1
PETUNJUK PELAKSANAAN
LAYANAN REHABILITASI NARKOTIKA BAGI
TAHANAN DAN WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN
DI UPT PEMASYARAKATAN
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Direktorat Kesehatan Perawatan dan
Rehabilitasi dapat menyusun dan menerbitkan Buku “Petunjuk Pelaksanaan
Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan di
UPT Pemasyarakatan”
Buku ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
rehabilitasi bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pecandu,
penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika di lingkungan UPT
Pemasyarakatan.
Secara teknis buku ini mengulas tentang penyelenggara layanan rehabilitasi
narkotika bagi Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika, dalam hal ini pelaksanaan rehabilitasi medis,
rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi, pemantauan dan evaluasi serta
pembiayaan pelaksanaan rehabilitasi narkotika melalui dana DIPA yang ada di
UPT Pemasyarakatan.
Harapan kami, buku ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas
pelaksana atau pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi
narkotika bagi Tahanan dan WBP di lingkungan UPT pemasyarakatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat baik
sebagai Narasumber, Tim Penyusun, dan Semua pihak yang telah menyusun buku
petunjuk pelaksanaan ini, kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya buku ini.
i
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN LAYANAN REHABILITASI NARKOTIKA
BAGI TAHANAN DAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
DI UPT PEMASYARAKATAN
ii
Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak
dan Balai Pemasyarakatan;
c. bahwa perlu petunjuk pelaksanaan rehabilitasi narkotika bagi
Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan di UPT
Pemasyarakatan sebagai pedoman bagi petugas di UPT
Pemasyarakatan.
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2018
Kasubbag TU
Direktur
Watkes&Rehab SRI PUGUH BUDI UTAMI
NIP 19620702 198703 2 001
v
TIM PENYUSUN
PETUNJUK PELAKSANAAN LAYANAN REHABILITASI NARKOTIKA
BAGI TAHANAN DAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN TAHUN 2018
PENGARAH
Dra., Sri Puguh Budi Utami., Bc.IP., M.Si
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
PENANGGUNG JAWAB
Asminan Mirza Zulkarnain, Bc.IP, SH, M.Si.
Direktur Perawatan Kesehatan Dan Rehabilitasi
TIM PENYUSUN
1. Muhammad Drais Sidik, Bc.IP, SH, MH.
2. Heru Prasetyo, Bc.IP, S.Sos, MH.
3. DR. Rachmayanthy, Bc.IP, SH, M.Si.
4. dr. Astia Murni
5. Elwida Datoe Lolo, Bc.IP, SH, MH.
6. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ.
7. dr. Windy Kirani, M.Kes.
8. Hendra Wahyudi, SKM, MH.
9. Winanti, S.Psi, M.Psi.
10. dr. Hetty Widyastuti
11. dr. Febya Asmirna
12. Dra. Emi Sulistyati
13. Irna, AmK, SH.
14. Dian Marharaeni, S.Psi.
15. Arif Rahman, S.Sos.
16. Andi Mapaewa, AmK.
17. Juliasri
18. Badriah
19. Saraswati
NARASUMBER/KONTRIBUTOR
1. Dra. Riza Sarasvita, M.Si, MHS, Ph.D.
2. dr. Amrita Devi, Sp.KJ, M.Si.
3. Yanuar Sadewa, S.Ag, M.Si
4. Dimas Wijaksono, SKM, M.Pid
5. Dayan Dirgantara
6. Baasjir Achmad
7. Wahyu Kresna
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Paradigma global mengenai pecandu narkotika dalam
perkembangannya bukanlah lagi diartikan sebagai pelaku kriminal
melainkan sebagai orang yang menderita penyakit kecanduan, sehingga
perlu dilakukan rehabilitasi. Paradigma ini semakin kuat mempengaruhi
negara-negara di dunia, terutama bagi negara-negara yang tergabung dalam
World Health Organization termasuk Indonesia, semua mengikuti perubahan
pandangan internasional tersebut. Melalui Undang-Undang RI Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika, tindakan bagi pelaku, produsen, impor dan
ekspor ilegal, serta peredaran gelap narkotika adalah dengan hukuman
berat, namun sangat humanis terhadap para pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika (Jurnal BNN, 2010).
1
Gambar1. Grafik Jumlah Tahanan dan WBP Kasus Narkotika Tahun 2014-
2018
150,000
100,000 63,239 73,955
53,301 41,979
33,213 28,609 37,025 26,330 28,647 36,773
50,000
0
2014 2015 2016 2017 2018
1
UNODC World drug report 2016
2
Permenkumham Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT
Pemasyarakatan mengamanatkan agar pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan narkotika mendapatkan layanan rehabilitasi narkotika
pada Rumah Tahanan Negara, Lembaga Penempatan Anak Sementara,
Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan Balai
Pemasyarakatan.
Dalam rangka menjalankan strategi demand reduction (pengurangan
kebutuhan zat narkotika) serta meningkatkan kualitas hidup Tahanan dan
WBP pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkotika
sehingga dapat diterima kembali dalam tatanan kehidupan sosial
masyarakat diperlukan peningkatan layanan rehabilitasi narkotika.
Rehabilitasi narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT
Pemasyarakatan merupakan bagian dari proses pembinaan dan perawatan
kesehatan. Oleh karena itu layanan rehabilitasi narkotika harus terintegrasi
dengan layanan pembinaan dan layanan kesehatan yang tersedia di UPT
Pemasyarakatan.
Layanan rehabilitasi narkotika tersebut mencakup layanan
rehabilitasi medis, layanan rehabilitasi sosial dan layanan pascarehabilitasi.
Namun sampai saat ini belum semua UPT Pemasyarakatan mampu
menyelenggarakan layanan rehabilitasi narkotika. Hal ini terkait dengan
belum memadainya kapasitas SDM, sarana dan prasarana, serta anggaran
dalam program rehabilitasi narkotika. Oleh karena itu layanan rehabilitasi
narkotika saat ini hanya dilaksanakan oleh UPT Pemasyarakatan yang
ditunjuk oleh Dirjen Pemasyarakatan.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan petunjuk pelaksanaan layanan
rehabilitasi narkotika bagi Tahanan dan WBP sebagai pedoman bagi petugas
dalam menyelenggarakan layanan rehabilitasi narkotika di UPT
Pemasyarakatan.
3
2. Maksud dan Tujuan
a. Adanya petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan layanan rehabilitasi
narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
b. Terciptanya kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan layanan
rehabilitasi bagi Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika di UPT Pemasyarakatan.
c. Terlaksananya layanan rehabilitasi bagi Tahanan dan WBP pecandu,
penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika di UPT
Pemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
Tahanan dan WBP sekaligus mendukung program pembinaan.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini adalah mengenai petunjuk pelaksanaan layanan
rehabilitasi medis, dan rehabilitasi sosial di Lapas, Rutan, LPKA dan RS
Pengayoman yang ditetapkan oleh Dirjen Pemasyarakatan untuk
melaksanakan rehabilitasi Narkotika serta layanan pascarehabilitasi di
Bapas.
4. Pengertian
a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
b. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya baik secara fisik maupun
psikis.
c. Penyalahguna Narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika
tanpa hak atau melawan hukum.
4
d. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja
menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa,
dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika.
e. Rehabilitasi Narkotika adalah serangkaian proses rehabilitasi terpadu
yang mencakup rehabilitasi medis dan sosial bagi Tahanan dan Warga
Binaan Pemasyarakatan serta layanan pasca rehabilitasi bagi Klien
Pemasyarakatan dalam rangka pemulihan fisik dan mental pada kondisi
sebelumnya bagi penyalah guna dan/atau pecandu narkotika untuk
pulih, produktif, dan berfungsi sosial dimasyarakat.
f. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.
g. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika
dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
h. Pascarehabilitasi adalah layanan perawatan lanjutan yang diberikan
kepada klien, yaitu mantan pecandu, penyalahguna atau korban
penyalahgunaan narkotika yang telah menyelesaikan rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial guna mempertahankan kepulihan.
i. Skrining adalah merupakan suatu upaya dalam menduga ciri-ciri suatu
penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan cara menguji,
memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat.
j. Skrining ASSIST adalah skrining pertama yang mencakup semua zat
psikoatif dengan menggunakan kuisioner yang telah dikembangkan oleh
WHO pada tahun 1997 dan peneliti spesialis adiksi.
k. Asesmen Rehabilitasi adalah pengumpulan informasi untuk mendapatkan
gambaran klinis dan mendalam dari calon peserta rehabilitasi membuat
rencana pemberian layanan rehabilitasi dan pengukuran keberhasilan
dalam menjalani layanan rehabilitasi dengan menggunakan formulir
Asesmen Wajib Lapor dan dokumen Penelitian Kemasyarakatan.
l. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah salah
satu hal yang penting sebagai metode pendekatan dalam rangka
pembinaan pelanggar hukum.
5
m. Tim Asesmen Rehabilitasi yang terdiri dari Dokter atau Psikolog, Wali
Pemasyarakatan dan Pembimbing Kemasyarakatan yang ditetapkan oleh
pimpinan satuan kerja setempat berdasarkan keputusan Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
n. Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut UPT
Pemasyarakatan merupakan tempat untuk melakukan pembinaan dan
pengamanan Tahanan dan WBP melalui pendidikan, rehabilitasi, dan
reintegrasi yang menjadi tempat layanan rehabilitasi yaitu Lapas, LPKA,
Rutan dan Bapas.
o. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan adalah tempat
tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan di Sidang Pengadilan.
p. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah tempat
untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak.
q. Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disebut LPAS
adalah tempat sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung.
r. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disebut LPKA adalah
lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya.
s. Balai Pemasyarakaan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit
pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan
pendampingan.
t. Rumah Sakit Pengayoman, yang selanjutnya di sebut RS Pengayoman
adalah UPT Pemasyarakatan yang memberikan layanan kesehatan dan
menjadi rujukan bagi Lapas dan Rutan.
u. Tahanan adalah seorang tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di
dalam Rutan.
v. Warga Binaan Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut WBP adalah
Narapidana, Anak dan Klien Pemasyarakatan.
w. Komorbiditas adalah satu penyakit atau lebih secara bersama-sama pada
satu individu. Pada buku ini, komorbiditas mencakup penyalahgunaan
narkotika dengan gangguan mental/psikiatri, HIV dan Hepatitis.
6
x. Intoksikasi adalah adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat
psikoaktif yang mengikuti masuknya suatu zat pasikoaktif yang menyebab
kan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perilaku, fungsi dan
respon psokologis.
y. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan
untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran
yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
z. Terapi simtomatik adalah salah satu metode detoksifikasi dengan
memberikan obat-obatan sesuai gejala dan keluhan yang timbul akibat
penyalahgunaan zat pada fase akut.
7
BAB II
8
Sasaran skrining :
a. Semua WBP atau Tahanan yang baru masuk Lapas/Rutan/LPKA,
dilakukan bersamaan dengan kegiatan BAP Kesehatan.
b. Semua WBP atau Tahanan (baru dan lama) yang terindikasi memakai
narkotika saat berada di luar Lapas/Rutan/LPKA (saat jalani sidang,
Asimilasi atau CMK dan lain-lain) atau di dalam Lapas/Rutan/LPKA,
baik berdasarkan hasil observasi petugas kesehatan maupun laporan
dari pegawai dan WBP/Tahanan.
c. Semua WBP atau Tahanan (baru dan lama) yang terbukti positif
menggunakan narkotika saat operasi mendadak (sidak) keamanan dalam
rangka pemberantasan peredaran gelap narkotika di dalam
Lapas/Rutan/LPKA.
Pelaksanaan skrining dilakukan oleh : dokter, perawat; atau petugas
pemasyarakatan yang telah mendapatkan pelatihan.
Skrining menggunakan formulir ASSIST versi 3.1 (Alcohol, Smoking, and
Substance Involvement Screening Test), yang bila diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia menjadi Uji Saring Keterlibatan Alkohol, Rokok, dan Zat.
Formulir tersebut merupakan kuesioner 8 pertanyaan untuk disampaikan
kepada seorang klien, yang dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang
berhubungan dengan penggunaan zat, seperti intoksikasi akut,
penggunaan teratur, dan perilaku menyuntik.
Dari hasil skrining akan didapat skor ASSIST tiap zat yang kemudian akan
menentukan tindakan selanjutnya (intervensi singkat atau dilakukan
asesmen rehabilitasi).
Tabel formulir ASSIST dapat dilihat pada Lampiran. Selain menggunakan
formulir ASSIST, dapat juga dilakukan tes urine narkotika. Skrining
dilaksanakan di klinik, sedangkan tes urine narkotika pada saat sidak
lainnya dapat dilaksanakan di ruangan, seperti blok hunian. Tes urine
narkotika yang digunakan minimal mampu mendeteksi 6 (enam) macam
zat, yaitu: Morfin, Benzodiazepin, Kokain, Marijuana,
Amfetamin/Metamfetamin dan Alkohol.
9
2.2.1 Langkah-langkah skrining:
a. Petugas memanggil Tahanan/WBP yang akan diskrining.
b. Petugas menanyakan identitas Tahanan/WBP
c. Petugas melakukan skrining riwayat penggunaan NAPZA dalam tiga
bulan terakhir menggunakan formulir ASSIST.
d. Petugas menghitung skor pada lembar jawaban.
e. Petugas membuat kesimpulan mengenai riwayat penggunaan NAPZA
dalam tiga bulan terakhir apakah Tahanan/WBP tersebut masih aktif
memakai NAPZA atau tidak.
f. Petugas mengarahkan Tahanan/WBP untuk mengumpulkan sampel
urine nya.
g. Dokter/Perawat membaca hasil tes urine dan mencatatnya dalam
rekam medis.
h. Dalam kondisi sidak, tes urine NAPZA dapat dilakukan terlebih
dahulu, sebelum wawancara. Tahanan/WBP dengan hasil tes urine
positif, diarahkan ke klinik untuk dilakukan asesmen.
2.2.2 Dari kegiatan skrining, didapatkan informasi mengenai tingkat risiko
penyalahgunaan narkotika. Tingkat risiko tersebut terdiri dari tingkat
risiko : ringan, sedang dan berat.
Keterangan :
a. Tahanan dan WBP dengan hasil skrining menunjukkan tingkat risiko
ringan, diberikan edukasi tentang bahaya dan risiko penyalahgunaan
narkotika.
b. Tahanan dan WBP dengan hasil skrining menunjukkan tingkat risiko
sedang, diberikan konseling adiksi. Selain konseling adiksi, dapat juga
dilakukan asesmen rehabilitasi.
c. Tahanan dan WBP dengan hasil skrining menunjukan tingkat risiko
berat, dilakukan asesmen rehabilitasi.
2.3. Asesmen Rehabilitasi Narkotika
Asesmen rehabilitasi dilakukan setelah mendapatkan informasi
dari hasil skrining. Asesmen rehabilitasi merupakan pengumpulan
informasi untuk mendapatkan gambaran klinis dan masalah yang lebih
10
mendalam dari Tahanan dan WBP secara komprehensif, baik pada saat
memulai, selama menjalani, hingga selesai mengikuti layanan
rehabilitasi. Pelaksanaan asesmen rehabilitasi bertujuan untuk:
a. Menginisiasi komunikasi dan interaksi terapeutik;
b. Meningkatkan kesadaran tentang besar dan dalamnya masalah yang
dihadapi oleh Tahanan dan WBP terkait penggunaan narkotika;
c. Mengkaji masalah medis, menggali data dan informasi identitas
Tahanan dan WBP, keluarganya dan lingkungannya. Semua data
tersebut diperlukan untuk mencari latar belakang penyebab
terjadinya gangguan penyalahgunaan Narkotika pada Tahanan
dan WBP tersebut;
d. Menegakkan diagnosis;
e. Menyusun rencana terapi;
f. Memberikan umpan balik;
Sasaran asesmen rehabilitasi medis :
Semua WBP/ Tahanan di Lapas/Rutan/ LPKA yang saat skrining,
diperoleh hasil berisiko sedang dan berisiko tinggi.
2.3.1 Asesmen rehabilitasi dilakukan minimal sebanyak 2 (dua) kali, yaitu
pada saat awal rehabilitasi dan pada akhir layanan rehabilitasi.
2.3.1.1 Asesmen rehabilitasi awal menggunakan:
a. Formulir asesmen Wajib Lapor (ASI-Kemenkes),
b. Litmas perawatan (untuk Tahanan) atau Litmas pembinaan awal,
(untuk Narapidana/Anak) yang memuat data dan informasi identitas
Tahanan/Narapidana/Anak serta latar belakang penyebab terjadinya
gangguan penyalahgunaan Narkotika pada Tahanan/Narapidana
/Anak tersebut. Litmas perawatan dan Litmas pembinaan awal
dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan.
c. Catatan perkembangan pembinaan oleh Wali Pemasyarakatan (untuk
di Lapas).
2.3.1.2 Asesmen rehabilitasi akhir menggunakan:
a. Formulir asesmen Wajib Lapor;
11
b. Catatan perkembangan pembinaan oleh Wali Pemasyarakatan (untuk
di Lapas)
c. Litmas asimilasi atau Litmas integrasi (tergantung tahapan
pembinaan WBP) oleh Pembimbing Kemasyarakatan (untuk di Lapas).
Catatan :
- Hasil asesmen rehabilitasi akhir akan digunakan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan dalam menentukan program pascarehabilitasi.
- Data asesmen rehabilitasi disimpan dalam berkas Case Record oleh
petugas rehabilitasi dan bisa diakses oleh tim pokja rehabilitasi.
2.3.2 Asesmen Rehabilitasi dilakukan oleh Tim Asesmen Rehabilitasi yang
sudah mendapat pelatihan. Tim Asesmen Rehabilitasi terdiri dari :
a. Dokter atau Psikolog, bertugas membuat asesmen narkotika
b. Wali Pemasyarakatan, bertugas membuat laporan perkembangan
pembinaan dan
c. Pembimbing Kemasyarakatan, bertugas membuat Penelitian
Kemasyarakatan (Litmas) awal dan Litmas asimilasi atau Litmas
integrasi.
Catatan:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012,
terpidana kasus Narkotika yang dipidana diatas 5 tahun tidak
dapat diberikan asimilasi di luar Lapas.
Jika Lapas/LPKA/Rutan tidak memiliki dokter/psikolog yang telah
mendapat pelatihan asesmen narkotika, maka:
a. Asesmen narkotika dapat dilakukan oleh petugas pemasyarakatan
yang terlatih dengan diketahui oleh dokter/perawat; atau
b. Bekerjasama dengan lembaga/instansi terkait.
2.3.3 Tim asesmen rehabilitasi ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hasil
Asesmen Rehabilitasi oleh Tim dipergunakan sebagai dasar pemberian
layanan rehabilitasi narkotika.
12
2.3.4 Langkah-langkah asesmen rehabilitasi:
a. Petugas asemen memanggil Tahanan dan WBP yang sudah
diskrining.
b. Petugas melakukan wawancara assesmen menggunakan Formulir
Asesmen IPWL.
c. Petugas menghitung skor pada lembar jawaban.
d. Petugas menentukan diagnosis dan rencana terapi.
e. Tahanan dan WBP menandatangani Formulir Asesmen IPWL dan
rencana terapi, sebagai persetujuan mengikuti rencana terapi yang
akan diambil.
f. Petugas menandatangani Formulir Asesmen IPWL.
g. Dokter menandatangani Formulir Asesmen IPWL untuk verifikasi.
h. Petugas mengarahkan WBP ke Pembimbing Kemasyarakatan untk
dilakukan Litmas awal/Litmas asimilasi/Litmas reintegrasi
i. Petugas mengarahkan WBP ke Wali Pemasyarakatan untuk
dilakukan pencatatan perkembangan pembinaan.
2.4. Pemberian Layanan Rehabilitasi
Pemberian layanan rehabilitasi narkotika terdiri dari layanan:
a. Rehabilitasi Medis;
b. Rehabilitasi Sosial; dan
c. Pascarehabilitasi.
Untuk mendukung keberhasilan pemberian layanan rehabilitasi
narkotika, dilaksanakan kegiatan dan layanan pendukung meliputi :
- perawatan kesehatan umum;
- perawatan kesehatan akibat penyalahgunaan narkotika;
- pembinaan mental dan spiritual;
- pendidikan;
- pelatihan kepribadian; dan pelatihan kemandirian.
13
3. REHABILITASI MEDIS
3.1 Tempat Layanan Rehabilitasi Medis
Layanan rehabilitasi medis diberikan di klinik Rutan, Lapas, LPKA dan
RSU Pengayoman yang ditunjuk oleh Dirjen Pemasyarakatan. Untuk
dapat memberikan layanan rehabilitasi medis, klinik tersebut harus:
a. Memiliki ijin operasional;
b. Memiliki dokter dan perawat yang telah mendapat pelatihan di bidang
gangguan NAPZA.
Jika tidak tersedia dokter dan perawat terlatih maka dapat bekerja
sama dengan :
a. Lapas atau Rutan terdekat yang memiliki dokter dan perawat terlatih
b. Puskesmas, Rumah Sakit Jiwa atau Rumah Sakit Pemerintah atau
Rumah Swasta setempat.
3.2 Tujuan Layanan Rehabilitasi Medis
Layanan terapi rehabilitasi medis bertujuan untuk:
a. Abstinesia atau penghentian total penggunaan zat
b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps
c. Memperbaiki fungsi fisik, psikologi dan fungsi adaptasi sosial
3.3 Layanan Rehabilitasi Medis di Rutan/Lapas/LPKA/RS Pengayoman
dilaksanakan oleh:
a. Dokter;
b. Perawat; dan
c. Konselor adiksi.
Pelaksanaan layanan rehabilitasi medis dapat mengikutsertakan psikolog,
psikiater, apoteker, dan/atau analis laboratorium.
3.4 Layanan rehabilitasi medis yang mutlak tersedia pada
Rutan/Lapas/LPKA/RS Pengayoman :
a. Terapi simtomatik
Merupakan terapi intervensi medis yang diberikan berdasarkan gejala
yang menonjol terkait gejala putus zat. Gejala tersebut bisa merupakan
bagian dari kedaruratan medik dan psikiatrik yang terjadi akibat
ketergantungan narkotika.
Tujuan terapi terapi simtomatik:
14
1) Mengurangi, meringankan atau meredakan keparahan gejala-gejala
lanjutan akibat putus zat;
2) Mencegah pasien untuk “mengobati dirinya sendiri” dengan
menggunakan zat-zat ilegal;
3) Mempersiapkan untuk terapi lanjutan yang dikaitkan dengan
modalitas terapi lainnya;
4) Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental serta
mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang.
Jika diperlukan terapi simtomatis dapat dilakukan di ruang rawat
observasi di klinik Rutan, Lapas, dan LPKA.
b. Intervensi psikososial:
1) Psikoterapi (terapi kognitif dan perilaku, terapi dinamik dan
sebagainya)
2) Konseling (konseling adiksi, konseling pasangan, konseling keluarga
dan lain-lain).
Catatan :
Peserta layanan rehabilitasi medis wajib mengikuti minimal 10 kali sesi
konseling (Jadwal terlampir).
3.5 Layanan pendukung rehabilitasi medis
a. Terapi rumatan
Terapi rumatan hanya dilakukan atas keputusan pasien dan jika
tersedia . Terapi rumatan merupakan terapi yang menggunakan zat
agonis, baik penuh maupun parsial, atau zat antagonis yang biasanya
diberikan setelah pasien melalui proses detoksifikasi. Terapi ini
bertujuan untuk mencegah relaps, yakni kembali kepada pemakaian zat
yang tak terkendali dan membahayakan diri serta menimbulkan dampak
buruk bagi lingkungan. Terapi rumatan yang tersedia di Rutan, Lapas
atau LPKA adalah untuk zat opioid. Obat yang dipakai dalam terapi
rumatan opioid adalah metadona (agonis penuh). Petunjuk pelaksanaan
tentang layanan terapi rumatan metadon dapat dilihat pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 57 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadon.
15
b. Terapi Kondisi Medis Penyulit atau Penyerta
Kondisi medis penyulit atau yang menyertai masalah penggunaan NAPZA
bisa dikelompokkan menjadi masalah organobiologik (kondisi medis
umum) dan masalah psikologik/psikiatrik. Penggunaan NAPZA dengan
cara suntik dapat membuat seseorang tertular penyakit penyulit
(komplikasi) seperti HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), hepatitis B
atau C, dan lain-lain.
Layanan rehabilitasi dapat digunakan sebagai sentinel dalam penemuan
kasus penyakit infeksi tersebut, yaitu jika Tahanan/WBP terindentifikasi
memiliki faktor risiko, tanda, dan gejala yang mengarah pada adanya
infeksi penyakit tersebut, maka layanan rehabilitasi akan merujuk
Tahanan/WBP ke layanan terkait penyakit tersebut baik di dalam
maupun di luar UPT Pemasyarakatan.
Di Rutan, Lapas LPKA, terapi kondisi penyulit bertujuan untuk:
1) Memulihkan kesehatan fisik seoptimal mungkin
2) Mencegah disabilitas lanjut
c. Terapi Komorbiditas Psikiatri
Penanganan penyakit komorbiditas psikiatri pada gangguan
penyalahgunaan narkotika di Rutan, Lapas dan LPKA bertujuan untuk
mencegah dampak buruk lanjutan/komplikasi.
Beberapa komorbiditas psikiatri yang sering terjadi pada gangguan
penyalahgunaan Narkotika antara lain:
1) Gangguan cemas/ansietas (sering terjadi pada penggunaan alkohol
dan benzodiazepine)
2) Gangguan kepribadian
3) Gangguan psikotik
4) Bunuh diri
Dokter/psikolog di Rutan dan Lapas dapat mendeteksi adanya gangguan
psikiatri pada penyalahguna narkotika dan menangani gangguan
mental/psikiatri ringan atau melakukan tatalaksana awal, dengan
berpedoman pada:
1) Buku Standar Pelayanan Kesehatan Mental/Jiwa di Lapas, Rutan
16
dan RS Pengayoman (Ditjen PAS, 2016);
2) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 422 Tahun 2010 tentang
Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA;
Penyalahguna Narkotika sebaiknya dirujuk pada dokter spesialis
kesehatan jiwa jika ditemukan gejala-gejala gangguan psikiatri.
d. Penanganan Kegawatdaruratan Narkotika
Yaitu pengelolaan kondisi gawat darurat baik fisik maupun psikis akibat
kondisi intoksikasi ataupun kondisi putus zat narkotika yang dapat
mengancam kehidupan diri sendiri maupun orang lain.
Yang termasuk kedaruratan medik yang terjadi akibat penggunaan
narkotika dan zat adiktif adalah :
1) Intoksikasi akut
2) Keadaan putus zat (dengan atau tanpa delirium)
3) Gangguan psikotik
4) Gaduh gelisah
5) Gangguan cemas/panik
6) Depresi berat dan percobaan bunuh diri
Tindakan penanganan gawat darurat narkotika yang dapat dilakukan di
Rutan atau Lapas, antara lain:
1) Penyelamatan kehidupan (life saving)
2) Pengendalian gejala gaduh gelisah
3) Persiapan rujukan
Pasien Gangguan Penggunaan Narkotika yang dapat ditangani di
Lapas/Rutan :
1) Kondisi pasien putus zat ringan maupun sedang.
2) Tidak memiliki kondisi komorbiditas fisik dan atau psikiatrik yang
berat.
3) Tidak mengalami penurunan kesadaran yang berat.
17
3.6 Organisasi dan Tata Laksana Rehabilitasi Medis di Rutan/Lapas/LPKA
Pembina
(Ka UPT)
Pengawas
(Kabid Pembinaan/Kasi Bimbingan Napi Anak
atau Kasubsi Pelayanan Tahanan/Perawatan)
Uraian tugas :
18
d. Mengevaluasi jalannya layanan rehabilitasi
medis di UPT Pemasyarakatan
19
Konselor Adiksi : a. Adalah petugas yang telah mendapat pelatihan.
b. Bertanggung jawab untuk mendampingi
Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika selama
menjalani rehabilitasi medis.
c. Bertanggung jawab untuk memberikan konseling
individu dan konseling kelompok kepada peserta
layanan rehabilitasi medis dan merujuk ke
dokter/ psikolog apabila membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
d. Bertanggung jawab untuk melaksanakan
pertemuan keluarga secara personal dan
melaporkan hasil evaluasi peserta layanan
kepada keluarga, minimal 1 (satu) kali dalam
satu periode kegiatan layanan rehabilitasi medis.
e. Bertanggung jawab untuk membuat laporan
perkembangan bulanan, yang akan diserahkan
kepada Dokter Penanggungjawab.
f. Bertanggung jawab atas jalannya semua terapi
kelompok yang terdapat di dalam jadwal harian.
20
Catatan: Dalam hal dokter penanggungjawab/dokter pelaksana rehabilitasi
medis sedang tidak berada di tempat, maka kewenangan melakukan
asesmen rehabilitasi dan/atau pemberian obat terkait penanggulangan
adiksi dapat dimandatkan kepada perawat yang telah mendapat
pelatihan asesemen dan/atau rehabilitasi medis dengan tetap
berkoordinasi dengan dokter yang bersangkutan (berdasarkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan).
Pembina
(Ka Rumah Sakit)
Pengawas
(Kasubbag Umum, Kepegawaian
dan Humas)
Uraian tugas :
22
d. Mengevaluasi jalannya layanan rehabilitasi medis
di UPT Pemasyarakatan
23
Konselor Adiksi : a. Adalah petugas yang telah mendapat pelatihan.
b. Bertanggung jawab untuk mendampingi
Tahanan dan WBP pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika selama
menjalani rehabilitasi medis.
c. Bertanggung jawab untuk memberikan
konseling individu dan konseling kelompok
kepada peserta layanan rehabilitasi medis dan
merujuk ke dokter/ psikolog apabila
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
d. Bertanggung jawab untuk melaksanakan
pertemuan keluarga secara personal dan
melaporkan hasil evaluasi peserta layanan
kepada keluarga, minimal 1 (satu) kali dalam
satu periode kegiatan layanan rehabilitasi
medis.
e. Bertanggung jawab untuk membuat laporan
perkembangan bulanan, yang akan diserahkan
kepada Dokter Penanggungjawab.
f. Bertanggung jawab atas jalannya semua terapi
kelompok yang terdapat di dalam jadwal
harian.
Catatan:
Dalam hal dokter penanggungjawab/dokter pelaksana rehabilitasi medis sedang
tidak berada di tempat, maka kewenangan melakukan asesmen rehabilitasi
dan/atau pemberian obat terkait penanggulangan adiksi dapat dimandatkan
kepada perawat yang telah mendapat pelatihan asesemen dan/atau rehabilitasi
24
medis dengan tetap berkoordinasi dengan dokter yang bersangkutan
(berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan).
IGD
RS Pengayoman
Rawat jalan/
Rawat inap
Poliklinik NAPZA
(penanganan medis)
Asesmen
(Formulir wajib lapor)
dan pemeriksaan penunjang
Kembali ke Lapas/Rutan
25
Jika ditemukan adanya masalah NAPZA pada pasien rujukan
yang non NAPZA di Rumah Sakit Pengayoman, maka wajib dikonsulkan
ke tim NAPZA untuk asesmen lebih lanjut.
Berdasarkan hasil asesmen, jika diperlukan layanan rehabilitasi
medis di RS Pengayoman, maka Tim NAPZA RS Pengayoman
berkoordinasi dengan Lapas/Rutan/LPKA pengirim mengenai rencana
terapi dan durasi perawatan yang dibutuhkan.
Bagi Lapas/Rutan/LPKA di wilayah DKI Jakarta yang tidak
mempunyai petugas asesmen dan belum dapat melaksanakan
rehabilitasi medis maka dapat merujuk WBP dengan riwayat penggunaan
Narkotika ke RS Pengayoman untuk diasesmen dan mendapat terapi
rehabilitasi medis.
Catatan: Dalam hal pasien masih berstatus Tahanan, maka
rujukan ke rumah sakit harus mendapat ijin dari pihak penahan (sesuai
Permenkes No. 50 Tahun 2016).
4. REHABILITASI SOSIAL
4.1 Tempat Layanan Rehabilitasi Sosial
Layanan rehabilitasi sosial diberikan di Lapas dan LPKA yang ditunjuk
oleh Dirjen Pemasyarakatan.
Untuk dapat memberikan layanan rehabilitasi sosial, diharapkan Lapas
dan LPKA memiliki sarana berupa:
a. blok hunian khusus untuk peserta rehabilitasi;
b. ruang khusus untuk kegiatan rehabilitasi sosial;
4.2 Tujuan Layanan Rehabilitasi Sosial
Layanan terapi rehabilitasi sosial bertujuan untuk:
a. Abstinensia atau penghentian total penggunaan zat
b. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps
c. Memperbaiki fungsi fisik, psikologi dan fungsi adaptasi sosial
4.3 Layanan Rehabilitasi Sosial dilaksanakan oleh:
a. Tenaga kesehatan (Dokter; dan atau Perawat) minimal 1 orang yang
telah mendapatkan pelatihan rehabilitasi
26
b. Wali pemasyarakatan (Petugas Pemasyarakatan yang sudah
mendapatkan pelatihan rehabilitasi dan ditunjuk sebagai Program
Manager atau Instruktur); serta
c. Petugas yang sudah terlatih konseling adiksi
Pelaksanaan layanan rehabilitasi Sosial dapat mengikutsertakan psikolog,
pekerja sosial, atau rohaniawan.
Catatan : Jika Lapas/LPKA tidak memiliki tenaga terlatih, maka dapat
bekerja sama dengan instansi/lembaga terkait (Dinas Sosial, Badan
Narkotika Nasional Propinsi/Kota/Kabupaten atau LSM) untuk
menyediakan tenaga terlatih layanan rehabilitasi
4.4 Layanan rehabilitasi sosial yang mutlak tersedia pada Lapas/LPKA berupa:
4.4.1 Therapeutic Community berbasis Pemasyarakatan
Layanan rehabilitasi sosial bagi WBP pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika menggunakan metode terapi
komunitas/TC (Therapeutic Community) yang dimodifikasi berdasarkan
kebutuhan, yang terdiri dari kegiatan evaluasi fisik dan psikis yang
dilaksanakan selama 2 minggu. Program inti yang dilaksanakan selama
19 minggu dengan fokus kegiatan pada perubahan perilaku serta
kegiatan persiapan pasca rehabilitasi yang dilaksanakan selama 3
minggu. Rehabilitasi Sosial melalui pendekatan Therapeutic Community
(TC) berbasis Pemasyarakatan dan intervensi psikososial dengan
mempertimbangkan kebutuhan WBP terdiri dari tahapan dibawah ini :
a. Evaluasi Fisik dan Psikiatrik
Evaluasi fisik dan psikiatrik berlangsung selama 2 minggu. Tahapan
evaluasi fisik dan psikiatrik bertujuan untuk menilai masalah fisik
serta masalah gangguan mental dan perilaku untuk dilakukan
pelaksanaan terapi simtomatis gejala putus zat. Tahapan-tahapan
yang akan dilakukan adalah :
1) Melakukan penilaian asesmen medis lanjutan terhadap kondisi
fisik, psikiatri dan gejala putus zatnya yang di lakukan oleh
psikiater dan /atau dokter umum.
27
2) Perawat melakukan kajian keperawatan dan menegakkan diagnosa
keperawatan serta melakukan asuhan dan intervensi keperawatan
serta terapi edukasi dan okupasi.
3) Psikoterapi serta group terapi dilakukan untuk meningkatkan
motivasi
WBP yang telah selesai menjalani tahapan evaluasi fisik dan
psikiatrik, dimana kondisi fisik, mental serta emosional secara umum
sudah stabil dapat mengikuti tahapan orientasi/stabilitasi sebelum
mengikuti Program Inti.
Pendekatan yang dilakukan pada tahap orientasi/stabilisasi meliputi
aspek medis/fisik, psikologis, sosial dan spiritual dengan proporsional
melalui kegiatan seperti :
1) Terapi okupasi lanjutan dan aktivitas kelompok
Kegiatan ini dilakukan melalui kajian keperawatan, asuhan dan
intervensi keperawatan.
2) Terapi edukasi dan Psikoterapi
Psikiater bersama dokter umum melaksanakan lanjutan
psikoterapi untuk perubahan kognitif dan perilaku yang
menyimpang serta meningkatkan motivasi untuk menjalani
program melalui kegiatan MI/MET/CBT disesuaikan dengan
kondisi di UPT.
3) Terapi spiritual
Terapi ini meliputi kegiatan ibadah harian dan ceramah
keagamaan.
b. Program Inti
Kegiatan ini dirancang untuk fokus pada pengembangan emosional
dan intelektual serta perubahan perilaku WBP. Tujuannya agar WBP
dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat dengan baik dan bertanggung jawab.
Pada kegiatan ini, Pecandu dan penyalah guna narkotika mulai
bergabung dalam komunitas terstruktur yang mempunyai hirarki,
jadwal harian, terapi kelompok, group seminar, konseling dan bengkel
28
kerja sebagai media pendukung perubahan diri. Beberapa fase dalam
Program Inti yaitu sebagai berikut:
1) Fase Younger Member : Pada fase ini dikenalkan pada layanan
rehabilitasi dengan pendekatan metode Therapeutic Community
modifikasi, adaptasi dengan lingkungan program, perangkat yang
digunakan, peraturan yang berlaku, norma dan nilai yang
dijunjung tinggi dalam program. Fase ini membutuhkan waktu
maksimal 6 minggu.
2) Fase Middle member
Fase ini memfasilitasi untuk mengembangkan diri sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, memahami
hubungan antara program yang dijalankan dengan kenyataan yang
terjadi di kehidupan nyata. Fase ini membutuhkan waktu
maksimal 9 minggu.
3) Fase Older Member
Fase ini memfasilitasi untuk melatih jiwa kepemimpinan
(leadership skill), tanggung jawab, keterampilan interpersonal dan
pemahaman tentang aspek-aspek kehidupan yang lebih mendalam.
Fase ini membutuhkan waktu maksimal 5 minggu.
Dalam program inti juga dapat diberikan intervensi psikososial apabila
diperlukan. Kegiatan dalam program inti terdiri dari :
a. Konseling Kelompok
Konseling kelompok dilakukan selama dua sesi. Setiap sesinya
berdurasi 1,5-2 jam dengan jumlah anggota di dalam grup
sebanyak 6-8 orang. Tema konseling grup ditentukan berdasarkan
prioritas kebutuhan setiap, beberapa tema-tema konseling grup
yang diberikan adalah:
1) Mengelola rasa marah
2) Building Relationship (membangun sebuah hubungan)
3) Assertion (kemampuan menyampaikan pendapat kepada orang
lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut)
4) Denial Management (manajemen penyangakalan)
29
5) Relapse Prevention (Pencegahan kekambuhan)
6) Problem Solving (ketrampilan untuk menyelesaikan masalah)
7) Decision Making (kemampuan untuk membuat keputusan)
8) Self-Awareness (kepekaan terhadap diri sendiri)
b. Konseling Individual
Konseling individual dilakukan untuk membantu WBP dalam
memfasilitasi penyelesaian masalah internal yang dihadapi saat
menjalani Program Inti ataupun masalah di luar rehabilitasi
(keluarga, lingkungan pergaulan, pendidikan, pekerjaan, finansial,
hukum). Isu atau topik permasalahan dalam konseling pada
program inti yang biasanya muncul adalah:
1) Masalah keluarga/relationship,
2) Anger management,
3) Denial management,
4) Burnout management,
5) Mengatasi kecemasan,
6) Mengatasi gangguan penyesuaian, serta
7) Pencegahan relaps.
c. Konseling Keluarga
Dalam mempersiapkan diri untuk kembali ke keluarga, terkadang
muncul kebutuhan untuk dilakukan konseling keluarga atau
dialog keluarga dengan difasilitasi oleh psikolog atau konselor yang
bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi di dalam keluarga,
memfasilitasi penyelesaian konflik dalam keluarga, memfasilitasi
proses diskusi rencana setelah rehabilitasi dan lain sebagainya.
d. Psikoedukasi
Psikoedukasi yang dilakukan oleh konselor adiksi atau psikolog, di
antaranya:
1) Building Self Esteem (kemampuan membangun harga diri)
2) Coping Skill (ketrampilan mengatasi masalah)
3) Healthy Relationship (hubungan yang sehat)
4) Codependency (ketergantungan)
30
5) Conflict Resolution (ketrampilan untuk mengatasi konflik)
(kegiatan ini bisa dilakukan oleh konselor)
e. Seminar/Pendidikan
Materi seminar dibawakan oleh Instruktur, dapat mengangkat tema-
tema sebagai berikut :
1) Edukasi/pendidikan mengenai bahaya narkotika dan obat-obatan
berbahaya,
2) Edukasi tentang makanan sehat dan bergizi,
3) Edukasi/pendidikan keterampilan hidup sehat
4) Edukasi/pendidikan seks,
5) Edukasi/pendidikan tentang HIV dan penyakit menular,
6) Edukasi tentang cara mengatasi trauma (pengalaman yang tidak
menyenangkan).
Pemberian materi tersebut di atas dapat juga melibatkan petugas
kesehatan.
Selain tema kesehatan, materi seminar yang dibawakan dapat juga
dengan topik:
1) Proses pengusulan PB/CB/CMB/asimilasi
2) Ceramah agama
3) Hukum
f. Dinamika Kelompok
Dinamika Kelompok dilakukan seminggu sekali oleh Instruktur yang
temanya disesuaikan dengan kebutuhan komunitas saat itu.
Beberapa tema yang biasanya dibawakan dalam dinamika kelompok
pada program inti adalah :
1) Membangun kerja tim,
2) pemecahan masalah,
3) kemampuan berkomunikasi,
4) kepemimpinan, empati, atau kesadaran sosial
Dinamika Kelompok juga bertujuan untuk memperbaharui dan
menyeimbangkan atmosfer komunitas menjadi lebih menyenangkan
agar dapat mempertahankan motivasi dalam menjalani rehabilitasi.
31
g. Support Group/Closed Meeting
Support group (closed meeting) merupakan salah satu bentuk terapi
kelompok dalam Program Inti. Peserta rehabilitasi yang mengikuti
support group ini hanya yang terinfeksi HIV (ODHA) dan kegiatan
yang dilakukan bersifat tertutup (closed meeting). Support group ini
difasilitasi oleh psikolog atau konselor bersama dengan staf medis
dan staf klinik yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan di
bidang HIV. Kegiatan dilakukan 2 minggu sekali yang berisi
psikoedukasi dan group sharing untuk saling berbagi dan membahas
masalah-masalah-yang dihadapi serta mendiskusikan solusi yang
tepat.
h. Static Group
Merupakan kegiatan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang
membicarakan berbagai macam persoalan kehidupan keseharian dan
kehidupan yang lalu.
Tujuan Static group :
1) Membangun kepercayaan antara sesama WBP dan konselor
2) Image breaking (membuka diri dengan membangkitkan rasa
percaya pada lingkungan)
3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab moril terhadap permsalahan
temannya
4) Bersama mencari solusi pemecahan masalah yang tepat
i. Intervensi Krisis
Intervensi krisis dilakukan oleh petugas yang terlatih, untuk peserta
rehabilitasi yang berada dalam kondisi psikologis krisis. Adapun
gejalanya adalah sulit tidur, kesulitan mengontrol emosi, dalam
kondisi putus zat, menangis dengan frekuensi sering dan gejala
psikologis lainnya. Kondisi krisis tersebut berisiko membahayakan
dirinya atau orang lain, misalnya terjadi perkelahian dalam blok
hunian, kondisi emergensi medis, usaha melarikan diri, percobaan
bunuh diri dan melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
32
terhadap orang lain. Langkah-langkah intervensi yang dilakukan
adalah:
1) Menilai tingkat krisis yang dihadapi
2) Memberikan empati
3) Membuat lingkungan yang kondusif
4) Menganalisa permasalahan yang mengakibatkan krisis
5) Memberikan terapi simptomatik
6) Memberikan rencana terapi dan solusi dalam mengatasi masalah
j. Asesmen Khusus
Jika dibutuhkan, maka asesmen khusus juga dilakukan bagi WBP
yang menunjukkan gejala-gejala tertentu selama menjalani
rehabilitasi, misalnya muncul gejala adanya gangguan-gangguan
psikiatri (misalnya depresi, psikotik, gangguan bipolar dan
sebagainya). Selain itu juga jika menunjukkan perilaku yang
membahayakan diri ataupun orang lain, seperti kekerasan,
ide/usaha bunuh diri. Psikotes tambahan akan dilakukan untuk
menunjang pemeriksaan psikologis menyeluruh selain wawancara
klinis dan observasi. Psikotes atau alat bantu tambahan tersebut
misalnya Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), Beck
Depression Inventory (BDI), MINI International Classification Diseases
10.
k. Brief Therapy (Terapi Singkat)
Terapi yang berjangka waktu pendek (3-5 sesi) yang bertujuan untuk
mengatasi gejala dan mengubah perilaku yang tidak dikehendaki
dengan cara membantu untuk memecahkan masalahnya melalui
pendekatan kognitif. Terapi ini dilakukan hanya jika diperlukan,
misalnya untuk yang mengalami depresi. Tujuannya membantu
mengatasi permasalahannya dengan mengubah pola pikir atau emosi
negatif menjadi positif.
l. Intervensi psikososial dan spiritual yang bersifat rutin seperti shalat,
mengaji, sembahyang, ibadah gereja menjadi rutinitas yang menjadi
hak WBP. Sore dan malam hari mereka juga mendapatkan intervensi
33
seperti : seminar dan konseling kelompok tematik sesuai kebutuhan.
Kegiatan yang bersifat rutin seperti mandi, ,makan, belajar, serta
kegiatan-kegiatan ibadah merupakan aktivitas keseharian dalam
layanan rehabilitasi.
m. Persiapan Pascarehabilitasi
Persiapan layanan pascarehabilitasi diberikan pada 3 (tiga) minggu
terakhir layanan rehabilitasi (minggu ke dua fase older member).
Penyedia layanan rehabilitasi melakukan persiapan layanan
pascarehabilitasi melalui analisis terhadap:
1) Resume dan Rekomendasi jenis layanan pascarehabilitasi
2) Re-asesmen di lakukan dengan wawancara mendalam
3) Hasil Minat dan Bakat
4) Pemeriksaan Psikologi
34
Tujuan Intervensi singkat antara lain:
a. Mengurangi risiko dampak buruk dari penggunaan NAPZA yang
berkelanjutan
b. Tujuan yang paling ideal adalah menghentikan penggunaan NAPZA
secara total (abstinens)
c. Meningkatkan kesadaran klien adanya korelasi antara masalah
yang saat ini dialami dengan penggunaan NAPZAnya
d. Merekomendasi klien untuk perubahan perilaku berisiko secara
alamiah dan dapat dikendalikan oleh klien
Namun perlu selalu diingat bahwa “tujuan terapi bagi setiap orang
tidaklah sama”.
Intervensi singkat diberikan bila :
a. Jika metode terapi yang lebih spesifik dan mendalam (dalam hal ini
metode TC) tidak tersedia atau kondisi Lapas mengalami
keterbatasan tempat, anggaran maupun SDM;
b. klien tidak bersedia untuk mengikuti program TC; atau
c. klien resisten/menolak atas suatu terapi.
Langkah-langkah utama dalam Intervensi singkat yaitu:
a. Memperkenalkan masalah dalam konteks kesehatan klien;
b. Skrining, evaluasi, dan asesmen;
c. Memberikan umpan balik;
d. Berbicara tentang perubahan dan menetapkan tujuan;
e. Menyimpulkan dan menyelesaikan sesi
Materi lntervensi Singkat berdasarkan 8 (delapan) protokol UNODC
sekurang-kurangnya terdiri dari 8 hal yang dibuat rutin selama 45 hari
dan diulang lagi di pertemuan ke 46. Diantara 8 tema tersebut adalah :
a. Basic Education
b. Drug Education
c. Nutrisi
d. Hygiene
e. Personal Safety
f. Trauma Coping Skill
35
g. Communication Skill
h. Art Therapy
Pembina
(Kalapas)
Pengawas
(Kabid Pembinaan / Kasi Binadik/ Kasi
Perawatan / Kasubsi Bimkemaswat)
Program Manajer
Konselor Adiksi
Petugas pelaksana rehabilitasi pada Lapas/LPKA ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah
melalui Surat Keputusan dan dilaporkan kepada Dirjenpas
Uraian Tugas :
Pembina
a. Adalah Kepala Lapas/LPKA
b. Bertanggung jawab memberikan pengarahan dan masukan dalam
pelaksanaan rehabilitasi.
c. Bertanggung jawab untuk menilai kinerja seluruh petugas pelaksana
rehabilitasi.
36
d. Bertanggung jawab membuat usulan petugas pelaksana rehabilitasi
sosial dan diajukan kepada Kakanwil.
e. Bertanggung jawab dalam koordinasi dengan lembaga/instansi lain
Pengawas
a. Adalah Kabid Pembinaan/Kasi Binadik/Kasi Perawatan/Kasubsi
Perawatan/Kasubsi Bimkemaswat
b. Bertanggung jawab atas pengawasan jalannya pelaksanaan
rehabilitasi sosial bagi WBP pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika di UPT Pemasyarakatan.
c. Bertanggungjawab untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan
rehabilitasi sosial di UPT Pemasyarakatan.
Program Manajer (Wali Pemasyarakatan yang pernah magang di Balai
Rehabilitasi BNN)
a. Bertanggung jawab untuk keberlangsungan kegiatan rehabilitasi
sosial yang akan dijalankan.
b. Bertanggungjawab untuk membuat jadwal kegiatan layanan
rehabilitasi sosial
c. Bertanggungjawab mengawasi jalannya kegiatan yang dilaksanakan
oleh konselor, intruktur kegiatan harian dan petugas layanan
penunjang.
d. Bertanggung jawab untuk menjaga layanan rehabilitasi tetap dalam
keadaan kondusif.
e. Bertanggung jawab untuk melaksanakan pertemuan rutin dengan
seluruh tim pelaksana rehabilitasi setiap 1 (satu) bulan sekali.
f. Bertanggung jawab melaksanakan pertemuan dukungan keluarga
1 (satu) kali dalam satu periode perawatan.
g. Bertanggung jawab untuk memimpin pelaksanaan pembahasan
kasus peserta rehabilitasi sosial.
h. Bertanggung jawab untuk membuat laporan tentang
penyelenggaraan layanan rehabilitasi sosial selama satu periode
layanan dengan dibantu oleh instruktur layanan penunjang dan
instruktur layanan terkait dan memberikannya kepada Pembina
untuk diteruskan ke Kanwil.
37
Petugas Layanan Khusus (Dokter dan atau Perawat yang terlatih adiksi)
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan layanan kesehatan, dan
layanan rujukan bagi peserta rehabilitasi narkotika.
b. Bertanggung jawab untuk membuat jadwal layanan kesehatan
dan layanan rehabilitasi
c. Bertanggung jawab untuk mencatat dan melaporkan
perkembangan kesehatan peserta rehabilitasi kepada Program
Manajer.
d. Bertanggung jawab dalam mengisi kegiatan seminar kesehatan.
Konselor Adiksi
a. Bertanggungjawab untuk menemani, mendampingi WBP
pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika
dalam menjalani rehabilitasi.
b. Bertanggungjawab untuk melaksanakan konseling keluarga
dengan menginformasikan hasil perkembangan peserta layanan
kepada keluarga, minimal 1 (satu) kali dalam satu periode
kegiatan layanan rehabilitasi.
c. Bertanggung jawab untuk membuat laporan perkembangan
bulanan, yang akan diserahkan kepada Program Manajer.
d. Bertanggung jawab atas jalannya semua terapi kelompok
bersama dengan instruktur kegiatan harian.
e. Bertanggung jawab untuk memberikan konseling individu dan
konseling kelompok kepada WBP pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika dan merujuk ke petugas
psikologi apabila membutuhkan penanganan lebih lanjut.
39
Untuk membantu jalannya layanan rehabilitasi narkotika di UPT
Pemasyarakatan dibutuhkan peran serta aktif dari WBP peserta
rehabilitasi yang sudah dapat dipercaya untuk menjalankan tugas-
tugas membantu pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Beberapa
pesera rehabilitasi narkotika yang memenuhi syarat dan
dipandang mampu dapat ditunjuk oleh Konselor dan/atau
Instruktur menjadi Penangggung Jawab kegiatan sesuai bidang
masing-masing.
Program Manajer
Instruktur
41
5. Rehabilitasi Pada Anak
Anak penyalah guna narkotika adalah termasuk Anak yang
memerlukan perlindungan dan perlindungan khusus seperti yang
diamanahkan dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak.
Ketergantungan narkotika pada Anak merupakan suatu penyakit kronis
dan juga dipandang sebagai suatu masalah bio-psiko-dan sosial. Penggunaan
zat (narkotika) pada Anak perlu diidentifikasi dan ditangani sesegera mungkin.
Program rehabilitasi yang diberikan harus memenuhi kebutuhan individu dari
anak dan remaja, tidak hanya berfokus pada penggunaan zat saja, tetapi harus
disesuaikan dengan kebutuhan khas anak, misalnya kebutuhan akan
pendidikan.
Dengan demikian, layanan rehabilitasi anak berbeda dengan layanan
rehabilitasi yang diberikan pada orang dewasa, mengingat adanya hak dasar
Anak, kebutuhan Anak, dan tahapan perkembangan Anak.
5.1 Tahapan Rehabilitasi Anak
5.1.1 Skrining
Skrining dapat dilakukan dengan tes urin NAPZA dan wawancara
dengan formulir ASSIST.
5.1.2 Asesmen
Pelaksanaan asesmen bertujuan untuk:
a. Menginisiasi komunikasi dan interaksi terapeutik,
b. Meningkatkan kesadaran tentang besar dan dalamnya masalah yang
dihadapi
c. Oleh anak terkait penggunaan narkotika,
d. Mengkaji masalah medis dan kondisi lain yang perlu menjadi
perhatian khusus,
e. Menegakkan diagnosis,
f. Menyusun rencana terapi,
g. Memberikan umpan balik, dan
h. Memotivasi perubahan perilaku.
42
Asesmen dilakukan dengan berpedoman pada Formulir Asesmen Wajib
Lapor yang dimodifikasi dengan wawancara mendalam dan pemeriksaan
psikologi (dapat menggunakan Teen-ASI yang telah divalidasi).
Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali kondisi psikologi
Anak yang meliputi:
44
mempersiapkan dan memantapkan Anak untuk mengikuti layanan
rehabilitasi sosial. Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah
kurang lebih 1 (satu) minggu. Pada tahap ini Anak telah selesai
menjalani tahapan evaluasi fisik dan psikiatrik, dimana kondisi fisik,
mental serta emosional secara umum sudah stabil. Pendekatan yang
dilakukan pada tahap stabilisasi meliputi aspek medis/fisik, psikologis,
sosial dan spiritual dengan proporsional melalui kegiatan seperti:
a. Asesmen lanjutan dan penatalaksanaan pemeriksaan psikologis
berupa pengembangan potensi inteligensia (multiple intelligence),
gambaran kepribadian, serta pengembangan bakat dan minat.
b. Terapi okupasi dan aktivitas kelompok
Kegiatan ini dilakukan melalui kajian keperawatan, asuhan dan
intervensi keperawatan kepada Anak yang mengikuti rehabilitasi.
c. Terapi edukasi dan Psikoterapi
Psikiater atau psikolog bersama dokter umum melaksanakan
lanjutan psikoterapi untuk perubahan kognitif dan perilaku yang
menyimpang serta meningkatkan motivasi untuk menjalani layanan
rehabilitasi melalui kegiatan Ml/MET/CBT.
d. Terapi spiritual
Terapi ini meliputi kegiatan ibadah harian dan ceramah keagamaan.
e. Family Support Group
Family Support Group berupa terapi edukasi kepada keluarga
pecandu dan penyalahguna narkotika anak dan parenting skill serta
seminar terhadap anggota keluarga. Melalui tahapan stabilisasi,
peserta diharapkan:
1) termotivasi untuk mengikuti program rehabilitasi;
2) kondisi fisik, psikologis, sosial relatif stabil;
3) keluarga/instansi mendukung dan memahami layanan
rehabilitasi narkotika.
f. Family Support Group dan Parenting skill.
Pecandu dan penyalah guna narkotika Anak dengan kasus khusus
akan diputuskan melalui suatu pembahasan kasus dengan
45
melibatkan psikiater, dokter umum, konselor, pekerja sosial,
psikolog, sarjana psikologi dan perawat.
5.2.2.3 Program Inti
Program inti fokus pada pengembangan emosional dan intelektual
Anak tanpa mengesampingkan hak-hak dasar Anak, seperti
kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan. Selain berfokus pada
pengembangan emosional dan intelektual, juga bertujuan untuk
mengubah perilaku Anak. Tujuannya agar penyalah guna narkotika
Anak dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat dengan baik dan bertanggung jawab. Program inti dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Fase Younger Member : Pada fase ini peserta dikenalkan pada
layanan rehabilitasi dengan pendekatan metode Therapeutic
Community modifikasi, adaptasi dengan lingkungan, perangkat
yang digunakan, peraturan yang berlaku, norma dan nilai yang
dijunjung tinggi dalam TC. Fase ini membutuhkan waktu maksimal
4 minggu.
b. Fase Middle member
Fase ini memfasilitasi Pecandu dan penyalah guna narkotika Anak
untuk mengembangkan diri sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat, memahami hubungan antara kegiatan yang
dijalankan dengan kenyataan yang terjadi di kehidupan nyata.
Fase ini membutuhkan waktu maksimal 3 minggu.
c. Fase Older Member
Fase ini memfasilitasi Pecandu dan penyalah guna narkotika Anak
untuk melatih jiwa kepemimpinan (leadership skill), tanggung
jawab, keterampilan interpersonal dan pemahaman tentang aspek-
aspek kehidupan yang lebih mendalam. Fase ini membutuhkan
waktu maksimal 1 (satu) minggu. Kegiatan dalam tahap ini terdiri
dari terapi aktifitas kelompok, konseling, psikoterapi, edukasi,
konseling keluarga, dan terapi spiritual, dan terapi kelompok.
Dalam program inti ini, pecandu dan penyalah guna narkotika
46
Anak juga dapat diberikan intervensi psikososial apabila
diperlukan. Beberapa bentuk intervensi psikososial yang dapat
diberikan, yaitu:
1) Konseling Grup
Konseling grup dilakukan selama dua sesi. Setiap sesinya
berdurasi 1,5-2 jam dengan jumlah anggota di dalam grup
sebanyak 6-10 orang. Tema konseling grup ditentukan
berdasarkan prioritas kebutuhan setiap Pecandu dan penyalah
guna narkotika Anak, beberapa tema-tema konseling grup yang
diberikan adalah:
a) Mengelola rasa marah
b) Building Relationship (membangun sebuah hubungan)
c) Assertion (kemampuan menyampaikan pendapat kepada
orang lain tanpa menyinggung perasaan orang tersebut)
d) Denial Management (manajemen penyangakalan)
e) Relapse Prevention (Pencegahan kekambuhan)
f) Problem Solving (ketrampilan untuk menyelesaikan masalah)
g) Decision Making (kemampuan untuk membuat keputusan)
h) Self-Awareness (kepekaan terhadap diri sendiri)
2) Konseling Individual
Konseling individual dilakukan untuk membantu pecandu dan
penyalah guna narkotika Anak dalam memfasilitasi penyelesaian
masalah internal yang dihadapi saat menjalani program primary
ataupun masalah di luar rehabilitasi (keluarga, lingkungan
pergaulan, pendidikan, pekerjaan, finansial, hukum). Isu atau
topik permasalahan dalam konseling pada program inti yang
biasanya muncul adalah:
a) Masalah keluarga/relationship,
b) Anger management,
c) Denial management,
d) Burnout management,
e) Mengatasi kecemasan,
47
f) Mengatasi gangguan penyesuaian, serta
g) Relapse Prevention (pencegahan kekambuhan)
3) Konseling Keluarga
Dalam mempersiapkan diri untuk kembali ke keluarga,
terkadang muncul kebutuhan untuk dilakukan konseling
keluarga atau dialog keluarga dengan difasilitasi oleh psikolog
yang bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi di dalam
keluarga, memfasilitasi penyelesaian konflik dalam keluarga,
memfasilitasi proses diskusi rencana setelah rehabilitasi dan lain
sebagainya.
4) Psikoedukasi
Psikoedukasi yang dilakukan oleh psikolog dan atau konselor
diantaranya:
a) Building Self Esteem (kemampuan membangun harga diri)
b) Coping Skill (ketrampilan mengatasi masalah)
c) Healthy Relationship (hubungan yang sehat)
d) Codependency (ketergantungan)
e) Conflict Resolution (ketrampilan untuk mengatasi konflik)
5) Seminar/Pendidikan
Pendidikan melalui PKBM, Seminar dilakukan dapat
mengangkat tema-tema sebagai berikut:
a) Edukasi Pengetahuan Dasar sesuai dengan usia,
b) Edukasi/pendidikan mengenai narkotika dan obat-obatan
berbahaya,
c) Edukasi tentang makanan sehat dan bergizi,
d) Edukasi/pendidikan keterampilan hidup sehat
e) Edukasi/pendidikan seks,
f) Edukasi/pendidikan tentang HIV dan penyakit menular,
g) Edukasi mengenai cara menghindari ancaman dan mengenai
bahaya di lingkungan sekitar
h) Edukasi tentang cara mengatasi trauma (pengalaman yang
tidak menyenangkan).
48
6) Dinamika Kelompok
Dinamika Kelompok dilakukan seminggu sekali oleh petugas
rehabilitasi yang temanya disesuaikan dengan kebutuhan
komunitas saat itu. Beberapa tema yang biasanya dibawakan
dalam dinamika kelompok adalah :
a) Membangun kerja tim,
b) Pemecahan masalah,
c) Kemampuan berkomunikasi,
d) Kepemimpinan, empati, atau kesadaran social
Dinamika Kelompok juga bertujuan untuk memperbaharui dan
menyeimbangkan atmosfer komunitas menjadi lebih
menyenangkan agar dapat mempertahankan motivasi Anak
dalam menjalani kegiatan rehabilitasi narkotika.
7) Support Group/Closed Meeting (Grup Terapi)
Support group/closed meeting dilakukan untuk sekelompok
anak yang memiliki permasalahan yang sama, misalnya :
pecandu dan penyalah guna narkotika Anak yang terinfeksi HIV
(ODHA). Support group ini difasilitasi oleh psikolog atau konselor
bersama dengan staf medis dan staf clinical yang telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang HIV. Pecandu dan
penyalah guna narkotika Anak yang mengikuti support group ini
hanya pecandu dan penyalah guna narkotika anak yang
terinfeksi HIV (ODHA) dan kegiatan yang dilakukan bersifat
tertutup (closed meeting). Kegiatan dilakukan 2 minggu sekali
yang berisi psikoedukasi dan group sharing untuk saling berbagi
dan membahas masalah-masalah-yang dihadapi serta
mendiskusikan solusi yang tepat.
8) Intervensi Krisis
Intervensi krisis dilakukan oleh petugas yang terlatih kepada
pecandu dan penyalah guna narkotika Anak yang berada dalam
kondisi psikologis krisis/ anak dalam kondisi distress. Adapun
gejalanya adalah Anak sulit tidur, kesulitan mengontrol emosi,
49
dalam kondisi putus zat, menangis dengan frekuensi sering, dan
anak dengan keluhan sakit kepala dan perut. Kondisi krisis
tersebut berisiko membahayakan dirinya atau orang lain,
misalnya pecandu dan penyalah guna narkotika Anak yang
melakukan: perkelahian antar Anak dalam lembaga rehabilitasi,
kondisi emergensi medis, usaha melarikan diri, percobaan
bunuh diri, dan melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang lain. Langkah-langkah intervensi yang dilakukan
adalah:
a) Menilai tingkat krisis yang dihadapi
b) Memberikan empati
c) Membuat lingkungan yang kondusif bagi Anak
d) Menganalisa permasalahan yang mengakibatkan krisis pada
Anak
e) Memberikan terapi simptomatik
f) Memberikan rencana terapi dan solusi masalah kearah lebih
positif
9) Trauma Healing
Proses ini membantu pecandu dan penyalah guna narkotika
Anak dalam mengatasi kondisi trauma, misalnya melalui terapi
realitas/relaksasi, Emotional Freedom Therapy (EFT),
Hypnotherapy dan psikoterapi.
10) Asesmen Khusus
Jika dibutuhkan, maka asesmen khusus juga dilakukan bagi
pecandu dan penyalah guna narkotika Anak yang menunjukkan
gejala-gejala tertentu selama menjalani kegiatan, misalnya:
muncul gejala adanya gangguan-gangguan psikiatri (misalnya
depresi, psikotik, bipolar, dsb). Selain itu juga jika pecandu dan
penyalah guna narkotika Anak menunjukkan perilaku yang
membahayakan diri ataupun orang lain, seperti: kekerasan,
ide/usaha bunuh diri. Psikotes tambahan akan dilakukan untuk
menunjang pemeriksaan psikologis menyeluruh selain
50
wawancara klinis dan observasi. Psikotes atau alat bantu
tambahan tersebut misalnya Minnesota Multiphasic Personality
Inventory (MMPI), Beck Depression Inventory (BDI), MINI
International Classification Diseases 10.
11) Brief Therapy (Terapi Singkat)
Terapi yang berjangka waktu pendek (3-5 sesi) yang bertujuan
untuk mengatasi gejala dan mengubah perilaku yang tidak
dikehendaki dengan cara membantu pecandu dan penyalah
guna narkotika Anak untuk memecahkan masalahnya melalui
pendekatan kognitif. Terapi dilakukan hanya jika diperlukan
oleh Pecandu dan penyalah guna narkotika Anak dalam
menjalani program. Misalnya: untuk pecandu dan penyalah
guna narkotika anak yang mengalami depresi. Tujuannya
membantu pecandu dan penyalah guna narkotika Anak
mengatasi permasalahannya dengan mengubah pola pikir atau
emosi negatif menjadi positif.
12) lntervensi Psikososial berdasarkan 8 (delapan) protokol UNODC
Intervensi Psikososial sekurang-kurangnya terdiri dari 8 hal yang
dibuat rutin selama 45 hari dan diulang lagi di pertemuan ke 46.
Diantara 8 tema tersebut adalah :
a) Basic Education
b) Drug Education
c) Nutrisi
d) Higiene
e) Personal Safety
f) Trauma Coping Skill
g) Communication Skill
h) Art Therapy
13) Model Komponen Intervensi Psikososial pada Rehabilitasi Anak.
Berikut ini adalah contoh jadwal harian penerapan intervensi
psikososial dalam konteks rawat inap. Setiap hari anak
mengawali hari dengan sesi-sesi spiritual dan mengikuti
51
kegiatan sekolah seperti biasa. Intervensi psikososial dan
spiritual yang bersifat rutin seperti shalat, mengaji, sembahyang,
ibadah gereja menjadi rutinitas yang menjadi hak anak. Sore
dan malam hari Anak juga mendapatkan intervensi seperti
seminar dan konseling kelompok tematik sesuai kebutuhan.
Kegiatan yang bersifat rutin seperti mandi, makan, belajar, serta
kegiatan-kegiatan ibadah merupakan aktivitas keseharian dalam
program rehabilitasi.
5.2.2.4. Persiapan Pasca Rehabilitasi
Persiapan program pascarehabilitasi yang diselenggarakan pada
klien rawat jalan, pada pertemuan kedua sebelum akhir program
rawat jalan, dan/atau pada klien rawat inap 2 minggu sebelum
akhir program rehabilitasi (minggu kedua fase reentry). Penyedia
layanan rehabilitasi melakukan persiapan program pascarehabilitasi
melalui analisis:
a. Resume dan Rekomendasi jenis layanan pascarehabilitasi
b. Re-asesmen dilakukan dengan wawancara mendalam
c. Hasil minat dan bakat
d. Pemeriksaan psikologi
e. Tinjauan rencana terapi
52
6. Pascarehabilitasi
Layanan Pascarehabilitasi di Bapas dilaksanakan sesuai dengan tugas
dan fungsinya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan
penelitian kemasyarakatan, pendampingan, pembimbingan dan pengawasan,
koordinasi serta layanan pascarehabilitasi sebagai rangkaian kegiatan
rehabilitasi berkesinambungan merupakan pelayanan aktif bagi klien pada
tahapan terakhir, klien harus mengikuti layanan sampai selesai pada tahap
terminasi di tempat layanan. Layanan pascarehabilitasi merupakan bagian
yang terintegrasi dan tidak terpisahkan dari rehabilitasi medis dan sosial,
dalam upaya pemulihan ketergantungan narkotika. Pelaksanaan layanan
rehabilitasi di Rutan/Lapas/LPKA/RS Pengayoman dilanjutkan dengan
pascarehabilitasi di Bapas agar klien dapat pulih, produktif dan berfungsi
sosial.
Bagi WBP yang berdomisili jauh dari Bapas pelaksana layanan
pascarehabilitasi, dapat mengikuti pascarehabilitasi di Rumah Damping milik
Badan Narkotika Nasional Propinsi terdekat dari lokasi domisili WBP dengan
pengawasan oleh Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas.
Namun bagi WBP yang belum selesai mengikuti layanan rehabilitasi
sosial di Lapas/LPKA, dapat melanjutkan program rehabilitasi di layanan
rehabilitasi milik Badan Narkotika Nasional Propinsi maupun Institusi
Penerima Wajib Lapor (IPWL) terdekat dengan melampirkan Surat Keterangan
Rujukan Layanan dari konselor adiksi dan program manager .
6.1. Prinsip Pascarehabilitasi
Prinsip pendampingan dan pengembangan pada layanan
pascarehabilitasi di Bapas merupakan modalitas penting yang
memberikan petunjuk secara jelas dan terarah untuk pencapaian tujuan
pemulihan. Dengan kriteria prinsip pendampingan dan pengembangan
dalam layanan pascarehabilitasi sebagai berikut:
6.1.1. Pendampingan
Pendampingan merupakan salah satu strategi yang sangat
menentukan keberhasilan kegiatan layanan pascarehabilitasi bagi Klien
Pemasyarakatan. Pendampingan dapat dilakukan oleh perseorangan,
53
kelompok atau lembaga yang memiliki kompetensi profesional
dibidangnya dalam melakukan pendampingan bagi Klien, antara lain :
konselor adiksi, Pembimbing Kemasyarakatan, psikolog, pembina mental,
dan lain-lain.
Prinsip pendampingan dapat diartikan sebagai interaksi dinamis
antara Klien Pemasyarakatan dan petugas layanan
pascarehabilitasi/Pembimbing Kemasyarakatan untuk secara bersama-
sama menghadapi beragam tantangan dalam manajemen pemulihan
sehingga pada akhirnya dapat menjalani rangkaian pemulihannya
dengan hidup berkualitas dan terciptanya reintegrasi ke masyarakat.
Kondisi pemulihan dapat dipertahankan apabila proses pendampingan
dilaksanakan secara terus menerus dengan melibatkan keluarga dan
lingkungan sosial/masyarakat di mana Klien Pemasyarakatan membaur.
Untuk itu prinsip pendampingan komprehensif hendaknya dipegang
teguh oleh seorang pendamping dalam penyelenggaraan layanan
pascarehabilitasi di Bapas, keluarga dan masyarakat, yang terdiri dari
prinsip; individualisasi, penerimaan, kerahasiaan, kepedulian, kejujuran,
kepercayaan dan sikap tidak menghakimi.
6.1.2. Pengembangan
Pengembangan merupakan usaha bersama dan terencana untuk
meningkatkan kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan selama
menjalani pemulihan yang meliputi bio-psiko-sosial-spiritual dan
ekonomi/vokasional, maka implikasinya Klien memungkinkan dapat
meningkatkan kualitas hidupnya dan petugas layanan pascarehabilitasi
harus mampu memberikan pengaruhnya terhadap proses-proses yang
bertujuan meningkatkan pemulihan. Dengan demikian pengembangan
menunjuk pada interaksi aktif antara petugas layanan pascarehabilitasi
dan Klien, dalam proses tahapan pemulihan.
Pengembangan memiliki fokus terhadap upaya pemulihan untuk
meningkatkan potensi yang telah ada pada Klien Pemasyarakatan, sesuai
dengan bakat dan minatnya sehingga dapat meningkatkan fungsi
sosialnya dalam masyarakat. Pengembangan dilakukan dengan
54
mengidentifikasi kebutuhan dan kemudian melakukan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhannya, yaitu kebutuhan akan layanan pendidikan,
keterampilan kerja/vokasional, keagamaan, kesehatan dan dunia usaha
melalui sistem rujukan.
Dalam prinsip pengembangan, Kepala Bapas dalam layanan
pascarehabilitasi melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang
memungkinkan klien untuk memperoleh dukungan dalam memenuhi
kebutuhan dalam menjalani pemulihannya, yaitu membangun dan
membentuk jejaring kerja melalui suatu kesepakatan kerja sama dalam
bentuk nota kesepahaman atau perjanjian kerjasama, antara pihak-
pihak yang terlibat dalam kegiatan pemulihan, dengan mengedepankan
terpenuhinya kebutuhan masing-masing pihak secara sinergis.
Untuk itu seorang Pembimbing Kemasyarakatan/petugas
Pemasyarakatan dalam layanan pascarehabilitasi, hendaknya memahami
prinsip pengembangan ini, yang antara lain prinsip; rasionalitas,
partisipasi, pendayagunaan potensi, kemitraan, keberlanjutan dan
konsistensi layanan.
6.1.3. Jaringan Kerja
Layanan pascarehabilitasi melalui Bapas merupakan sistem
pelayanan bagi Klien yang melibatkan instansi/lembaga terkait.
6.2 Struktur Organisasi Layanan Pascarehabilitasi di BAPAS
Layanan pascarehabilitasi memerlukan sumber daya manusia
yang mempunyai tugas dan kualitas tertentu. Fungsi dan peranan
setiap petugas harus ditingkatkan guna tercapai tujuan yang
diharapkan. Struktur organisasi dalam layanan pascarehabilitasi
adalah sebagai berikut:
55
STRUKTUR ORGANISASI LAYANAN PASCAREHABILITASI
Pembina
(Kepala Bapas)
56
e. Melaporkan seluruh kegiatan layanan pascarehabilitasi kepada
penanggung jawab.
Manager Kasus dalam hal ini adalah Kasubsi/Petugas Bimbingan
Kemandirian/Kerja:
a. Bertanggung jawab dalam mencari peluang kerjasama dengan
instansi lain atau pihak ke III yang berkaitan dengan
pelaksanaan bimbingan kemandirian yang ada dalam layanan
pascarehabilitasi.
b. Mengkoordinasikan pelaksana bimbingan kemandirian/kerja bag
Klien pascarehabilitasi.
Pendamping/Konselor adiksi, dalam hal ini adalah Pembimbing
Kemasyarakatan yang sudah terlatih atau petugas LSM yang
menangani masalah perawatan adiksi:
a. Mendampingi PM untuk menjalankan layanan pascarehabilitasi
b. Memberikan konseling adiksi kepada klien
c. Melakukan edukasi kepada klien, berupa seminar terkait adiksi
d. Membuat laporan perkembangan klien
e. Menjalin komunikasi berkelanjutan dengan keluarga klien dalam
hal pemulihannya
f. Bertanggung jawab kepada Program Manager
6.2.4 Admin, dalam hal ini adalah petugas Bapas:
a. Mengelola data Klien;
b. Melakukan dokumentasi kegiatan;
c. Membuat absen peserta;
d. Memberikan data dukung kepada Program Manager;
e. Melakukan pengarsipan.
f. Melakukan inventaris data Klien yang akan mengikuti kegiatan
pascarehab;
g. Mengubungi calon peserta/peserta
h. Membuat surat panggilan kepada Klien;
57
6.3 Kriteria Klien Pascarehabilitasi
Kriteria klien Pascarehabilitasi sebagai berikut :
a. Klien Pemasyarakatan sudah menjalani rehabilitasi di
LAPAS/LPKA/RUTAN/RS Pengayoman;
b. Bersedia untuk menjalani layanan Pascarehabilitasi sesuai dengan
rencana program;
6.4 Layanan Pascarehabilitasi di Bapas
Layanan pascarehabilitasi di Bapas merupakan layanan rawat jalan
yang berperan sebagai layanan pembimbingan dalam rangka pencegahan
kekambuhan, pengembangan diri, minat dan bakat serta layanan
pendidikan, keterampilan agar dapat berfungsi sosial dan produktif. Lama
program layanan pascarehabilitasi Bapas selama 3 sampai 6 bulan. Untuk
itu penentuan program Layanan Pascarehabilitasi di Bapas bagi klien harus
berdasarkan kesepakatan dengan klien dengan mempertimbangkan lokasi
tempat tinggal klien Pemasyarakatan. Dengan demikian memudahkannya
untuk dapat datang kapan saja sampai program terminasi/selesai.
Bapas dapat membentuk jejaring dengan pihak lain untuk menunjang
pelaksanaan layanan pascarehabilitasi di Bapas. Klien yang mengikuti
layanan pascarehabilitasi Bapas dapat mengakses layanan sesuai dengan
kebutuhan yang dinilai saat asesmen pra program.
6.4.1 Tujuan dan Fungsi Layanan Pascarehabilitasi di Bapas
a. Tujuan
Memfasilitasi klien Pemasyarakatan agar dapat mempertahankan
kepulihan dengan dukungan komunitas, serta dapat meningkatkan
produktifitas.
b. Fungsi
1) Tempat pemulihan yang berbasis sosial
2) Sebagai wadah berkumpulnya klien dalam meningkatkan
kualitas diri sehingga mampu menjalankan fungsi sosialnya di
masyarakat.
3) Mendampingi Klien agar dapat mempertahankan pemulihannya.
58
4) Mengembangkan kreatifitas, keterampilan dan kemampuan diri
agar dapat sehat dan mandiri.
6.4.2 Alur Layanan Pascarehabilitasi Bapas
Alur pelayanan pascarehabilitasi di Bapas meliputi :
a. Penerimaan awal
Pada tahap ini, Klien Pemasyarakatan diterima oleh petugas
registrasi di Bapas dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
b. Asesmen pra layanan Pascarehabilitasi
Asesmen pra layanan dilaksanakan untuk menilai Klien. Hasil
asesmen pra layanan sebagai rekomendasi rencana layanan
pascarehabilitasi klien Pemasyarakatan di Bapas. Asesmen pra
program ini menggunakan hasil Litmas reintegrasi pada akhir
layanan rehabilitasi di Lapas.
c. Layanan
Layanan yang diberikan kepada klien Pemasyarakatan untuk
membantu menjaga kepulihannya dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia di Bapas dan jejaring.
Bentuk Layanan Pascarehabilitasi di BAPAS meliputi :
1) Konseling Individu
2) Konseling Kelompok
3) Konseling Keluarga
4) Peer Group (Pertemuan Kelompok)
5) Seminar (Psikoedukasi: life skill, coping skill, relaps prevention)
6) Pelatihan kemandirian
e. Rujukan :
1). Rujukan Program
Selama mengikuti layanan pascarehabilitasi, klien dapat
memperoleh kebutuhan layanan di luar layanan pascarehabilitasi
sesuai dengan kebutuhan, contoh : Layanan rehabilitasi dapat
dirujuk ke BNNP/Kota, layanan kesehatan dapat dirujuk ke
59
Puskesmas/RS terdekat, layanan vokasional dapat dirujuk ke
Balai Latihan Kerja, dan institusi atau lembaga lain.
2). Rujukan lainnya
Dapat dilaksanakan apabila klien memiliki masalah di luar dari
permasalahan ketergantungan narkotikanya sesuai dengan
kebutuhan, contoh : masalah hukum, masalah status
pernikahan dan masalah lainnya.
6.4.3. Terminasi
Merupakan tahapan akhir proses layanan pascarehabilitasi dimana
seluruh bentuk kerjasama antara pemberi dan penerima layanan
pascarehabilitasi di Bapas telah terselesaikan, berdasarkan rencana
perawatan yang telah disepakati. Dalam hal test urine klien
Pemasyarakatan terbukti positif maka Bapas dapat melakukan
intervensi kepada klien untuk menjalani rehabilitasi narkotika di
Institusi Penerima Wajib Lapor terdekat.
6 Bulan
60
7. Pencatatan Dan Pelaporan
Kepala Rutan, Kepala LPAS, Kepala Lapas, Kepala LPKA, Kepala Bapas
atau Kepala Rumah Sakit Pengayoman wajib melaporkan secara berkala
terhadap pelaksanaan Rehabilitasi Narkotika kepada Direktur Jenderal secara
berjenjang.
Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian dari kegiatan terapi
rehabilitasi narkotika. Pencatatan dan pelaporan yang baik akan menghasilkan
data yang valid yang sangat diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi
program.
7.1. Pencatatan data peserta rehabilitasi medis dilakukan oleh dokter, perawat
dan petugas administrasi pada akhir kegiatan pelayanan.
a. Dokter mencatat hasil skrining, asesmen dan terapi yang diberikan pada
kartu rekam medis.
b. Perawat memindahkan data hasil skrining, asesmen dan terapi pada buku
bantu pelayanan rehabilitasi medis.
c. Petugas administrasi merekap data bulanan hasil skrining, asesmen dan
terapi rehabilitasi medis.
d. Petugas administrasi memasukkan data hasil skrining, asesmen dan
terapi pada sistem database pemasyarakatan (SDP Keswat dan/atau
Aplikasi SELARAS).
e. Dokter penanggungjawab membuat laporan bulanan (formulir 12C) dan
triwulan (B03, B06, B09 dan B12) kegiatan rehabilitasi dan
ditandatangani oleh Kepala Rutan/Lapas/LPKA/RS Pengayoman.
f. Laporan yang sudah ditandatangani diserahkan ke bagian Tata Usaha
untuk dikirimkan ke Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM dan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
g. Laporan bulanan (formulir 12C) dikirim paling lambat tanggal 5 setiap
bulannya.
7.2. Pencatatan data peserta rehabilitasi sosial dilakukan oleh tim rehabilitasi
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
a. Dokter mencatat hasil pemeriksaan kesehatan dan terapi yang diberikan
pada kartu rekam medis dan lembar Asesmen peserta rehabilitasi sosial.
61
b. Perawat memindahkan data hasil skrining, asesmen dan terapi pada buku
bantu pelayanan rehabilitasi sosial.
c. Petugas administrasi merekap data bulanan hasil skrining, asesmen dan
terapi rehabilitasi sosial.
d. Petugas administrasi memasukkan data hasil skrining, asesmen dan
terapi pada sistem database pemasyarakatan (SDP Keswat)
e. Program Manager membuat laporan bulanan (formulir 12C) dan triwulan
(B03, B06, B09 dan B12) kegiatan rehabilitasi dan ditandatangani oleh
Kepala Lapas/LPKA.
f. Laporan yang sudah ditandatangani diserahkan ke bagian Tata Usaha
untuk dikirimkan ke Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM dan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
g. Laporan bulanan (formulir 12C) dikirim paling lambat tanggal 5 setiap
bulannya.
7.3 Pencatatan data peserta Pascarehabilitasi dilakukan
a. Petugas administrasi merekap data bulanan dari manager kasus mengenai
data jumlah Klien pascarehabilitasi yang mengikuti kegiatan kemandirian,
dan merekap data Klien yang mengikuti konseling dan perkembangan
perubahan prilaku Klien.
b. Program Manager membuat laporan bulanan (formulir Pascarehabilitasi)
dan triwulan (B03, B06, B09 dan B12) kegiatan rehabilitasi dan
ditandatangani oleh Kepala Bapas.
c. Laporan yang sudah ditandatangani diserahkan ke bagian Tata Usaha
untuk dikirimkan ke Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM dan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
7.4 Pencatatan dan pelaporan dari layanan rehabilitasi yang telah dilaksnakan
di Rutan, Lapas, LPKA, RS Pengayoman dan Bapas dilaporkan secara
berjenjang melalui Kantor Wilayah
a. Petugas administrasi pada Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM merekap data laporan bulanan dari Lapas
dan Rutan di wilayah tersebut kemudian memasukkan ke dalam formulir
Keswat.
62
b. Laporan bulanan ditandatangani oleh Kepala Divisi Pemasyarakatan.
c. Petugas administrasi mengirim laporan bulanan ke Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan dengan menggunakan sistem pelaporan yang ditetapkan.
63
9. PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan pelaksanaan rehabilitasi Narkotika bagi
WBP dan Tahanan di UPT Pemasyarakatan merupakan acuan bagi
pelaksana/penyelenggara pelayanan rehabilitasi pecandu dan korban
penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan di UPT Pemasyarakatan.
Penyusunan petunjuk pelaksanaan ini masih banyak kekurangan
dan untuk penyempurnaannya sejalan dengan implementasi di lapangan
dan dinamika perkembangan permasalahan Narkotika, diharapkan
adanya saran perbaikan lebih lanjut dalam rangka meningkatkan
pelayanan rehabilitasi narkotika kepada Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
64
LAMPIRAN I
Kalapas/
Karutan/Kepala
RS Pengayoman
KaKanwil Kemenkumham
Cq.KaDivisi Pemasyarakatan
1) Ruang pemeriksaan
2) Ruang konseling/intervensi psikososial
3) SOP layanan rehabilitasi medis
1) Ruang pemeriksaan
2) Ruang konseling/intervensi psikososial
3) SOP layanan rehabilitasi medis
B. Rehabilitasi Sosial
1) Blok Khusus WBP Peserta Rehabilitasi
2) Ruang administrasi
3) Klinik
4) Ruang serba guna
5) Ruang vokasional
6) Fasilitas rekreasional
7) Tempat Ibadah
8) Dapur
C. Penyelenggara layanan pascarehabilitasi
1) Diselenggarakan oleh Bapas
2) Tersedia ruangan untuk melaksanakan kegiatan pascarehabilitasi
3) Tersedia petugas yang telah mendapat pelatihan dasar
gangguan penggunaan zat, diantaranya asesmen narkotika,
konseling adiksi dan rehabilitasi medis.
4) Tersedia layanan pelatihan keterampilan (vocasional skill),
kemandirian, kepribadian dan pencegahan kekambuhan.
5) Tersedia anggaran pelaksanaan layanan pascarehabilitasi
baik yang bersumber dari APBN maupun lembaga lain.
LAMPIRAN II
ALUR LAYANAN REHABILITASI NARKOTIKA
SKRINING
INTERVENSI
SINGKAT
Psikis/Mental Fisik
LAMPIRAN III
JADWAL KEGIATAN REHABILITASI MEDIS
I II III IV V VI
Kegiatan Rehabilitasi Medis
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Evaluasi Psikologis S I T U A S I O N A L
Konseling/Tes HIV
Catatan :
2. Evaluasi Psikologis dilakukan bila ada indikasi gangguan jiwa lainnya (misalnya: depresi berat,
anxietas berat, atau gangguang orientasi sexual)
3. Konseling Adiksi dilakukan minimal 3 kali kegiatan dan maksimal 10 kali kegiatan
LAMPIRAN IV
JADWAL KEGIATAN REHABILITASI SOSIAL
METODE THERAPEUTIC COMMUNITY
TIME ACTIVITY
06.00 – 06.30 Wake Up Call
06.30 – 07.30 Function Pagi
07.30 – 08.00 Wash Up
08.00 – 09.00 Breakfast
09.00 – 10.00 Morning Meeting
10.00 – 11.00 Sessi Group
11.00 – 12.00 Counseling Session
12.00 – 13.00 Lunch, Religion activity
13.00 – 14.00 Siesta/Free time
14.00 – 15.00 Sessi Group
15.00 – 17.00 Function Sore
17.00 – 18.00 Wash Up
18.00 – 19.00 Dinner
19.00 – 20.00 Free Time, Religion activity
20.00 – 22.00 Wrap-up
22.00 Clousing house
TIME ACTIVITY
06.00 – 06.30 Wake Up Call
06.30 – 07.30 Function Pagi
07.30 – 08.00 Wash Up
08.00 – 09.00 Breakfast
10.00 – 11.00 Facility Clean up
11.00 – 12.00 Familly Terapy (Konseling Keluarga)
12.00 – 13.00 Lunch, Religion activity
13.00 – 17.00 Siesta/Free time
17.00 – 18.00 Wash Up
18.00 – 19.00 Dinner
19.00 – 22.00 Saturday Night Activity
22.00 Clousing house
DAILY ACTIVITY SUNDAY
TIME ACTIVITY
06.00 – 06.30 Wake Up Call
06.30 – 07.30 Function Pagi
07.30 – 08.00 Wash Up
08.00 – 09.00 Breakfast
10.00 – 11.00 Facility Clean up
11.00 – 12.00 Siesta/Free Time
12.00 – 13.00 Lunch, Religion activity
13.00 – 15.00 Siesta/Free time/Movie Activity
15.00 – 17.00 Sport Activity
17.00 – 18.00 Wash Up
18.00 – 19.00 Dinner
19.00 – 20.00 Self Evaluation
20.00 – 22.00 House Meeting
22.00 Clousing house
1. Static Group
2. Seminar (Kesehatan dan Adiksi)
3. 12 Step Session)
4. Group Confrontation
5. Resident Seminar
6. En-Counter Group
7. Ect (Based on Needs)
LAMPIRAN IV
JADWAL REHABILITASI MEDIS
LAMPIRAN V
STANDAR BIAYA KELUARAN REHABILITASI NARKOTIKA
STANDAR BIAYA KELUARAN REHABILITASI NARKOTIKA DI UPT PEMASYARAKATAN
(SESUAI PERMENKEU NO. 69 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR BIAYA KELUARAN
TAHUN ANGGARAN 2019)
Penyelenggaraan Pemasyarakatan di
Wilayah 73.880.000
LAYANAN PERAWATAN
NARAPIDANA/TAHANAN 30 NARAPIDANA 73.880.000
PELAKSANAAN KEGIATAN
I REHABILITASI MEDIS 26.400.000
ASSIST (Alcohol Smoking and Substance use Involvement Screening & Test)
Terima kasih atas kesediaan anda dalam wawancara singkat ini. Saya akan bertanya
kepada anda tentang pengalaman anda dalam menggunakan zat/obat- obatan ini
selama anda hidup sampai hari ini dan terutama dalam tiga bulan terakhir. Zat/obat-
obatan ini dapat dihirup, ditelan, disedot, disuntik atau ditelan.
Beberapa zat dalam daftar adalah resep dokter (seperti amfetamin, sedatif, obat anti
nyeri). Untuk wawancara ini kami tidak membahas tentang obat- obatan yang
diresepkan, karena kami bertanya tentang zat-zat yang tidak diresepkan. Namun
demikian, apabila anda menggunakan obat yang diresepkan dan memakainya di luar
anjuran dokter dengan alasan apapun, tolong beritahu kami
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2
HAMPIR SELALU
TIDAK PERNAH
TIAP MINGGU
SELALU ATAU
TIAP BULAN
Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering
Tidak
Dalam kehidupan anda, zat apa dibawah ini yang pernah anda pernah menggunakan zat seperti yang
KALI
Ya
digunakan? (di luar penggunaan dengan alasan medis) anda katakan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA,
DLL)?
f. Inhalansia (lem, bensin, tiner, dll) f. Inhalansia (lem, bensin, tiner, dll) 0 2 3 4 6
g. Sedativa atau obat tidur (Benzodiazepin, Lexotan, Rohypnol, g. Sedativa atau obat tidur (Benzodiazepin,
0 2 3 4 6
Mogadon, dll.) Lexotan, Rohypnol, Mogadon, dll.)
i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, dll) i. Opioid (heroin, morfin, metadon, kodein, dll) 0 2 3 4 6
TIAP MINGGU
TIAP BULAN
Tidak pernah
Tiap minggu
sering obat yang anda gunakan dari (ZAT
Tiap bulan
SELALU
Selama tiga bulan terakhir , seberapa sering PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL) yang
anda mempunyai keinginan yang kuat untuk menyebabkan timbulnya masalah
menggunakan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, kesehatan, sosial, hukum dan masalah
DLL) ? keuangan?
c. Kanabis 0 3 4 5 6 c. Kanabis 0 4 5 6 7
d. Kokain 0 3 4 5 6
d. Kokain 0 4 5 6 7
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi, shabu,
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi, shabu, dll) 0 3 4 5 6 0 4 5 6 7
dll)
f. Inhalansia
f. Inhalansia 0 3 4 5 6 0 4 5 6 7
h. Halusinogen
h. Halusinogen 0 3 4 5 6 0 4 5 6 7
i. Opioid
i. Opioid 0 3 4 5 6 0 4 5 6 7
j. Zat-lain: jelaskan:
j. Zat-lain: jelaskan: 0 3 4 5 6 0 4 5 6 7
Pertanyaan 5
Harian atau Hampir tiap
Satu atau dua kali
Tiap minggu
Tiap bulan
a. Produk tembakau 0 5 6 7 8
b. Minuman beralkohol 0 5 6 7 8
c. Kanabis 0 5 6 7 8
d. Kokain 0 5 6 7 8
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi, shabu,
0 5 6 7 8
dll)
f. Inhalansia 0 5 6 7 8
g. Sedativa atau obat tidur 0 5 6 7 8
h. Halusinogen 0 5 6 7 8
i. Opioid 0 5 6 7 8
j. Zat-lain: jelaskan: 0 5 6 7 8
Tanyakan Pertanyaan 6 & 7 untuk semua zat yang pernah digunakan (misalnya zat yang didapat pada Pertanyaan 1)
Pertanyaan 6 Pertanyaan 7
terakhir
penggunaan dari (ZAT PERTAMA, KEDUA, DLL)? mengontrol, mengurangi, atau menghentikan
penggunaan (ZAT PERTAMA, ZAT KEDUA, DLL.)?
a. Produk tembakau 0 6 3
i. Opioid 0 6 3 h. Halusinogen 0 6 3
j. Zat-lain: jelaskan: 0 6 3 i. Opioid 0 6 3
j. Zat-lain: jelaskan: 0 6 3
Pertanyaan 8
Ya, dalam 3 bulan terakhir
bulan terakhir
Untuk masing-masing zat (a sampai j) jumlahkan semua skor yang didapat dari pertanyaan 2 sampai 7. Jangan jumlahkan hasil dari masing-
masing P1 atau P8 didalam skor ini.
Contoh, Skor untuk Kanabis (ganja) dapat dijumlahkan dari pertanyaan: P2c + P3c + P4c + P5c + P6c + P7c
Catat bahwa P5 untuk tembakau tidak diberi kode, dan yang dijumlahkan hanya pertanyaan: P2a + P3a + P4a + P6a + P7a
Jenis intervensi ditentukan oleh skor penggunaan zat yang digunakan pasien
Interven
Catatan si Pengobatan yang lebih intensif *
Tidak ada singkat
Skor Zat
intervensi
Spesifik
CATATAN: *PENILAIAN LEBIH LANJUT DAN PENGOBATAN YANG LEBIH INTENSIF dapat disediakan oleh petugas kesehatan di Institusi
Penerima Wajib Lapor Pecandu atau oleh ahli dibidang terapi Napza, jika tersedia.
LAMPIRAN VII
FORMULIR ASESMEN
Tanggal asesmen D.2 Heroin
(……………………….) D.3 Metadon / Buprenorfin
D.4 Opiat lain / Analgesik
Skala Penilaian D.5 Barbiturat
Pasien D.6 Sedatif / Hipnotik
D.7 Kokain
D.8 Amfetamin
D.9 Kanabis
4 D.10 Halusinogen
D.11 Inhalan
D.12 Lebih dari 1 zat / hari (termasuk alkohol
13. Jenis zat utama yang disalahgunakan : ……………………………………
14. Pernahkah menjalani terapi rehabilitasi ? Ya = 1 Tidak = 0
Bila ya, jenis terapi rehabilitasi yang dijalani ?
15.
Keterangan : …………………………………………………………………………………..
16. Pernahkah mengalami overdosis ? Ya = 1 Tidak = 0
17. Bila ya, kapan dan bagaimana penanggulangannya
18. Waktu overdosis :
Cara penanggulangan Perawatan di RS = 1
19. Perawatan di Puskesmas = 2
Sendiri = 3
STATUS LEGAL Berapa kali kah dalam hidup anda ditangkap dan dituntut dengan hal
1. Mencuri di toko / vandalisme
2. Bebas bersyarat / masa percobaan
Tanggal asesmen 3. Masalah narkoba
(……………………….) 4. Pemalsuan
5. Penyerangan bersenjata
Skala Penilaian 6. Pembobolan dan pencurian
Pasien 7. Perampokan
8. Penyerangan
5
9. Pembakaran rumah
10. Perkosaan
11. Pembunuhan
12. Pelacuran
13. Melecehkan pengadilan
14. lain-lain ; ……………………………………………………………………………………………
(masukkan jumlah total pengadilan, tidak hanya vonis hukuman. Jangan masukkan kejahatan anak-anak (sebelum usia
18) kecuali kalau mereka dituntut sebagai orang dewasa).
Hasil Urinalisis
Jenis Zat
Benzodiazepin Ya = 1 Tidak = 0
Kanabis Ya = 1 Tidak = 0
6. Opiat Ya = 1 Tidak = 0
Amfetamin Ya = 1 Tidak = 0
Kokain Ya = 1 Tidak = 0
Barbiturat Ya = 1 Tidak = 0
Alkohol Ya = 1 Tidak = 0
LAMPIRAN VIII
FORMULIR LAPORAN
FORMULIR WATKESREHAB 12 B
LAPORAN SEMESTER KEADAAN PETUGAS DAN KEBUTUHAN
PETUGAS LAYANAN KESEHATAN DAN REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOTIKA
Bulan : .........
Tahun : .........
DO KTER UM UM DOKTER GIGI PERAWAT PERAWAT GIGI BIDAN SARJANA PSIKOLOGI PSIKOLOG PSIKIATER APOTEKER ASISTEN APOTEKER ANALIS LABORATORIUM AHLI GIZI / NUTRISIONIS SANITARIAN TOTAL
KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KEADAAN KETERANGAN
KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH KEBUTUHAN PURNA PARUH
WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU PARUH WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU WAKTU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
KEADAAN KEBUT U HA
KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEA D A AN KEBUTUHAN KEA D A AN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN KEBUTUHAN KEADAAN
N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
.................................., tgl.................
Kepala UPT
....................................................
NIP. ................................
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH : .........
UPT : .........
Alamat : .........
Telepon/Faximile : .........
Email : .........
Bulan : .........
Tahun : .........
Kapasitas : .........
Jumlah penghuni : .........
Jumlah Tahanan dan Napi baru bulan ini: .........
Pengguna Napza
Skrining Napza Asesmen Rehabilitasi Pecandu Napza Riwayat Penggunaan Narkotika Komorbiditas Tindak Lanjut (Rehabilitasi)
suntik
Rujukan
Opiat
L Buprenorf Sedatif/ Amfetami Halusinog Gangguan Intervensi Pasca-
L P L P P L P Alkohol Heroin Metadon lain/ Barbiturat Kokain Kanabis Inhalan NPS Multipel HIV TB Hepatitis Edukasi PTRM TC Criminon
in Hipnotik n en Psikiatri singkat rehabilitas
Analgesik
i
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
............................., tgl....................
Kepala UPT
....................................................
NIP. ..........................................
PETUNJUK PENGISIAN
Jenis Layanan Rehabilitasi: diisi dengan jenis layanan rehabilitasi yang tersedia di UPT (boleh lebih dari satu)
Kolom 1 & 2 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi yang diskrining Napza ( menggunakan tes urine dan/atau formulir
ASSIST) di bulan ini sesuai jenis kelamin Kolom 3 & 4 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi yang diasesmen Napza
(menggunakan Formulir Asesmen Wajib Lapor) di bulan ini sesuai jenis kelamin Kolom 5 & 6 : diisi dengan jumlah
Tahanan dan Napi yang didiagnosis mengalami gangguan penyalahgunaan Napza berdasarkan hasil asesmen di bulan
ini Kolom 7 & 8 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi yang mempunyai riwayat penggunaan Napza suntik
berdasarkan hasil skrining Napza di bulan ini Kolom 9 s/d 20 : diisi dengan jenis zat yang pernah digunakan berdasarkan
hasil skrining di bulan ini
NPS : diisi dengan jumlah Tahanan/Napi yang pernah menggunakan Narkotika jenis baru (new psychoactive substance)
berdasarkan hasil skrining di bulan ini Kolom 22 : diisi dengan jumlah Tahanan/Napi yang pernah menggunakan
Napza lebih dari 1 jenis berdasarkan hasil skrining di bulan ini
Kolom 23-26 : diisi dengan jumlah Tahananan dan Napi penyalahguna/pecandu narkotika yang didiagnosis HIV, TB, Hepatitis dan/atau Gangguan Psikiatri akibat penyalahgunaan Napza berdasarkan hasil asesmen di bulan ini
Kolom 27 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi yang mendapatkan layanan Gawat Darurat Napza pada bulan ini
Kolom 28 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi penyalahguna Napza yang mulai mendapatkan layanan Detoksifikasi pada bulan ini
Kolom 29 : diisi dengan jumlah Tahanan dan Napi penyalahguna Napza yang mulai mengikuti Program Terapi
Rumatan Metadon (PTRM) pada bulan ini Kolom 30 : diisi dengan jumlah Napi penyalahguna Napza yang mulai
mengikuti program Theurapeutic Community (TC) pada bulan ini
Kolom 31 : diisi dengan jumlah Napi penyalahguna Napza yang mulai mengikuti program Criminon pada bulan ini
Kolom 32 : diisi dengan jumlah Napi penyalahguna Napza yang dirujuk untuk mendapatkan layanan pascarehabilitasi pada bulan ini
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH : .........
UPT : .........
Alamat : .........
Telepon/Faximile : .........
Email : .........
Bulan : .........
Tahun : .........
FORMULIR W ATKESREHAB 12 E
LAPORAN BULANAN KEADAAN SARANA DAN PRASARANA KEGIATAN LAYANAN PERAW ATAN KESEHATAN KHUSUS DAN REHABILITASI
A. RUANGAN
R.Isolasi Penyakit
Menular Lainnya
NAPZA
C. OBAT-OBATAN
TB HIV dan NAPZA
IMS
OAT Kat I OAT Kat II Obat TB MDR* ARV Kotrimoksazol Obat IMS Metadon Anti Anti Hipnotik Anti Neuroleptik Anti
Psikotik Parkinson Sedatif Depresan Ansietas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PETUNJUK PENGISIAN
Diisi dengan ADA atau TIDAK ADA sesuai kondisi saat ini .................................., tgl.................
Kepala UPT
....................................................
NIP. ................................
KETERANGAN :
*): Diisi oleh RS Pengayoman
TCM : Tes Cepat Molekuler (contoh: genXpert)
1. OAT : Obat Anti Tuberkulosis
2. ARV : Obat Anti Retroviral
3. Obat Infeksi Menular Seksual (IMS) : Doksisiklin, kanamisin, sefiksim, azitromisin, penisilin, eritromisin, metronidazol, podofilin
4. Obat NAPZA (untuk gangguan psikiatri) :
- Anti Psikotik : Haloperidol tablet 1,5 & 5 mg, Risperidon tablet 2 mg, Klozapin 25 mg, Stelazin 5 mg
- Anti Parkinson : Triheksilfenidil (THP) 2 mg
- Hipnotik- Sedatif : Lorazepam 1 mg & 2 mg, Diazepam 5 mg
- Anti Depresan : Fluoksetin 10 mg & 20 mg, Sertralin 50 mg
- Neuroleptik : Clozapine 25 mg, Chlorpromazine 100 mg
- Anti Ansietas : Alprazolam 0,25 mg & 0,5 mg, Clobazam 10 mg
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH : .........
UPT : .........
Alamat : .........
Telepon/Faximile : .........
Email : .........
Bulan : .........
Tahun : .........
Jumlah Klien
Pemasyarakatan Jumlah Klien Yang Baru Jumlah Klien Pascarehabilitasi Jumlah Klien Pascarehabilitasi
Yang Mendapatkan Mengikuti Kegiatan Yang Dirujuk Ke Layanan Yang Dirujuk Ke Layanan
Asesmen Pascarehabilitasi Pada Bulan Pascarehabilitasi Diluar Lapas Rehabilitasi Diluar Lapas Pada
Pascarehabilitasi Ini Pada Bulan Ini Bulan Ini
Pada Bulan Ini
1 2 3 4
LAMPIRAN IX
TENTANG
PENETAPAN INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DAN
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PENGAMPU DAN SATELIT PROGRAM TERAPI RUMATAN METADONA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
-2-
Wajib Lapor dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengampu dan Satelit
Program Terapi Rumatan Metadona;
MEMUTUSKAN:
KESATU : Daftar Institusi Penerima Wajib Lapor dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pengampu dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadona beserta jenis
layanan yang diberikan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KEDUA : Institusi Penerima Wajib Lapor dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pengampu
dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadona sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis
bagi pasien wajib lapor pecandu narkotika dan/atau program terapi
rumatan metadona sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
Ditetapkan di Jakarta
ttd
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
1. Aceh 1 RSUD Teuku Umar √ √ x x
14 Puskesmas Tanah √ x x x
Jamboh Aye
15 Puskesmas Syamtalira √ x x x
Bayu
16 Puskesmas Syamtalira √ x x x
Aron
-6-
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
17 Puskesmas Singkil Utara √ x x x
18 Puskesmas Singkil √ √ x x
19 Puskesmas Simpang Ulim √ x x x
21 Puskesmas Simpang √ √ x x
Kanan
22 Puskesmas Pulau Banyak √ √ x x
23 Puskesmas Peureumeu √ x x x
24 Puskesmas Peureulak √ x x x
Timur
25 Puskesmas Peureulak √ x x x
26 Puskesmas Pante Raya √ x x x
27 Puskesmas Nisam √ x x x
28 Puskesmas Mutiara √ x x x
29 Puskesmas Muara Dua √ x x x
30 Puskesmas Meureudu √ x x x
31 Puskesmas Meureubo √ x x x
32 Puskesmas Langsa Baro √ x x x
43 Puskesmas Kopelma √ x x x
44 Puskesmas Johan √ x x x
Pahlawan I
45 Puskesmas Jeulingke √ x x x
-7-
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
46 Puskesmas Indrapuri √ x x x
47 Puskesmas Idi Rayeuk √ x x x
48 Puskesmas Gunung √ x x x
Meriah
49 Puskesmas Dewantara √ x x x
50 Puskesmas Danau Paris √ x x x
51 Puskesmas Cot √ x x x
Seumeureng
52 Puskesmas Blangkejeren √ x x x
53 Puskesmas Bebesen √ x x x
54 Puskesmas Bandar √ x x x
Pusaka
55 Puskesmas Bandar Baru √ x x x
56 Puskesmas Bandar √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
73 RSUD Dr. Pirngadi Medan √ x x x
74 RSU Bina Kasih Medan √ √ x x
75 RSJ Medan √ √ x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
3. Riau 99 RSUD Purihusada √ x x x
Tembilahan
100 RSUD Petala Bumi √ x √ x
101 RSUD Dumai √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
125 RSUD H. Hanafie √ x x x
126 RSUD H. A. Manap √ √ x x
127 RSJD Provinsi Jambi √ √ √ x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
152 RSUD Solok √ x x x
153 RSUD Pariaman √ x x x
154 RSUD Dr. Achmad √ x x x
Mochtar
155 RSUD Arosuka √ x x x
156 RSJ HB Saanin √ √ x x
157 RS Bhayangkara Tk IV √ √ x x
Padang
158 Puskesmas Tanjung Pati √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
180 Klinik IPWL BNNK √ x x x
Payakumbuh
181 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Sumatera Barat
7. Sumatera 182 RSUP M. Hoesin √ x x x
Selatan Palembang
183 RSUD Banyu Lancir √ x x x
184 RS Dr. Ernaldi Bahar √ √ √ x
185 RS Bhayangkara TK III √ √ x x
Palembang
186 Puskesmas Tebing Bulang √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
208 Puskesmas Nibung √ x x x
209 Puskesmas Muara Rumpit √ x x x
210 Puskesmas Muara Pinang √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
237 Klinik Pratama Sebiduk √ x x x
Semare BNNK Lubuk
Linggau
238 Klinik Pratama Praja √ x x x
Nugraha BNN Kota
Prabumulih
239 Klinik Pratama Lapas √ x x x
Perempuan Kelas IIA
Palembang
240 Klinik Pratama BNNP √ x x x
Sumatera Selatan
241 Klinik Pratama “Abdi √ x x x
Karya” BNN Kota Pagar
Alam
242 Klinik Pratama Saling √ x x x
Keruani Sangi Kerawati
BNNK Empat Lawang
243 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Sumatera Selatan
8. Lampung 244 RSUD Zainal Abidin Pagar √ x x x
Alam
245 Rumah Sakit TK. IV √ x x x
02.07.4
246 RSUD Sukadana √ x x x
247 RSUD Pringsewu √ x x x
248 RSUD Pesawaran √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
290 Puskesmas Gedong √ x x x
Tataan
291 Puskesmas Ganjaragung √ x x x
292 Puskesmas Gading Rejo √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
317 RSUD Marsidi Judono √ x x x
318 RSUD Depati Hamzah √ x x x
319 RSUD Belitung Timur √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
347 Puskesmas Badau √ x x x
348 Puskesmas Air Itam √ x x x
349 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Belitung
350 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Bangka
351 Klinik Pratama Anugrah √ x x x
BNNK Bangka Selatan
352 Klinik IPWL BNNP Kep. √ x x x
Bangka Belitung
353 Klinik IPWL BNNK √ x x x
Pangkal Pinang
354 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Bangka Belitung
11. Banten 355 RSUD Tangerang √ x x x
356 RSUD Dr. Drajat √ x x √
Prawiranegara Serang
357 Puskesmas Cibodasari √ x x √
Banten
358 Puskesmas Jalan Emas √ x x √
359 Puskesmas Curug √ x x x
360 Puskesmas Ciputat √ x x √
361 Puskesmas Cipondoh √ x x √
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
374 Puskesmas Tebet √ x x √
375 Puskesmas Tanjung Priok √ x x √
376 Puskesmas Tanah Abang √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
401 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Jakarta Timur
402 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Metro Jaya
403 Klinik Badan Narkotika √ x x x
Nasional
404 Klilnik Pratama Lapas √ x x √
Kelas I Cipinang
13. Jawa 405 RSUP Hasan Sadikin √ √ √ x
Barat
406 RSUD Tasikmalaya √ x x √
407 RSUD Syamsudin √ x x √
Sukabumi
408 RSUD Kota Bekasi √ x x √
409 RSUD Kelas B Cianjur √ x x x
410 RSUD Kab. Karawang √ x x √
411 RSUD Kab. Bekasi x x x √
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
428 Puskesmas Muka √ x x x
429 Puskesmas Kedung Badak √ x x √
430 Puskesmas Garuda √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
482 RSUD Dr. Soedono √ x √ x
483 RSUD Dr. Soebandi √ x x x
484 RSUD Dr. Mohamad Saleh √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
508 Klinik Pratama √ x x x
Rehabilitasi Tunas Asih
BNNK Tulung Agung
509 Klinik Pratama Harapan √ x x x
Sehat BNNK Trenggalek
510 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Sumenep
511 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Sidoarjo
512 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Nganjuk
513 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Lumajang
514 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Kediri
515 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Gresik
516 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Blitar
517 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Batu
518 Klinik Pratama BNN Kota √ x x x
Malang
519 Klinik Pratama BNN Kab. √ x x x
Malang
520 Klinik Biddokkes Polda √ x x x
Jawa Timur
17. Bali 521 RSUP Sanglah √ x √ x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
18. Nusa 534 RSUD Sumbawa √ x x x
Tenggara
Barat 535 RSUD Sondosia √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
561 Puskesmas Sikumana √ x x x
562 Puskesmas Oebobo √ x x x
563 Puskesmas Laboan Bajo √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumata
Jalan Inap Pengampu n
Satelit
613 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Kalimantan Selatan
23. Kalimantan 614 UNITRA Butterfly (RS √ x x √
Timur Tentara Dr.R.Hardjanto)
615 RSUD Taman √ x x x
Husada Bontang
616 RSUD Penajam √ x x x
617 RSUD Panglima Sebaya √ x x x
618 RSUD Kudungga Sangatta √ x x x
619 RSUD Inche Abdoel Moeis √ x x x
620 RSUD Harapan Insan √ x x x
Sendawar
621 RSUD Dr. Kanujoso √ x x x
Djatiwibowo
622 RSUD Dr. Abdul Rivai √ x x x
623 RSUD AW Syahranie √ x x x
624 RSUD Aji Batara √ x x x
Agung Dewa Sakti
Samboja
625 RSUD A.M. Parikesit √ x x x
Tenggarong
626 RSJD Atma Husada √ √ √ x
Mahakam
627 RS Bhayangkara Tk.III √ √ x x
Balikpapan
628 Puskesmas Wonorejo √ x x x
629 Puskesmas Teluk Lingga √ x x x
630 Puskesmas Tanah Grogot √ x x x
631 Puskesmas Sidomulyo √ x x x
632 Puskesmas Sepaso √ x x x
633 Puskesmas Sangkulirang √ x x x
634 Puskesmas Sangatta √ x x x
Selatan
635 Puskesmas Prapatan √ x x x
636 Puskesmas Penajam √ x x x
637 Puskesmas Palaran √ x x x
638 Puskesmas Muara Wahau √ x x x
II
639 Puskesmas Melak √ x x x
640 Puskesmas Mekar Sari √ x x x
-29-
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
641 Puskesmas Lempake √ x x x
642 Puskesmas Kongbeng √ x x x
643 Puskesmas Kampung √ x x x
Baqa
644 Puskesmas Kaliorang √ x x x
645 Puskesmas Juanda √ x x x
646 Puskesmas Bontang Utara √ x x x
I
647 Puskesmas Baru Tengah √ x x x
648 Puskesmas Barong √ x x x
Tongkok
649 Klinik Pratama √ x x x
BNNK Samarinda
650 Klinik Pratama √ x x x
BNNK Balikpapan
651 Klinik BNNP √ x x x
Kalimantan Timur
652 Klinik Biddokkes Polda √ x x x
Kalimantan Timur
653 Balai Rehabilitasi BNN √ x x x
Tanah Merah
24. 654 RSUD Tarakan √ x x x
Kalimantan
Utara 655 Puskesmas Tanjung Selor √ x x x
656 Klinik Narkotika Kota √ x x x
Tarakan
25. Sulawesi 657 RSUP Prof.Dr. R.D √ x x x
Utara Kandou Manado
658 RSUD Bitung √ x x x
659 RSJ Prof. Dr. V.L. √ √ x x
Ratumbuysang
660 RS Bhayangkara Tk III √ √ x x
Manado
661 Puskesmas Tuminting √ x x x
662 Puskesmas Tatelu √ x x x
663 Puskesmas Tareran √ x x x
664 Puskesmas Koya √ x x x
665 Puskesmas Kakaskasen √ x x x
666 Klinik Pratama BNNP √ x x x
Sulawesi Utara
667 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Menado
-30-
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
668 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Bitung
669 Klinik Biddokkes Polda √ x x x
Sulawesi Utara
670 Community Care Clinic √ x x x
BNN Kota Bitung
26. Gorontalo 671 RSUD Tombulilato √ √ x x
672 RSUD Tani Dan Nelayan √ x x x
673 RSUD Prof. Dr. H. Aloe √ √ x x
Saboe
674 RSUD DR. M. M. Dunda √ √ x x
Limboto
675 Puskesmas Telaga √ x x x
676 Puskesmas Limboto √ x x x
677 Klinik Pratama Idaman √ x x x
BNNK Boalemo
678 Klinik Pratama Harapan √ x x x
Mulia BNNP Gorontalo
679 Klinik Pratama Bersinar √ x x x
BNNK Gorontalo
680 Klinik Biddokkes Polda √ x x x
Gorontalo
27. Sulawesi 681 RSUD Regiional Prov. √ x x x
Barat Sulawesi Barat
682 RSUD Kab. Polewali √ √ x x
Mandar
683 RSUD Kab. Mamuju √ √ x x
684 Klinik Pratama Bina √ x x x
Manakarra BNNP
Sulawesi Barat
28. Sulawesi 685 RSUP Dr. Wahidin √ x √ x
Selatan Sudirohusodo
686 RSUD Tanriawaru √ x x x
687 RSUD Syekh Yusuf √ x x x
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
29. Sulawesi 722 RSUD Undata √ x x x
Tengah
723 RSUD Madani √ √ x x
724 RSUD Anutapura √ x x x
725 RS Bhayangkara Tk. III √ √ x x
Palu
726 Klinik Rehabilitasi √ x x x
Mosipakabelo BNNP
Sulawesi Tengah
727 Klinik Pratama Sangurara √ x x x
BNNK Palu
728 Klinik Pratama Bahagia √ x x x
BNNK Dongala
729 Klinik Naka Madonde √ x x x
BNNK Poso
730 Klinik Pratama √ x x x
Musampesuvu Pura BNNK
Tojo Unauna
731 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Sulawesi Tengah
30. Sulawesi 732 RSJ Dr. Suprapto Hardjo √ √ x x
Tenggara Husodo
733 RS Bhayangkara Tk. IV √ √ x x
Kendari
734 Klinik Pratama BNNP √ x x x
Sulawesi Tenggara
735 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Kolaka
736 Klinik BNNK Kendari √ x x x
737 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Sulawesi Tenggara
31. Maluku 738 RSKD Prov. Maluku √ √ x x
739 RS Bhayangkara Tk IV √ √ x x
Ambon
740 Kllinik Metamorfosa BNNP √ x x x
Maluku
741 Klinik Pratama BNNK √ x x x
Tual
742 Klinik Biddokkes Polda √ x x x
Maluku
32. Maluku 743 RSUD Dr. H. Chasan √ x x x
Utara Boesoirie
744 RS Bhayangkara Tk IV √ √ x x
Ternate
745 Klinik Pratama BNNP √ x x x
Maluku Utara
746 Klinik Biddokes Polda √ x x x
Maluku Utara
-33-
Jenis Layanan
Provinsi No IPWL / Fasyankes Rawat Rawat Rumatan Rumatan
Jalan Inap Pengampu Satelit
33. Papua 747 RSJ Abepura √ √ x x
Keterangan:
√:Tersedialayanan
x : Tidak tersedia layanan
ttd
12
4