Penguatan
Oleh :
TIM PENYUSUN
Oleh :
SUB DIREKTORAT
PENYAKIT MENULAR DAN KETERGANTUNGAN
NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN
ZAT ADIKTIF LAINNYA
(PMK NAPZA)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................... 1
B. Dasar Hukum ........................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................. 2
D. Sasaran ................................................................................. 2
E. Pengertian-pengertian ............................................................ 2
BAB V JEJARING
A. Instansi Pemerintah................................................................ 17
B. Instansi Non Pemerintah ......................................................... 17
GLOSARY ................................................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peredaran dan perdagangan gelap Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) yang sudah sedemikian meluas telah menimbulkan kerugian dari sisi
ekonomi, kemanusiaan, dan kesehatan. Penyalahgunaan NAPZA telah menjadi
permasalahan dunia, sehingga mayoritas anggota PBB telah menyepakati United
Nation Convention Againts the Illicit Traffic in Narcotics Drugs and Psychotropic
Subtances pada tahun 1988. Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan
UU No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika, yang telah diperbaharui menjadi UU No 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
Telah terjadi peningkatan jumlah korban penyalahgunaan NAPZA, yang menimpa
terhadap semua kelompok umur – tua muda, besar kecil, dewasa remaja dan anak-
anak ---, status sosial, jenis kelamin dan sebagaianya.
Terhadap penanganan masalah korban penyalahgunaan NAPZA tidak hanya
melalui pendekatan dari aspek hukum pidana saja belaka, tetapi kecenderungan
terhadap korban penyalahguna NAPZA ke depan lebih mengutamakan pendekatan
pencegahan dan terapi rehabilitasi medik dan sosial, daripada memenjarakan.
Kemudian, meningkatnya angka kesakitan akibat korban penyalahgunaan NAPZA
di Lapas / Rutan memerlukan terapi Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan standar rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) korban penyalahgunaan Napza
di Lapas / Rutan
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
5. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
6. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor
Pecandu Narkotika;
11. Peraturan Menteri Soaial RI Nomor 26 Tahun 2012, tentang Standar
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza;
12. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH.01.PH.02.05 Tahun
2010 tentang Rencana Aksi Nasional Penangggulangan HIV/AIDS dan
Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya
pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Tahun 2010 – 2014;
13. Keputusan Menteri Kehakiman RI No M.02 – PK.04.10 tahun 1990 tentang
Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit;
15. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
Tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
16. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 21 Tahun 2013
tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi
Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat;
17. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga
Regabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjadi acuan bagi petugas lapas/rutan dalam menyenggarakan pelaksanaan
rehabilitasi sosial terhadap wargabinaanpemasyarakatan korban penyalahgunaan
Napza.
2. Tujuan Khusus
a. menjadi acuan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial bagi korban
Penyalahgunaan NAPZA;
b. memberikan perlindungan terhadap korban Penyalahgunaan NAPZA dari
kesalahan praktik;
c. memberikan arah dan pedoman kinerja bagi penyelenggara rehabilitasi
sosial korban Penyalahgunaan NAPZA; dan
d. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan penyelenggara
rehabilitasi sosial korban Penyalahgunaan NAPZA.
3. Sasaran
Standar rehabilitasi sosial korban Penyalahgunaan NAPZA ditujukan untuk :
a. Petugas Lapas/Rutan yang bertugas menyelengarakan rehabilitasi sosial
terhadap penyalahgunaan NAPZA di Lapas/Rutan.
b. Organisasi, yayasan, dan atau mitra yang berpartisipasi dan bekerjasana terhadap
pelaksanaan rehabilitasi sosial di Lapas/Rutan.
4. Pengertian-pengertian
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai acuan
dalam melakukan suatu program kegiatan.
2. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat.
3. Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
adalah seseorang yang menggunakan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter.
4. Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya yang
selanjutnya disebut Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA
SISTEM LAYANAN
A. Metode Pelayanan
Terdapat beberapa metode rehabilitasi sosial ketergantungan NAPZA yang dapat
digunakan. Standar rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA di
Lapas/Rutan menggunakan metode sebagai berikut :
2. Criminon
Criminon diartikan sebagai no crime, artinya terapi ini bertujuan untuk
membentuk seorang narapidana untuk tidak melakukan kembali kejahatan.
Filosofi dasar dari Criminon menyatakan, bahwa pada dasarnya seseorang
Dalam benak seorang narapidana yang selama ini hidup di penjara telah
tertanam sebuah pola pikir layaknya seorang kriminal yang terbiasa untuk
mengandalkan diri sendiri tanpa ada dukungan dari pihak lain (pola hidup
yang antisosial). Hal inilah yang dikhawatirkan manakala yang
bersangkutan bebas dan kembali hidup dalam masyarakat, ia akan dipaksa
untuk menghadapi berbagai masalah seperti sulitnya mendapatkan
pekerjaan yang halal dan mendapatkan hunian yang layak. Pada akhirnya,
bila hal ini dibiarkan berlangsung terus menerus, maka masyarakatpun
akan terpengaruh dengan pola pikir dan gaya hidup yang antisosial.
Disinilah program Criminon mengambil peranan dalam membentuk
karakter, sikap dan perilaku narapidana melalui pola pendekatan yang
diharapkan mampu mengubah pola orientasi narapidana menjadi lebih
prososial serta membentuk narapidana dengan mental serta kemampuan
berpikir yang terintegrasi dalam tindakan-tindakan nyata yang positif.
Kurikulum yang terdapat dalam program Criminon terdiri dari empat modul
utama yaitu :
Kursus Komunikasi dimana didalamnya para partisipan diajarkan untuk
beriniteraksi aktif secara positif dalam lingkungan sosialnya, berkomunikasi
secara efektif melalui penggunaan volume, intonasi dan bahasa tubuh serta
kemampuan untuk memberi respon yang secukupnya dalam sebuah diskusi
baik positif maupun negatif dengan pihak lain.
Kursus Keterampilan untuk Bertahan Hidup yang didalamnya diajarkan faktor-
faktor fundamental yang diperlukan dalam memahami sesuatu melalui proses
identifikasi terhadap hal-hal yang menjadi kendala bagi efektifitas proses
belajar serta menentukan strategi yang diperlukan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut.
Pecandu menolong pecandu adalah satu-satunya maksud dan tujuan NA. Juga
NA membantu keluarga pecandu serta keluarga pecandu membantu keluarga
lainnya. NA adalah organisasi yang berlandaskan keluarga dan komunikasi.
Para anggota NA berkumpul bersama, mengadakan pertemuan, berbagi satu
lama lain secara intim, dan membantu serta mendukung satu sama lain (siang
maupun malam, tujuh hari seminggu) tanpa memikirkan imbalan apa pun.
B. Bentuk Layanan
Dalam rehabilitasi sosial terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan antara
lain :
1. Konseling individu
Konseling individu merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh konselor kepada konseli yang dalam hal ini
adalah warga binaan. Dilakukan melalui kegiatan tatap muka (face to face)
antar konselor dengan residen, yang terjalin dalam hubungan profesional yang
khas.Hubungan konselor-konseli dibangun atas dasar saling percaya diantara
kedua belah pihak, dengan mengedepankan asas confidential (kerahasiaan) atas
segala data tentang konseli yang terungkap dalam proses konseling. Proses
konseling individual dilakukan mengacu pada berbagai teori, prosedur, tahapan
dan teknik tertentu, baik yang bersifat umum maupun khusus.
2. Konseling kelompok
Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk
membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Konseling kelompok mengatasi klien dalam keadaan normal, yaitu
tidak sedang mengalami gangguan funsi-fungsi kepribadian. Pada umumnya
konseling diselenggarakan untuk jangka pendek atau menengah.
Konseling kelompok adalah sebagai suatu proses pertalian pribadi
(interpersonal relationship) antara seorang atau beberapa konselor dengan
sekelompok konseli yang dalam proses pertalian itu konselor berupaya
membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan konseli untuk
menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal‐al yang menjadi kepedulian
masing‐masing konseli melalui pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan,
dan perilaku konseli yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok.
3. Dinamika kelompok
Dinamika Kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu
atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota
yang satu dengan yang lain; antar anggota kelompok mempunyai hubungan
psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama
(Slamet Santoso, 2004).
4. Simulasi kelompok
Simulasi berasal dari kata Simulate yang berarti "pura-pura" atau dibuat
seolah-olah seperti yang sebenarnya. Simulasi adalah metode penyampaian
materi yang berbentuk permainan atau game yang meniru kondisi tertentu guna
menanamkan materi pembahasan melalui pengalaman peserta. Simulasi dapat
berupa role playing dan permainan dengan keterbatasan tertentu (aturan,
waktu, sumber daya tertentu) dengan suatu tujuan akhir yang spesifik.TC
merupakan suatu wujud kehidupan nyata dalam bentuk simulasi. Simulasi
kelompok juga banyak dilakukan dalam teknik-teknik perubahan perilaku pada
metode Criminon.
C. Mekanisme Pelaksanaan
1. Alur Layanan
Alur Pelaksanaan TC
MAPENALING
PENERIMAAN INDUCTION
PERENCANAAN AFTERCARE
DALAM LUAR
LAPAS LAPAS
2. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan program rehabilitasi sosial ini direncanakan terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu :
2) Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri fisik warga binaan dapat diketahui dengan melakukan
wawancara dan pemeriksaan seluruh badan terhadap warga binaan
yang baru masuk ke Lapas. Ini biasanya dilakukan oleh petugas
registrasi pada hari yang pertama warga binaan masuk ke Lapas.
4) Masa pidana
Untuk mengetahui masa pidana yang harus dijalani oleh warga binaan
dapat dilakukan dengan membaca surat putusan pengadilan dan
menanyakan langsung kepada warga binaan. Ini biasanya dilakukan
oleh petugas registrasi pada hari yang pertama warga binaan masuk ke
Lapas.
8) Status HIV
Pemeriksaan status HIV dilakukan dengan dua tujuan yaitu skrining
dan diagnosis. Untuk tujuan skrining dapat dilakukan pada saat warga
binaan masuk ke dalam Lapas dengan menggunakan alat skrining DC
(Determine Combo). Jika hasil skrining adalah Reaktif maka warga
binaan tersebut diprioritaskan untuk mendapatkan layanan VCT
(Voluntary Counseling and Testing) yang dilakukan oleh konselor.
b. Mappenaling
Mappenaling, atau singkatan dari masa pengamatan, pengenalan dan
penelitian lingkungan merupakan program awal yang harus dijalani oleh
warga binaan setelah mereka masuk ke Lapas. Warga binaan menjalani
program ini selama 2 minggu sampai 1 bulan, dimana selama masa
tersebut warga binaan akan mendapatkan pembekalan tentang kondisi
lapas yang mencakup tata tertib dan peraturan, sosialisasi program
pembinaan, sosialisasi lingkungan dan blok, dan sebagainya.
c. Assessment I
Assessment merupakan proses penggalian informasi mengenai kondisi
fisik dan mental narapidana, selain itu juga untuk mengetahui tingkat
ketergantungan narapidana terhadap napza. Assessment dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan secara lebih mendalam mengenai kondisi
kesehatan (BAP) kesehatan, pemeriksaan kondisi mental dengan MINI
ICD-10, dan pemeriksaan ketergantungan napza dengan ASSIST.
Assessment ini hanya dapat dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih.
f. Assessment II
Pada tahap ini, Assessment merupakan proses yang ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai kesiapan peserta program (klien) untuk
mendapatkan program pembinaan lanjutan atau program pasca rehab.
Assessment yang dilakukan dapat berupa tes minat dan bakat.
JUMLAH = 12 orang
B. Pemahaman NAPZA
Sumber Daya Manusia tersebut di atas, selain memiliki sertifikasi sesuai dengan
profesi dapat memahami program penanggulangan Narkotika dan memiliki
kepedulian (awareness) dalam program pemulihan ketergantungan narkotika
C. Jejaring
Apabila tidak tersedia Sumber Daaya Mamunusia yang dimaksud, maka
Lapas/Rutan dapat melakukan dan bekerjasama dengan Jejaring.
1. Kesehatan
Dalam menjalankan tugas rehabilitasi sosial para petugas mendapat jaminan
kesehatan.
2. Keselamatan kerja
Para petugas rehabilitasi sosial dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan
jaminan keamanan.
c. Biaya Lainnya
JEJARING
Jejaring merupakan mitra yang dapat membantu dan bekerjasama dalam upaya
melaksanakan rehabilitasi soasial di Lapas/Rutan, meliputi :
A. Instansi Pemerintah
Yakni kementerian atau lembaga pemerintah baik yang langsung maupun tidak
langsung berhubungan dengan program rehabilitasi sosial.
A. Monitoring
1. Monitoring Langsung
Monitoring langsung dilakukan secara berkala oleh Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
B. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan rehabilitasi sosial di Lapas / Rutan
dilakkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.
Hasil evaluasi program dan kegiatan rehabilitasi sosial di Lapas / Rutan digunakan
sebagai bahan masukan penyusunan kegiatan berikutnya
BAB VIII
Standar rehabilitasi sosial ini dibuat sebagai norma, standar, prosedur dan kriteria yang
mengatur mengenai standar rehabilitasi sosial di Lapas / Rutan menjadi acuan bagi para
petugas.
Unit Kerja Nama SOP SOP Pemeriksaan Awal Kesehatan Narapidana dan Tahanan
Lapas dan Rutan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Formulir BAP kesehatan
2. tensimeter
3. Stetoskop
4. Timbangan badan
5. termometer
6. Senter
1 Membawa narapidana baru ke poliklinik Daftar nama narapidana baru 10 menit Narapidana baru sampai ke
klinik
Diketahuinya jumlah
Menerima narapidana/tahanan dan andik pas
2 Daftar nama narapidana baru 5 menit narapidana baru yang akan
baru di poliklinik
melakukan pemeriksaan
kesehatan awal
Menanyakan keluhan dan riwayat penyakit saat Diketahuinya keluhan dan
3 Formulir BAP Kesehatan 5 menit
ini dan terdahulu riwayat penyakit
Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Tensimeter, stetoskop, timbangan Diketahuinya kondisi fisik
4 10 menit
secara umum dan khusus badan, termometer, senter narapidana baru
Diketahuinya riwayat
6 Menanyakan riwayat penggunaan zat Formulir BAP Kesehatan 10 menit
penggunaan zat
T
5 Mendiagnosis kesehatan fisik narapidana baru 3 menit Diagnosa kesehatan fisik
Y Terdokumentasikannya
Mengisi BAP kesehatan awal sesuai dengan
7 Formulir BAP Kesehatan 5 menit data kesehatan fisik
kondisi kesehatan fisik narapidana baru
narapidana baru
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Rujukan 1. Ruang Pemeriksaan
2. Meja Pemeriksaan dan Kursi
3. Stetoskop
4. senter
5. tensimeter
6. Instrumen penilaian
7. ATK
Nomor SOP
SATUAN KERJA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Rujukan Ke Rumah Sakit 1. Medical Record 10. Senter
2. SOP Pelaksanaan Pre-Release Bagi Narapidana HIV Positif 2. Ikhtisar Perawatan 11. Tensimeter
3. Brosur 12. Termometer
4. Formulir Informed Consent 13. Obat-obatan sesuai gejala
5. Kertas Resep 14. Formulir laboratorium
6. Pot Obat 15. Formulir rujukan rumah sakit
7. Obat ARV 16. Formulir rujukan bebas
8. Register ART
9. Stetoskop
1 Menerima pasien HIV positif Medical Record, Ikhtisar perawatan 1 menit Pasien terdaftar
Menentukan obat ARV yang sesuai kondisi Obat ARV sesuai dengan
2 Medical Record, Ikhtisar Perawatan 1 menit
pasien kondisi pasien
Pasien memahami tentang
3 Memberikan konseling ARV Medical Record, Brosur 5 menit
pengobatan ARV
8 Memberikan obat ARV Pot obat, Obat ARV 2 menit Pasien menerima obat ARV
14 Merekomendasikan rujukan ke Rumah Sakit Formulir rujukan rumah Sakit 3 menit Pasien terdiagnosa
Pasien menerima
SOP Pelaksanaan Pre-
Melakukan konseling pre release sebelum pemahaman dan informasi
16 Materi pre-release 20 menit Release Bagi Narapidana HIV
pasien bebas pengobatan HIV/AIDS di
Positif
luar lapas
SOP Pemberian Obat ARV (Anti Retroviral) Untuk Pasien HIV Positif
Jumlah : 16
Waktu : 1 jam 1 menit
SOP Penerimaan Awal Pasien PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon)
Nomor SOP
SATUAN KERJA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh
Unit Kerja Nama SOP SOP Penerimaan Awal Pasien PTRM (Program Terapi
Lapas / Rutan Rumatan Metadon)
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Formulir berobat 10. Brosur
2. Formulir assesment 11. Leaflet
3. Timbangan berat badan 12. Formulir Informed Consent
4. Tensimeter 13. Gelas
5. Stetoskop 14. Sirup
6. Termometer 15. Air minum
7. Senter 16. Alat dispensing
8. Narco test 17. Formulir catatan obat
9. Pot urine 18. Formulir catatn harian
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila tidak dilakukan maka akan terjadi kesalahan dalam
menentukan peserta program metadon dan kesalahan dalam
memberikan dosis metadon
SOP Penerimaan Awal Pasien Program Terapi Rumatan Methadon (PTRM)
PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO KEGIATAN KETERANGAN
Perawat Dokter Psikolog KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Pasien terdaftar di
1 Menerima pendaftaran pasien baru Formulir berobat 1 menit
poliklinik
Keluhan dan riwayat
2 Melakukan anamnesa (assessment) Formulir assessment metadon 10 menit pemakaian narkoba
sebelumnya
Timbangan, tensimeter, stetoskop, Kondisi fisik pasien
3 Melakukan pemeriksaan fisik 5 menit
senter, termometer diketahui
Mengetahui pemakaian zat
4 Melakukan test urine bila diperlukan Narco Test, Pot urine 5 menit Tidak selalu dilakukan
saat ini
Pasien memahami terapi
5 Melakukan konseling metadon Brosur, Leaflet 10 menit rumatan metoden dengan
baik
Memutuskan pasien yang memenuhi kriteria Keputusan pasien untuk
6 Formulir assessment metadon 1 menit Kesepakatan tim
inklusi mengikuti terapi
Memberikan informed consent untuk Persetujuan pasien
7 Formulir Informed Consent 1 menit
ditandatangani calon peserta terapi mengikuti terapi
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Medical Record 10. Formulir catatan harian
2. Stetoskop 11. Alat dispensing
3. Tensimeter 12. Air minum
4. Termometer 13. Gelas
5. Senter 14. Sirup
6. Timbangan berat badan 15. Buku harian
7. Reflek hammer 16. Kartu stok
8. Resep dokter 17. Formulir laporan bulanan
9. Formulir catatan obat
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila tidak dilakukan akan menimbulkan kesalahan dalam
mendiagnosa pasien dan kesalahan dalam memberikan
metadon
SOP Pemberian Metadon Untuk Pasien
PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO KEGIATAN KETERANGAN
Perawat Dokter Konselor KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Menerima pendaftaran peserta PTRM terkait dengan SOP pengeluaran
1 Buku kunjungan layanan PTRM 5 menit Pasien terdaftar
narapidana dari blok
Menanyakan dan mengamati kondisi Kondisi fisik saat ini
fisik dan tingkah laku terkait dan tingkah laku yang
2 penggunaan zat Medical Record pasien 10 menit mencurigakan terkait
penggunaan zat dapat
diketahui
Menentukan perlu tidaknya konsultasi Pasien mendapatkan
3 kepada pemberi dosis (dokter) Medical Record pasien 3 menit penanganan sesuai
keluhan
Melakukan anamnesa dan
Medical Record, stetoskop, Mengetahui penyakit,
pemeriksaan fisik
4 senter, tensimeter, termometer, 5 menit efek samping dan
timbangan, reflek hammer penyalahgunaan zat
Menegakkan diagnosa Memastikan kondisi
5 Medical Record pasien 2 menit
pasien saat ini
Menentukan dosis metadon saat itu Dosis metadon sesuai
6 Medical Record, resep dokter 2 menit
kondisi pasien
Memberikan pengobatan sesuai
Pasien mendapat
7
indikasi
Medical Record, resep dokter 5 menit pengobatan sesuai
indikasi indikasi medis
Memberikan konseling Pasien mampu
8 Medical Record 10 menit mengatasi masalah Jika diperlukan
psikisnya
Memeriksa kembali dosis yang akan Mengetahui secara
9 diberikan Formulir obat 1 menit pasti dosis metadon
yang akan diberikan
Memberikan metadon (dosing) sesuai Gelas, sirup, air minum, alat Pasien meminum
10 2 menit
dosis dispensing metadon sesuai dosis
Mengamati dan memastikan pasien Pasien menelan obat
11 1 menit
menelan metadon dengan benar
Mengembalikan narapidana ke dalam Narapidan kembali ke Terkait SOP Pengembalian
12 blok Daftar nama narapidana 5 menit
dalam blok narapidana ke dalam blok
Membuat atau menghitung Tercatatnya jumlah
13 rekapitulasi dosis hari itu Buku harian, kartu stok 5 menit dosis metadon yang
digunakan hari itu
Membuat dan menandatangani Tercatatnya dosis
14 Formulir catatan harian 5 menit
laporan harian pelaksanaan PTRM pasien hari itu
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Medical Record
2. Stetoskop
3. Tensimeter
4. Senter
5. Palu reflek
6. Timbangan
7. Ambulance
8. Borgol
Peringatan Catatan
Apabila tidak dilakukan akan menyebabkan pasien tidak tertangani Kriteria Rujukan :
yang dapat berakibat pada peningkatan angka kematian 1. Sarana dan prasarana (penunjang diagnostik) tidak memadai
2. Tidak ada tenaga ahli (spesialis)
3. Riwayat penyakit berat (jantung, stroke, kanker, cedera kepala berat, patah tulang,
gangguan jiwa, ODHA stadium 4)
4. Berobat lanjutan dari dokter luar
5. Riwayat penyakit kegawatdaruratan (acut appendicitis, perdarahan masif, gagal nafas,
gagal jantung, hernia)
SOP Rujukan Pasien Ke Rumah Sakit di Luar Lapas
PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO KEGIATAN Kasi Staf KETERANGAN
Perawat Dokter Kalapas KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Binadik Keamanan
Diperoleh gambaran
3 Melakukan anamnesa terhadap keadaan pasien Kartu rekam medis 1 menit
subjektif pasien
7 Membuat surat rujukan Komputer, printer, kertas 10 menit Surat rujukan tersedia
Surat rujukan
8 Menandatangani surat rujukan Kertas resep, kartu rekam medis 1 menit
tertandatangani
Melaporkan dan meminta tanda tangan Pasien mendapatkan
9 Surat rujukan 2 menit
persetujuan surat keterangan rujukan tindakan yang tepat
Medical Record
13 Menyertakan medical record Medical record 1 menit
terlampirkan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
3 Mengisi rekam medis pasien rawat inap Kartu Rekam Medis 1 menit Kartu Rekam Medis terisi
Mendapatkan pengobatan
5 Memberikan pengobatan Obat-obatan 1 menit
yang tepat
Mendapatkan diet yang
6 Menentukan diet makanan Daftar makanan 1 menit
tepat
Surat keterangan rawat
7 Mengisi form surat keterangan rawat inap Form surat keterangan rawat inap 2 menit
inap
Surat keterangan rawat
Memeriksa dan menandatangani surat
8 Surat keterangan rawat inap 5 menit inap tertandatangani
keterangan rawat inap
dengan baik
Mempersiapkan tempat tidur dan keperluan Bed rawat inap, sprei, sarung bantal, Tempat tidur siap
14 5 menit
rawat inap selimut digunakan
32 Mengembalikan pasien ke blok Surat keterangan selesai rawat inap 5 menit Pasien kembali ke blok
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Medical Record
2. Obat
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Senter
6. Palu reflek
7. Timbangan
1 Menerima pendaftaran pasien baru Buku pendaftaran pasien 1 menit Pasien terdaftar
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan narapidana dari dalam blok
2. SOP Seleksi calon peserta TC
3. SOP Pemindahan Kamar
4. SOP Pelaksanaan Kegiatan TC
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan narapidana dari dalam blok
2. SOP Seleksi calon peserta TC
3. SOP Pemindahan Kamar
4. SOP Pelaksanaan Kegiatan TC
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan narapidana dari dalam blok
2. SOP Seleksi calon peserta criminon
3. SOP Pemindahan Kamar
4. SOP Pelaksanaan Kegiatan Criminon
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan narapidana dari dalam blok
2. SOP Seleksi calon peserta criminon
3. SOP Pemindahan Kamar
4. SOP Pelaksanaan Kegiatan Criminon
9 Mengoreksi hasil tes Kunci jawaban, ATK 30 menit Hasil tes terkoreksi
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan narapidana dari dalam blok
2. SOP Seleksi calon peserta PS
3. SOP Pemindahan Kamar
4. SOP Pelaksanaan Kegiatan PS
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pemanggilan Narapidana Dari Blok 1. Ruangan
2. SOP Pencatatan dan Pelaporan 2. ATK
3. Buku Bon Napi
4. Buku Kegiatan
5. Formulir peserta
6. Formulir rujukan
Kegiatan terlaksana
3 Mengawasi pelaksanaan kegiatan KDS 60 menit
dengan baik
Mengingatkan waktu pelaksanaan Kegiatan selesai tepat
4 jam waktu 1 menit
kegiatan telah selesai waktu
6 Membuat laporan pelaksanaan kegiatan Buku pencatatan dan pelaporan 20 menit Terdokumentasinya
kegiatan KDS
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
Membuat catatan mengenai proses konseling Kertas, ballpoint, buku catatan Hasil konseling tercatat
10 10 menit
yang telah dilakukan konseling dengan baik
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
Melakukan anamnese terkait penggunaan zat Kerta, ballpoin, formulir ASI-Lite, Penggunaan zat dapat Penggunaan formulir ASI sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhan
9 30 menit
sesuai dengan kebutuhan Formulir ASI 3.0 teridentifikasi kasus
Unit Kerja Nama SOP SOP Pelaksanaan Pre-Release Bagi Narapidana HIV
Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta Positif
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
Pemberitahuan permintaan
Meminta data narapidana yang akan bebas,
1 5 menit data narapidana yang akan
baik bebas murni
bebas
Memberikan data narapidana yang akan bebas Buku Register narapidana yang akan Diperoleh data narapidana
2 2 menit
murni bebas yang akan bebas murni
Pemberitahuan permintaan
Meminta data narapidana yang akan bebas,
3 5 menit data narapidana yang akan
baik bebas PB, CB, dan CMB
bebas PB, CB, dan CMB
Memberikan data narapidana yang akan bebas Daftar nama narapidana yang akan Data narapidana yang akan
4 2 menit
PB, CB, dan CMB bebas PB, CB, dan CMB bebas PB, CB, dan CMB
Melakukan seleksi dan memisahkan data Daftar nama narapidana yang akan
6 10 menit Data narapidana terseleksi
narapidana yang HIV Positif bebas
Tanggal ekspirasi
Mendata tanggal ekspirasi narapidana HIV Data narapidana beserta tanggal
7 15 menit narapidana HIV Positif
Positif ekspirasi
diketahui
8 Membuat daftar absen Kertas, komputer, printer 10 menit Daftar absen tersusun
9 Memanggil narapidana yang akan bebas Daftar nama narapidana 10 menit Narapidana diketahui
Diperoleh informasi
10 Melakukan anamnesa Ikhtisar perawatan, medical record 10 menit
mengenai narapidana
16 Mengisi form surat rujukan Form surat rujukan 3 menit Form surat rujukan terisi
Surat rujukan
17 Memeriksa dan menandatangani surat rujukan Surat rujukan 3 menit
tertandatangani