Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan


yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Dalam
keluarga jika ada anggota keluarga yang menderita hipertensi dan tidak
menjalankan kelima fungsi keluarga tersebut dengan baik hal ini dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan
menyebabkan kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi
kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot
jantung). Sehingga diharapkan peran keluarga sangatlah penting dalam proses
memelihara dan mendukung keluarga untuk bisa mencapai derajat kesehatan
yang baik. Peran serta keluarga ini berkaitan dengan penyiapan diet yang tepat
bagi anggota keluarga yang menderita hipertensi, kepatuhan minunm obat
hipertensi, dan aktifitas yang harus dilaksanakan untuk anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun. Terlebih disaat ini dengan pergeseran pola penyakit dari penyakit
sekunder ke penyakit tidak menular pada usia 15 tahun keatas, seseorang lebih
beresiko untuk terkena penyakit hipertensi. Penyakit ini biasanya tidak
menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan
gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya.
Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer” karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi
kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau hipertensi.
Hasil Riskesda 2013 dan studi di puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga
penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosa oleh tenaga kesehatan dan hanya

1
0,7% yang minum obat. prevelensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%. jadi cakupan nakes hanya 36,8 %,
sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis.
hipertensi mengakibatkan kematian sekitar 8 juta/tahun.
Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600
juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008
(WHO, 2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada
peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah
menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya (Corwin,
2007).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007
diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata
3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1
orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Riskesdas 2013 menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013).
Peran perawat dalam penatalaksanaan hipertensi meliputi pemberian
pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan pemberian asuhan keperawatan
keluarga pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan masalah
hipertensi. Dalam hal ini perawat dapat melakukan pengkajian (pengumpulan
data, identitas, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan yang lengkap).
Selanjutnya perawat dapat menegakan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
pengkajian, merencanakan tindakan dan melakukan tindakan sesuai dengan
masalah yang nampak pada pasien dan mengevaluasi seluruh tindakan yang telah
dilakukan.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

2
Mahasiswa/I mampu mengetahui keperawatan keluarga dengan PTM
(Penyakit Tidak Menular) pada pasien Lansia dengan penyakit hipertensi

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa/I mampu mengetahui Definisi penyakit hipertensi


2. Mahasiswa/I mampu mengetahui Klasifikasi penyakit hipertensi
3. Mahasiswa/I mampu mengetahui Penyebab Penyakit hipertensi
4. Mahasiswa/I mampu mengetahui Patofisiologi Penyakit hipertensi
5. Mahasiswa/I mampu mengetahui Manifestasi Klinis
6. Mahasiswa/I mampu mengetahui Penatalaksanaan
7. Mahasiswa/I mampu mengetahui Komplikasi
8. Mahasiswa/I mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan Hipertensi

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Teori


Untuk pengembangan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada keluarga dengan hipertensi.
1.3.2 Manfaat Praktis
Sebagai masukan bagi institusi agar memberikan motivasi perawat dalam
melakukan perawatan yaitu dengan kegiatan promosi kesehatan dalam rangka
pencegahan penyakit dan peningkatan pelayanan kesehatan pada keluarga
dengan hipertensi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT

2.1.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada populasi
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddart, 2015).
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakan gejala (Nurarif, 2015).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan


rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention,
Detection and Treatment of High Blood Pressure “(JNC – VII, 2003) sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84

4
Pre-hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120
Sumber: Kemenkes RI (2017).

2.1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Hipertensi Primer (hipertensi ensesial)

Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui


penyebabnya. factor yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis system renin, angiotensin dan peningkatan Na+
Ca intraseluler. factor- faktor yang meningkatkan resiko yaitu: obesitas,
merokok, alcohol polisitemia, asupan lemak jenuh dalam jumlah besar, dan
stres.
2. Hipertensi sekunder

Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi: koarktasio aorta, stenosis arteri


renalis, penyakit parenkim ginjal, pamakaian preparat kontrasepsi oral,
kokain, epoetin alfa dan hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan
(Nurarif, 2015).

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai
saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna

5
medulla ke ganglia simpatis di thorax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis. Pada titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetikolin yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
melepaskannya nerefrineprine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. (Menurut
Smeltzer & Bare, 2002:898 )

Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh


darah terhadap rangsang vasokontriktif yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang/menurun dan berakibat
diproduksinya rennin, rennin akan merangsang pembentukan angiotensi I yang
kemudian diubah menjadi angiotensi II yang merupakan vasokontriktor yang kuat
yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
menyebabkan peningkatan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
hipertensi.

Patofisiologis hipertensi adalah pada hipertensi primer perubahan patologisnya


tidak jelas didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi scara perlahan yang meluas dan
mengambil tempat pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil pada
organ-organ seperti jantung, ginjal,dan pembuluh darah otak. Pembuluh seperti
aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh darah perifer di
ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak. Lumen-lumen menjepit, aliran
darah ke jantung menurun, begitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga
terjadi kerusakan pembuluh darah besar. ( TIM POKJA RS Harapan Kita, 2003:63 )

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala

6
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan perna terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebayakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa
keluhan- keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain:
Sakit kepala, Perasaan gelisa, Jantung berdebar-debar, Pusing, Pengliatan
kabur, Rasa sakit di dada, Leher terasa tegang, Mudah Lelah, dan Mual
muntah (Nurarif, 2015).

2.1.6 . Penatalaksanaan

Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan nonfarmakologis dan


dengan farmakologis.

1. Cara non-farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita


yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan
hidup, olahraga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teratur.

2. Cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-obatan anti


hipertensi seperti diuretik seperti HCT, higroton, lasix. Beta bloker
seperti propanol. Alfa bloker seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis
kalsium seperti nifedipine (adalat). ( FKUI 1990:214-219)

Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu pengobatan


hipertensi sekunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan
hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya menurunkan

7
tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi, pengobatan
hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan mungkin seumur hidup,
pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT) menjadi dasar
pengobatan hipertensi. (FKUI, 1990)

Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas


sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang memenuhi harapan
terus dikembangkan.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi


bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi.

1. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah


(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL,
LDL dan pemeriksaan EKG). Sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH
dan ekokardiografi.

2. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/creatinin (fungsi ginjal), glukosa


(DM), kalium serum meningkatan dapat menyebabkan hipertensi,
kolesterol dan trigliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan
tiroid (menyebabkan vasokontriksi), urinalisa protein, gula
(menunjukan disfungsi ginjal), asam urat (faktor penyebab
hipertensi), EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi).

2.1.8 Komplikasi

Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak pembulu darah
sehingga mempercepat terjadinya penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
8
arteri. komplikasi dari hipertensi termaksut rusaknya organ tubuh seperti jantung,
mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. hipertensi adalah factor risiko utama
untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attact), penyakit arteri
coroner (infark myocard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi.
menurut studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan
risiko yang bermakna untuk penyakit coroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan
gagal jantung (Kowalak, 2016).

9
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar


diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber
informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara
keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan
data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :


a. Nama kepala keluarga
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
g. Suku bangsa
h. Agama
i. Status sosial ekonomi keluarga
j. Aktifitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan

10
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Sistem pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan
e. Fungsi keluarga:
 Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

11
menghargai.
 Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana
berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku
 Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh
mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu
dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh
mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
 Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,
mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
f. Stres dan koping keluarga
 Stressor jangka panjang dan pendek
 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
 Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
 Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

12
permasalah
 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota


keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik
tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan
keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan
harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2.2 Diagnosa

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul
adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur
sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
anggota keluarga
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi

2.2.3 Intervensi
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga.
- Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.

13
- Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
- Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
- Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit
hipertensi secara lisan.
- Intervensi :
a. Jelaskan arti penyakit hipertensi
b. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
c. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi.
- Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat
lebih lanjut dari penyakit hipertensi
- Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
- Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil
tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
- Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat
hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
- Intervensi:
a. Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
b. Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
- Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
- Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

14
anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan
rumah.
- Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan penyakit hipertensi
- Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi secara tepat.
- Intervensi:
a. Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
b. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan
olah raga khususnya untuk anggota keluarga.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
- Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
- Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
- Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh
lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
- Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyakit hipertensi.
- Intervensi :
a. Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan
mengatasi penyakit hipertensi misalnya :
 Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
 Gunakan alat pelindung bila bekerja, Misalnya sarung tangan
 Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi
b. Motivasi keluarga untuk melaksanakan apa yang dijelaskan

15
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi
- Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
- Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
- Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
- Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
- Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.

16
BAB III

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 STUDI KASUS

3.1.1 Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga (KK) : Tn. L.T
b. Usia : 60 Tahun
c. Pendidikan : S2
d. Pekerjaan : PNS
e. Alamat : Belo
f. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub Kel. Dg Suku Umur Pendidikan Pekerjaan
KK terakhir saat ini
1 M.K P istri Flores 57 SMA IRT
2 D.T L anak Flores 28 S1 Swasta
3 E.T L anak Flores 25 S1 PNS

17
Genogram:

Keterangan:
: Laki-laki (meninggal)

: Perempuan (meninggal)

: Perempuan (hidup)

: Laki-laki (hidup)

: Tn. L.T

g. Tipe keluarga adalah keluarga usila yaitu yang terdiri dari suami, istri yang
sudah tua dengan anak pertama yang sudah menikah (tidak tinggal bersama
orang tua) dan anak kedua masih tinggal bersama orangtua.
h. Keluarga memiliki status sosial menengah dalam masyarakat. Penghasilan
keluarga mencukupi untuk membiayai seluruh anggota keluarga. Sumber
pendapatan keluarga sejumlah Rp. 3.000.000,00

18
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :
Makan : 1.500.000,00
Listrik : 200.000,00
Beli bensin : 200.000,00
Barang-barang yang dimiliki: Televisi, kulkas, 3 sepeda motor, dan barang
berharga lainnya.
i. Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton
televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah 3 bulan sekali.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga Tn. L.T merupakan tahap VIII keluarga usia
lanjut, anak pertama sudah menikah dan anak kedua belum menikah.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi tahap VIII keluarga
usia lanjut
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
- Tn. L.T sebagai kepala keluarga mempunyai hipertensi sejak 3 tahun
yang lalu, rutin kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab
dan mengambil obat rutin, tidak mempunyai masalah dengan
istirahat, pasien mengeluh leher tegang dan kepala pusing, makanan
yang di komsumsi tidak sesuai dengan diet yang dianjurkan dan
kebutuhan dasar lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada saat
pengkajian :
TD : 140/90 mmhg S : 36,2 celcius BB : 60 Kg
N : 80 x/m R : 20 x/m TB : 167 cm

19
- Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn. L.T menderita
hipertensi tapi keluarganya Tn. L.T dari pihak Bapak/Ibu ada yang
menderita hipertensi.
- Ny.M.K dan anak E.T tidak mempunyai masalah kesehatan

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasiyang baik,
dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik
Denah rumah: lengkapi denah rumah dengan skala 1 : 100

20
1

2 3

4 5

6
L = 8m X 6m
= 48 m2

7
Keterangan:
1.
Teras Rumah
2.
Kamar Ruang
3.
tamu Ruang Tampak Belakang
4.
TV Kamar
5.
Dapur
6.
KM/WC 1
7. KM/WC 2
8.

b. Karateristik tetangga dan komunitasnya


Hubungan antar tetangga saling membantu, tiap bulan istri selalu
mengikuti perkumpulan arisan disekitar wilayah RT.
c. Mobilitas goegrafis keluarga

21
Sebagai penduduk kota Kupang, tidak pernah transmigrasi maupun
imigrasi.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Jelaskan: Kebiasaan Tn. L.T dilingkungan sekitarnya, yaitu Tn. L.T
berkumpul dan berkomunikasi dengan tetangga pada waktu sore hari, dan
setiap dengan tetangganya sekitar RT selalu melakukan kumpulan arisan
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat 2 orang, keluarga memiliki alat
kesehatan yang menunjang, namun keluarga memiliki kendaraan motor
dan mobil yang dapat digunakan untuk mengantar keluarga yang sakit ke
Puskesmas atau Rumah Sakit
4. Struktrur keluarga
1. Struktur peran
Formal : Tn. L.T sebagai kepala keluarga, Ny. M.K sebagai istri.
Informal : Tn. L.T dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.
2. Nilai atau norma keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula
dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada
obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas atau petugas
kesehatan yang terdekat.
3. Pola komunikasi keluarga
Keluarga memiliki pola komunikasi terbuka dan komunikasi dibangun
dengan baik sehingga membentuk keakraban dalam keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga

22
Saling mendukung : Dalam keluarga, setiap anggota keluarga terlebih
orang tua memiliki peran untuk saling menasihati/ memberi masukan
untuk mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang sakit.
5. Fungsi keluarga
1. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan setiap
anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki Kartu BPJS untuk
pengobatan di fasilitas kesehatan.
2. Fungsi sosialisasi
Setiap anggota keluarga belajar untuk tertib bangun tidur, mengerjakan
tugas yang telah ditentukan dalam pembagian tugas keluarga saat bekerja
mengurus rumah
3. Fungsi pendidikan
Tn. L.T mengatakan semua anak-anaknya disekolahkan sampai tamat
keperguruan tinggi dan anak-anaknya bekerja sebagai wiraswasta dan PNS
4. Fungsi rekreasi
Rekreasi dilakukan 3 bulan sekali, rekreasi akhir pekan keluarga selalu
duduk berkumpul dan bersantai
5. Fungsi religious
Seluruh anggota Keluarga beragama Katolik. Keluarga selalu
menjalankan kewajiban agamanya dengan baik dan selalu mengikuti
kegiatan gereja.
6. Fungsi reproduksi
Jumlah anak kandung 2, ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi spiral
tetapi saat ini sudah tidak digunakan lagi karena sudah menopause

7. Fungsi afeksi

23
Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik, saling
memperhatikan dan membantu satu sama lain. Keluarga tidak
membedakan kasih sayang diantara anggota keluarga.
8. Fungsi pemenuhan pemeliharaan/perawatan kesehatan
Keluarga mengetahui masalah kesehatan yang sedang diderita oleh
anggota keluarga dan mengetahui bahwa Tn L.T sering memakan
makanan seafood, ikan asin, dan daging karena Tn. L.T tidak dapat
dilarang. Keluarga menganggap masalah kesehatan sebagai hal yang harus
dihadapi dengan positif dan optimis agar anggota keluarga yang sakit
dapat segera menemui kesembuhan. Keluarga mengatakan merasa takut
jika suatu saat terserang penyakit yang berbahaya secara tiba-tiba dan
keluarga selalu mendukung setiap pengobatan yang dijalani Tn L.T.
Keluarga juga mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka akan di
bawa ke faskes terdekat dan meminum obat yang diresepkan oleh dokter
6. Stressor dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka panjang : Tn. L.T mengidap penyakit hipertensi semenjak
tahun 2018 dan ia ingin penyakitnya ini sembuh total.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas
dengan petugas kesehatan dan keluarga memiliki alat untuk memeriksa
kesehatan secara mandiri (autocheck)
3. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah
yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya Tn. L.T menyampaikan
atau membicarakan dengan anggota keluarganya.
7. Harapan keluarga

24
Keluarga mengharapkan keluarganya selalu sehat, tetap saling melengkapi dan
saling mencintai 1 sama lain. Keluarga juga mengharapkan anak-anaknya dapat
sukses.
8. Hasil pemeriksaan fisik
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 80 x/m
- Suhu : 36,5 C
- Respirasi : 20 x/m
- Berat badan : 60 kg
- Tinggi badan : 167 cm
- Kepala : simetris, berambut bersih berwarna putih, muka tidak
pucat
- Mata : konjungtivitis merah muda, sklera putih
- Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan vesikuler.
- Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis
- Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan dari
telinga
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
- Dada : simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal feminus dada
kanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada semua lapanag paru, suara
jantung pekak, suara nafas vesikuler
- Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar suara
tympani, tidak ada nyeri tekan.
- Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.
- Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari

25
3.1.2 Diagnosa
Analisa Data
Data-data Diagnosa Keperawatan
Domain Kelas Kode Diagnosis
DS : Tn.L.T. mengatakan : 0078 Ketidakefektifan
- Ingin segera sembuh dari manajemen
penyakitnya kesehatan dalam
- Makan daging dan sea food keluarga
- Tidak melakukan pola
hidup sehat
- Keluarga mengatakan
kurang paham tentang cara
merawat pasien
- Keluarga mengatakan tidak
mengetahui peralatan, cara
dan fasilitas untuk merawat
anggota keluarga yang sakit
- Keluarga mengatakan takut
jika suatu saat Tn. L.T
terserang penyakit yang
lebih serius
DO : Klien kooperatif, konsentrasi
TTV :
- Tekanan Darah : 140/80
mmHg
- Nadi : 84 x/m
- Suhu : 36,5 C
- Respirasi : 20 x/m
- Berat badan : 60 kg
- Tinggi badan : 167 cm

26
Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Domain Kelas Kode

1. Ketidakefektifan 0078
manajemen kesehatan
dalam keluarga

27
Skoring dan Prioritas Diagnosis Keperawatan

Diagnosa 1

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah 3 1 3/3x1=1 Rasa takut menyebabkan


peningkatan TD yang dapat
memperburuk keadaan

2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Pemberian penjelasan yang


masalah dapat diubah tepat dapat memberikan
pengetahuan tambahan
tentang keadaan pasien

3 Potensi masalah 2 1 2/3x1=0.6 Penjelasan dapat membantu


untuk dicegah pencegahan pasien

4 Menonjolnya masalah 1 1 1/2x1=0.5 Keluarga menyadari dengan


memenuhi diet yang
dianjurkan dapat
mengurangi rasa khawatir

Total skor 3.1

28
3.1.3 Intervensi

DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

KODE DIAGNOSA KODE HASIL KODE INTERVENSI

Tn.L.T mengatakan : 0078 Ketidakefektifan TUK 1 Setalah dilakukan intervensi


- Makan daging dan sea food manajemen Setelah dilakukan tindakan keperawatan, keluarga mampu
tidak teratur kesehatan dalam keperawatan, keluarga mampu mengenal masalah :
- Tidak melakukan pola hidup keluarga mengenal masalah kesehatan : 5606 a) pengajaran : individu
sehat 1602 1. Pengetahuan : proses
- Keluarga mengatakan kurang penyakit 5604 b) pengajaran : kelompok
paham tentang cara merawat 1808 2. Pengetahuan: pengobatan
pasien. 1814 3. Pengetahuan : prosedur 5510 c) pengajaran : proses
- Keluarga mengatakan tidak pengobatan penyakit
mengetahui peralatan, cara dan 1803 4. Pengetahuan: Manajemen
fasilitas untuk merawat hipertensi 5616 d) pengajaran :pengobatan
anggota keluarga yang sakit 1804 5. Pengetahuan : pencegehan yang diresepkan
- Keluarga mengatakan takut hipertensi
jika suatu saat Tn. L.T
terserang penyakit yang lebih Dengan kriteria hasil :
serius
1623 1. keluarga mampu merawat
:perilaku patuh terhadap
pengobatan
2. perilaku kepatuhan diet yang

29
1622 dianjurkan
3. penyesuaian psikososial : keluarga mampu merawat :
1305 perubahan hidup 5616 a) Penjelasan program
pengobatan
2304 b) Pemberian pengobatan
oral
0180 c) Pengelolaan latihan fisik
711 d) Peningkatan keterlibatan
keluarga

30
3.1.4 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnose Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak Rabu, 11 Maret 2020 S : Keluarga mengatakan sudah memahami
efektif berhubungan dengan Pukul 10.00 WITA merawat keluarga dengan hipertensi dengan
ketidakmampuan keluarga merawat 1. Menganjurkan pada keluarga memerikasakan Tn. L.T memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara
dalam mengenal masalah anggota setiap minggu dan minum obat secara teratur. teratu
keluarga dengan hipertensi 2. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang diet yang O : Keluarga dapat mengungkapkan kembali cara
sesuai dengan hipertensi pada makanan yang diberikan merawat keluarga hipertensi dengan
Tn. L.T harus benar-benar rendah garam, mengurangi memperhatikan diet, dan kontrol teratur Makanan
makanan berlemak yang disajikan untuk Tn. R sama dengan anggota
keluarga yang lain A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi

No Diagnose Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi


2. Manajemen kesehatan keluarga tidak Kamis, 12 Maret 2020 S : Keluarga mengatakan sudah menyendirikan
efektif berhubungan dengan Pukul 08.00 WITA makanan Tn. L.T dengan anggota keluarga
ketidakmampuan keluarga merawat 1. Menganjurkan pada keluarga memerikasakan Tn. L.T O : Tn. L.T mengatakan sudah tidak takut lagi
dalam mengenal masalah anggota setiap minggu dan minum obat secara teratur. dengan tensinya Makanan yang disajikan untuk
keluarga dengan hipertensi 2. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang diet yang Tn. L.T nasi, sayur asam, lauk tahu, tempe garing
sesuai dengan hipertensi pada makanan yang diberikan Makanan untuk Tn. L.T dan anggota keluarga
Tn. L.T harus benar-benar rendah garam, mengurangi yang lain tersendiri Wajah Tn. L.T tampak lebih
makanan berlemak relaks
3. Melatih dan mengajarkan senam hipertensi. A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan intervensi

31
3.2 PEMBAHASAN
Kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada
Tn.L.T di wilayah kerja Puskesmas Sikumana

Penulis datang ke rumah keluarga untuk bertemu dengan pasien dan keluarganya
dalam rangka melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan keluarga
yang telah disediakan. Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item
bisa diperolah informasi dengan jelas karena keluarga kooperatif.

Data keluarga yang diperoleh meliputi data demografi, sosio kultural, data
lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan koping keluarga yang digunakan
keluarga dan perkembangan keluarga. Data yang berkaitan dengan individu sebagai
anggota keluarga meliputi pemeriksaan fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual
didapatkan pada semua anggota keluarga sejumlah 4 orang yaitu Tn. L.T, istri dan
anak keduanya. Tahap pengkajian keperawatan pada keluarga Tn. R tidak mengalami
kesulitan, keluarga kooperatif dan mau memberikan informasi yang dibutuhkan. Pada
penentuan skor masalah dan prioritas masalah tidak mengalami hambatan dan
ditemukan satu masalah dari tujuh kemungkinan diagnose keperawatan keluarga yang
mungkin muncul yaitu manajemen kesehatan tidak efektif. Sedangkan penyebab yang
muncul pada asuhan keperawatan keluarga pada Tn. L.T dengan diagnosa manajemen
kesehatan tidak efektif didapatkan 2 yaitu:

1. Ketidakmampuan mengenal masalah pada penyakit hipertensi yaitu


ditunjukkan dengan data bahwa leher terasa tegang.

2. Ketidakmampuan merawat yaitu belum tahu cara merawat Tn. L.T yang
menderita hipertensi dibuktikan dengan data bahwa keluarga tidak tahu cara
merawat Tn. L.T apabila mengalami keluhan akibat penyakit hipertensi.

32
Sesuai tinjauan pustaka terdapat 5 kemungkinan penyebab yang muncul pada
asuhan keperawatan keluarga dan 3 kemungkinan penyebab tidak ditemukan dengan
rasonalisasi sebagai berikut :

1. Keluarga mampu mengambil keputusan tepat dengan masalah utama hipertensi


yaitu Tn. L.T secara rutin kontrol dan minum obat.

2. Keluarga memelihara dan memodifikasi lingkungan yang mendukung proses


terapi dan penyembuhan yaitu dengan menciptakan rumah yang bersih,
menjaga lingkungan.

3. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu dibuktikan dengan


Tn. L.T kontrol secara rutin ke Puskesmas Sikumana. Intervensi keperawatan
yang disusun sesuai dengan tinjaun pustaka dan bisa dilaksanakan asuhannya
dengan baik. Dibuktikan dengan data pada evaluasi bahwa keluarga
mengatakan sudah memahami tentang cara merawat keluarga dengan
hipertensi dengan memperhatikan diet, dan kontrol secara teratur sudah mampu
menyebutkan kembali tentang masalah yang mungkin muncul pada penderita
Hipertensi dan keluarga mampu mengikuti langkah yang diajarkan oleh penulis
tentang senam Hipertensi.

Pada penentuan diagnosa keperawatan dan penyebabnya tidak mengalami


hambatan dikarenakan adanya faktor pendukung yaitu, data wawancara dan
pemeriksaan fisik lengkap sesuai kebutuhan. Pada tahap perencanaan keperawatan
masalah diagnosa manajemen keluarga tidak efektif pada kasus keluarga Tn. L.T
dengan masalah utama hipertensi tidak mengalami kesulitan, dengan membaca
tinjauan pustaka sebagai landasan teori penyusunan dengan memperhatikaan data
obyektif dan subyektif yang ditemukan. Faktor pendukungnya adalah keluarga
memahami masalah yang ditegakkan dan mau mengikuti perencanaan keperawatan
yang disusun. Keluarga menyatakan paham tentang perencanaan yang disusun untuk
mengatasi masalah keperawatan yang muncul, ditunjukkan dengan menyatakan
paham penjelasan yang diberikan.

33
Pada tahap implementasi keperawatan mampu dilaksanakan sesuai perencanaan
yang sudah disusun, pendidikan kesehatan dan mengajari senam hipertensi yang
diikuti oleh Tn. L.T sebagai anggota keluarga yang sakit dan anggota keluarga lain
bekerjasama yaitu mau menerima pendidikan kesehatan dan membantu menfasilitasi
tindakan yang dilakukan. Keluarga yang kooperatif merupakan faktor pendukung
sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai perencanaan yaitu 2 kali kunjungan.
Tidak ada hambatan dalam melakukan implementasi, Tn. L.T mampu mengikuti
senam Hipertensi sampai selesai.

Pada tahap evaluasi, didapatkan data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan
masih perlu tindakan keperawatan. Keluarga kooperatif dengan menyatakan bahwa
mau melakukan apa yang sudah dianjurkan dan dilatihkan untuk menunjang upaya
penyembuhan Tn L.T. Masih ada data bahwa Tn L.T masih merasakan pegal-pegal,
setelah melakukan senam Hipertensi yang dianjurkan dan menerapkan pendidikan
kesehatan yang diberikan yaitu, menyatakan bahwa akan mengulang senam hipertensi
yaitu pagi hari sekitar pukul 8 pagi sebelum beraktifitas kerja. Proses asuhan
keperawatan mampu dilakukan tanpa mengalami hambatan berat dengan adanya
faktor pendukung yaitu pihak keluarga kooperatif dan mampu bekerjasama mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang ditemukan tidak sampai
mengganggu jalannya asuhan keperawatan.

34
BAB IV

DISKUSI

Pada Pengkajian. Pada teori konsep menjelaskan bahwa Pengkajian merupakan


langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian
dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan
fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Dengan melakukan pengkajian dapat
diketahui masalah dalam keluarga tersebut. Komponen yang ada pada pengkajian adalah
sebagai berikut: Data Umum (Nama kepala keluarga, alamat dan telepon, pekerjaan
kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga dan genogram, tipe
keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktifitas rekreasi
keluarga), Riwayat dan tahap perkembangan keluarga (tahap perkembangan keluarga,
tahap keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga
sebelumnya), Pengkajian Lingkungan (Karakteristik rumah, Karakteristik tetangga dan
komunitas RW, Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, Sistem
pendukung keluarga), Struktur keluarga (pola kombinasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga, struktur peran, nilai atau norma keluarga, fungsi keluarga), stress dan koping
keluarga.
Pada Diagnosa Keperawatan. Pada konsep menurut internet menjelaskan bahwa
diagnosa yang muncul pada pasien dengan hipertensi pada lansia yaitu:
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada anggota
keluarga, Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi, Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi, Ketidakmampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Pada Intervensi. Pada konsep intervensi menjelaskan bahwa rencana yang dibuat
berdasarkan diagnosa yang ada, seperti:

35
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada keluarga.
Sasaran: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang
penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali kunjungan
rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.
Standar: Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.
Intervensi :
- Jelaskan arti penyakit hipertensi
- Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
- Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit
hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari penyakit hipertensi
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi dan
dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
- Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
- Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.

36
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
- Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

- Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga

Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat


mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap
proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
hipertensi.
Intervensi :
Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit
hipertensi misalnya :
- Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang
tajam.
- Gunakan alat pelindung bila bekerja, Misalnya sarung tangan
- Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi
- Motivasi keluarga untuk melaksanakan apa yang dijelaskan

37
Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan
dan pengobatan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan hipertensi.
Pada Implementasi. Pada konsep teori implementasi keperawatan mampu
dilaksanakan sesuai perencanaan yang sudah disusun, pendidikan kesehatan dan
mengajari senam hipertensi yang diikuti oleh Tn. L.T sebagai anggota keluarga yang
sakit dan anggota keluarga lain bekerjasama yaitu mau menerima pendidikan kesehatan
dan membantu menfasilitasi tindakan yang dilakukan. Keluarga yang kooperatif
merupakan faktor pendukung sehingga implementasi bisa dilakukan sesuai perencanaan
yaitu 2 kali kunjungan. Tidak ada hambatan dalam melakukan implementasi, Tn. L.T
mampu mengikuti senam hipertensi sampai selesai.

Pada Evaluasi. Pada konsep teori menurut internet adalah hasil akhir dari proses
yang dilakukan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan dari tindakan yang
diberikan sehingga dapat menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. Sedangkan pada
kasus menjelaskan bahwa pada kasus evaluasi dijadikan sebagai hasil akhir penilaian dan
sebagai hasil acuan dari tindakan yang telah dilakukan, pada hasil evaluasinya didapatkan
data bahwa masalah bisa teratasi sebagian dan masih perlu tindakan keperawatan.
Keluarga kooperatif dengan menyatakan bahwa mau melakukan apa yang sudah
dianjurkan dan dilatihkan untuk menunjang upaya penyembuhan Tn L.T. Masih ada data
bahwa Tn L.T masih merasakan pegal-pegal, setelah melakukan senam Hipertensi yang
dianjurkan dan menerapkan pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu, menyatakan

38
bahwa akan mengulang senam hipertensi yaitu pagi hari sekitar pukul 8 pagi sebelum
beraktifitas kerja. Proses asuhan keperawatan mampu dilakukan tanpa mengalami
hambatan berat dengan adanya faktor pendukung yaitu pihak keluarga kooperatif dan
mampu bekerjasama mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi. Hambatan yang
ditemukan tidak sampai mengganggu jalannya asuhan keperawatan.

39
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana


dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa
tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan
bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat
ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk
selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1
sendok teh per hari.

4.2 Saran

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta saran yang membangun
mengenai pembahasan makalah

40
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI Nomor 908 tahun 2010

La Ode Sarif. Asuhan Keperawatan Gerontik: Medical Book

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

41

Anda mungkin juga menyukai