Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

"KEBIJAKAN NARKOBA"
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Kebijakan Narkoba".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Banjarmasin, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Gambaran Isu dari Kebijakan Narkoba..................................................................3
B. kebijakan yang diambil Legislatif Terkait Isu Tersebut..........................................5
C. Paparan terkait Proses, Perumusan, Pembahasan, Penyusunan, dan Pengesahan
Kebijakan Tersebut.........................................................................................................6
D. Siapa Saja Kelompok Kepentingan yang Berperan Mengenai Kebijakan Tersebut 8
E. Pandangan Saya terhadap Kebijakan yang dikeluarkan Oleh Pemerintah Terkait
Isu Tersebut....................................................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Narkoba adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika dan bahan
adiktif lainnya yang merupakan sekelompok obat yang berpengaruh pada
kerja tubuh, terutama otak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan
yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan.1

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas normal dan perilaku. Bahan Adiktif lainnya adalah bahan/zat yang
berpengaruh psikoaktif di luar Narkotika dan Psikotropika dan dapat
menyebabkan kecanduan. Pada awalnya memang diperlukan oleh manusia
untuk pengobatan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang
pengobatan dan studi ilmiah diperlukan suatu produksi narkotika yang
terus menerus. Dengan demikian sebenarnya Narkoba dibutuhkan dalam
dunia medis sebagai obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan.2

Meskipun narkoba sangat diperlukan untuk pengobatan dan


pelayanan kesehatan, namun bila disalahgunakan atau tidak sesuai standar
pengobatan. Terlebih jika disertai dengan peredaran narkoba secara gelap

1
Muhammad Irfani Farit dkk, Pengaruh Strategi Komunikasi Dalam Mencegah Penguna Narkoba
(Studi Eksploratif Pada Badan Narkotika Nasional Kota Banjarmasin), Mutakallimin ; Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 4, No. 1, Mei 2021, hlm. 33.
2
Christofel Lolong Ronal dkk. Strategi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kota Manado Dalam
Pencegahan Peredaran Narkotika, Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan, Volume 2, No. 5, 2020, hlm.
5.

1
akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan ataupun
masyarakat, khususnya generasi muda.3 Penyalahgunaan narkoba di
Indonesia beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah
mencapai keadaan yang memprihatinkan, sehingga permasalahan narkoba
menjadi masalah nasional. Sebagai salah satu negara berkembang,
Indonesia menjadi sasaran yang sangat potensial sebagai tempat
pengedaran narkoba secara ilegal.

Hal ini masih menjadi masalah kronis yang menimpa Indonesia,


kasus peredaran sabu dan banyak tertangkapnya bandar-bandar narkoba
internasional dalam beberapa tahun terakhir menjadi bukti. Fenomena itu
tentu memberikan gambaran bahwa Indonesia sedang berada dalam
kondisi darurat narkoba.4 Keadaan tersebut diperlukan suata upaya
pencegahan dengan tujuan untuk menurunkan bahkan memberatas
penyelagunaan narkoba. Upaya diantaranya pencegahan primer (untuk
tidak mencoba narkoba), pencegahan sekunder (mencegah bagi mereka
yang telah memakai narkoba untuk tidak menjadi adiksi) dan pencegahan
tersier (melakukan pemulihan bagi mereka yang telah mengalami adiksi.5

B. Rumusan Masalah
1. Apa gambaran isu dari kebijakan narkoba?
2. Apa kebijakan yang diambil legislatif terkait isu tersebut?
3. Jelaskan paparan terkait proses, perumusan, pembahasan, penyusunan,
dan pengesahan kebijakan tersebut?
4. Siapa saja kelompok kepentingan yang berperan mengenai kebijakan
tersebut?

3
Fransiska Eleanora Novit, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Volume 25, No. 1, April 2011, hlm.
440.
4
Puji Hariyanto dan Bayu, Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba di
Indonesia,'Jurnal Daulat Hukum, Volume 1, No. 1, Maret 2018, hlm. 201.
5
Shely Cornely, Upaya Badan Narkotika Nasional (Bnn) Dalam Mencegah Peredaran Narkotika di
Kota Jambi, Skripsi, Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 2020, hlm. 5.

2
5. Apa pandangan saya terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah terkait isu tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran isu dari kebijakan narkoba.
2. Untuk mengetahui kebijakan yang diambil legislatif terkait isu
tersebut.
3. Untuk mengetahui paparan terkait proses, perumusan, pembahasan,
penyusunan, dan pengesahan kebijakan tersebut.
4. Untuk mengetahui siapa saja kelompok kepentingan yang berperan
mengenai kebijakan tersebut.
5. Untuk mengetahui pandangan saya terhadap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah terkait isu tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. Gambaran Isu dari Kebijakan Narkoba
Pada kebijakan narkoba ini saya mengambil isu stigma dan diskriminasi
masyarakat terhadap pengguna narkoba. Isu terhadap stigma dan diskriminasi
terhadap pengguna narkoba menciptakan tantangan serius dalam upaya
mengatasi masalah penyalahgunaan zat. Berikut adalah gambaran beberapa
aspek dari isu tersebut:

1. Stigma Sosial. Label Negatif: Individu yang terlibat dalam penggunaan


narkoba sering kali diberi label negatif sebagai "pecandu" atau
"pengedar," yang dapat menyebabkan stigma sosial yang berdampak besar
pada kehidupan mereka.
2. Diskriminasi di Tempat Kerja. Peluang Kerja Terbatas: Pengguna narkoba
dapat menghadapi diskriminasi di tempat kerja, termasuk kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan mereka.
3. Dampak Terhadap Kesehatan Mental. Menyulitkan Pencarian Bantuan:
Stigma dapat mencegah individu yang membutuhkan bantuan untuk
kesehatan mental terkait narkoba mencari perawatan, karena takut dijauhi
atau dikecam.
4. Dampak pada Hubungan Sosial. Isolasi Sosial: Pengguna narkoba dapat
mengalami isolasi sosial karena takut ditolak oleh teman, keluarga, atau
masyarakat.
5. Pengaruh Terhadap Pendidikan. Akses Terhadap Pendidikan: Stigma
terhadap pengguna narkoba dapat membatasi akses mereka ke pendidikan
dan pelatihan, memperparah kesenjangan sosial dan ekonomi.
6. Stigma Berbasis Etnis dan Kelas. Diskriminasi Berbasis Etnis: Terdapat
kekhawatiran bahwa stigma dan diskriminasi terhadap pengguna narkoba
dapat bervariasi berdasarkan latar belakang etnis atau kelas sosial,
menciptakan ketidaksetaraan tambahan.
7. Dampak pada Pelayanan Kesehatan. Akses Terbatas ke Perawatan: Stigma
dapat menghambat akses individu ke layanan kesehatan, termasuk
perawatan untuk masalah terkait narkoba.

4
8. Pentingnya Pendidikan Masyarakat. Perlu Pendidikan dan Kesadaran:
Mengatasi stigma dan diskriminasi memerlukan pendidikan masyarakat
untuk mengubah persepsi tentang pengguna narkoba dan menyadari
bahwa mereka membutuhkan dukungan dan bantuan.6

Melibatkan masyarakat dalam upaya untuk mengatasi stigma dan


diskriminasi dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif
dan mendukung bagi individu yang terkena dampak penggunaan narkoba.

B. kebijakan yang diambil Legislatif Terkait Isu Tersebut


Beberapa negara atau wilayah mungkin mengadopsi kebijakan legislatif
atau peraturan daerah yang berfokus pada mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap pengguna narkoba. Di Indonesia, pada tingkat nasional
memberikan kebijakan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan: Pasal 86 menekankan pentingnya perlindungan hak pasien,
termasuk pasien yang mendapatkan perawatan atau rehabilitasi terkait
penyalahgunaan narkoba.7

Kebijakan yang diambil oleh lembaga legislatif terkait isu stigma dan
diskriminasi terhadap pengguna narkoba dapat bervariasi di berbagai negara.
Beberapa contoh pendekatan dan kebijakan yang diambil oleh legislatif
melibatkan:

1. Destigmatisasi Melalui Pendidikan. Program Pendidikan Masyarakat:


Legislasi dapat mendukung atau mengimplementasikan program
pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk meredakan stigma dan
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah
penyalahgunaan narkoba.
2. Perlindungan Hukum: Anti-Diskriminasi di Tempat Kerja: Pembuatan
atau penguatan undang-undang anti-diskriminasi di tempat kerja untuk

6
BNN. (2022). Berhadapan dengan stigma dan penyalahguna narkoba. Yogyakarta.
7
Indonesia, R. (2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta Republik Indonesia.

5
melindungi hak-hak individu yang terlibat dalam rehabilitasi atau terapi
terkait narkoba.
3. Pengurangan Hukuman. Reformasi Hukuman: Legislasi dapat
mempertimbangkan reformasi hukuman yang lebih bersifat rehabilitatif
daripada punitif, dengan fokus pada pengurangan hukuman bagi individu
yang mencari bantuan dan pemulihan.
4. Akses Terhadap Perawatan Kesehatan. Pemberdayaan Layanan Kesehatan
Mental: Legislasi dapat mendukung peningkatan akses dan ketersediaan
layanan kesehatan mental, termasuk layanan rehabilitasi narkoba.
5. Pengembangan Kebijakan Inklusif. Kebijakan yang Inklusif: Pembuatan
kebijakan yang mendukung inklusivitas dan memberikan dukungan
kepada individu yang terlibat dalam pemulihan dari penyalahgunaan
narkoba.
6. Pemolisian dan Keadilan Sosial. Upaya Polisi yang Adil: Legislasi dapat
mendorong pendekatan kepolisian yang adil dan tidak diskriminatif
terhadap individu yang terlibat dalam masalah penyalahgunaan narkoba.
7. Penguatan Masyarakat. Keterlibatan Masyarakat: Mendukung kebijakan
yang mendorong partisipasi masyarakat dalam proses rehabilitasi dan
reintegrasi, membantu mengurangi stigmatisasi di tingkat komunitas.
8. Dukungan untuk Keluarga. Dukungan Keluarga: Membuat kebijakan
yang mendukung keluarga individu yang terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba, membantu mengurangi tekanan dan stigmatasi.8

C. Paparan terkait Proses, Perumusan, Pembahasan, Penyusunan, dan


Pengesahan Kebijakan Tersebut
Proses perumusan, pembahasan, penyusunan, dan pengesahan undang-
undang di Indonesia melibatkan beberapa tahap dan pihak terkait. Untuk
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, termasuk Pasal
86 yang menekankan perlindungan hak pasien, berikut adalah gambaran
umum dari proses tersebut:

8
Cipta, L. H. Mendorong Kebijakan Non-Pemidanaan bagi Penggunaan Narkotika: Perbaikan Tata
Kelola Narkotika Indonesia Penulis.

6
1. Inisiasi: Undang-Undang Kesehatan tahun 2009 diinisiasi oleh pihak
eksekutif atau legislatif. Dalam hal ini, mungkin diusulkan oleh
Kementerian Kesehatan atau anggota legislatif di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
2. Perumusan dan Pembahasan
a. Pemerintah dan Kementerian Terkait: Kementerian Kesehatan dan
pihak terkait pemerintah terlibat dalam perumusan naskah akademis
undang-undang tersebut.
b. Tim Ahli dan Konsultasi: Tim ahli di bidang kesehatan dapat
dilibatkan dalam menyusun rancangan undang-undang. Ada juga
tahap konsultasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk masyarakat
sipil dan pihak terkait lainnya.
3. Penyusunan RUU (Rancangan Undang-Undang): Tim Perancang:
Dibentuk tim perancang yang bertanggung jawab menyusun rancangan
undang-undang. Tim ini dapat terdiri dari anggota DPR, pemerintah, dan
ahli di bidang kesehatan.
4. Pembahasan di DPR. Dibahas di Komisi dan Panitia: Rancangan Undang-
Undang kemudian dibahas di Komisi DPR yang bersangkutan.
Pembahasan lebih lanjut dapat dilakukan melalui panitia khusus atau
panitia rancangan undang-undang.
5. Rapat Paripurna. Pengambilan Keputusan: Rancangan Undang-Undang
kemudian dibawa ke rapat paripurna DPR untuk pengambilan keputusan.
Anggota DPR memiliki kesempatan untuk memberikan masukan dan
mengusulkan perubahan.
6. Pengesahan di DPR. Pemungutan Suara: Pengesahan dilakukan melalui
pemungutan suara di DPR. Jika disetujui oleh mayoritas, RUU tersebut
menjadi Undang-Undang.
7. Penetapan dan Pengesahan Presiden
a. Penilaian Presiden: Setelah disahkan oleh DPR, undang-undang
tersebut dikirim kepada Presiden untuk ditinjau. Presiden memiliki
opsi untuk menyetujui atau menolaknya.

7
b. Pengesahan oleh Presiden: Jika Presiden menyetujui, undang-undang
tersebut dinyatakan sah dan diundangkan.
8. Pelaksanaan. Pelaksanaan dan Implementasi: Setelah diundangkan,
undang-undang tersebut diimplementasikan oleh instansi dan lembaga
terkait, termasuk Kementerian Kesehatan.9

D. Siapa Saja Kelompok Kepentingan yang Berperan Mengenai Kebijakan


Tersebut
Dalam proses perumusan kebijakan, terutama terkait Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di Indonesia, berbagai kelompok
kepentingan memainkan peran penting dalam memberikan masukan,
menyuarakan pandangan, dan memastikan bahwa kepentingan mereka
terwakili. Beberapa kelompok kepentingan yang berperan dalam konteks ini
meliputi:

1. Pemerintah dan Kementerian Kesehatan.


Peran: Pemerintah dan Kementerian Kesehatan memiliki peran sentral
dalam menyusun dan merumuskan kebijakan kesehatan. Mereka
bertanggung jawab untuk melibatkan para ahli, membuat rancangan
undang-undang, dan memastikan bahwa kebijakan sesuai dengan tujuan
pemerintah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Peran: DPR memiliki peran dalam membahas, memberikan masukan, dan
menyetujui rancangan undang-undang. Anggota DPR, terutama yang
tergabung dalam Komisi Kesehatan, terlibat aktif dalam proses
pembahasan dan pengambilan keputusan.
3. Masyarakat Sipil dan Aktivis Kesehatan
Peran: Kelompok masyarakat sipil dan aktivis kesehatan berperan sebagai
pihak yang mengadvokasi kepentingan masyarakat dan memberikan
masukan dari perspektif hak asasi manusia, keadilan sosial, dan
kesejahteraan masyarakat.
9
LEGISLASI, B., & INDONESIA, D. P. R. R. NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KESEHATAN.

8
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Peran: LSM yang berfokus pada isu kesehatan dapat memberikan
penelitian, advokasi, dan pendampingan untuk memastikan kebijakan
kesehatan mencerminkan kebutuhan masyarakat.
5. Asosiasi Profesi Kesehatan
Peran: Asosiasi profesi kesehatan, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
atau Ikatan Apoteker Indonesia, berperan dalam memberikan pandangan
dan rekomendasi dari sudut pandang profesi kesehatan yang mereka
wakili.
6. Industri Farmasi dan Kesehatan
Peran: Perusahaan farmasi dan industri kesehatan lainnya dapat
memainkan peran dalam memberikan masukan terkait kebijakan yang
berdampak pada sektor mereka. Penting untuk memastikan transparansi
dan mengelola potensi konflik kepentingan.
7. Organisasi Internasional dan Lembaga Pembantu:
Peran: Organisasi seperti WHO dan lembaga internasional lainnya dapat
memberikan pandangan global dan dukungan teknis dalam
pengembangan kebijakan kesehatan nasional.
8. Media Massa
Peran: Media massa memiliki peran penting dalam membentuk opini
publik dan memberikan pemberitaan yang dapat memengaruhi pembuat
kebijakan.
9. Komite Ahli dan Peneliti
Peran: Tim ahli dan peneliti dapat memberikan informasi dan penelitian
yang mendukung perumusan kebijakan kesehatan yang berbasis bukti.10

Melibatkan berbagai kelompok kepentingan ini memastikan adanya


representasi yang seimbang dan memberikan perspektif yang beragam dalam
proses pembuatan kebijakan kesehatan. Proses ini seharusnya berlangsung
secara terbuka, transparan, dan melibatkan partisipasi masyarakat agar

10
Yuningsih, R. (2014). Analisis segitiga kebijakan kesehatan dalam pembentukan undang-undang
tenaga kesehatan. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 5(2), 93-105.

9
kebijakan yang dihasilkan dapat mencerminkan kebutuhan dan hak
masyarakat secara luas.

E. Pandangan Saya terhadap Kebijakan yang dikeluarkan Oleh


Pemerintah Terkait Isu Tersebut
Saya dapat menyampaikan bahwa pandangan terhadap UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dapat bervariasi tergantung pada sudut
pandang dan konteks tertentu.

Beberapa aspek positif yang mungkin diapresiasi oleh sebagian orang


termasuk:

1. Perlindungan Hak Pasien: Pasal 86 yang menekankan perlindungan hak


pasien memberikan dasar hukum untuk memastikan bahwa pasien
mendapatkan hak-haknya dalam konteks pelayanan kesehatan.
2. Pendekatan Kesehatan Masyarakat: Undang-Undang tersebut
menunjukkan arah menuju pendekatan kesehatan masyarakat dengan
menempatkan penekanan pada pencegahan, promosi kesehatan, dan
rehabilitasi.
3. Keterlibatan Masyarakat: Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan kesehatan dapat dilihat sebagai langkah positif
menuju pemberdayaan masyarakat dalam mengelola kesehatan mereka.

Di sisi lain, beberapa kritik atau keprihatinan mungkin melibatkan:

1. Pelaksanaan dan Implementasi: Tantangan dapat muncul dalam


pelaksanaan dan implementasi kebijakan tersebut di tingkat praktis,
terutama jika terdapat kendala anggaran, sumber daya manusia, atau
infrastruktur.
2. Aspek-Aspek yang Perlu Ditingkatkan: Ada kemungkinan bahwa beberapa
aspek perlu ditingkatkan atau disempurnakan untuk lebih efektif
memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama seiring dengan perubahan
tuntutan kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

10
3. Keterlibatan Pihak Swasta dan Industri: Penting untuk mengelola dengan
hati-hati keterlibatan pihak swasta dan industri dalam pelayanan kesehatan
agar tidak terjadi konflik kepentingan yang dapat memengaruhi kebijakan
kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyalahgunaan narkotika/narkoba saat ini sudah sangat membahayakan
dan sudah menjadi permasalahan bagi masyarakat dunia pada umumnya
dan masyarakat kita pada khususnya. Narkoba dapat dikatakan merupakan
salah satu sumber permasalahan sosial karena berdampak sangat buruk
terhadap kelangsungan generasi suatu bangsa.
2. Selain pengaruh eksternal ada juga pengaruh internal dalam
penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada
dan telah banyak dilakukan, penyalahgunaan narkoba oleh individu
pecandu narkoba memang dipengaruhi oleh faktor lemahnya keterikatan
individu dengan kontrol sosial masyarakat dan adanya suatu proses
pembelajaran yang intim dalam kelompok pengguna narkoba. Pengunaan
narkoba oleh individu pecandu narkoba, dilihat sebatas pembelajaran dari
kelompok pengguna narkoba dan lemahnya ikatan individu dengan
kontrol-kontrol sosial masyarakat serta melemahnya keterikatan individu
pengguna narkoba dengan nilai-nilai positif yang terdapat di masyarakat.
3. Dapat dikatakan sejauh ini, penelitian-penelitian mengenai
penyalahgunaan narkoba hanya dilihat atau fokus pada proses
pembelajaran dan kontrol sosial masyarakat terhadap individu. Walaupun
hasil akhir penelitian tersebut memang membuktikan bahwa kelompok
pengguna narkoba memberi pengaruh kuat pada individu pengguna
narkoba, serta lemahnya ikatan individu pengguna narkoba terhadap
kontrol sosial masyarakat, tetapi penelitian-penelitian tersebut kurang

11
memperhatikan aspek individu itu sendiri kenapa individu dalam suatu
kelompok pengguna narkoba sulit untuk berhenti menggunakan narkoba.
Karena selain pengaruh kelompok, juga terdapat faktor lain yang
menentukan seseorang terlibat dalam penggunaan narkoba.

B. Saran
1. Dalam hal penyalahgunaan narkoba tentu saja banyak variasinya.
Penelitian-penelitian lanjutan pun dibutuhkan untuk mengukur komitmen
terhadap penyimpangan. Mungkin dengan variabel yang berbeda, seperti
penyalahgunaan narkoba jenis lain, seperti heroin mempunyai tingkat
komitmen terhadap kelompok yang lebih kuat.
2. Begitu juga apabila penelitian tentang komitmen ini dilakukan di lokasi
yang berbeda, seperti misalnya di dalam Lapas, mungkin dengan intensitas
pertemuan antar individu yang lebih sering di dalam Lapas, maka akan
lebih terlihat kuatnya komitmen individu terhadap kelompok. Untuk itu
penelitian-penelitian lebih lanjut tentang komitmen tentu masih sangat
diperlukan untuk menjelasakan fenomena-fenomena penyimpangan
khususnya penyalahgunaan narkoba.

12
DAFTAR PUSTAKA

Christofel Lolong Ronal dkk. Strategi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kota
Manado Dalam Pencegahan Peredaran Narkotika, Jurnal Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Volume 2, No. 5, 2020, hlm. 5.
Cipta, L. H. Mendorong Kebijakan Non-Pemidanaan bagi Penggunaan Narkotika:
Perbaikan Tata Kelola Narkotika Indonesia Penulis.
Fransiska Eleanora Novit, Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal
Hukum, Volume 25, No. 1, April 2011, hlm. 440.
Indonesia, R. (2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Jakarta Republik Indonesia.
LEGISLASI, B., & INDONESIA, D. P. R. R. NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.
Muhammad Irfani Farit dkk, Pengaruh Strategi Komunikasi Dalam Mencegah
Penguna Narkoba (Studi Eksploratif Pada Badan Narkotika Nasional Kota
Banjarmasin), Mutakallimin ; Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4, No. 1,
Mei 2021, hlm. 33.
Puji Hariyanto dan Bayu, Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba
di Indonesia,'Jurnal Daulat Hukum, Volume 1, No. 1, Maret 2018, hlm. 201.
Shely Cornely, Upaya Badan Narkotika Nasional (Bnn) Dalam Mencegah
Peredaran Narkotika di Kota Jambi, Skripsi, Ilmu Pemerintahan Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020,
hlm. 5.
Yuningsih, R. (2014). Analisis segitiga kebijakan kesehatan dalam pembentukan
undang-undang tenaga kesehatan. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial,
5(2), 93-105.

13

Anda mungkin juga menyukai