Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

“Psikoedukasi Kesiapsiagaan Psikologis Warga di DAS Kuranji dalam Menghadapi


Bencana Banjir ”

Psikologi Bencana

Dosen Pengampu:

Mardianto. S.Psi., M.A.

Disusun Oleh:

Kelompok 1
Nurhamidah D 20011247
Sukma Yosrinanda 20011163
Mutiara Anjani 20011239
Natasha Zahra 20011242

DEPARTEMEN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang basah (humid tropic)
dengan ciri mempunyai curah hujan tinggi pada musim penghujan. Akibat di
beberapa tempat di musim penghujan terjadi bencana banjir yang menimbulkan
korban dan kerugian baik nyawa maupun harta benda. Hampir disetiap musim
penghujan sering terjadi peristiwa bencana banjir yang muncul dimana-mana,
dengan lokasi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya sangat beragam.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup tinggi. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang di atas normal dan adanya
pasang naik dan pasang surut air laut. di samping itu faktor ulah manusia juga
berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat, pembuangan sampah
ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan
sebagainya.
Bencana alam bisa terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan kerugian
materil maupun material. Keadaan yang tiba-tiba menjadikan banyaknya
masyarakat yang tidak siap dan tidak tahu bagaimana cara bertindak untuk
penanggulangan bencana yang terjadi, karena masih banyaknya masyarakat yang
belum memiliki pengetahuan tentang kebencanaan terutama penanggulangan
bencana alam. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukannya
pemberian pengetahuan tentang penanggulangan bencana alam kepada masyarakat
yang dimulai sejak dini.
salah satu bencana alam yang kerap kali terjadi di sekitar wilayah padang
adalah bencana banjir, Banjir adalah kondisi terjadinya kelebihan kapasitas air
tidak bisa tertampung menjadikan air meluap ke sisi kanan dan kiri tanggul
jaringan drainase sehingga menimbulkan genangan yang merugikan. Kerugian ini
biasanya sulit mendapat solusi dari masyarakat maupun instansi terkait. Fenomena
banjir tentunya tidak terlepas dari kontribusi kondisi fisik suatu wilayah dari
topografi suatu wilayah yang dimana daratan yang lebih landai dibandingkan
dengan daratan sekitarnya. Kali pelayangan yang berada di wilayah Desa Rawa
Panjang sangat penting karena mempunyai fungsi penting untuk mengurangi serta
mengantisipasi banjir akibat genangan air di wilayah padat pemukiman.
Menurut Hamalik (Muzzayana, 2022) metode simulasi digunakan pada
empat kategori keterampilan, yaitu kognitif, psikomotorik, reaktif, dan interaktif.
Keterampilan-keterampilan tersebut diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan produktif yang lebih kompleks, pemecahan masalah yang khusus,
perencanaan, serta membuat keputusan dapat disimulasikan dengan memberikan
situasi yang nyata kepada siswa. Metode simulasi merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.
Tindakan yang dilakukannya tersebut disebut dengan tindakan Mitigasi
Bencana. Mitigasi bencana tersebut dipopulerkan pada tahun 2010 yang dikaitkan
dengan penanganan bencana yang terjadi di berbagai kepulauan Indonesia dimulai
dari bencana banjir, angin badai, kebakaran, sampai meletusnya gunung merapi
yang banyak menimbulkan korban jiwa serta material, maksud umum dari mitigasi
tersebut dapat diartikan sebagai upaya atau tindakan yang dilakukan, yang
ditemukan dari definisi berikut, Mitigasi bencana merupakan “ Serangkaian upaya
mengurangi resiko bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.”(Hermon 2010: 23).

B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini dirumuskan masalah yang tertuju pada bagaimana pola
perilaku masyarakat dalam menghadapi risiko banjir, termasuk langkah-langkah
persiapan dan pencegahan bencana. Bagaimana Kesejahteraan psikologis
masyarakat setelah banjir, khususnya terkait dengan trauma dan stres psikologis?
C. Tujuan
Meningkatkan kesadaran masyarakat yang terdampak banjir untuk mampu
menjaga lingkungan hingga mengatasi bencana banjir. Mengedukasi masyarakat
mengenai pencegahan dan penanganan dampak psikologis dari bencana banjir.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
berupa informasi mengenai penanganan dan pencegahan dampak psikologis dari
bencana banjir yang dialami.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Subjek
Diharapkan subjek mampu mencegah dan menangani permasalahan yang terjadi
akibat bencana banjir, baik secara fisik maupun psikis.
b. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan mampu memahami secara mendalam mengenai dampak
psikologis dari korban bencana banjir

c. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi dan disempurnakan lagi oleh
peneliti selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bencana
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai
berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor
alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non alam,
dan bencana sosial.
Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan
yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung.
Selain itu terjadinya banjir juga dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan
(run off) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem
drainase atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan
oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak
mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air
lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan
yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain
(Ligal, 2008).
Menurut BPBD Jawa Timur, banjir adalah peristiwa berlimpahnya air
yang meluap hingga meluap ke daratan, yang biasanya kering, akibat curah hujan
yang tinggi, lelehan salju, atau masalah lain yang mengakibatkan air tak dapat
diserap dengan cepat oleh tanah atau dialirkan oleh saluran air yang ada.
Menurut Findayani (2015), banjir adalah tanah tergenang akibat luapan
sungai, yang disebabkan oleh hujan deras atau banjir akibat kiriman dari daerah
lain yang berada di tempat yang lebih tinggi.

B. Jenis-Jenis Banjir
Ada beberapa jenis banjir, diantaranya:

1. Banjir Luapan Sungai: Terjadi ketika debit sungai meluap melewati batas
normalnya.
2. Banjir Luapan Laut / Rob: Disebabkan oleh naiknya permukaan laut,
seringkali akibat badai, gelombang pasang, atau kerusakan ekosistem
pesisir
3. Banjir Genangan: Terjadi ketika air menggenangi daratan rendah akibat
hujan lebat.
4. Banjir Bandang: Banjir yang sangat kuat dan mendadak, seringkali
disertai longsor, yang merusak segalanya di jalur alirnya.

C. Penyebab Banjir
Banjir disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

1. Curah Hujan Tinggi: Hujan lebat yang berkepanjangan atau hujan deras
dalam waktu singkat dapat menyebabkan banjir.
2. Lelehan Salju: Pada musim semi, lelehan salju yang cepat akibat suhu
yang meningkat dapat menyebabkan banjir.
3. Pengembalian Air: Kelebihan air sungai yang tidak dapat diatasi oleh
saluran air yang ada.
4. Topografi dan Drainase: Keadaan topografi dan sistem drainase yang
buruk dapat mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan baik.
D. Dampak Banjir
Banjir memiliki dampak yang signifikan, seperti:

1. Korban Jiwa dan Luka-luka: Banjir dapat mengakibatkan korban jiwa dan
luka-luka serius.
2. Kerusakan Properti: Rumah, bisnis, dan infrastruktur bisa hancur atau
rusak parah.
3. Kerugian Ekonomi: Banjir bisa menyebabkan kerugian ekonomi besar
akibat kerusakan dan gangguan aktivitas ekonomi.
4. Kerugian Lingkungan: Banjir dapat merusak ekosistem sungai dan daerah
pesisir.
5. Krisis Air Bersih: Air minum yang tercemar dapat menyebabkan krisis air
bersih.

E. Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah bentuk intervensi yang dapat mengubah aspek
kognitif, emosional dan perilaku dalam suatu kelompok untuk mengatasi masalah
yang dihadapi (Dwi et al., 2020). Psikoedukasi diselenggarakan sebagai intervensi
yang difokuskan pada masalah-masalah kehidupan, pemberdayaan, dan
pengembangan ketrampilan dengan upaya membangun kesehatan mental. Selain
itu, psikoedukasi mengubah sikap dan perilaku secara langsung dalam suatu
program. Psikoedukasi bertujuan mengembangkan life skills individu atau
kelompok berupa kemampuan memahami orang lain, kemampuan
mengungkapkan diri, dan menyelesaikan konflik. Teori Zimmer menjelaskan
bahwa self regulasi merupakan suatu proses belajar yang meliputi aspek personal
(kognitif, emosional), perilaku (behavioral), dan kontekstual (Yasdar & Muliyadi,
2018).

Kesiapsiagaan mental seseorang terhadap peristiwa dapat sangat


membantunya dalam pemulihan. Oleh karena itu, penting bagi rencana
kedaruratan untuk memasukkan persiapan mental (Guterman, 2005). Kemampuan
psikologis termasuk kemampuan untuk mengantisipasi apa yang akan dirasakan,
dipikirkan, dan dilakukan dalam situasi darurat, kemampuan untuk
mengidentifikasi emosi atau pikiran yang salah, dan kemampuan untuk
mengontrol perasaan dan merespon situasi darurat dan ancaman (Australian
Psychological Society, 2009).

Psychological preparedness secara efektif membantu mengendalikan


pikiran dan emosi negatif, meskipun belum tentu menguranginya. Namun,
melatih diri dengan rasa siap mental juga dapat diterapkan dalam situasi darurat,
serta dalam manajemen emosi, pengendalian diri, dan regulasi diri dalam
kehidupan sehari-hari (Reser, 2015).

Memasukkan psychological preparedness dalam kebijakan


penanggulangan bencana dapat membantu resiliensi individu dan komunitas. Ini
dapat terjadi dengan bantuan profesional atau dengan menambah staf kesehatan
mental di puskesmas di daerah rawan bencana (Nurinayanti, 2014). Karena
kerentanan kita terhadap bencana, persiapan mental sangat penting untuk
mengurangi efek psikologis bencana.

Psychological preparedness sangat bermanfaat pada situasi bencana,


antara lain untuk mengantisipasi dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap:

1. Ketidakpastian dan emosi yang mungkin terjadi pada saat ancaman


bencana terjadi.
2. Respon psikologis seseorang pada saat ancaman bencana terjadi
3. Kemampuan mengendalikan tuntutan situasi baik saat maupun pasca
bencana

Psychological preparedness terdiri atas :

1. Antisipasi: Kesadaran dan melakukan antisipasi terhadap respon


psikologis
2. Identifikasi: Kapasitas, kepercayaan diri dan kompetensi untuk
memanage respon psikologis dan memanage lingkungan sosial jika
mampu
3. Manage: Menggunakan pengetahuan, tanggung jawab, rasa percaya
diri dan kompetensinya untuk memanage kondisi eksternal seseorang

Kesiapan secara psikologis sangat bermanfaat dalam menambah rasa


kepercayaan diri dan lebih well prepared saat menghadapi keadaan darurat.
Respon emosional yang kuat terhadap kondisi bahaya merupakan hal yang
normal bahkan sangat membantu untuk mengidentifikasi situasi yang
mengancam nyawa terutama pada saat peringatan dini bencana. Berikut adalah
penjelasan mengenai tahapan dalam psychological preparedness oleh Australian
Red Cross (2012).
BAB III

METODE
A. Tipe Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan penelitian
yang berkaitan dengan data berupa angka untuk menguji hipotesis penelitian
melalui program statistika. Pendekatan kuantitatif dijelaskan oleh Sugiyono (2011)
sebagai metode penelitian untuk meneliti sampel atau populasi tertentu yang
datanya didapatkan menggunakan instrumen penelitian dan analisisnya dilakukan
dengan cara statistik untuk menguji hipotesis penelitian yang sudah ditentukan
oleh peneliti.

B. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian


1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu hal yang dimiliki seseorang berupa
nilai atau sifat dan memiliki variasi tertentu yang sudah ditentukan oleh
penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yang pertama yaitu
variabel bebas atau sering disebut sebagai variabel independen, merupakan
variabel yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada variabel dependen
(Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kesiapsiagaan
bencana di rumah tangga.
2. Definisi Konseptual Variabel
a. Variabel Kesiapsiagaan Bencana di Keluarga
Kesiapsiagaan bencana pada keluarga adalah tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan dalam keluarga untuk mempersiapkan diri dan
keluarga menghadapi bencana sebelum terjadinya bencana.
b. Variabel Persepsi Risiko Bencana
Persepsi risiko bencana adalah nilai kepercayaan seseorang
yang terdiri dari keyakinan tentang tanggung jawab, kontrol,
penerimaan, dan respons terhadap risiko bencana.
3. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Operasional Variabel
Definisi Operasional dari kesiapsiagaan bencana di Keluarga
adalah skor total dari masing-masing aspek instrumen Kesiapsiagaan
Bencana. Instrumen kesiapsiagaan bencana di keluarga yang digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan hasil adaptasi dari kisi-kisi LIPI (2006).
Aspek dari instrumen tersebut diantaranya adalah pengetahuan dan sikap,
kebijakan, rencana rumah tangga, sistem peringatan bencana, mobilitas
sumber daya. Subjek dapat menggambarkan tingkat kesiapsiagaan dengan
menggunakan instrumen ini. Semakin besar skor total maka semakin
tinggi tingkat kesiapsiagaan di rumah tangga pada subjek penelitian.
b. Variabel Persepsi Risiko Bencana
Definisi operasional dari persepsi risiko bencana adalah skor total
dari masing-masing dimensi yang ada pada instrumen persepsi risiko
bencana. Instrumen ini merupakan hasil adaptasi dari hasil analisis data
National Survey of Health Risk Perception (NSHRP) yang dikembangkan
oleh Yong (2017). Dimensi dari instrumen tersebut diantaranya adalah
External Responbility for Disaster Management, Self Preparedness.
Semakin besar skor total maka semakin tinggi tingkat persepsi risiko
bencana pada subjek penelitian.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan subjek atau objek dari suatu wilayah yang
mempunyai karakteristik tertentu yang tujuannya untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian
ini adalah masyarakat Kota Padang DAS Kuranji.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik
tertentu yang sama dengan populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Peneliti dapat
menggunakan sampel ketika populasi dalam penelitian berjumlah besar dan
peneliti memiliki keterbatasan untuk mempelajari semua populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, waktu dan tenaga. Apa yang telah dipelajari dari
sampel tersebut, kesimpulan akan diberlakukan untuk populasi tersebut.
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal di daerah Kuranji
Kota Padang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
pada teknik pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik
nonprobability sampling dan jenis teknik yang digunakan adalah purposive
sampling karena tidak semua individu dalam populasi diikutsertakan, namun
diberikan peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel dan didasarkan
pada kriteria-kriteria tertentu yang menjadi tujuan penelitian. Kriteria sampel
dalam penelitian ini diantaranya:

a) Tinggal di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kuranji


b) Terdampak banjir
c) Berusia 18-56 tahun
d) Wanita dan pria
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Jadwal kegiatan
Adapun jadwal kegiatan psikoedukasi masyarakat yang akan dijalankan
adalah sebagai berikut:
Tabel Jadwal Kegiatan Psikoedukasi Banjir

No Waktu Kegiatan Pelaksana Penanggung


jawab

1. 08.00-08.20 Pembukaan kegiatan Sukma Anggota


psikoedukasi Yosrinanda Kelompok

2 08.20-08.25 Menyanyikan lagu Penyelenggara Anggota


indonesia raya dan peserta Kelompok

4 08.30-08.35 Membangun rapport Penyelenggara Anggota


dengan peserta edukasi Kelompok

5 08.35-08.40 Penyampaian materi Mutiara Anjani Anggota


tentang banjir Kelompok

6 08.40-08.45 Penyampaian materi Nurhamidah. D Anggota


tentang penyebab banjir Kelompok

7 08.45-08.55 Penyampaian materi Natasha Zahra Anggota


tentang dampak banjir Kelompok
8 08.55-09.05 Penyampaian materi Sukma Anggota
tentang penanganan Yosrinanda Kelompok
banjir

9 09.05-09.10 Ice Breaking Penyelenggara Anggota


Kelompok

10 09.10-09.40 Penyampaian materi inti Penyelenggara Anggota


psikoedukasi Kelompok

11 09.40- Pembacaan doa Nurhamidah. D Anggota


09.45 Kelompok

12 10.15-10.20 Closing Sukma Anggota


Yosrinanda Kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Australian Psychological Society. 2009. Psychological Preparedness Can Save Lives


During Bushfires. Diunduh tanggal 12 Desember 2023, dari
https://www.psychology.org.au/Assets/Files/MR-PsychologicalPreparedness-
25Feb09.pdf.

Australian Red Cross. 2012. Psychological Preparedness for Disaster. Diunduh


tanggal 12 Desember 2023, dari
http://www.redcross.org.au/files/RED_Prep_Psyc_Booklet_F.pdf

BNPB. Definisi Bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Diakses pada 1


Desember 2023 dari https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana
Dino. 2023. Banjir : Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Jawa Timur. Diakses pada 1 Desemer 2023 dari
https://web.bpbd.jatimprov.go.id/2023/10/19/banjir-pengertian-penyebab-dan-
dampaknya/.
Dwi, A., Pramono, A., & Firmansyah, M. (2020). Pengaruh Psikoedukasi Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Komponen Sikap Pada Siswa SMP. Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Malang, 8, 1–7.
Dwijoko Winarno, 2019. Universitas Lampung. https://www.lampost.co/berita-
cegahbanjir-dengan-memanen-air-hujan.html.
Findayani. Aprilia. (2015). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Banjir Di
Kota Semarang. Jurnal Geografi. Nomor 1. Volume 12.
Guterman, P. S. (2005). Psychological Preparedness for Disaster. Diunduh 12 Desember
2023, dari http://yorku.academia.edu/PearlGuterman/Papers/169408/Psychological_
preparedness_for_disaster.
Kodoatie, R.J. dan Sugiyanto, 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ligal, S. 2008. Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Jurnal. Dinamika
Teknik Sipil Volume 8, No. 2 Juli 2008.
Musliyadi. (2019). Hujan Berkepanjangan Sebabkan Bencana Banjir di Kota Meulaboh,
Aceh Barat. Serambi Konstruktivis, 1(4), 51–54.
Nurinayanti, R. 2014. Analisis Resiliensi Masyarakat Korban Erupsi Gunung Kelud 2014
di Dusun Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Yogyakarta :
Thesis Universitas Gadjah Mada
Rahayu. Dkk, 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung : Pusat Mitigasi
Bencana (PMB-ITB).
Rameshwaran, P., Bell, V. A., Davies, H. N., & Kay, A. L. (2021). How might climate
change affect river flows across West Africa? Climatic Change, 169(3–4), 1–27.
https://doi.org/10.1007/s10584-021-03256-0
Reser, J. (2015). Special Commentary : Coming to Terms With Climate Change: The
Multiple Benefits of Psychological Preparedness and Taking Action. The Dialogue,
11 (2) : 4 – 5
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung. Cv. Alfabeta.
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R & D
dan Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Alfabeta.
Yasdar & Mulyadi. 2018. Penerapan Teknik Regulasi Diri (Self Regulation) Untuk
Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling
Stkip Muhammadiyah Enrekang. Jurnal Pendidikan. Vol.2(2). Hal. 50-60. Issn 2548-
8201.

Anda mungkin juga menyukai