerah
rawan bencana. Penataan daerah rawan bencana dilakukan melalui upaya;
 Melakukan kampanye peduli bencana
 Mendorong tumbuhnya rasa peduli dan setia kawan pada lembaga, organisasi
kemasyarakatan, dan dunia usaha.
 Mendorong pastisipasidalam bidang pendanaan dan kegiatan persiapan
menghadapi bencana.
e) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di tujukan untuk normalisasi
kondisi dan kehidupan yang lebih baik dilakukan melalui upaya;
 Pembinaan kemampuan keterampilan masyarakat yang terkena bencana
 Pemberdayaan kelompok usaha bersama dapat berbentuk bantuan atau barang
 Mendorong penciptaan lapangan usaha yang produktif.
f) Peningkatan fungsi pelayanan publik
Peningkatan fungsi pelayanan publik ditujukan untuk penataan dan peningkatan
fungsi pelayanan publik kepada masyarakat untuk mendorong kehidupan masyarakat
di wilayah pascabencana ke arah yang lebih baik, dilakukan melalui upaya;
 Penyiapan program jangka panjang peningkatan fungsi pelayanan publik
 Pengembangan mekanisme dan sistem pelayanan publik yang lebih efektif
dan efisien
g) Penigkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat dilakukan dengan tujuan membantu
peningkatan pelayanan utama dalam rangka pelayanan prima. Untuk
membantupeningkatan pelayanan untama dalam masyarakat dilakukan melalui upaya
mengembangkan pola-pola pelayanan masyarakat yang efektif dan efesien.

2.1.2. Peran Perawat dalam Pemulihan Tahap Pasca Bencana


1. Secara Fisik
Pelayanan kesehatan secara fisik ditunjukan untuk membantu masyarakat yang terkena
dampak bencana dalam rangka memulihkan kondisi kesehatan masyarakat. Kegiatan
pemulihan kesehatan masyarakat dilakukan melalui upaya-upaya;
a. Membantu perawatan korban bencana yang sakit dan mengalami luka
b. Membantu perawatan korban bencana yang meninggal
c. Menyediakan obat-obatan
d. Menyediakan peralatan kesehatan
e. Menyediakan tenaga medis dan para medis
f. Merujuk ke rumah sakit terdekat.
g. Melakukan promosi kesehatan
2. Secara Psikis
Pemulihan sosial psikologis untuk membantu masyarakat yang terkena dampak bencana
dan memulihkan kembali kehidupan sosial dan kodisi psikologis pada keadaan normal
seperti kondisi sebelum bencana. Kegiatan membantu masyarakat terkena damapak
bencana dilakukan melalui upaya pelayanan sosial psikologis berupa;
 Bantuan konseling dan konsultasi keluarga
 Pendampingan pemulihan trauma
 Pelatihan pemulihan kondisi psikologis.
2.1.3 Upaya Penanggulangan Bencana di Bidang Kesehatan
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah mengacu pada
UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pada pasca bencana
bersifat koordinasi dan pelaksana. Upaya-upaya yang dilakukan adalah:
a. Bantuan pelayanan medik.
 Mobilisasi tenaga kesehatan untuk membantu pelayanan medis spesialistik yang
tidak tersedia di lokasi bencana. 
 Mobilisasi obat dan alat kesehatan.
 Mendirikan alat kesehatan yang statis dan mobile.
 Pengobatan gratis bagi semua pelayanan kesehatan.
 Mendirikan rumah sakit lapangan jika fasilitas RS di lokasi bencana terkena dampak
bencana.
b. Bantuan Pelayanan Gizi
 Promotif yaitu dengan cara menurunkan tim konselor, seperti memberikan dukungan
kepada para ibu agar tetap care pada anaknya, dengan tetap memberikan ASI sebagai
sebagai sumber gizi paling optimal bagi bayi dan BADUTA (Bawah Dua Tahun).
 Kuratif yaitu dengan memberikan bantuan pangan terhadap korban bencana
umumnya populasi berisiko yaitu pada bayi dan Balita, dengan memberikan MP.ASI.
c. Upaya Penyehatan Lingkungan
 Penyediaan, pengawasan dan perbaikan kualitas air.
 Tempat penampungan pengungsi
 Pembuangan kotoran
 Pembuangan sampah
 Pembuangan limbah
 Pengendalian Vektor
 Sanitasi makanan.
d. Upaya Surveilans Epidemiologi
Survey epidemiologi yang harus diperoleh dalam hal ini adalah:
 Reaksi sosial
 Penyakit menular
 Perpindahan penduduk
 Pengaruh cuaca
 Makanan dan gizi
 Persediaan air dan sanitasi
 Kesehatan jiwa
 Kerusakan infrastruktur kesehatan
e. Upaya Imunisasi
 Tetap melaksanakan program imunisasi di lokasi bencana.
 Melaksanakan imunisasi terhadap penyakit yang berisiko terjadinya KLB. seperti
Tetanus Toxoid dan Campak.
f. Bantuan pelayanan Obat dan Alat Kesehatan. 
 Memegang prinsip cepat, tepat dan sesuai kebutuhan

2.1.4 Permasalahan Dalam Penanggulangan Bencana
Permasalahan secara umum dan khusus pada bidang kesehatan dalam penanggulangan 
Bencana di Indonesia sebagian besar mempunyai permasalahan sebagai berikut:
1. Permasalahan secara umum
 Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard)
 Sikap atau perilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA (vulnerability)
 Kurangnya informasi atau peringatan dini yang me nyebabkan ketidaksiapan
2. Permasalahan di bidang kesehatan
 Korban jiwa, luka dan sakit (berkaitan dengan angka kematian dan kesakitan)
 Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan beresiko mengalami
kurang gizi tertular penyakit,dan menderita stress.
 Kerusakan lingkungan sehingga kondisi menjadi darurat dan menyebabkan
keterbatasan air dan sanitasi serta menjadi tempat perindukan vector penyakit.
 Seringkali  system  pelayanan kesehatan  terhenti,  selain  karena  rusak,  besar  kemungki
nan tenaga kesehatan setempat juga menjadi korban bencana.
 Bila  tidak  diatasi  segera,  maka  derajat  kesehatan  semakin  menurun  dan  berpotensi
menyebabkan terjadinya KLB.

SKENARIO ROLE PLAY
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Bencana banjir yang terjadi di Indonesia selama ini  tidak semata-mata disebabkan
oleh alam, namun juga disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri. Dengan demikian,
maka seluruh lapisan masyarakat yang ada di Indonesia serta pemerintah harus bersama-
sama mencegah agar bencana banjir tidak semakin parah, dan pada akhirnya Indonesia
bebas dari banjir.
Peran perawat dalam pemulihan pasca bencana adalah Membantu masyarakat
kembali pada kehidupan normal melalui proses konsultasi atau edukasi dan membantu
memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

3.2. Saran
            Bencana banjir yang selama ini terjadi di Indonesia telah membawa kerugian yang
sangat besar. Melihat kondisi ini, maka penanggulangan pasca banjir adalah hal mutlak yang
harus dilakukan guna mencegah dan meminimalkan dampak yang akan terjadi akibat
bencana banjir.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pedoman Rekonstruksi Dan
Rehabilitasi Pasca Bencana. Jakarta: BNPB

BAPPENAS. (2008, 11 23). Files. Retrieved from BAPPENAS Web Site:


http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-penanggulangan-banjir-di-
indonesia__20081123002641__1.pdf

Paripurno, E. T. (2013). Modul Manajemen Bencana Pengenalan Banjir Untuk Penanggulangan


Bencana. Papua: KIPRA.

Anda mungkin juga menyukai