2018
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI LAPAS, LPKA DAN RUTAN
MEMUTUSKAN
Ditetapkan : Jakarta
Paraf Tanggal pada tanggal : Desember 2018
Kasi
Sankesling
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
Kasubag TU
Watkesrehab
Dir.
Watkesrehab
SRI PUGUH BUDI UTAMI
NIP19620702 198703 2 001
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Desember 2018
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas perkenanNya, maka buku Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan
di Lapas, LPKA dan Rutan telah seslesai disusun.
Buku Pedoman Penyelengggaraan Kesehatan Lingkungan di Lapas, LPKA
dan Rutan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada Pasal 14 yang
mengamanatkan bahwa ” Setiap Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak ”.
Pedoman yang disusun ini membahas tentang unsur-unsur yang dapat
menimbulkan kesehatan lingkungan yang terjadi di Lapas da Rutan seperti :
Penyelenggaraan air minum, Penyelenggaraan air untuk keperluan higiene
sanitasi, Pengendalian udara yang tercemar, Penanganan radiasi pengion dan
non pengion, Penyelenggaraan limbah padat (sampah), Limbah B3 medis,
Penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit, Penanganan kebisingan
yang melebihi ambang batas dan penyelenggaraan makanan yang terkontaminasi.
Dari beberapa unsur tersebut Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan
diharapkan dapat melakukan pengelolaan kesehatan lingkungan untuk
memperoleh derajat kesehatan yang optimal baik fisik, mental, sosial dan
ekonomi serta memberikan penyuluhan kepada tahanan, anak, narapidana
tentang pola hidup yang sehat.
Pada akhirnya selaku Plt. Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi
memberikan apresiasi kepada semua pihak yang berperan serta, semoga buku
pedoman ini sangat bermanfaat bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan
di Seluruh Indonesia.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Lilik Sujandi
NIP. 19711017 199503 1 001
ii
DAFTAR ISI
Kata Sambutan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
iii
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN, LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS
ANAK DAN RUMAH TAHANAN NEGARA
1
Berikut data over kapasitas, kesakitan dan kematian Tahanan,
Anak dan Narapidana pada Lapas, LPKA dan Rutan:
250000
200000
150000
100000
50000
0
1 2 3 4 5
TAHUN 2013 2014 2015 2016 2017
TOTAL PENGHUNI 160.063 163.404 176.754 204.550 232.081
TOTAL KAPASITAS 113.150 116.868 121.871 121.871 123.997
% OVER KAPASITAS 41% 40% 45% 68% 87%
2
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Lapas,
LPKA dan Rutan dengan menyusun “Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga
Pembinaan Khusus Anak dan Rumah Tahanan Negara”.
3
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan
Sumber Radioaktif;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2009 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion
dan Bahan Nuklir;
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Rumah Tangga;
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya;
18. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok;
19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit;
4
23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70
Tahu 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri;
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Repunlik Indonesia Nomor 04/PRT/M/2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solur Per Aqua dan Pemandian
Umum;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50
tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya;
27. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
965/MENKES/SK/IX/1992 tentang Cara Produksi Kosmetika
yang Baik;
28. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1407/MENKES/SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian
Dampak Pencemaran Udara;
29. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6
Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk Pekerja
Nuklir;
30. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4
Tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam
Pemanfaatan Nuklir;
31. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 16
Tahun 2014 tentang Surat Izin Bekerja Petugas Tertentu yang
Bekerja Di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber Radiasi
Pengion;
32. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
5
Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum Kawasan
Dilarang Merokok;
33. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
PM.01.11/MENKES/591/2016 tentang Pelaksanaan
Pemberantasan Nyamuk 3M Plus dengan Gerakan Satu Rumah
Satu Jumantik;
6
6 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lain;
7 Sanitasi adalah semua upaya yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan dan
keamanan melalui kegiatan kebersihan dan faktor – faktor
lingkungan yang bisa menimbulkan penyakit;
8 Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan lingkungan yang
mencakup peumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebagainya (Notoadmojo,2003);
9 Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan
atau gangguan kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi maupun sosial;
10 Derajat kesehatan merupakan gambaran tingkat kesehatan,
yang terdiri dari beberapa indikator, yaitu lamanya hidup,
kematian, cacat, kesakitan, status gizi, pendidikan kesehatan,
kuantitas dan kualitas air serta sanitasi lingkungan;
11 Kesakitan (morbiditas) adalah keadaan sakit, terjadinya
penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas
hidup (www.kamuskesehatan.com, 2014);
12 Kualitas hidup adalah persepsi individual tentang posisi di
masyarakat dalam konteks nilai dan budaya terkait adat
setempat dan berhubungan dengan keinginan dan harapan
yang merupakan pandangan multidimensi, yang tidak terbatas
hanya dari fisik melainkan juga dari aspek psikologis (WHO,
1996);
13 Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
7
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(DepKes RI, 2009);
14 Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
manusia;
15 Merokok adalah kegiatan membakar dan/atau menghisap
rokok;
16 Kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan sebagai tempat atau area dilarangnya kegiatan
merokok, yaitu tempat umum, tempat kerja, tempat belajar
mengajar, tempat pelayanan kesehatan, angkutan umum, arena
kegiatan anak-anak dan tempat ibadah;
17 Radiasi pengion selanjutnya disebut radiasi adalah gelombang
elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi
yang dimilikinya mampu mengionisasi media yang dilaluinya;
18 Petugas proteksi radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh
pemegang izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi
radiasi;
19 Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat;
20 Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah
tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau
fasilitas lainnya;
21 Sumber sampah adalah asal timbunan sampah;
22 Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu;
23 Pengamanan sampah rumah tangga adalah melakukan
kegiatan pengolahan sampah rumah tangga dan
8
mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan
mendaur ulang;
24 Pemilahan sampah adalah kegiatan mengelompokkan dan
memisahkan sampah sesuai dengan jenis;
25 Serasah adalah kotoran (buangan, sampah dan sebagainya)
atau bahan organik mati berupa ranting dan daun bekas
pangkasan yang dapat dijadikan pupuk (Kamus Besar Bahasa
Indonesia);
26 Residu adalah sampah yang tidak dapat diolah dengan
pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan/atau daur
ulang energi;
27 Pewadahan sampah adalah kegiatan kegiatan menampung
sampah sebelum sampah dikumpulkan, dipindahkan, diangkut,
diolah dan dilakukan pemrosesan akhir sampah di tempat
pembuangan akhir;
28 Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit;
29 Binatang pembawa penyakit adalah binatang selain artropoda
yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi
sumber penular penyakit;
30 Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha
dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama;
31 Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan
kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal
dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang
memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai
penularan penyakit;
32 Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan;
9
33 Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia;
34 Higiene sanitasi pangan adalah upaya untuk mengendalikan
faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik
yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan
agar aman dikonsumsi;
35 Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga adalah bukti tertulis
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang terhadap
jasaboga yang telah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan;
36 Penjamah Makanan adalah orang yang secara langsung
mengelola makanan;
10
1.5 Sumber Daya Manusia
c. Syarat khusus :
Berijazah min D-III jurusan
eksata atau teknik;
Memiliki sertifikat telah
mengikuti dan lulus pelatihan
petugas proteksi radiasi dari
11
lembaga pelatihan yang
terakreditasi;
Mengikuti dan lulus ujian yang
diselenggarakan oleh BAPETEN
4 Penanganan D3 Kesehatan Lingkungan
Limbah Padat
(sampah)
5 Penanganan D3 Kesehatan Lingkungan
Limbah Medis
6 Penanganan Vektor Untuk tenaga ahli : D3 Kesehatan Lingkungan
dan Binatang Mengikuti pelatihan pengendalian vektor Untuk tenaga ahli merupakan
Pembawa Penyakit dan binatang pembawa penyakit; tenaga kesehatan lainnya
memiliki sertifikat keahlian pengendalian (D3/S1/S2) yang terlatih
vektor dan binatang pembawa penyakit. dibidang entomologi.
12
Makanan yang Berpedoman pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
Terkontaminasi 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan Bagi Tahanan,
Anak dan Narapidana.
1 Penyelenggaraan Air Minum Berpedoman pada Standar Penyelenggaraan Air (Air Minum dan Air
dan Air Untuk Keperluan Bersih) di Lapas/Rutan/LPKA/LPAS/RS Pengayoman.
Higiene Sanitasi
2 Penanganan Udara a. Pengendalian Partikel Debu :
Kain lap/pel basah (menyerap air dengan baik);
Alat penyedot debu (Standar Nasional Indonesia);
Menanam Tanaman di area Lapas/Rutan.
b. Pengendalian Asap Rokok, Asap Dapur dan Asap Generator
Set/Genset:
Sarana edukasi bahaya asap rokok;
Simbol larangan merokok;
Exhaust fan (Standar Nasional Indonesia);
13
Alat Pemadam Kebakaran/APAR (Standar Nasional Indonesia).
3 Penanganan Radiasi Pengion a. Pakaian proteksi radiasi (apron, jas laboratorium);
dan Non Pengion b. Peralatan protektif perlindungan pernafasan;
c. Sarung tangan;
d. Pelindung organ;
e. Glove box.
4 Penanganan Limbah Padat a. Pengolahan sampah menjadi kompos
(sampah) Metode takakura
14
Membuat kompos dengan wadah drum/ember
plastik/gentong
15
5 Penanganan Limbah Medis
16
17
6 Penanganan Vektor dan a. Penanganan Nyamuk :
Binatang Pembawa Penyakit Biologi (menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk
seperti tanaman lavender, sereh, dan sebagainya)
Kimia (fogging dilakukan apabila dalam satu wilayah
terdapat penderita demam berdarah, obat anti nyamuk yang
dijual bebas dan mengikuti petunjuk penggunaan)
b. Penanganan Lalat
Penghalang fisik (pemasangan kawat kassa, perangkap lem,
perangkap umpan, perangkap cahaya);
18
Kimiawi (umpan beracun, alat semprot residu, alat semprot
ULV elektrik, fogging)
c. Penanganan Kecoa
Fisik (alat pemukul, air panas)
Kimia (insektisida/fogging)
d. Penanganan Tikus dan Mencit
Non kimia (perangkap tikus dan umpan berupa selai kacang,
keju, umbi-umbian dan lain-lain)
Kimiawi (racun tikus)
e. Penanganan Tungau Scabies
Media penyuluhan pencegahan penyakit scabies bagi
penghuni di Lapas/Rutan
Membuat program kebersihan ruangan hunian di
Lapas/Rutan.
19
7 Penanganan Limbah Cair a. Penanganan Tinja dan Urine:
Sarana toilet/WC/Jamban
20
b. Penanganan Air Bekas yang berasal dari buangan dapur, kamar
mandi dan sarana cucian :
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal aerob dan
anaerob
21
8 Penanganan Kebisingan yang Alat pengukur kebisingan
Melebihi Ambang Batas
9 Penyelenggaraan makanan Berpedoman pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
dan penanganan makanan Manusia Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan
yang terkontaminasi Makanan Bagi Tahanan, Anak dan Narapidana.
22
1.7 Sistem, Mekanisme dan Prosedur
1.7.1 Penyelenggaraan Air Minum
Syarat kesehatan untuk penyelenggaraan air minum
adalah sebagai berikut :
a. Air dalam keadaan terlindungi, yaitu memenuhi standar
baku mutu yang terdiri dari unsur :
1) Fisik (bau, warna, total zat padat terlarut,
kekeruhan, rasa dan suhu);
2) Biologi (kadar maksimum mikrobiologi yang
diperbolehkan bagi bakteri koliform dan eschericia
coli);
3) Kimia (kadar maksimum mikrobiologi yang
diperbolehkan bagi bahan anorganik, bahan
organik, pestisida, disinfektan dan hasil
sampingnya);
4) Radioaktif (nilai lepasan radioaktifitas yang
diperbolehkan).
b. Pengolahan, pewadahan, dan penyajian harus
memenuhi prinsip higiene dan sanitasi.
Persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air
minum meliputi 3 (tiga) aspek :
1) Tempat
Lokasi berada di daerah yang bebas dari
pencemaran lingkungan dan penularan
penyakit;
Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan
dan mudah pemeliharaannya;
lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak
licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan
mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup
landai untuk memudahkan pembersihan dan
tidak terjadi genangan air;
23
dinding kedap air, permukaan rata, halus,
tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu,
dan mudah dibersihkan, serta warna yang
terang dan cerah;
atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus,
mudah dibersihkan, tidak menyerap debu,
permukaan rata, dan berwarna terang, serta
mempunyai ketinggian yang memungkinkan
adanya pertukaran udara yang cukup atau
lebih tinggi dari ukuran tandon air;
memiliki pintu dari bahan yang kuat dan
tahan lama, berwarna terang, mudah
dibersihkan, dan berfungsi dengan baik;
pencahayaan cukup terang untuk bekerja,
tidak menyilaukan dan tersebar secara merata;
ventilasi harus dapat memberikan ruang
pertukaran/peredaran udara dengan baik;
kelembaban udara dapat mendukung
kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas;
memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti
jamban, saluran pembuangan air limbah yang
alirannya lancar dan tertutup, tempat sampah
yang tertutup serta tempat cuci tangan yang
dilengkapi air mengalir dan sabun; dan
bebas dari vektor dan binatang pembawa
penyakit seperti lalat, tikus dan kecoa.
2) Peralatan
peralatan dan perlengkapan yang digunakan
antara lain pipa pengisian air baku, tandon air
baku, pompa penghisap dan penyedot, filter,
mikrofilter, wadah/galon air baku atau Air
Minum, kran pengisian Air Minum, kran
24
pencucian/pembilasan wadah/galon, kran
penghubung, dan peralatan desinfeksi harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade)
atau tidak menimbulkan racun, tidak
menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan
pencucian dan tahan disinfeksi ulang.
mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;
tandon air baku harus tertutup dan
terlindung;
wadah/galon untuk air baku atau Air Minum
sebelum dilakukan pengisian harus
dibersihkan dengan cara dibilas terlebih
dahulu dengan air produksi paling sedikit
selama 10 (sepuluh) detik dan setelah
pengisian diberi tutup yang bersih;
wadah/galon yang telah diisi air minum harus
langsung diberikan kepada konsumen dan
tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24
jam.
3) Penjamah
Sehat dan bebas dari penyakit menular serta
tidak menjadi pembawa kuman patogen
(carrier);
Berperilaku higienis dan saniter setiap
melayani konsumen, antara lain selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air yang
mengalir setiap melayani konsumen,
menggunakan pakaian kerja yang bersih dan
rapi, dan tidak merokok setiap melayani
konsumen.
25
1.7.2 Penyelenggaraan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Air yang digunakan oleh Tahanan, Anak dan Narapidana
di Lapas, LPKA dan Rutan adalah air yang digunakan untuk
keperluan higiene sanitasi seperti mandi dan sikat gigi, serta
untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makanan dan
pakaian, selain itu dapat digunakan sebagai air baku air
minum yang memenuhi standar mutu baku kesehatan
lingkungan, yaitu :
a. Syarat Fisik
Persyaratan fisik air adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, tidak berbau dan suhu dibawah
suhu udara diluarnya;
b. Syarat Biologi
Secara biologi air yang memenuhi syarat adalah
bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen. Cara
untuk mengetahui apakah terkontaminasi bakteri
patogen adalah dengan memeriksa sampel air tersebut
Dinas Kesehatan Setempat secara berkala.
c. Syarat Kimia
Air yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
di dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau
kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sedangkan menurut persyaratan kesehatan air
yang digunakan untuk keperluan higiene sanitasi adalah
sebagai berikut :
1. Air dalam keadaan terlindung dari sumber
pencemaran, binatang pembawa penyakit, dan
tempat perkembangbiakan vektor, yaitu :
Tidak menjadi tempat perkembangbiakan
vektor dan binatang pembawa penyakit;
Jika menggunakan kontainer sebagai
penampung air harus dibersihkan secara
26
berkala minimum 1 (satu) kali dalam
seminggu.
2. Aman dari kemungkinan kontaminasi
Jika air bersumber dari sarana air perpipaan,
tidak boleh ada koneksi silang dengan pipa air
limbah di bawah permukaan tanah;
Jika sumber air tanah non perpipaan,
sarananya terlindung dari sumber kontaminasi
baik limbah domestik maupun industri;
Jika melakukan pengolahan air secara kimia,
maka jenis dan dosis bahan kimia harus tepat.
27
Iritasi mata
Alergi
Bronchitis khronis
Emfisema paru
Asma bronchial
Kanker paru-paru
2) Upaya penyehatan yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan partikel debu, antara
lain :
Ruangan di area Lapas, LPKA danRutan
dibersihkan dari debu setiap hari dengan
kain pel basah atau alat penyedot debu;
Memasang perangkap debu pada ventilasi
ruangan dan dibersihkan secara berkala;
Menanam tanaman di sekeliling area
Lapas, LPKA dan Rutan untuk
mengurangi masuknya debu kedalam
ruangan.
b. Pengendalian Asap Rokok
1) Dampak bagi kesehatan
Dapat memperparah gejala
Narapidana/Tahanan dan Anak penderita
asma;
Dapat menyebabkan kanker paru pada
manusia, impotensi, serangan jantung,
gangguan kehamilan dan janin.
2) Upaya penyehatan
Melakukan aktifitas merokok diluar
ruangan yang memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Merupakan ruang terbuka atau
ruang yang berhubungan langsung
28
dengan udara luar sehingga udara
dapat bersirkulasi dengan baik;
b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang
utama dan ruang lain yang
digunakan untuk beraktifitas;
c. Jauh dari pintu masuk dan keluar;
d. Jauh dari tempat orang berlalu-
lalang.
Menetapkan kawasan bebas asap rokok di
area Lapas, Rutan yaitu diarea
perkantoran, kamar hunian, poliklinik,
dapur, tempat ibadah, area layanan
kunjungan, area bimbingan kerja, ruang
fasilitas umum lainnya yang ada di dalam
Lapas/Rutan dan blok hunian (disediakan
area merokok dengan sirkulasi udara yang
memenuhi standar). Kecuali untuk LPKA
seluruh kawasan dinyatakan bebas asap
rokok.
Melakukan penyuluhan kesehatan
tentang bahaya menghirup asap rokok
kepada Petugas Pemasyarakatan dan
penghuni di Lapas, LPKA, Rutan dan RS
Pengayoman.
c. Pengendalian Asap Dapur
Asap dapur merupakan polutan dalam
konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari penggunaan
bahan bakar padat sebagai energi untuk memasak
dengan tungku sederhana/kompor tradisional.
Keadaan dapur dengan polutan tersebut akan
memperburuk kualitas udara di dalamnya apabila
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
1) Dampak bagi kesehatan
29
Sulfur dioksida (SO2) dapat
mempengaruhi sitem pernafasan
dangguan fungsi paru, menyebabkan
iritasi pada mata, inflamasi pada saluran
pernapasan menyebabkan batuk, sekresi
lendir,memicu asma dan bronkhitis kronis
serta tekanan darah rendah, nadi cepat,
dan sakit kepala;
Nitrogen dioksida (NO2) dapat
menimbulkan gangguan
sistempernapasan seperti lemas, batuk,
sesak napas, bronchopneumonia, edema
paru, dan cyanosis serta
methemoglobinemia;
Karbon monoksida (CO)
dapatmenyebabkan pusing,mual, gelisah,
sesak napas, sakit dada, bingung, pucat,
tidaksadar, kegagalan pernapasan dan
kematian;
Karbon dioksida (CO2) dapat
menyebabkan mengantuk, sakit kepala,
dan menurunkanaktivitas fisik bila
konsentrasi diatas nilai ambang batas
yang dipersyaratkan.
2) Upaya penyehatan
Membangun dapur Lapas/Rutan dengan
memenuhi persyaratan kesehatan yang
telah ditentukan di dalam peraturan yang
berlaku;
Menggunakan ventilasi alami atau
mekanik dalam ruangan agar terjadi
pertukaran udara;
30
Menggunakan bahan bakar rumah tangga
yang ramah lingkungan, seperti LPG dan
listrik;
Tersedianya Alat Pemadam Kebakaran
(APAR) yang terstandar.
d. Pengendalian Asap dari Sumber Tidak Bergerak
Lainnya (Generator Set/Genset).
1) Genset adalah pembangkit daya listrik yang
biasa digunakan Rumah Sakit, perkantoran,
Puskesmas bahkan rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan listrik saat terhentinya
suplai listrik dari PLN. Biasanya genset
berbahan bakar minyak seperti premium atau
bensin, solar, bensin campuran, bahkan ada
juga yang berbahan bakar gas.
2) Fungsi genset adalah untuk memberikan
suplai daya listrik pengganti/alternatif untuk
alat-alat yang membutuhkan listrik sebagai
sumber powernya, saat listrik PLN padam.
3) Dampak bagi kesehatan
Kandungan asap yang dihasilkan dari genset
adalah gas karbon monoksida (CO) yang
memiliki dampak kesehatan dapat
menyebabkan pusing, mual, gelisah, sesak
napas, sakit dada, bingung, pucat, tidaksadar,
kegagalan pernapasan dan kematian.
4) Upaya penyehatan
Menyediakan ruangan/tempat luas
menyesuaikan kebutuhan genset dan
jenis genset;
Ruangan harus terhindar dari banjir dan
lantai dibuat lebih tinggi dari lantai
sekitar;
31
Ruangan harus mempunyai proteksi
kebisingan dan getaran;
Ruangan disediakan minimal 2 (dua)
kotak kontak dan belum termasuk kotak
kontak untuk peralatan yang memerlukan
daya listrik besar, serta tidak boleh
menggunakan percabangan/sambungan
tanpa pengamanan arus;
Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baik alami maupun
mekanik dengan total pertukaran udara
minimal 10 kali per jam dan langsung
dibuang keluar gedung;
Tersedia alat pemadam kebakaran (APAR)
yang terstandar.
32
c. Lapas/Rutan yang akan memanfaatkan sumber
radiasi pengion dan bahan nuklir wajib memenuhi
persyaratan penanggung jawab keselamatan
radiasi, yaitu pemegang izin pemanfaatan sumber
radiasi sebagaimana yang diatur pada Peraturan
Kepala BAPETEN Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam
Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
d. Pemegang izin bertanggung jawab untuk :
1) Mewujudkan tujuan keselamatan radiasi;
2) Menyusun, mengembangkan, melaksanakan
dan mendokumentasikan program proteksi
dan keselamatan radiasi;
3) Membentuk dan menetapkan penyelenggaraan
proteksi dan keselamatan radiasi;
4) Menentukan tindakan dan sumber daya yang
diperlukan;
5) Membuat dan memelihara rekaman.
e. Kewajiban pemegang izin :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan (pekerja)
petugas pemasyarakatan baik pemeriksaan
kesehatan umum dan khusus secara berkala;
2) Pemeriksaan kesehatan umum :
Pemeriksaan kesehatan umum meliputi
anamnesis, riwayat penyakit dan
keluarga, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium;
Hasil pemeriksaan berlaku paling lama 1
(satu) tahun sejak tanggal pemeriksaan
kesehatan dilakukan;
3) Pemeriksaan kesehatan khusus dilaksanakan
pada saat :
33
Pekerja radiasi mengalami/diduga
mengalami gejala sakit akibat radiasi;
Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang
mendapatkan paparan radiasi berlebih.
Pemeriksaan kesehatan khusus meliputi
pemeriksaan darah lengkap, sperma dan
aberasi kromosom.
4) Menyediakan personil yang memiliki kualifikasi
dan kompetensi sesuai dengan jenis
pemanfaatan melalui pendidikan dan pelatihan
mengenai proteksi dan keselamatan radiasi
meliputi :
Peraturan perundang-undangan di bidang
ketenaganukliran;
Sumber yang digunakan dalam
pemanfaatan tenaga nuklir;
Efek biologi radiasi;
Besaran dan satuan dosis radiasi;
Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi;
Pemantauan paparan radiasi;
Tindakan dalam keadaan darurat.
5) Memenuhi persyaratan proteksi radiasi
(justifikasi, limitasi dosis, optimisasi proteksi
dan keselamatan radiasi);
6) Menyediakan perlengkapan proteksi radiasi;
7) Menjaga agar dosis radiasi yang diterima oleh
pekerja, pengguna, masyarakat selalu dibawah
nilai batas dosis;
8) Melakukan uji kesesuaian terhadap pesawat
sinar-X (body scanner security, X-Ray bagasi)
untuk radiologi diagnostik dan intervensional;
9) Pemberian makanan tambahan/extrapuding
dan tunjangan proteksi radiasi bagi Petugas
34
Pemasyarakatan yang berhubungan langsung
dengan alat-alat mengandung radiasi pengion.
35
3) Sampah yang dapat digunakan kembali
merupakan sampah yang dapat
dimanfaatkan kembali tanpa melalui
proses pengolahan, misalnya kertas
kardus, botol minuman dan kaleng;
4) Sampah yang dapat didaur ulang
merupakan sampah yang dapat
dimanfaatkan kembali setelah melalui
proses pengolahan, misalnya sisa kain,
plastik, kertas dan kaca;
5) Sampah lainnya merupakan residu antara
lain pembalut wanita, diapers.
c. Pewadahan;
Pewadahan sampah mempunyai tujuan :
1) Untuk menghindari terjadinya sampah
yang berserakan sehingga tidak
berdampak buruk bagi kesehatan
Tahanan, Anak dan Narapidana,
kebersihan lingkungan dan estetika;
2) Memudahkan proses pengumpulan
sampah dan tidak membahayakan
petugas pengumpul sampah.
d. Pengumpulan;
Kegiatan pengumpulan sampah tidak
boleh dicampur kembali setelah dilakukan
pemilahan dan pewadahan.
Pengumpulan atas jenis sampah yang dipilah
dilakukan dengan melalui :
1) Pengaturan jadwal pengumpulan sesuai
dengan jenis sampah terpilah dan sumber
sampah;
36
2) Penyediaan sarana pengumpul sampah
terpilah, seperti motor sampah/gerobak
sampah/sepeda sampah.
e. Pengangkutan;
Kegiatan pengangkutan sampah di Lapas,
LPKA dan Rutan dilakukan dengan 2 (dua)
tahap, yaitu :
1) Tahap Pertama
Pengangkutan sampah yang sudah
terpilah dan diwadahi dari wadah sampah
yang tersedia di blok hunian, dapur,
poliklinik, perkantoran ke TPS di
lingkungan Lapas, LPKA dan Rutan;
2) Tahap Kedua
Berkoordinasi dengan Dinas terkait untuk
pengangkutan sampah dari TPS di
lingkungan Lapas, LPKA dan Rutan
menuju TPS wilayah.
f. Pengolahan sampah menjadi kompos
Berikut adalah beberapa metode pengomposan
sampah, yaitu :
1) Metode takakura;
37
Alat dan Bahan
Sampah organik yang berasal dari
sampah dapur, kompos,
sekop/pengaduk, parang/pisau,
bantal sekam, EM4/biomol, kardus
bekas, kain penutup berwarna gelap,
keranjang berongga dan tutup
keranjang;
Cara pembuatan kompos takakura
a. Lapisi keranjang dengan kardus;
b. Letakkan bantal sekam di dasar
keranjang, rapikan;
c. Masukkan kompos sebanyak
38
2) Membuat kompos dengan wadah
drum/ember plastik/gentong
39
e. Sampah telah berubah menjadi
kompos.
2. Metode lainnya yang dapat dilakukan
sesuai kondisi di Lapas/Rutan.
3. Pemanfaatan hasil penanganan sampah
adalah sebagai berikut :
Pemilahan sampah :
Dapat mendirikan bank sampah,
yang memiliki tujuan menyadarkan
masyarakat khususnya petugas dan
penghuni di dalam Lapas/Rutan
akan lingkungan yang sehat, rapi dan
bersih.
Manfaatnya adalah lingkungan
menjadi bersih, masyarakat sadar
akan pentingnya kebersihan dan
membuat sampah menjadi barang
ekonomis.
Pengomposan sampah:
a. Dapat dijadikan pupuk untuk
tanaman (penghijauan);
b. Pupuk mempunyai nilai
ekonomis dan sebagainya.
2. Limbah B3 Medis
Tahapan penanganan limbah B3 medis adalah
sebagai berikut :
a. Pemilahan
Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah
merupakan tanggung jawab penghasil limbah.
Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin
dengan sumber limbah dan harus tetap dilakukan
40
selama penyimpanan, pengumpulan, dan
pengangkutan.
Untuk efisiensi pemilahan limbah dan
mengurangi penggunaan kemasan yang tidak
sesuai, penempatan dan pelabelan pada kemasan
harus dilakukan secara tepat. Penempatan
kemasan secara bersisian untuk limbah non-
infeksius dan limbah infeksius akan menghasilkan
pemilahan limbah yang lebih baik. Pemilahan
limbah medis wajib dilakukan sesuai dengan
kelompok Limbah pada tabel berikut :
b. Pewadahan
1) Limbah B3 medis harus diletakkan dalam
wadah atau kantong sesuai kategori limbah.
2) Volume paling tinggi limbah yang
dimasukkan ke dalam wadah atau kantong
limbah adalah 3/4 (tiga per empat) limbah
dari volume, sebelum ditutup secara aman
dan dilakukan pengelolaan selanjutnya.
41
3) Penanganan (handling) limbah harus
dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari tertusuk benda tajam, apabila
limbah benda tajam tidak dibuang dalam
wadah atau kantong limbah sesuai
kelompok limbah.
4) Pemadatan atau penekanan limbah dalam
wadah atau kantong limbah dengan tangan
atau kaki harus dihindari secara mutlak.
5) Penanganan limbah secara manual harus
dihindari. Apabila hal tersebut harus
dilakukan, bagian atas kantong Limbah
harus tertutup dan penangannya sejauh
mungkin dari tubuh.
6) Penggunaan wadah atau kantong Limbah
ganda harus dilakukan, apabila wadah atau
kantong limbah bocor, robek atau tidak
tertutup sempurna.
c. Pengumpulan
1) Tersedia disemua lokasi sumber penghasil
limbah;
2) Limbah harus tertutup dan dilapisi kantong
plastik warna sesuai dengan jenisnya
(keterkaitan pada proses pewadahan);
3) Limbah harus diangkat setiap hari atau setelah
¾ penuh;
4) Sebelum diangkut limbah harus dilakukan
pencatatan (tanggal, berat dan sumber limbah);
5) Cara berpakaian petugas pengelola limbah
42
d. Pengangkutan
1) Pengumpulan setempat (on site)
Limbah harus dihindari terakumulasi
pada tempat dihasilkannya. Kantong limbah
harus ditutup atau diikat secara kuat
apabila telah terisi 3/4 (tiga per empat) dari
volume maksimalnya.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh
personil yang secara langsung melakukan
penangan limbah antara lain:
Limbah yang harus dikumpulkan
minimum setiap hari atau sesuai
kebutuhan dan diangkut ke lokasi
pengumpulan.
setiap kantong Limbah harus
dilengkapi dengan simbol dan label
sesuai kategori Limbah, termasuk
informasi mengenaisumber Limbah.
setiap pemindahan kantong atau wadah
Limbah harus segera diganti dengan
43
kantong atau wadah Limbah baru yang
samajenisnya.
kantong atau wadah Limbah baru
harus selalu tersedia padasetiap lokasi
dihasilkannya Limbah.
pengumpulan Limbah radioaktif harus
dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang ketenaganukliran.
2) Pengangkutan insitu
Pengangkutan Limbah pada lokasi
fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menggunakan troli atau wadah beroda. Alat
pengangkutan Limbah harus memenuhi
spesifikasi:
Mudah dilakukan bongkar-muat limbah.
Troli atau wadah yang digunakan
tahap goresan limbah beda tajam.
Mudah dibersihkan.
Alat angkut harus dibersihkan dan
dilakukan desinfeksi setiap hari
menggunakan desinfektan yang tepat
seperti senyawa klorin, formaldehida,
fenolik, dan asam.
Personil yang melakukan pengangkutan
Limbah harus dilengkapi dengan
pakaian yang memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan pengangkutan limbah B3 yang
dilakukan secara mandiri atau pihak
ketiga/Dinas Kesehatan setempat diatur
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan mengenai pengangkutan
limbah B3.
44
e. Penampungan/Penyimpanan Sementara
1) Persyaratan tempat penyimpanan sementara
limbah medis :
Lantai kedap air;
Saluran air yang baik;
Permukaan mudah dibersihkan;
Persediaan air yang cukup;
Mudah diakses petugas;
Aman dan dapat dikunci;
Pencahayaan dan ventilasi yang baik;
Anti hewan pengganggu dan serangga.
2) Lama penyimpanan limbah :
Untuk limbah B3 dengan karakteristik
infeksius, benda tajam dan/atau patologi
lama penyimpanan adalah :
a. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih
besar dari 0oC (nol derajat celsius)
sejak limbah dihasilkan;
b. 90 (sembilan puluh) hari, pada
temperatur sama dengan atau lebih
kecil dari 0oC (nol derajat celsius)
sejak limbah dihasilkan.
Untuk limbah B3 berupa bahan kimia
kedaluwarsa, tumpahan atau sisa
kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik,
peralatan medis yang memiliki kandungan
logam berat tinggi, tabung gas atau
kontainer bertekanan lama penyimpanan
adalah :
a. 90 (sembilan puluh) hari, untuk
limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh kilogram) per hari
atau lebih sejak limbah dihasilkan;
45
b. 180 (seratus delapan puluh) hari,
untuk limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk limbah B3
kategori 1 sejak limbah dihasilkan.
Penghasil limbah B3 tidak melakukan
penyimpanan limbah B3, limbah B3 yang
dihasilkan wajib diserahkan paling lama 2
(dua) hari sejak limbah B3 dihasilkan
kepada pemegang Izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah
B3 yang tempat penyimpanan limbah
B3nya digunakan sebagai depo
pemindahan yaitu berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan/pihak ketiga terkait.
3) Tata cara penyimpanan limbah B3
Prinsip dasar penanganan limbah medis
antara lain :
Limbah harus diletakkan dalam wadah
atau kantong sesuai kategori limbah.
Volume paling tinggi limbah yang
dimasukkan ke dalam wadah atau
kantong limbah adalah 3/4 (tiga per
empat) limbah dari volume, sebelum
ditutup secara aman dan dilakukan
pengelolaan selanjutnya.
Penanganan (handling) limbah harus
dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari tertusuk benda tajam,
apabila limbah benda tajam tidak
dibuang dalam wadah atau kantong
limbah sesuai kelompok limbah.
46
Pemadatan atau penekanan limbah
dalam wadah atau kantong limbah
dengan tangan atau kaki harus dihindari
secara mutlak.
Penanganan limbah secara manual
harus dihindari. Apabila hal tersebut
harus dilakukan, bagian atas kantong
Limbah harus tertutup dan penangannya
sejauh mungkin dari tubuh.
Penggunaan wadah atau kantong Limbah
ganda harus dilakukan, apabila wadah
atau kantong limbah bocor, robek atau
tidak tertutup sempurna.
f. Pengolahan Akhir
Pengolahan limbah B3 dilakukan secara termal
oleh :
1) Penghasil limbah B3 yang memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
pengolahan limbah B3;
2) Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
pengolahan limbah B3.
g. Penguburan limbah B3;
1) Penguburan Limbah B3 hanya dapat dilakukan
untuk:
Limbah patologis;
Limbah benda tajam.
2) Lokasi penguburan limbah medis wajib
memiliki persetujuan dari Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota;
3) Fasilitas penguburan limbah medis wajib
mendapatkan persetujuan dari Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota;
47
4) Persyaratan teknis pengolahan limbah medis
dengan cara penguburan dilakukan sebagai
berikut :
Lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap
air dan berjarak sekurang-kurangnya 20
m (dua puluh meter) dari sumur,
perumahan, fasilitas umum dan kawasan
lindung;
Kedalaman kuburan sekurang-kurangnya
2 m (dua) meter, diisi dengan limbah
medis sebanyak-banyaknya setengah dari
jumlah volume total, dan ditutup dengan
kapur dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 50 cm (lima puluh) sentimeter
sebelum ditutup dengan tanah;
Kuburan harus dilengkapi pagar
pengaman;
Apabila dilakukan penambahan limbah
kedalam kuburan, tanah dengan
ketebalan sekurang-kuranya 10 cm
(sepuluh) sentimeter ditambahkan pada
setiap lapisan limbah;
Penguburan harus dilakukan dalam
pengawasan yang ketat;
Kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh
usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
penguburan.
48
Nyamuk Penyakit
yang Ditimbulkan
Nyamuk Anopheles Demam malaria
spp
Nyamuk Aedes Demam berdarah
aegypti, Aedes dengue (DBD)
albopictus dan Aedes
scutellaris
49
1) Menaburkan atau meneteskan larvasida
pada tempat penampungan yang sulit
dibersihkan;
2) Memelihara ikan pemangsa jentik
nyamuk;
3) Menanam tanaman pengusir nyamuk;
4) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam
ruang;
5) Menghindari kebiasaan menggantung
pakaian di dalam ruangan yang dapat
menjadi tempat istirahat nyamuk;
6) Meniadakan bak penampungan air di
kamar mandi hunian.
Mengaktifkan Gerakan 1 (satu) Rumah 1 (satu)
Jumantik di lingkungan Lapas/Rutan dengan
upaya :
1) Mengajak seluruh penghuni dan petugas
di Lapas/Rutan untuk menjadi Jumantik
Rumah dan melakukan pemantauan
jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di
hunian masing-masing;
2) Berkoordinasi dengan Kepala
Lapas/Rutan untuk membentuk
Jumantik Lingkungan dan Koordinator
Jumantik di Lapas/Rutan;
3) Berkoordinasi dengan Kepala
Lapas/Rutan untuk membentuk
Supervisor Jumantik.
Hal-hal teknis terkait tata kerja dan koordinasi
serta Gerakan 1 (satu) Rumah 1 (satu)
Jumantik mengacu pada buku Petunjuk
Teknis Implementasi PSN 3M Plus dengan
Gerakan 1 (satu) Rumah 1 (satu) Jumantik.
50
2. Lalat
a. Gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh lalat
adalah cholera, typhus, disentri dan sebagainya.
b. Pengendalian lalat
Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara
non kimia dan kimiawi.
Non Kimia Kimiawi
a. Sanitasi : Perangkap umpan
Menciptakan lingkungan Meletakkan
dalam keadaan yang bahan-bahan
kering, sejuk dan bersih; yang dipakai
Mencegah adanya bau sebagai umpan
dengan menutup tempat seperti tepung
sampah/bagian yang jagung, air
bau dengan plastik dan yang dicampur
langsung membuangnya dengan gula
agar lalat dewasa tidak selanjutnya
datang; umpan
Segera mengangkut dicampur
sampah dari dengan
dapur/kamar insektisida
hunian/perkantoran/rua seperti
ng lainnya; Diazinon,
Membersihkan Dichlorvos,
kakus/WC setiap hari. Malathion dan
lain-lain;
Insektisida
yang dicampur
dengan umpan
kering
memiliki
komposisi 1 -2
% sedangkan
51
yang dicampur
dengan umpan
basah
memiliki
komposisi
sebanyak 0,1%
dan diletakkan
pada tempat
yang banyak
lalatnya.
b. Penghalang fisik Penyemprotan
Pemasangan kawat residu (Residual
kassa pada pintu dan Spraying)
jendela serta lubang Tujuan
angin pada ruang dapur; penyemprotan
Mengalirkan angin yang adalah untuk
kencang pada dinding memberikan
atas sampai bawah pintu efek residu
sehingga lalat/serangga
terjatuh bila masuk ke
dalam ruangan.
c. Perangkap lem Space Spraying
Pengendalian ini dengan Metoda ini
menggunakan sticky sebaiknya
tapes, yaitu umpan dilakukan
kertas lengket berbentuk pada pagi hari
pita/lembaran. dan siang
d. Perangkap cahaya (Light hari, pada
Trap With Electructor) saat lalat
melakukan
aktifitasnya
(terbang).
52
c. Tujuan penyemprotan dengan insektisida adalah
untuk menurunkan populasi lalat yang membawa
bibit penyakit.
3. Kecoa
a. Jenis penyakit yang disebabkan oleh kecoa adalah
disentri, diare, cholera, virus hepatitis A dan lain-
lain.
b. Penanganan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan
kimia.
Fisik Kimia
Membunuh langsung Menggunakan bahan
kecoa dengan alat kimia/insektisida dengan
pemukul formulasi spray
Menyiram tempat (pengasapan), dust
perindukan dengan air (bubuk), aerosol
panas (semprotan) atau umpan
Menutup celah-celah
dinding
53
tsutsugamushi trombikulid gigitan
tungau
Spotted fever Rickettsia Caplak Melalui
group conorii gigitan
rickettsiae caplak
Leptospirosis Bakteri - Melalui
Leptospira spp selaput
lender atau
luka dikulit
bila terpapar
oleh air yang
tercemar
dengan urin
tikus
Salmonelosis Bakteri - Melalui
Salmonella spp gigitan tikus
atau
pencemaran
makanan
Demam gigitan Bakteri - Melalui luka
tikus Spirillum atau gigitan tikus
Streptobacillus
Trichinosis Cacing, - Tidak
Trichinella langsung
spiralis dengan cara
memakan
hewan
pemakan
tikus
Demam Virus, - Melalui
berdarah korea Hantavirus udara yang
spp tercemar
feses, urin
atau ludah
tikus yang
infektif
b. Penanganan/Pengendalian tikus dan Mencit
Penangkapan tikus dengan perangkap
(trapping);
54
Tempat Perlakuan
Bangunan dan ruang Perangkap diletakkan
tertutup di lantai pada lokasi
dimana ditemukan
tanda-tanda
keberadaan tikus;
Bangunan dan ruang Perangkap diletakkan
terbuka di pinggir saluran air,
taman, kolam, di
dalam semak-semak,
sekitar TPS, tumpukan
barang bekas.
55
s.d 4 hari).
Racun akut Racun yang bekerja
cepat, sangat beracun
dan berbahaya bila
dibanding dengan
racun kronik
(membunuh
tikus/mencit dengan
dosis letal dalam waktu
setengah jam).
Fumigasi Proses pemaparan gas
beracun terhadap tikus
dan mencit dalam
suatu ruangan dan
dalam waktu tertentu.
Kegiatan fumigasi
dilakukan oleh petugas
kesehatan terlatih
dengan tingkat
keamanan dan
keselamatan yang tinggi
Upaya pencegahan
Menghilangkan tumpukan sampah;
1) Membersihkan sisa-sisa bahan makanan;
2) Merawat pipa air dan menghilangkan
genangan air di dalam bangunan;
3) Simpan bahan makanan dan produk
dengan baik;
4) Gudang penyimpanan bahan makanan
harus selalu bersih.
Pemakaian pestisida/racun dilakukan oleh
tenaga terlatih.
56
5. Tungau Scabies
a. Scabies adalah penyakit kulit akibat inventasi dan
sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei.
b. Cara penularan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
Kontak Langsung Kontak Tidak Langsung
(Kulit Dengan Kulit) (Melalui Benda)
a. Berjabat tangan; Melalui perlengkapan
tidur (sarung bantal,
sprei, selimut, kasur dan
bantal);
b. Tidur bersama; Pakaian;
c. Hubungan seksual. Handuk.
57
7. Dalam melaksanakan pengendalian vektor Lapas/Rutan
dapat bekerja sama dengan pihak ketiga.
58
3. Jumlah Toilet Wanita
59
e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau
sumur resapan.
60
pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit
buatan, dan lain-lain.
7. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
a. Ketentuan Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan :
Nilai pajanan atau intensitas rata-rata
tertimbang waktu di temapat kerja yang dapat
diterima oleh hampir semua pekerja tanpa
mengakibatkan gangguan kesehatan atau
penyakit, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam perhari dan 40 jam
perminggu.
Nilai pajanan rata-rata tertinggi dalam waktu
15 menit yang diperkenankan dan tidak boleh
terjadi lebih dari 4 kali, dengan periode antar
pajanan minimal 60 menit selama pekerja
melakukan pekerjaannya dalam 8 jam kerja
perhari.
Nilai pajanan atau intensitas faktor bahaya di
tempat kerja yang tidak boleh dilampaui
selama jam kerja.
b. NAB kebisingan untuk 8 jam kerja perhari adalah
sebesar 85 dBA
c. Tabel NAB yang tidak menimbulkan kebisingan
Tingkat Kebisingan Paparan Harian
(dBA)
85 8 jam
88 4 jam
91 2 jam
94 1 jam
97 30 menit
100 15 menit
Catatan : Pajanan bising tidak boleh melebihi level
140 dBC walaupun hanya sesaat.
61
1.7.9 Penyelenggaraan Makanan dan Penanganan Makanan
yang Terkontaminasi
Persyaratan penyelenggaraan makanan bagi Tahanan,
Anak dan Narapidana di Lapas/Rutan yang memenuhi syarat
higiene sanitasi pangan mengacu pada Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 40 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi tahanan,
anak dan Narapidana dan pengawasan penyelenggaraan
makanan dari sektor eksternal yang terkait.
62
4 Penanganan Limbah Padat Menyusun perencanaan biaya
(sampah) kebutuhan sarana dan
prasarana pengelolaan
sampah;
Menyusun perencanaan biaya
kebutuhan pelatihan petugas
pemasyarakatan dalam
pengelolaan sampah.
5 Penanganan Limbah Medis Menyusun perencanaan biaya
kebutuhan sarana dan
prasarana pengelolaan limbah
medis.
6 Penanganan Vektor dan Menyusun perencanaan biaya
Binatang Pembawa kebutuhan pelatihan
Penyakit pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit di
lingkungan Lapas/Rutan.
7 Penanganan Limbah Cair Menyusun perencanaan biaya
pemeliharaan toilet dan IPAL
Komunal (bagi Lapas/Rutan
yang memiliki);
Menyusun perencanaan biaya
kebutuhan sedot tinja di
Lapas/Rutan.
8 Penanganan Kebisingan Menyusun perencanaan biaya
yang Melebihi ambang pengadaan alat pengukur
Batas kebisingan.
9 Penanganan Makanan Menyusun perencanaan biaya
yang Terkontaminasi pelatihan dan sertifikat
penjamah makanan bagi
pekerja di dapur Lapas/Rutan;
Menyusun perencanaan biaya
untuk kegiatan penilaian
sertifikasi dapur hygienis.
63
J. Penutup
64