Dosen Pengampu:
Disusun Oleh
Sisilia 20011160
Sukma Yosrinanda 20011163
Natasha Zahra 20011240
Nisha Alvines 20011244
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
2023
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Gambaran Umum Kegiatan ...................................................................... 3
1.1.1 Latar Belakang .................................................................................. 3
1.1.2 Lokasi Kegiatan ................................................................................ 3
1.1.3 Deskripsi Instansi .............................................................................. 3
1.1.4 Bidang kerja ...................................................................................... 7
1.1.5 Job desk dan gambaran umum bidang .............................................. 8
BAB II ....................................................................................................................11
TINJAUAN KHUSUS ...........................................................................................11
2.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................11
Gambaran Fenomena ......................................................................................11
Fokus masalah................................................................................................ 13
Tujuan intervensi ........................................................................................... 13
Manfaat Intervensi ......................................................................................... 13
2.2. Identifikasi Masalah/kebutuhan................................................................. 14
2.3. Tinjauan Teoritis ........................................................................................ 14
a. Narkotika ................................................................................................ 14
b. Rehabilitasi ............................................................................................. 16
c. Relaps ..................................................................................................... 21
d. Regulasi diri ........................................................................................... 25
e. Psikoedukasi ........................................................................................... 31
2.4. Analisis Masalah/kebutuhan (Tinjauan dengan minimal 5 jurnal terkait)
.......................................................... Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
2.5. Rancangan Program terkait hasil analisis Masalah/kebutuhan (Luaran
Kegiatan............................................ Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB I
PENDAHULUAN
Visi
Misi
a. Bagian umum
Bagian Umum terdiri atas :
1) Sub-bagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan rencana program dan anggaran, pengelolaan data
informasi P4GN dan penyiapan bahan pelaksanaan dan pelaporan
BNNP
2) Sub-bagian Sarana Prasarana mempunyai tugas melakukan
pengelolaan sarana prasarana, dan urusan rumah tangga BNNP
3) Sub-bagian Administrasi mempunyai tugas melakukan urusan tata
persuratan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, layanan hukum, kerja
sama, hubungan masyarakat, dan dokumentasi.
a. Bidang P2M
TINJAUAN KHUSUS
Gambaran Fenomena
Fokus masalah
Fokus masalah pada laporan ini adalah rendahnya regulasi diri yang
dimiliki oleh individu pengguna narkoba saat menjalani rehabilitasi yang
dapat menyebabkan relapse.
Tujuan intervensi
Manfaat Intervensi
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan referensi bagi
penelitian selanjutnya terkait permasalahan relaps yang dihadapi oleh
individu pengguna narkoba selama rehabilitasi.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu individu yang sedang
berjuang dalam menyembuhkan diri dari penggunaan narkoba selama
masa rehabilitasi terutama bagi klien di Yayasan Karunia Insani sehingga
dapat terhindar dari relaps.
a. Narkotika
1. Pengertian
Narkotika secara etimologis berasal dari bahasa Inggris narcose atau
narcois yang berarti menidurkan dan pembiusan. Kata narkotika berasal
dari bahasa Yunani yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-
apa. Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika Pasal 1 angka 1 adalah: “Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.”
2. Dampak penggunaan narkotika
Penggunaan narkotika memiliki dampak yang dapat dialami oleh
pemakainya yaitu;
a) Depressant yaitu mengendurkan atau mengurangi aktivitas atau
kegiatan susunan saraf pusat, sehingga dipergunakan untuk
menenangkan syaraf seseorang agar dapat tidur atau istirahat.
b) Stimulant yaitu meningkatkan keaktifan susunan saraf pusat,
sehingga merangsang dan meningkatkan kemampuan fisik
seseorang.
c) Halusinogen yaitu menimbulkan perasaan-perasaan yang tidak riil
atau khayalan-khayalan yang menyenangkan.
3. Jenis dan golongan narkotika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, narkotika
digolongkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
a) Narkotika golongan I yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Seperti : Heroin, kokain, daun kokain, opium, ganja,
jicing, katinon, MDMDA/ecstasy,dan lebih dari 65 macam jenis
lainnya.
b) Narkotika golongan II yaitu narkotika yang berguna untuk
pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, petidin, fentanil, metadon.
c) Narkotika golongan III yaitu narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : codein, buprenofin, etilmorfina, kodeina,
nikokodina, polkodina, propiram.
Zat-zat narkotika yang semulanya ditujukan untuk kepentingan
pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga banyaknya jenis-jenis narkotika yang diolah
sedemikian rupa seperti yang ada saat ini yaitu : Narkotika zat berasal
dari tanaman atau bukan tanaman.
1) Tanaman
a) Candu/morfin, zat ini punya pengaruh untuk merangsang sistem
saraf parasimpatis, dimana dalam dunia kedokteran dipakai
sebagai pembunuh rasa sakit yang kuat.
b) Kokain, jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan psikotik atau gila dalam jangka panjang
c) Marijuana/Ganja, untuk pemakaian yang lama akan menjadikan
pemakai menjadi linglung.
d) Heroin/putaw, zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi dengan
dosis yang berlebihan, karena dapat menyebabkan kematian
seketika
2) Bukan tanaman yaitu narkotika sintetis atau buatan.
b. Rehabilitasi
1. pengertian
Rehabilitasi, menurut pasal 1 angka 23 KUHAP adalah : “Hak
seseorang untuk mendapatkan pemulihan haknya dalam kemampuan,
kedudukan, dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau pengadilan karena ditangkap, ditahan,
dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang
atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Rehabilitasi merupakan salah satu bentuk dari pemidanaan yang
bertujuan sebagai pemulihan atau pengobatan. Menurut Soeparman
rehabilitasi adalah fasilitas yang sifatnya semi tertutup, maksudnya
hanya orang-orang tertentu dengan kepentingan khusus yang dapat
memasuki area ini. Rehabilitasi adalah suatu proses pemulihan pasien
gangguan penggunaan NAPZA baik dalam jangka waktu pendek
maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku mereka agar siap
kembali ke masyarakat dan membantu klien mempertahankan kondisi
bebas NAPZA (abstinensia) dan memulihkan fungsi fisik, psikologis
dan sosial (Aryani, 2018). Berdasarkan Undang undang RI Nomor: 35
tahun 2009 tentang Narkotika, pada pasal 54 menyatakan bahwa
Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Napza wajib menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
2. jenis rehabilitasi
Adapun jenis-jenis rehabilitasi atau istilah rehabilitasi dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika terdiri dari 2
(dua) yaitu:
a) Rehabilitasi medis yaitu proses kegiatan pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika,
sesuai Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. Rehabilitasi medis pecandu narkotika sendiri
dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan yaitu Rumah Sakit yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat.
b) Rehabilitasi sosial yaitu proses kegiatan pemulihan secara terpadu
baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika
dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat, sesuai Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Bekas pecandu narkotika disini
dapat dimaksudkan dengan orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan
baik secara fisik maupun psikis.
c. Relaps
1. Pengertian
Hubbard et. al (2001) menyatakan bahwa relaps merupakan
sebuah perilaku dengan penggunaan kembali narkoba setalah
individu menjalani penanganan secara rehabilitasi dengan adanya
pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah periode putus zat.
Menurut Yuet Wah (2005) relaps dipandang sebagai indikasi dari
gagalnya program penanganan atau individu maupun keduanya.
Waty (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa relapse yang
dimiliki oleh individu diakibatkan oleh kemudahan yang didapat
dalam memperoleh narkoba, alat yang mengingatkan masa lalu,
pemulihan yang dijalani, dukungan yang didapatkan dari keluarga,
dukungan sosial, dan pengaruh teman. Rachmawati (2010)
menyatakan relapse yang dialami oleh mantan pengguna narkoba
mengalami berbagai perubahan kemunduran pada pikiran, emosi,
serta perilaku sebagai bentuk penghindaran diri (avoidance) dan
lingkungan, permasalahan, dan konflik dialami oleh partisipan.
2. tahapan relapse
a) Emotional Relapse
Pada awalnya kekambuhan terjadi secara emosional. Pada
tahap ini, seseorang tidak mengingkan zat yang ia biasa
gunakan namun mengalami emosi negatif seperti mudah
tersinggung, cemas, atau marah. Beberapa penelitian lain telah
melaporkan hubungan yang kuat antara pengaruh negatif dan
kekambuhan penggunaan zat. Baker dkk. (2003) baru-baru ini
mengidentifikasi pengaruh negatif sebagai motif utama
penggunaan narkoba. Penggunaan zat sering kali memberikan
penguatan negatif melalui perbaikan keadaan afektif yang tidak
menyenangkan, seperti gejala penarikan fisik (Baker et al.,
2004). Perasaan ini dapat menyebabkan individu tersebut
mengabaikan mekanisme dan strategi penanggulangan yang
telah dipelajari selama menjalani rehabilitasi ataupun
kelompok konseling.
d. Regulasi diri
1. pengertian
Menurut Albert Bandura, Self Regulasi memiliki peranan penting
dalam mengontrol perilaku individu sendiri yang meliputi observasi diri
(self observation) dengan melihat diri sendiri, menilai perilaku, dan
mempertahankan perilaku tersebut keputusan (judgment) yaitu
membandingkan dan menetapkan suatu standar dalam diri, respon diri
(self respons) menilai suatu standar yang telah ditetapkan dalam diri
(Lenggong & Madiong, 2018). Regulasi diri adalah proses individu
dalam memanajemen diri sendiri dengan tujuan dan target hidup yang
akan dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya proses
panjang, ketika individu dapat melalui proses tersebut dengan baik maka
individu akan merasakan kepuasan tersendiri di dalam dirinya (Manab,
2016). Regulasi diri adalah kemampuan individu dalam mengontrol diri
sendiri dalam mencapai tujuan positif (Siradjuddin & Esita,
n.d.). Menurut Bandura, Schunk dan Zimmerman (dalam Ormrod,
2011: 132-133) regulasi diri terdiri dari 5 aspek yaitu a) mengatur
standar dan tujuan (setting standards and goals), b) observasi diri (self-
observation), c) evaluasi diri (self-evaluation), d) reaksi diri (self- 17
reaction), dan e) refleksi diri (self-reflection).
a) Mengatur Standar dan Tujuan (Setting Standards and Goals)
Individu dewasa cenderung menetapkan standar untuk
perilaku mereka sendiri dengan kata lain, mereka menetapkan
kriteria mengenai perilaku apa yang dapat diterima. Mereka juga
mengidentifikasi tujuan tertentu memberi nilai dan arah pada
perilaku mereka. Standar dan tujuan tiap individu tergantung pada
standar dan tujuan milik orang lain yang mereka lihat dan mereka
percaya, yang dimaksud disini perilaku model (orang lain)
mempengaruhi standar dan tujuan individu.
b) Observasi Diri (Self-Observation)
Bagian penting dari regulasi diri adalah untuk mengamati diri dalam
sebuah tindakan. Untuk membuat kemajuan ke arah tujuan yang
penting, seseorang harus mengetahui apa yang menjadi kelebihan
mereka dan kekurangan apa yang perlu diperbaiki.
c) Evaluasi Diri (Self-Evaluation)
Perilaku orang sering dinilai oleh orang lain menjadikan seseorang
mulai menilai dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri
berdasarkan standar yang mereka pegang untuk diri mereka sendiri.
d) Reaksi Diri (Self-Reaction)
Dalam proses ini seseorang memberikan penguatan (reinforcement)
atas keberhasilan diri mencapai sebuah tujuan dan memberikan
koreksi ataupun hukuman atas kekeliruan yang dilakukan. Pujian
atau penghargaaan terhadap diri sendiri dan kritik diri sendiri dapat
berpengaruh dalam perubahan perilaku.
e) Refleksi Diri (Self-Reflection)
Seseorang yang benar-benar mengatur diri sendiri merenungkan
(merefleksikan) dan memeriksa secara rinci tujuan mereka,
keberhasilan dan kegagalan masa lalu, keyakinan tentang
kemampuan mereka, kemudian mereka membuat penyesuaian
tujuan, perilaku, dan keyakinan yang sekiranya dapat dipertanggung
jawabkan. Dalam pandangan Bandura, refleksi diri adalah aspek
yang paling jelas dalam regulasi diri.
2. Aspek regulasi diri
Aspek regulasi diri terdiri dari metakognitif, motivasi, tindakan
positif (Manab, 2016). Metakognitif adalah proses individu menyusun
dan merencanakan perilaku yang akan dilakukan. Motivasi adalah salah
satu faktor penentu apakah rencana yang telah ditetapkan akan
dilakukan atau tidak, contoh motivasi tersebut adalah reward dan
punishment. Tindakan positif adalah hasil akhir dari tahapan awal yaitu
tindakan yang telah direncanakan, semakin besar usaha usaha yang
dilakukan dalam melaksanakan rencana dan mencapai tujuan maka
regulasi diri individu tersebut meningkat.
Berger (2011) juga menyatakan bahwa terdapat tiga aspek dari
regulasi diri yakni pengaturan diri berupa kemampuan dalam membuat
aturan, menetapkan ketentuan untuk diri sendiri sehingga mampu
menyeleksi dan memanfaatkan lingkungan agar terhindar dari masalah,
selanjutnya penyesuaian diri, yakni proses dalam mengelola perasaan
terutama kepada perasaan berlebih seperti rasa marah, senang, kecewa
dan gembira sehingga terhindar dari memori yang berlebihan, dan aspek
yang terakhir yakni tindakan situasional berdasarkan standar atau norma
untuk evaluasi diri sesuai dengan norma yang berlaku.
Miller dan Brown (Wangi & Walastri, 2014) mengemukakan bahwa
terdapat tujuh tahapan regulasi diri yaitu (a) receiving relevant
information, (b) information and comparing it to norms, (c) Triggering
change, (d) Searching for option, (e) Formulating a plan, (f)
Implementing the plan, and (g) Assessing the plan’s effectiveness.
Adapun tahapan regulasi diri diantaranya adalah:
a) Receiving yaitu langkah awal yang dilakukan individu untuk
menerima informasi yang relevan dan baik. Individu yang
menerima informasi tersebut mampu menghubungkannya
dengan informasi yang diperolehnya sebelumnya dan mampu
menghubungkannya dengan aspek lain.
b) Evaluating yaitu pengolahan informasi setelah individu melalui
receiving. Ketika individu mendapat masalah maka individu
tersebut dapat membandingkan masalah yang didapat dari
lingkungan (eksternal) dengan pendapat diri pribadi (internal)
yang telah didapatkan sebelumnya. Evaluating merupakan
tahapan penting dalam proses regulasi diri karena pada tahapan
ini individu akan mengumpulkan hasil informasi dan melihat
perbedaan pada lingkungan luar yang akan menjadi sumbangan
paling besar pada proses tindakan yang akan diambil nantinya.
c) Searching yaitu tahapan pencarian solusi masalah. Pada tahapan
evaluating individu akan melihat perbedaan antara lingkungan
dan pendapat pribadinya, setelah itu individu akan mencari
solusi yang terbaik untuk menekan perbedaan masalah tersebut.
d) Formulating merupakan penetapan tujuan atau rencana yang
menjadi target dengan memperhitungkan masalah seperti waktu,
tempat, media ataupun aspek lainnya yang menjadi pendukung
yang dapat mencapai tujuan secara efektif maupun efisien.
Penetapan tujuan ini berguna untuk memantau seberapa besar
kemajuan yang berhasil diraih dan menyesuaikan strategi apa
yang dapat diterapkan untuk meraih keberhasilan yang lebih
baik.
e) Implementing adalah tahapan pelaksanaan rencana yang telah
dirancang sebelumnya. Tindakan yang dilakukan sebaiknya
tepat dan mengarah pada tujuan, walaupun dalam sikap
cenderung dimodifikasi agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan yang terlalu tinggi biasanya tidak menjamin pencapaian
yang maksimal dikarenakan oleh berbagai faktor yang menjadi
penghambat, maka dalam tahapan implementing, individu
selayaknya menyadari bahwa kegagalan regulasi diri pada
tahapan ini adalah sesuatu yang biasanya terjadi.
f) Assesing adalah tahapan akhir untuk mengukur seberapa
maksimal rencana dan tindakan yang telah dilakukan pada
proses sebelumnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan yang ingin dikelola biasanya mengalami pergeseran
nilai, akan tetapi pergeseran nilai tujuan dapat diatasi dengan
lebih memantapkan prioritas tujuan utama Penilaian keseluruhan
ini akan berdampak ketika penyelesaian masalah selanjutnya.
e. Psikoedukasi
Baihaqi, dkk. (2007). Psikiatri: Konsep dasar dan gangguan gangguan. Bandung:
Refika Aditama.
Santoso, S. L. (2015). Hubungan regulasi diri dengan coping stres berfokus masalah
pada pengurus ormawa FIP UNY. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan
Konseling.