PERENCANAAN
KEBUTUHAN OBAT
DI UPT
2018
PEMASYARAKATAN
TENTANG
STANDAR PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DI UPT
PEMASYARAKATAN
Menimbang : a. bahwa perawatan kesehatan dasar bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) adalah bagian dari penyelenggaraan sistem
pemasyarakatan dalam rangka pemenuhan hak Tahanan dan WBP sebagai
warga negara;
b. bahwa perlu acuan perencanaan kebutuhan obat-obatan dan bahan medis
habis dalam penyelenggaraan pelayanan dasar dan perawatan kesehatan di
UPT Pemasyarakatan;
c. bahwa perlu acuan penyusunan perencanaan anggaran obat-obatan dan
bahan medis habis pakai yang lebih baik, terarah dan sesuai dengan
kebutuhan.
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2019
Konseptor
Kasubdit
Watkesdaslusi
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin-Nya,
maka Buku Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan dapat terbit dalam
rangka peningkatan pelayanan kesehatan secara umum.
Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan juga sebagai bentuk
upaya tindak lanjut dari pemenuhan hak Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
yang diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
yang menyebutkan bahwa “ Setiap Tahanan dan WBP berhak mendapatkan Pelayanan
Kesehatan dan Makanan yang layak”. Penyelenggaraan kesehatan di UPT Pemasyarakatan
perlu diselenggarakan secara terencana dan terarah sehingga pelayanan kesehatan bagi
Tahanan dan WBP dapat berjalan optimal sesuai dengan kebutuhan.
Standar ini juga diharapkan UPT Pemasyarakatan dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan pengobatan bagi Tahanan dan WBP yang sakit sehingga semua kasus-kasus
penyakit ditangani dengan baik. Oleh sebab itu Tahanan dan WBP bisa menjalani masa
penahanan dan pembinaan dalam keadaan sehat.
Dengan terbitnya standar ini, saya atas nama pribadi dan institusi menyampaikan terima
kasih kepada tim penyusun yang telah berusaha tanpa pamrih meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran hingga akhirnya lahirlah “Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT
Pemasyarakatan”.
Semoga Allah SWT memberkahi segala usaha kita, aamiin.
Dir. Watkesrehab
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan
rahmatNya, sehingga Buku Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan ini
dapat selesai disusun.
Buku Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan ini disusun
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP), dimana diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan
kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai. Sehingga hak-hak Tahanan dan WBP
dalam mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan dapat terpenuhi.
Dalam standar ini dimuat tata cara bagaimana merencanakan kebutuhan obat-obatan
dan bahan medis habis pakai yang perlu disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) di UPT Pemasyarakatan. Mulai dari perkiraan penyakit dan jumlah kasus hingga
menghitung kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai berikut biayanya. Hal ini dipandang
perlu untuk memandu petugas kesehatan di UPT Pemasyarakatan dalam menyusun
perencanaan pembiayaan terkait kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
Diharapkan dengan buku standar ini UPT Pemasyarakatan dapat menyusun
perencanaan kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai yang lebih baik, terarah dan
sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya diharapkan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan hingga Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia bisa mendapat gambaran kebutuhan obat-obatan dan bahan medis habis pakai di
UPT Pemasyarakatan Indonesia guna dapat menyusun perencanaan anggaran kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
A. Yuspahruddin
NIP 19630528 198503 1 001
ii
TIM PENYUSUN
STANDAR PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DI UPT PEMASYARAKATAN
PENANGGUNG JAWAB
A. Yuspahruddin (Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi)
TIM PENYUSUN
1. Heri Azhari
2. Heru Prasetyo
3. Tri Winarsih
4. dr. Yusman Akbar Turatea
5. dr. Handoyo Yunian Ariarso
6. dr Astia Murni
7. Tri Puji Rahayu
8. Norma Sultan
9. Surantoro
10. Mutia Sari
11. Tety Hafrida
12. Dian Marharaeni
13. Imelda Puspitasari
14. Junaedi
NARASUMBER/KONTRIBUTOR
1. dr. Erna Oktavia (Kemenkes RI)
2. Martin Sirait (Kemenkes RI)
3. Ahadi Wahyu Hidayat (Kemenkes RI)
4. dr. Nurlan Silitonga (Yayasan Angsamerah)
5. Ali Arianoval (Center for Detention Studies)
EDITOR
1. Mutia Sari
2. Imelda Puspitasari
iii
DAFTAR ISI
Kata Sambutan………………………………………………………………………... i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Tim Penyusun, Narasumber/Kontibutor, Editor ................................................. iii
Daftar Isi......................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang .................................................................................................. 2
2. Norma dan Dasar Hukum .................................................................................. 3
3. Definisi Global Dan Detail Standar ................................................................... 3
4. Maksud Dan Tujuan .......................................................................................... 4
5. Kebutuhan Sumber daya Manusia ...................................................................... 5
6. Kebutuhan Sarana dan Prasarana ....................................................................... 6
7. Sistem Mekanisme dan Prosedur ....................................................................... 6
7.1 Sistem Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai di UPT Pemasyarakatan …………………………….. 6
7.2 Mekanisme dan Prosedur Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai di UPT Pemasyarakatan ………………… 7
8. Jangka Waktu Penyelesaian ............................................................................... 13
9. Kebutuhan Biaya ................................................................................................ 14
10. Monitoring dan Evaluasi .................................................................................... 14
10.1 Intrumen Penilaian Kinerja ........................................................................ 15
11. Penutup ............................................................................................................... 18
Lampiran
1
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah wajib melakukan upaya kesehatan bagi semua warga negara tanpa
memandang status maupun tempat dimana ia berada seperti Tahanan dan Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang memiliki kebebasan terbatas. Walaupun
kebebasan mereka terbatas namun hak mereka untuk memperoleh kesehatan tetap
harus diberikan tanpa batasan. Hal ini juga diatur dalam pasal 14 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang menyebutkan bahwa “Setiap
Tahanan dan WBP berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang
layak” Untuk itu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan harus
memperhatikan dan memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada Tahanan
dan WBP .
Seperti yang disebutkan dalam Standard Minimum Rules for Prisoners
(Mandela Rules), Narapidana harus mendapatkan standar pelayanan kesehatan
yang setara dengan yang tersedia di masyarakat, dan memiliki akses ke layanan
perawatan kesehatan yang diperlukan tanpa memandang status mereka. Untuk itu,
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di dalam Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) UPT Pemasyarakatan adalah memberikan
pelayanan kesehatan dasar kepada Tahanan dan WBP. Sehubungan dengan
perawatan dan pelayanan kesehatan bagi Tahanan dan WBP, maka dikeluarkan
keputusan bersama antara Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Kehakiman dan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan pada tahun 1989 tentang Juklak dan Juknis Pembinaan Upaya Kesehatan
Masyarakat. Selanjutnya, pada tanggal 31 Oktober 1991 telah disusun Petunjuk
Teknis Peranan Profesi Kesehatan dalam Perawatan dan Pembinaan Tahanan dan
WBP dalam Rangka Proses Penegakan Hukum. Berdasarkan Juklak dan Juknis
tersebut, maka di UPT Pemasyarakatan mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan
dasar sesuai dengan kapasitas UPT Pemasyarakatan itu sendiri. Fasilitas ini
memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Berkaitan
dengan pelayanan yang diberikan terhadap para Tahanan dan WBP, maka dokter
dan petugas kesehatan yang bertugas di fasilitas tersebut melakukan pemeriksaan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, penerbitan surat keterangan kematian,
pembinaan tenaga, monitoring dan evaluasi serta pencatatan dan pelaporan, juga
melakukan rujukan medik ke Rumah Sakit bila diperlukan.
Saat ini Direktorat Jenderal Pemasyarakatan telah memiliki Standar
Pelayanan Dasar Perawatan Kesehatan di Lapas, Rutan, Bapas, LPKA dan LPAS
yang dikeluarkan pada tahun 2015. Dalam buku standar tersebut dijelaskan
kebutuhan yang diperlukan oleh UPT Pemasyarakatan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan dasar dan perawatan kesehatan terkait mulai dari
sarana dan prasarana hingga sumber daya manusia. Namun sehubungan
diperlukannya acuan perencanaan anggaran kebutuhan obat-obatan dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan dasar dan perawatan kesehatan di UPT
Pemasyarakatan maka perlu disusun suatu standar perencanaan kebutuhan obat di
UPT pemasyarakatan.
Diharapkan dengan buku standar ini UPT Pemasyarakatan dapat menyusun
perencanaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai yang lebih baik, terarah dan
sesuai dengan kebutuhan. Oleh sebab itu diharapkan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan hingga Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia mendapat gambaran kebutuhan obat dan
2
bahan medis habis pakai di UPT Pemasyarakatan sehingga bisa menyusun
perencanaan anggaran kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
1
Badan Standarisasi Nasional, 2000
2
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perawatan_kesehatan
3
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
4. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh
pemerintah, pemda dan/atau masyarakat.
6. Tahanan adalah adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di Rumah
Tahanan Negara (Rutan) untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan.
7. WBP adalah warga binaan pemasyarakatan yang meliputi narapidana, anak
didik pemasyarakatan dan (dalam hal ini kecuali) klien pemasyarakatan.
8. UPT Pemasyarakatan adalah Unit Pelaksana Teknis pada Pemasyarakatan
(dalam hal ini yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yaitu Rutan,
Lapas dan LPKA).
9. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
10. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
untuk manusia.
11. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
12. Metode Konsumsi perhitungan kebutuhan obat berdasarkan analisa data
pemakaian obat tahun sebelumnya3
13. Metode Morbiditas perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit,
perkiraan kenaikan kunjungan, stok pengaman dan waktu tunggu 4
4.2 Tujuan
1. Adanya standar sebagai acuan dalam perencanaan kebutuhan obat di UPT
pemasyarakatan.
2. Terpenuhinya hak-hak Tahanan dan WBP dalam mendapatkan kebutuhan
obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas &
rafikangker.blogspot.com/2015/10/perhitungan-kebutuhan-obat.html
4
sda
4
5. Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam perencanaan
kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan penjelasan dalam tabel
berikut. Apabila UPT Pemasyarakatan belum memiliki SDM sesuai standar maka
dapat dilakukan kerjasama dengan pihak luar untuk tenaga SDM tersebut.
4 Melaporkan 1 - Laporan
kebutuhan orang kebutuhan
kepada atasan obat dan biaya
langsung diterima oleh
atasan
5
Tabel 2 Kebutuhan Sarana Dan Prasarana
No
Kegiatan Sarana dan prasarana Jumlah Keterangan
5
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
6
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas
yaitu:
a) Data jumlah penghuni.
b) Data untuk menetapkan pola morbiditas penyakit dengan menghitung
frekuensi kejadian masing-masing penyakit per tahun untuk seluruh
penghuni.
c) Data untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi gunakan pedoman
pengobatan untuk menentukan jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama
pemberian obat untuk setiap penyakit/kasus
7
petugas pelaksana mengidentifikasi jenis penyakit yang ditemukan
termasuk jumlah kunjungan.
Pada saat kita berbicara tentang tren penyakit yang ada di UPT
Pemasyarakatan di Indonesia tentunya masing-masing akan berbeda karena
situasi dan kondisi kesehatan serta epidemi di satu UPT Pemasyarakatan
akan berbeda dengan UPT Pemasyarakatan lainnya. Untuk itu dalam standar
ini akan ditampilkan contoh bagaimana suatu UPT Pemasyarakatan
menentukan klasifikasi penyakit sesuai dengan jumlah kunjungan kasus
berdasarkan frekuensi penyakit hingga bagaimana menentukan obat dan
bahan medis habis pakai yang digunakan serta biaya yang diperlukan.
Berikut contoh data klasifikasi penyakit dengan jumlah kunjungan
kasus berdasarkan frekuensi dalam suatu UPT selama 1 (satu) tahun sesuai
kasus penyakit dan kasus emergensi di UPT Pemasyarakatan.
b. Identifkasi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai sesuai jenis
penyakit
Dari daftar jenis penyakit dan jumlah kunjungan yang tersusun
selanjutnya ditentukan obat dan bahan medis habis pakai apa saja yang
dibutuhkan dalam perawatan dan pengobatan penyakit tersebut. Sesuaikan
8
penyakit dengan kebutuhan obat, nama obat, jumlah pemakaian dan jumlah
kunjungan dalam 1 tahun, seperti contoh berikut :
Selain menentukan obat, tentukan juga perkiraan bahan medis pakai yang
dibutuhkan selama 1 tahun. Untuk melihat ini dapat dilihat konsumsi yang
dipakai tahun sebelumnya. Contoh sebagai berikut :
RL 100 kolf
9
Lidokain Ampul 90 ampul
Betadine 7 liter
Kassa gulung 3 gulung besar
Plester 20 gulung
Diasepam injeksi 10 ampul
Bahan kedokteran gigi
d) GIC 1 botol
e) Eugenol 1botol
f) Chkm 1botol
g) Resit Komposit 1 botol
6
Permenkes Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (e-Catalogue)
10
Metode Morbiditas
Tabel 7 Biaya Rencana Kebutuhan Obat
Tahun 2018
11
Metode Konsumsi
Tabel 8 Biaya Rencana Kebutuhan Bahan Medis Habis Pakai
Tahun 2018
NAMA OBAT, HARGA SISA PEMAKAIAN RENCANA RENCANA JUMLAH
NO BENTUK SEDIAAN, SATUAN SATUAN* STOK PERTAHUN KEBUTUHAN PENGADAAN HARGA
KEKUATAN (RUPIAH)
1 2 3 4 5 6 7=(6-5)+(10%x6) 8 9=(8x4)
3
1. Oksigen m 25.000 2 80 82,1 83 2.075.000
2. Nacl 0,9 % 500 ml kolf 15.000 5 150 154,5 155 2.325.000
3. RL kolf 7.150 2 100 103 103 736.450
4. Plain Catgut 3.0 pcs 15.000 5 30 26,5 27 405.000
(precut)
5. Silk 3.0 (precut) pcs 5.000 8 30 23,5 24 120.000
6. Spuit 3 cc pcs 1.700 10 350 357,5 358 608.600
7. Infus Set pcs 10.000 10 200 252,5 253 2.530.000
8. Masker pcs 1.500 50 2.000 2.050 2.050 3.075.000
9. Hand Glove pcs 980 100 4.000 4.100 6.200 4.018.000
10. Adrenalin Ampul ampul 12.000 0 10 10,5 11 132.000
11. Lidokain HCl Ampul ampul 1.400 0 90 94,5 95 133.000
12. Betadine liter 50.000 2 7 5,35 6 300.000
13. Kassa gulung besar gulung 80.000 1 3 2,15 3 240.000
14. Plester rol kain 2.5 cm x pcs 12.000 2 10 8,5 9 108.000
4.5 m
15. Diazepam injeksi ampul 5.000 3 10 7,5 8 40.000
16. GIC Fuji botol 770.000 1 1 0,05 1 770.000
17. Eugenol botol 19.000 0 1 1,05 2 38.000
18. Chkm botol 100.000 0 1 1,05 2 200.000
19. Resit Komposit botol 315.000 1 1 0,05 1 315.000
dst.
TOTAL BIAYA 18.169.050
*Keterangan : harga satuan diatas adalah harga perkiraan yang selanjutnya UPT Pemasyarakatan dapat menyesuaikan
12
d. Melaporkan kebutuhan kepada atasan langsung
Setelah menghitung jumlah kebutuhan obat dan biaya per tahun, petugas pelaksana
harus membuat laporan dengan melampirkan formulir Rencana Kebutuhan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dalam 1 Tahun dan menyampaikannya kepada atasan langsung
untuk dijadikan rencana pemenuhan kebutuhan obat dan kebutuhan anggaran di tahun
berikutnya.
13
9. Kebutuhan Biaya
Kebutuhan biaya adalah biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan perhitungan
perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di UPT Pemasyarakatan. Dalam hal ini
tidak ada dibutuhkan biaya khusus karena semua hal yang menjadi biaya dalam perhitungan ini
sudah termasuk dalam biaya umum di UPT Pemasyarakatan. Berikut uraiannya.
14
10.1 Intrumen Penilaian Kinerja
Untuk melaksanakan pengukuran kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan maka
diperlukan instrumen penilaian kinerja (IPK) yang didalamnya memuat indikator-indikator
pengukuran penilaian kegiatan sesuai dengan standar. Berikut Intrumen Penilaian Kinerja
Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan).
INSTANSI :______________________________
TAHUN :______________________________
A. INPUT
1. KUANTITAS
2. KUALITAS
15
1 KUANTITAS
2 KUALITAS
III ANGGARAN
1. PEMENUHAN
16
2. PENYERAPAN
I. PERSIAPAN
II. PELAKSANAAN
III. PELAPORAN
17
11. Penutup
Buku Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan disusun sebagai acuan
bagi UPT Pemasyarakatan dalam membuat rencana kebutuhan obat (RKO) secara terarah dan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga penyelenggaraan pelayanan kesehatan Tahanan dan WBP
lebih baik dari segi administrasi dan operasional.
Dalam perencanaan kebutuhan obat ini diperlukan kerjasama semua pihak baik di tingkat UPT
Pemasyarakatan, Kanwil Kementerian hukum dan HAM propinsi hingga maupun tingkat pusat
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan Tahanan dan WBP khususnya
pelayanan kuratif.
18
Lampiran
Formulir Data Jenis Penyakit dan Jumlah Kunjungan
Jumlah Kunjungan
No Penyakit
Tahun ….
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
dst.
Jumlah total kunjungan
Formulir Data Emergensi dan Jumlah Kasus
Jumlah Kunjungan
No Kasus Emergensi
Tahun ….
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
dst.
Jumlah total kunjungan
Formulir Perencanaan Kebutuhan Obat-obatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Tahun …
Ket :
1: Nomor urut
2: Nama obat/bahan medis habis pakai berikut jumlah sediaan dan kekuatannya
3: Bentuk satuan obat/bahan medis habis pakai
4: Harga per satuan (berdasarkan e-catalog atau sesuai harga di wilayah masing-masing)
5: Sisa stok yang tercatat pada stok opname (laporan mutasi obat masuk dan keluar) bulan terakhir perhitungan
6: Jumlah kebutuhan sesuai pada perhitungan obat / bahan medis habis pakai 1 tahun
7: Jumlah kebutuhan ril berdasarkan jumlah kebutuhan (poin 6) dikurang sisa stok ditambah persentase stok penyangga antara 5%-20% dari jumlah
kebutuhan (poin6). Besaran persentase disesuaikan dengan sifat obat sering digunakan atau tidak.
8: Jumlah rencana pengadaan menyesuaikan kemasan obat / bahan medis habis pakai
9: Biaya yang dibutuhkan berdasarkan rencana pengadaaan dikali harga satuan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Perencanaan Kebutuhan Obat di UPT Pemasyarakatan