Anda di halaman 1dari 7

Tripikon-S.

Tripikon-S adalah salah satu alternatif alat pengolah limbah domestik yang awalnya
merupakan jenis Tripikon-S (Tri =Tiga, Pi = Pipa, Kon = Konsentris, S= Septik) yang
dikembangkan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Gajah Mada Yogyakarta
untuk menjawab tantangan kondisi lingkungan yang dihadapi di daerah yang
terpengaruh pasang surut pada daerah pesisir pantai, muara, sungai,maupun rawa.
Istilah lain dari Tripikon adalah tabung pengurai tinja yang berfungsi sebagai
penampung kotoran, penyaring dan pengurai limbah cair yang masuk sehingga yang
keluar dari septictank Tripikon sudah tidak mengandung bakteri E.coli.
Water and Sanitation Program dalam buku penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau
Untuk Daerah Spesifik yang ditulis oleh Djonoputro (2009) menjelaskan bahwa
Tripikon adalah sebuah teknologi yang dapat diterapkan untuk toilet individual
maupun komunal. Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang
ulang sistem, menghasilkan Tripikon-H atau Tripikon Horisontal. Pengolahan yang
terjadi dalam Tripikon-H ini adalah secara semi aerob dan anaerob. Konsep dasar
pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa yang diatur secara konsentris, yaitu :
a. Tabung kecil atau pipa kecil sebagai inlet dari closet.
b. Tabung medium atau pipa sedang sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi
biologis.
c. Tabung besar atau pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen.

Cara kerja Tripikon-S hampir sama dengan cara kerja septictank, hanya saja
inftastruktur Tripikon berada di daerah rawa dan basah seperti sungai danau dan
lain sebagainya. Dalam potensi mengolah limbah , Tripikon-S mempunyai tiga buah
pipa pengurai. Limbah padat dan cair yang masuk melalui pipa kecil dengan ukuran
diameter 5 cm yang merupakan stasiun 1 (inlet). Stasiun 1 dihubungkan dengan
leher angsa closet dari toilet rumah tangga akan mengalami penguraian di dalam
pipa tengah yang merupakan stasiun 2 pada bagian atas. Bagian ini adalah tempat
terjadinya proses aerob dan ditengahnya merupakan lintasan dan bagian bawah
merupakan tempat terjadinya proses anaerob. Selama melintas di stasiun 2, limbah
akan terurai menjadi gas, air dan lumpur mineral dengan lama waktu penguraian
sekurangnya 3 hari. Stasiun 2 merupakan pipa sedang dengan ukuran diameter 15-
25 cm yang pada bagian bawah sekitar 10-20 cm dari dasar pipa tabung dibuat
lubang-lubang berdiameter 1 cm untuk jalan air dan pada ujung bawahnya dibuat
celah-celah sebesar 1-2 cm yang mengelilingi pipa untuk keperluan pengurasan
lumpur tinja. Selanjutnya pada outlet atau stasiun 3 merupakan bagian pipa terluar
atau pipa besar dengan ukuran diameter 20-30 cm merupakan pipa peluap. Celah
antara stasiun 2 dan stasiun 3 minimal 2 cm. Panjang pipa besar minimum 1 meter
dan harus selalu berada di atas permukaan air pasang tertinggi. Salah satu faktor
yang menjadi perimbangan dalam pemilihan tipe pengolahan limbah adalah
keterbatasan tanah. Tripikon-S merupakan salah satu alternatif penanganan air
limbah domestik dan industri rumah tangga yang tidak membutuhkan lahan yang
luas (Noor, 2011

Tripikon adalah instalasi pengolahan fesesatau tinja yang dapat digunakan pada
daerah berair, pinggir sungai dan sebagainya. Pada Gambar 1dibawah ini, terlihat
Tripikon
memiliki fungsi yang sama dengan Septick Tank, perbedaannya hanya pada desain dan
pembuatannya.Tripikon-S(Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salahsatu
alternatif pengolahan air limbah domestik
yang pada awalnya dikembangkan oleh Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.Teknologi ini dikembangkan untuk menjawabtantangan
kondisi lingkungan yang dihadapi didaerah yang terpengaruh pasang surut,
sepertimisalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai,maupun rawa.
Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet individual maupun komunal.K
emudianteknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjutoleh Universitas
Muhammadiyah Yogyakartadengan melakukan perubahan dan rancang ulangsistem,
menghasilkan T-Pikon-H (T PipaHorisontal). Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-
H iniadalah secara semi-aerob dan anaerob. Konsep
dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa,yaitu: pipa kecil
sebagai inlet dari toilet, sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan pi
pa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebutdiatur secara
konsentris. Kinerja kedua sistem inimasih perlu dikaji lebih lanjut, namun bila
dilihatdari ide pengolahannya, maka sistem ini dapatmenjadi salah satu alternatif
pengolahan air limbahyang potensial
untuk dikembangkan. Dalam studiini, system Tripikon S menjadi salah satu reko
mendasi.Konstruksi Tripikon S terdiri dari 3 buah melalui pipa kecil dan mengala
mi penguraian di dalam pipasedang. Bagian atas dari pipa sedang merupakantempat
terjadinya proses aerobic, bagian tengahmerupakan lintasan dan bagian bawah
merupakantempat terjadinya proses anaerobic. Selama melintasdi pipa tengah, limbah
akan terurai menjadi gas, air,dan lumpur mineral. Waktu penguraian sekurang-
kurangnya 3 hari.Pipa yang terletak paling dalam merupakan pipa yang paling kecil
dengan ukuran diameter 5 cmyang dihubungkan dengan jamban leher
angsa dari jamban rumah tangga. Di luar pipa 5 cm dipasang pipa sedang dengan
ukuran 15 -
25 cm. Di dalam pipa itu terjadi perombakan limbah rumah tangga.Pada bagian
bawah pipa sedang, sekitar 10-20 cmdari dasar, dibuat lubang
lubang berdiameter 1 cmuntuk jalan air dan pada ujung bawah-nya dibuatcelahcelah
sebesar 1-2 cm yang mengelilingi pipauntuk keperluan pengurasan lumpur
tinja.Pipa terluar atau pipa besar dengan ukurandiameter 20-30 cm merupakan pipa
peluap. Celahantara pipa sedang dan pipa besar minimal 2 cm.Panjang pipa besar minimum 1
m dan harus selalu berada di atas
permukaan air pasang tertinggi. Salah satu faktor yang menjadi perimbangan dalam pe
milihan tipe pengolahan limbah adalahketerbatasanakan tanah. Tripikon-S
merupakansalah satu alternatif penanganan air limbah domestikdan industri rumah
tangga yang tidak
membutuhkanlahan yang luas.Perhitungan Tripikon S sama dengan perhitungan ta
nki septic dengan ketentuan sebagai berikut:
o Volume TripikonS sama dengan volume airkotor dan tinja yang ditampung selama 3
hari
Perhitungan volume Tripikon S menggunakanrumus:
V = x dt2 x ht
Dimana:
dt = diameter terluar pipa
danht = panjang pipa terluar
Panjang pipa Tripikon S berkisar antara 4-6 m
Perhitungan volume perencanaan sama sepertitanki septic konvensiona

Dimensi Tripikon S
1. Pipa yang paling dalam (pipa kecil) pipa = 4" yang dapat disesuaikan dengan
ukuran leher angsa dari kloset.
2. Pipa sedang (pipa tengah) pipa = 8" (dapat disesuaikan)
3. Pipa besar (pipa luar) pipa = 16" (dapat disesuaikan)
4. Celah antara pipa luar dan pipa sedang minimal 2 cm
5. Lobang-lobang bor pada pipa tengah mempunyai ukuran minimal = 0,5 cm
terdiri dari 2 deret berjarak 4 cm. Jarak deret bawah dari dasar TRIPIKON S
adalah 10 20 cm
6. Lobang pada kaki berbentuk segiempat dengan ukuran (3 x 3) cm dan berjumlah
4 buah
7. Ruang pengapung yaitu jarak antara pipa terkecil dan pipa tengah adalah setinggi
> 20 cm
8. Panjang pipa besar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 meter
Peritungan volume total dari TRIPIKON- S atau volume pipa yang paling besar
dapat dicontohkan sebagai berikut :
Misal : Instalasi untuk 6 orang Waktu menetap (waktu tinggal) = 3 hari Asumsi
kebutuhan per orang/hari = 25 liter Jadi V = 6 x 3 x 25 = 600 liter = 600 dm3
Diameter pipa luar dapat dihitung sebagai berikut : Misal panjang pipa = 6 m = 60
dm Luas penampang pipa = D2 = 600/60 = 10 dm2 D = 35 cm Untuk
panjang pipa 6 m maka diameter pipa paling luar.

Gambar Jamban Tripikon S

: Tripikon S

Tripikon-S memiliki desain berbentuk tabung yang berfungsi sebagai septictank.


Maka dengan demikian mitigasi pencemaran air sungai untuk limbah E.coli dapat
ditangani.
Tripikon ditemukan oleh Prof. Hardjoso Prodjopangarso Universitas Gajah Mada
Yogyakarta pada Tahun 1980. Tripikon didesain seperti closet yang disambungkan
dengan menggunakan sistem tangki atap berbentuk tabung yang berfungsi sebagai
septictank. Selintung dan Malamassam (2011) dalam penelitiannnya menyebutkan
penanganan limbah cair pada permukiman yang padat semakin dirasakan sulit,
karena adanya kendala dalam pembuatan septictank horizontal yang lazim
digunakan pada penanganan limbah cair domestik. Kendala dalam pembuatan
tangki septik tradisional sebagai prasarana penyehatan lingkungan antara lain
berupa lahan yang semakin sempit dan sering tergenang air karena semakin
tingginya permukaan air tanah. Limbah yang berasal dari kegiatan domestik
dibedakan atas limbah buangan hasil fisiologi manusia yaitu urin dan tinja yang di
kenal dengan istilah black water dan air dari kegiatan mandi dan mencuci disebut
dengan grey water. Limbah berupa urin dan tinja di dominasi pencemar berupa
bakteri, sedangkan grey water di dominasi limbah kimia dari detergen dan sabun.
Sugiharto (2008) dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi,dkk (2013)
menyebutkan bahwa limbah yang berupa tinja dan urin dapat dikelola dengan
menggunakan septictank standar ataupun dengan septictank modifikasi, sedangkan
limbah grey water harus dikelola dengan septictank modifikasi. Meskipun demikian,
penggunaan septictank modifikasi lebih disarankan rena keluaran dari septictank
modifikasi bersifat tidak berbahaya, sedangkan keluaran septictank standar masih
memerlukan penyaringan melalui media tanah.

Konstruksi instalasi Tripikon-S terdiri dari tiga tabung pipa konsentris ukuran kecil,
sedang dan besar dengan prinsip kerja yang serupa dengan septictank. Limbah padat
dan limbah cair masuk melalui tabung pipa kecil dan mengalami perombakan di
dalam tabung

pipa sedang. Bagian atas dari tabung pipa sedang merupakan tempat terjadinya proses
aerobik, bagian tengah merupakan lintasan dan bagian bawah merupakan tempat
terjadinya proses anaerobik yang memproses limbah E.coli . Sedangkan pada
septictank menurut Sapei (2011) terbangun dua ruang, ruang pertama merupakan
ruang pengendapan lumpur yang bervolume 40-70% dari keseluruhan muatan
septictank. Ruang kedua merupakan ruang pengendapan yang tidak terendap pada
ruang pertama. Tetapi septictank memiliki lubang ventilasi untuk pelepasan gas yang
digunakan untuk pemeriksaan kedalaman lumpur dan pengurasan.
Sebagai sebuah solusi untuk daerah rawa atau pada lahan sempit, Tripikon-S
mempunyai peran yang sangat besar dalam mengurangi penyebaran feaces dan
bakteri E.coli di perairan. Namun sangat diperlukan informasi yang lebih jauh
mengenai fate atau transportasi E.coli yang berada didalam Tripikon-S dimulai dari
input atau masuknya limbah feaces dalam toilet atau closet , proses aerob dan
kemudian anaerob dalam tabung pipa sedang dan pipa besar yang menjadi output
untuk mengetahui proses perjalanan E.coli dalam pipa atau tabung sampai menjadi
lumpur agar dapat dipastikan bahwa hasil atau lumpur faeces dari proses
penghancuran yang dilakukan oleh Tripikon-S sebagai pengganti septictank menahan
atau mengurangi penyebaran E.coli di perairan Sungai

Anonim. http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A131408013_bab2.pdf.

Hendrik.2016.Rangkuman Jamban Tripkon S.


http://hendriksnow01.blogspot.co.id/2016/04/babi-pendahuluan-a.html.Diakses pada
tanggal 07 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai