1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi dapat
menyelesaikan penyusunan Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitas
Pemasyarakatan Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu,
Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT Pemasyarakatan sebagai
pedoman dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi
penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan di UPT Pemasyarakatan.
A. Yuspahruddin
NIP 19630528 198503 1 002
ii
SAMBUTAN
Di akhir tahun 2020, dengan penuh rasa syukur, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menyampaikan bahwa Standar
Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT
Pemasyarakatan telah selesai disusun, sebagai acuan dalam perencanaan dan
penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan di UPT Pemasyarakatan.
Pemasyarakatan telah melaksanakan Layanan Rehabilitasi Narkotika secara mandiri
dengan kerja sama para pihak terkait di 66 UPT Pemasyarakatan pada 27 Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan target peserta rehabilitasi 21.540 orang
Tahanan, Narapidana dan Anak pada tahun 2020. Standar khusus Layanan Rehabilitasi
Narkotika di lingkungan Pemasyarakatan ini dibutuhkan berdasarkan hasil evaluasi dalam
pelaksanaannya dan mengatur penerapan Standar Nasional Indonesia tentang
Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Tahun 2019 (SNI 8807:2019) pada situasi khusus UPT
Pemasyarakatan.
Berikutnya, UPT Pemasyarakatan sebagai penyelenggara Layanan Rehabilitasi
Pemasyarakatan, dengan lingkup Rehabilitasi Medis, Rehabilitasi Sosial dan
Pascarehabilitasi akan menyelenggarakan Layanan Rehabilitasi dengan sungguh-sungguh
menerapkan hal-hal yang diatur dalam standar dimaksud, meningkatkan kualitas layanan
dan mempertanggung jawabkannya dengan baik dan benar.
Terima kasih atas kerja sama dan dukungan semua pihak terkait baik dari unsur
Kementerian, Lembaga Pemerintahan Nasional dan Daerah, Perwakilan Badan Dunia,
Organisasi Profesi Konselor dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Semoga Layanan
Rehabilitasi Pemasyarakatan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mengoptimalkan
pembinaan hidup, kehidupan dan penghidupan Tahanan / Narapidana / Anak di UPT
Pemasyarakatan, juga turut memberi warna yang baik dalam pelaksanaan rehabilitasi bagi
pecandu, penyalahguna dan korban penyalahguna NAPZA di Indonesia.
Reynhard Silitonga
NRP 67090332
iii
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
iv
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3641);
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5062);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5332);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3846) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun
1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3857);
6. Intruksi Presiden No. 2 Tahun 2020 Tentang Rencana Aksi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun
2020-2024;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-
syaratdan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan
Tanggung Jawab Perawatan Tahanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3858);
v
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 12
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi
Narkotika Bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 907);
9. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 69/PMK.02/2018
tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019
Lampiran II (hal.65) Kementerian Negara/Lembaga: Hukum dan
HAM (013) Kode 013.05 Sub Output Layanan Perawatan
Narapidana/Tahanan No.35 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi
Medis, No.36 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Sosial, No.37
Pelaksanaan Kegiatan Pascarehabilitasi;
10. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-
30.PS.01.07.01 Tahun 2016 tentang Standar Terapi Rehabilitasi
Medik.
MEMUTUSKAN:
vi
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup Ruang Lingkup
C. Dasar Hukum
D. Definisi Global dan Detail Standar
E. Maksud dan Tujuan
F. Sumber Daya Manusia
G. Sarana dan Prasarana
H. Sistem, Mekanisme dan Prosedur
1. Kriteria Peserta Rehabilitasi Pemasyarakatan
2. Syarat Komponen Program
3. Prosedur/Tahapan Pelaksanaan
I. Jangka Waktu Penyelesaian
J. Anggaran Penyelenggaraan Layanan
K. Instrumen Penilaian Kinerja
Lampiran
KETIGA : Standar Penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan Bagi
Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan Pecandu,
Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan NAPZA di UPT
Pemasyarakatan sebagaimana terlampir merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan dan apabila ada perubahan maka dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
REYNHARD SILITONGA
NRP 67090332
vii
TIM PENYUSUN
PENGARAH
Drs. Reynhard Silitonga, S.H., M.H.
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
PENANGGUNG JAWAB
A. Yuspahruddin BH, Bc.I.P., S.H., M.H.
Direktur Perawatan Kesehatan Dan Rehabilitasi
TIM PENYUSUN
dr. Hetty Widiastuti;Tri Winarsih, Bc.I.P., S.Sos., M.Si.; Muhammad Kamal, S.Sos.,
S.H., M.Si.; dr. Astia Murni; Hendra Wahyudi, SKM; Asep Hoilid Abdullah, A.Md.I.P.,
S.H., M.H.; Livety Marwati , S.Sos.; Mutia Sari, S.S; Surantoro, S.H.; Lusi Utari,S.Pd;
Agus Purwanto; Oke Tri Komaladewi, S.K.M; Yuni Sulistiawati, A.Md.I.P., S.H.; Lily
Pendiawati, S.Pd.; Irna, AMK; Badriah; Saraswati; Johannes Simanjuntak, S.H.; Reza
Antha Kusuma, A.Md.P.; Anita Pusvitasari; Eri Astriani, S.Md.; Junaedi, S.E.; Christiani
Sarira, ST; Sapto Winarno, Bc.I.P., S.H., M.H.; Totok Budiyanto, A.Md.I.P., S.H.; Zainal
Arifin, S.Sos., M.Si.; Darma Lingganawati, Bc.I.P., S.H., M.H., M.Si.; Soleh Joko
Sutopo, A.Md.I.P., S.H., M.H.; Atiek Meikhurniawati, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.; Dimas
Krisna Setiawan, A.Md.I.P., S.H., M.Si.; Elita Fransisca , S.E.; Theodora Dyah Ayu
Ratna Ningsih, S.H.; Kadek Anton Budiharta, Amd.I.P, SH, MH; Soleh Joko Sutopo,
A.Md.I.P., S.H., M.H; Narya, A.Md.I.P, S.H; Suprayitno, S.Sos; Agung Ardiansyah,
A.Md.IP., S.H.; Chaidir Rahman, S.Sos.; Humaira Febrinaharnum, S.H.; Victor Teguh
Prihartono, Bc.I.P., S.Sos., M.H.; Sukino, S.Sos., M.H; Jalu Yuswa Panjang, A.Md.I.P.,
S.H., M.Si.; Agus Pritiatno, Bc.I.P., S.H., M.H.; Hasan Basri, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.;
dr. Zumrotus Saadah; dr. ST Wahida Jalil, M.Kes., Sp.KJ; Andi Mapaewa; DR.
Adhayani Lubis, Sp.KJ. MKM; J. Kasogi Surya Fattah; Kelik Sulistyanto, A.Md.I.P.,
S.H., M.H.; dr. Hanifah Rahmawati Hasanah; Tommy Virgaus, Amd.IP; dr. Birindra
Dewi Atisaphala Santi; Rusli Amin, SH; dr. Meta Ardiana; dr. Mirza Hapsari Massarapa;
Heru Prasetyo, Bc.I.P., S.Sos., M.H.; Lis Susanti, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.; dr. Elvina
Katerin S, Sp.KJ; Winanti, S.Psi., Psikolog, M.Si.; Aris Munandar, SE, MM.; drg. Luki
Hartanti, MPH.; dr. Esther M L Sinsuw, Sp.KJ; drh. Rama P. S. Fauzi; dr. Herbert
Sidabutar, Sp.KJ; dr. Iman Firmansyah, Sp.KJ; Narendra Narotama, Lucky Pramitasari,
Mpsi., Psikolog.
viii
DAFTAR ISI
ix
A. Latar Belakang
1
perilaku penyalahgunaan narkotika antara lain seperti HIV, TBC dan Hepatitis
serta overdosis narkotika menyebabkan layanan terapi dan rehabilitasi bagi
penyalahguna narkotika harus tersedia di Lapas/Rutan/LPKA.
Berdasarkan data pada situs http://smslap.ditjenpas.go.id/ (Desember
2020), jumlah total Tahanan dan Narapidana di seluruh Indonesia sebanyak
249.459 orang dengan dominasi kasus narkotika sebanyak 130.957 orang atau
sebesar 52% yang tercatat sebagai kasus narkotika baik pengguna, bandar
atau pengedar. Dengan tingginya jumlah hunian di Lapas dan Rutan khususnya
kasus narkotika, maka kebutuhan layanan rehabilitasi bagi Tahanan dan WBP
semakin meningkat.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di
UPT Pemasyarakatan mengamanatkan agar pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan narkotika mendapatkan layanan rehabilitasi narkotika
pada Rumah Tahanan Negara, Lembaga Penempatan Anak Sementara,
Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan Balai
Pemasyarakatan.
Rehabilitasi narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT Pemasyarakatan
disebut Rehabilitasi Pemasyarakatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari proses perawatan kesehatan dan pembinaan. Oleh karena itu layanan
rehabilitasi narkotika harus terintegrasi dengan layanan kesehatan dan
pembinaan yang tersedia di UPT Pemasyarakatan. Layanan Rehabilitasi
Pemasyarakatan tersebut mencakup layanan rehabilitasi medis, layanan
rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi.
Dalam rangka menjalankan strategi demand reduction (pengurangan
kebutuhan zat narkotika) serta meningkatkan kualitas hidup Tahanan dan WBP
pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan narkotika sehingga dapat
diterima kembali dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat diperlukan
peningkatan layanan rehabilitasi narkotika.
Dalam hal implementasi SNI 8807: 2019 di UPT Pemasyarakatan terdapat
beberapa hal dalam Penyelenggaraan Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan
bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan pecandu, penyalahguna dan
korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA), perlu dilakukan penyesuaian dengan kondisi khusus Pemasyarakatan
2
karena itu diperlukan penyusunan standar khusus untuk Layanan Rehabilitasi
Pemasyarakatan yang diadaptasi dari SNI 8807: 2019.
B. Ruang Lingkup
C. Dasar Hukum
3
1999 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3858);
6. Intruksi Presiden No. 2 Tahun 2020 Tentang RAN P4GN Layanan
rehabilitasinarkotika terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan
pascarehabilitasi. Salah satu penyelenggara rehabilitasi narkotika adalah
Kementerian Hukum dan HAM dalam hal ini Pemasyarakatan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan. Layanan rehabilitasi narkotika terdiri dari rehabilitasi
medis, rehabilitasi sosial dan pascarehabilitasi;
8. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 69/PMK.02/2018 Tentang
Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2019Lampiran II (hal.65)
KementerianNegara/Lembaga: Hukum dan HAM (013) Kode 013.05 Sub
Output Layanan Perawatan Narapidana/TahananNo.35 Pelaksanaan
Kegiatan Rehabilitasi Medis, No.36 Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi
Sosial, No.37 Pelaksanaan Kegiatan Pascarehabilitasi;
9. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan No. PAS-
985.PK.01.06.04 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Layanan
Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan WBP di UPT
Pemasyarakatan;
10. Surat Keputusann Kepala Badan Standarisasi Nasional Indonesia
Nomor 618/KEP/BSN/12/2019 Tentang Penetapan SNI 8807.
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
2. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya baik secara fisik maupun
psikis.
4
3. Penyalahguna Narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika
tanpa hakatau melawan hukum.
4. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak
sengaja menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu,
dipaksa dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika.
5. Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah serangkaian proses rehabilitasi
terpadu yang mencakup rehabilitasi medis, sosial dan pascarehabilitasi
bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan pecandu,
penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya (NAPZA) di UPT Pemasyarakatan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari layanan kesehatan dan pembinaan dalam
rangka pemulihan fisik dan mental pada kondisi sebelumnya, agar
produktif dan berfungsi sosial dimasyarakat.
6. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.
7. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu,baik fisik, mental maupun sosial, agar mantan pecandu narkotika
(recoveryaddict) dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam
kehidupan masyarakat.
8. Rawat Inap dalam Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah situasi dimana
Tahanandan WBP yang menjadi peserta rehabilitasi mendapatkan
perawatan di blok khusus yang digunakan untuk rehabilitasi.
9. Rawat Jalan dalam Rehabilitasi Pemasyarakatan adalah situasi dimana
peserta rehabilitasi mengikuti program rehabilitasi dan mendapatkan
intervensi singkat, namun tetap tinggal di kamar hunian/bloknya dan
hanya mengikuti kegiatan rehabilitasi dengan jadwal tertentu.
10. Intervensi Singkat, intervensi yang diberikan kepada peserta rehabilitasi
untuk memulai perubahan perilaku yang tidak sehat atau berisiko. Dalam
hal ini adalah para peserta rehabilitasi dengan skor rendah pada hasil
skrining menggunakanASSIST.
11. Pascarehabilitasi adalah layanan perawatan lanjutan yang diberikan
kepada Peserta, yaitu mantan pecandu, penyalahguna atau korban
penyalahgunaan narkotika yang telah menyelesaikan rehabilitasi medis
dan atau rehabilitasi sosial guna mempertahankan kepulihan.
5
12. Skrining adalah merupakan suatu upaya dalam menduga ciri-ciri suatu
penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan cara menguji,
memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat.
13. Skrining ASSIST adalah skrining pertama yang mencakup semua zat
psikoatif dengan menggunakan kuisioner yang telah dikembangkan oleh
WHO pada tahun 1997 dan peneliti spesialis adiksi.
14. Asesmen Rehabilitasi adalah pengumpulan informasi untuk
mendapatkan gambaran klinis dan mendalam dari calon peserta
rehabilitasi, membuat rencana pemberian layanan rehabilitasi dan
pengukuran keberhasilan dalam menjalani layanan rehabilitasi dengan
menggunakan formulir Addiction Severity Index (ASI);
15. Bimbingan penghidupan adalah usaha memberikan keterampilan
kepada penerima layanan agar mampu hidup mandiri dan/atau hidup
produktif yang meliputi keterampilan hidup, keterampilan kerja, dan
kewirausahaan.
16. Bimbingan mental dan spiritual adalah upaya pendekatan mental dan
spiritual bagi penerima layanan untuk perbaikan tata cara ibadah, akhlak,
kepribadian dan persepsi dalam memandang masalah.
17. Dokter spesialis lainnya adalah dokter spesialis selain spesialis
kedokteran jiwa, yang ada hubungan dengan penyakit penyerta lainnya,
misalnya dokter spesialis penyakit dalam.
19. Indeks kepuasan penerima layanan adalah suatu cara untuk mengukur
tingkat kepuasan penerima layanan terhadap layanan rehabilitasi yang
dilakukan setelah selesai menerima pelayanan dengan melihat pada 9
(sembilan) indikator, yaitu: (1) persyaratan, (2) prosedur, (3) waktu
pelayanan, (4) biaya/tarif, (5) produk spesifikasi jenis pelayanan, (6)
kompetensi pelaksana, (7) perilaku pelaksana, (8) maklumat pelayanan,
dan (9) pelayanan pengaduan, saran, dan masukan. Indeks perubahan
kualitas hidup penerima layanan adalah suatu cara untuk mengukur
kualitas hidup yang dilakukan berdasarkan 4 aspek yang meliputi aspek
fisik, aspek psikologis, aspek hubungan sosial, dan aspek sumber daya
lingkungan.
6
20. Intervensi krisis adalah upaya yang diberikan saat penerima layanan
menghadapi keadaan kegawat daruratan fisik dan/atau psikis yang
membahayakan nyawa diri sendiri dan/atau orang lain.
21. Konseling individual adalah proses yang menggunakan kerangka
pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk membantu penerima layanan
secara individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta
mencapai tujuan dengan memobilisasi sumber-sumber, merubah sikap
dan tata nilai penerima layanan.
22. Konselor adiksi adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam
melakukan konseling dibidang rehabilitasi bagi penerima layanan yang
didapat melalui pelatihan atau peningkatan kompetensi dan atau
pengalaman praktik atau memiliki sertifikat kompetensi nasional.
23. Komorbiditas adalah satu penyakit atau lebih secara bersama-sama
pada satu individu. Pada buku ini, komorbiditas mencakup
penyalahgunaan narkotika dengan gangguan mental/psikiatri, HIV, TBC,
IMS dan Hepatitis.
24. Lembar persetujuan (Informed Consent) adalah surat persetujuan
intervensidan/ atau pelepasan informasi dari penerima layanan. Lembar
persetujuan tidak harus mengakomodasi pilihan untuk menolak intervensi
atau pemutusan mengikuti proses layanan karena layanan rehabilitasi
Pemasyarakatan menggunakan pendekatan mandatori.
25. Manajer Program adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap
berjalannya program harian pada rehabilitasi Pemasyarakatan. Bertugas
untuk mengawasi jalannya kegiatan rehabilitasi dan memastikan program
berjalan dengan baik.
26. Instruktur/Fasilitator adalah seseorang yang bertugas untuk
menjalankan kegiatan harian yang sudah terjadwal program rehabilitasi.
Biasanya membantu dalam menjalankan kegiatan yang melibatkan
kelompok seperti seminar atau kegiatan kelompok lainnya.
25. Pembimbing kemasyarakatan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan
kegiatan dibidang bimbingan kemasyarakatan.
7
26. Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai praktik pekerjaan sosial serta telah mendapatan
sertifikat kompetensi.
29. Pencegahan kekambuhan adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegahpenerima layanan kembali menggunakan NAPZA (relapse).
30. Pendekatan kelompok adalah suatu pendekatan yang dilakukan kepada
dua orang atau lebih yang memiliki isu/masalah serupa untuk membantu
memperbaiki kondisi fisik, psikis dan sosial.
31. Pendekatan keluarga dan/atau pasangan adalah suatu pendekatan
yang dilakukan pada penerima layanan dan keluarganya atau
pasangannya untuk tujuan edukasi, rekonsiliasi dan/atau reintegrasi
diantara anggota keluarga.
32. Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah
salah satu hal yang penting sebagai metode pendekatan dalam rangka
pembinaan pelanggar hukum.
33. Rekam rehabilitasi adalah berkas penerima layanan yang berisikan
catatan dan dokumen lengkap identitas penerima layanan, hasil
asesmen/pemeriksaan, pengobatan, tindakan/intervensi dan pelayanan
yang telah diberikan kepada penerima layanan. Dapat pula disebut
sebagai rekam medis/catatan kasus.
34. Tenaga pembimbing mental dan spiritual adalah tenaga yang
memberikan pembinaan mental dan spiritual dengan latar belakang
pendidikan atau keahlian dibidang keagamaan atau motivasi.
35. Terapi penyakit komorbid adalah terapi yang ditujukan untuk mengobati
penyakit baik fisik maupun mental yang juga diderita penerima layanan
misalnya HIV/AIDS, TBC, Hepatitis, Skizofrenia dan Depresi.
36. Terapi perilaku dan kognitif adalah terapi yang menggabungkan
berbagai prinsip terapi dari teori perilaku, belajar sosial dan kognitif.
Dilakukan oleh petugas yang terlatih dan mempunyai kompetensi.
37. Terapi putus zat adalah suatu proses intervensi medis yang bertujuan
untuk membantu pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan
NAPZA mengatasi gejala putus zat akibat penghentian NAPZA dari tubuh
yang mengalami ketergantungan fisik.
8
38. Terapi rumatan adalah terapi jangka panjang minimal 6 bulan bagi
penerima layanan ketergantungan opioid dengan menggunakan golongan
opioid sintetis agonis atau parsial antagonis.
39. Wawancara motivasional adalah sebuah wawancara yang interaksinya
berpusat pada peserta dan bertujuan untuk membantu peserta menggali
dan mengetahui ambivalensi tentang penyalahgunaan NAPZA melalui
tahap perubahan.
40. Petugas Asesmen Rehabilitasi adalah petugas yang sudah dilatih
melakukan asesmen narkotika.
41. Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
UPT Pemasyarakatan merupakan tempat untuk melakukan pembinaan
danpengamanan Tahanan dan WBP melalui pendidikan, rehabilitasi, dan
reintegrasi yang menjadi tempat Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan
yaitu Lapas, LPKA, Rutan dan Bapas.
42. UPT Pemasyarakatan penyelenggara Layanan Rehabilitasi
Pemasyarakatan merupakan UPT Pemasyarakatan yang ditetapkan oleh
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan sebagai
penyelenggara Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan Bagi Pecandu,
Penyalahguna dan Korban penyalahgunaan NAPZA.
43. Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut Rutan adalah tempat
tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan di Sidang Pengadilan.
44. Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak.
45. Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disebut LPKA
adalah lembaga atau tempat Anak menjalani masa pidananya.
46. Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Bapas adalah unit
pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan
pendampingan.
47. Rumah Sakit Pengayoman, yang selanjutnya di sebut RS Pengayoman
adalah UPT Pemasyarakatan yang memberikan layanan kesehatan dan
menjadi rujukan bagi Lapas dan Rutan.
9
48. Tahanan adalah seorang tersangka atau terdakwa yang ditempatkan di
dalam Rutan.
49. Warga Binaan Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut WBP adalah
Narapidana, Anak dan Klien Pemasyarakatan.
50. Intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif
yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek,
perilaku, fungsi dan respon psikologis.
51. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan
untuk menggunakan narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
52. Terapi simtomatik adalah salah satu metode detoksifikasi dengan
memberikan obat-obatan sesuai gejala dan keluhan yang timbul akibat
penyalahgunaan zat pada fase akut.
54. Supervisi Klinis adalah keilmuan, proses pengajaran, prinsip-prinsip
yang diterapkan pada ketrampilan praktis dari konselor senior kepada
konselor junior yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan
implementasi praktik berbasis bukti.
55. Case Conference adalah ‘sarana’ bagi suatu lembaga/instansi dalam
upaya mendiskusikan secara bersama untuk membantu peserta rehab
dalam memecahkan masalah mereka. Case conference ini dimaksudkan
untuk memperoleh data/informasi tambahan dari seluruh peserta yang
terdiri dari konselor, psikolog, dokter, perawat, petugas rehab danjabatan
terkait lainnya,agar pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi
oleh peserta rehab menjadi lebih mendalam dan komprehensif.
10
2. Terciptanya kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan Layanan
Rehabilitasi Pemasyarakatan;
3. Terlaksananya Layanan Rehabilitasi Pemasyarakatan dalam upaya
meningkatkan kualitas kesehatan Tahanan dan WBP sekaligus
mendukung program pembinaan;
4. Tersedianya ukuran keberhasilan pelaksanaan Layanan Rehabilitasi
Pemasyarakatan.
11
2. Syarat Khusus untuk kebutuhan Sumber Daya Manusia bagi
Rehabilitasi Narkotika di UPT Pemasyarakatan
Adapun syarat minimum untuk kebutuhan khusus SDM bagi
rehabilitasi Narkotika di UPT pemasyarakatan yang sudah disesuaikan
dengan SNI adalah sebagai berikut:
Sumber Daya
Rehabilitasi Medis Rehabilitasi Sosial
Manusia
12
2. Sarana Prasarana Khusus
13
H. Sistem, Mekanisme dan Prosedur
14
2. Syarat Komponen Program
Syarat Komponen Program yang harus diselenggarakan oleh UPT Pemasyarakatan penyelenggara Layanan
Rehabilitasi:
Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi Medis
(Rawat Jalan) (Rawat Inap)
Terapi Medis
Terapi putus zat Ada dengan sistem rujukan - Ada dengan sistem rujukan
Terapi simtomatik Tersedia, sesuai SOP PPK I - Ada dengan sistem rujukan
(primer)
Terapi penyakit Komorbid Tersedia sesuai SOP, - Ada dengan sistem rujukan
(TBC, Hepatitis, HIV, Gangguan dengan rujukan
Jiwa)
Terapi Psikososial
Wawancara motivasional Ada, terdokumentasi sesuai Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai
panduan, dan memiliki SOP sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP
memiliki SOP
Terapi perilaku dan kognitif Ada dan terdokumentasi - Ada dan terdokumentasi
Pencegahan kekambuhan Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi
Konseling individual Ada, terdokumentasi sesuai Ada dan terdokumentasi Ada dan terdokumentasi
panduan, dan memiliki SOP
15
Pendekatan kelompok Ada, terdokumentasi sesuai Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai
panduan, dan memiliki SOP sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP
CATATAN memiliki SOP CATATAN
Kegiatan dapat dilaksanakan CATATAN Kegiatan dapat dilaksanakan
dalam bentuk edukasi/ Kegiatan dapat dalam bentuk edukasi/
konseling/ terapi dilaksanakan dalam konseling/ terapi
bentuk edukasi/ konseling/
terapi
Pendekatan keluarga dan/atau Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi Ada, terdokumentasi sesuai
pasangan sesuai panduan, dan panduan, dan memiliki SOP
memiliki SOP
16
Pascarehabilitasi
Psikososial
Ada, terdokumentasi :
Bimbingan penghidupan CATATAN :
Disesuaikan dengan jenis bimbingan yang memang ada di dalam lapas/ rutan tersebut
17
i. Sistem Rujukan dan Jejarin
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus menjalin kerja sama
dengan lembaga/institusi lain untuk mendukung pelayanan yang lebih
komprehensif sesuai kebutuhan penerima layanan, antara lain:
a. Rujukan kepada unit pelayanan kesehatan (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) atau Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL));
b. Rujukan kepada penyelenggara layanan rehabilitasi lainnya
sesuai kebutuhan;
c. Kerja sama lintas program dengan unit layanan sesuai kebutuhan
lainnya.
d. Kerja sama dengan lembaga atau institusi lain harus
didokumentasikan.
ii. Sistem Pelaporan
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki sistem
pelaporan rekam rehabilitasi yang terintegrasi dan terdokumentasi.
iii. Evaluasi Layanan
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki sistem evaluasi
yang
mencakup:
a. Indeks kepuasan penerima layanan (Lampiran A);
b. Indeks perubahan kualitas hidup penerima layanan (Lampiran B)
Pengukuran dilakukan oleh petugas layanan rehabilitasi dengan
menggunakan WHOQoL,waktu pengukuran dilakukan sebanyak 3
(tiga) kali, dimana pengukuran pertama dilakukan diawal rehabilitasi
(B0), pengukuran kedua dilakukan pada bulan ketiga (B03) masa
rehabilitasi dan pengukuran ketiga dilakukan di akhir program (B06);
Sistem evaluasi penyelenggara layanan rehabilitasi harus
didokumentasikan.
iv. Penerimaan Awal
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus melaksanakan tahap
penerimaan awal yang dibuktikan dengan
dokumen/formulir/instrumen yang tervalidasi sebagai berikut:
1. Registrasi/pendaftaran
2. Penapisan/skrining (menggunakan ASSIST) Lampiran C dan
Lampiran D
18
3. Kesepakatan awal (Informed Consent)
v. Asesmen
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi melaksanakan tahap asesmen
komprehensif yang didokumentasikan menggunakan instrumen Addiction
Severity Index (ASI)
vi. Rencana Terapi
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki rencana terapi
yang memenuhi prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Realistic, and Timely) yang terdokumentasi untuk setiap calon penerima
layanan yang mencakup:
1. Jenis intervensi yang akan diberikan;
2. Indikator keberhasilan;
3. Waktu pelaksanaan;
4. Petugas yang melaksanakan; dan
5. Evaluasi rencana terapi.
vii. Monitoring penggunaan Napza secara berkala
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi secara berkala melakukan
pemantauan dan pencatatan penggunaan NAPZA terhadap penerima
layanan
dan didokumentasikan melalui:
1. Catatan konseling yang merupakan bagian dari rekam rehabilitasi;
2. Hasil pemeriksaan urin yang tercatat dilembar asesmen atau form
catatan medis/rekam rehebilitasi.
viii. Pencatatan Kemajuan Penerimaan layanan
Setiap penyelenggara layanan rehabilitasi harus memiliki catatan
kemajuan penerima layanan dalam bentuk rekam rehabilitasi dan
didokumentasikan yang mencakup informasi sebagai berikut:
1. Data diri sesuai NIK/KTP/No Register Pemasyarakatan;
2. Lembar persetujuan terapi;
3. Hasil asesmen awal;
4. Hasil pemeriksaan fisik di tempat (spot check);
5. Hasil pemeriksaan medis;
6. Pengobatan dan/atau tindakan;
7. Intervensi psikososial;
19
8. Perkembangan kesehatan; dan
9. Catatan rujukan.
21
5. Pengenal
an
Program
Dilaksanakan oleh
Pembimbing Dilaksanakan di
6 bulan Bapas
Kemasyarakatan (PK)
22
c. Rehabilitasi Sosial : Intervensi Singkat& Pascarehabilitasi
23
I. Jangka Waktu Penyelesaian
OUTPUT OUTCOME
24
LAMPIRAN A
(Normatif)
INSTRUMEN SURVEI
KEPUASAN PENERIMA LAYANAN REHABILITASI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DATA RESPONDEN
Nama Responden :
NIK/No Register :
Tempat, Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Petunjuk penggunaan:
1. Bacalah instrumen dengan seksama
2. Silang yang sesuai dengan pendapat anda
3. Penilaian dengan ketentuan sebagaiberikut:
a. Diberi nilai 1 (tidak memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan tidak sederhana, alumya tidak mudah, loket terlalu
banyak, sehingga prosesnya tidak efektif
b. Diberi nilai 2 (kurang memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan masih belum mudah, sehingga prosesnya belum
efektif.
c. Diberi nilai 3 (memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa mudah, sederhana, tidak berbelit-belit tetapi masih
perlu diefektifkan.
d. Diberi nilai 4 (sangat memuaskan) apabila pelaksanaan prosedur pelayanan dirasa sangat mudah, sangat sederhana, sehingga
prosesnya mudah dan efektif.
4. Semua pendapat anda akan dijaga kerahasiahannya.
1
PENDAPAT RESPONDEN
2
Bagaimana pendapat saudara tentang ketanggapan petugas dalam
10
memberikan pelayanan?
3
Bagaimana pendapat saudara tentang penanganan pengaduan di unit
21
layanan?
4
LAMPIRAN B
(Normatif)
NIK: ___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___/___
Kode Peserta: ___/___/___/___/___/___/___
Nama Pewawancara: ________________________
Tanggal: DAY/MO/YR
Waktu Wawancara: ___ (0) awal (1) 3-bulan, dalam masa rehabilitasi
(2 ) 6-bulan, akhir rehabilitasi
Sangat
Tidak Sangat
tidak memuask Biasa-biasa Memuas memua
memuaska an saja -kan s-kan
n
6.2 Seberapa puas anda terhadap 1 2 3 4 5
kesehatan anda?
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal
berikut ini dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan
Tidak
Sangat
sama Sedikit Cukup Selalu
sering
sekali
6.3 Seberapa sering rasa sakit fisik 5 4 3 2 1
anda mencegah anda dalam
1
beraktivitas sesuai kebutuhan anda?
Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini
dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan
Tidak
sama Sedikit Sedang Seringkali Selalu
sekali
2
6.15 Seberapa baik kemampuan 1 2 3 4 5
anda dalam bergaul?
Sangat
Tidak Sangat
tidak Biasa- Memuaska
memuaska memuaska biasa saja n memuaska
n n n
Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal
berikut dalam satu bulan sebelum wawancara ini dilakukan
Tidak Cukup Sangat
Jarang Selalu
pernah sering sering
3
6.26 Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif 5
seperti ‘feeling blue’ 4 3 2 1
(kesepian), putus asa,
cemas dan depresi?
Transformed
Equations for computing domain scores Raw score scores*
0-100
6.27 Domain 1 Q3+Q4+Q10+Q15+Q16+Q17+Q18 a. = c:
++++++
6.28 Domain 2 Q5+ Q6+Q7+ Q11+ Q19+ Q26 a. = c:
+++++
6.29 Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 a. = c:
++
6.30 Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24
+ Q25 a. = c:
+++++++
4
1
LAMPIRAN C
(Normatif)
ASSIST V3.1
(Alcohol Smoking Substance Use Involvement Screening and Test)
2
Alur Penggunaan Assist
3
WHO - ASSIST V3.1
ID Klien : Tanggal :
Pendahuluan (Mohon dibacakan pada klien atau lakukan adaptasi sesuai kondisi
lokal)
Saya akan bertanya secara singkat tentang pengalaman anda merokok, minum alkohol atau
penggunaan zat-zat lainnya sepanjang hidup anda dan dalam tiga bulan terakhir. Zat- zat
tersebut dapat digunakan dengan cara dihisap, disedot, ditelan, dihirup atau disuntikkan
(tunjukkan kartu respon dari zat-zat yang digunakan).
Beberapa zat yang ada dalam daftar ini mungkin adalah obat yang diresepkan dokter
(seperti amfetamin, sedatif, obat anti nyeri). Untuk wawancara ini saya tidak akan mencatat
zat atau obat-obatan yang diresepkan dokter bila anda menggunakannya sesuai anjuran
dokter. Namun saya akan mencatatnya jika anda menggunakan zat atau obat-obat tersebut
di luar anjuran dokter ataupun tanpa resep dokter.
Dalam kehidupan anda, zat-zat apa saja dibawah ini yang pernah digunakan?
(Lingkari)
a. Tembakau (rokok, cerutu, kretek, dll.) Tidak Ya
b. Minuman beralkohol (bir, anggur, miras, dll.) Tidak Ya
c. Kanabis (marijuana, ganja, gelek, cimeng, pot, dll.) Tidak Ya
d. Kokain (coke, crack, dll) Tidak Ya
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi, shabu, dll) Tidak Ya
f. Inhalansia (lem, bensin, tiner, dll) Tidak Ya
g. Sedativa atau obat tidur (Benzodiazepin, Lexotan,
Tidak Ya
Rohypnol, Mogadon, BK, Alprazolam, dll.)
h. Halusinogen (LSD, jamur, kecubung, PCP, dll) Tidak Ya
i. Opioid (heroin, putaw, morfin, metadon, kodein,
Tidak Ya
buprenorphine dll)
J. Zat-lain tuliskan : Contoh zat lain dextro, CTM, LL , dll Tidak Ya
4
Tanyakan P2 untuk semua zat yang pernah digunakan pada
P1 PERTANYAAN 2 (P2)
a
p
b
u
a
n
i
l
Dalam tiga bulan terakhir, seberapa sering anda
menggunakan zat seperti yang anda katakan pada
P1
Tanyakan P3, P4 dan P5 hanya untuk semua zat yang digunakan pada
P2 PERTANYAAN 3 (P3)
atau dua
a ta u h a m p ir tia p h a r i
Tiapminggu
5
PERTANYAAN 4 (P4)
P
T
d
n
a
k
Tiapbul
duakali
Ti a p mi n g
Satuat au
Selama tiga bulan terakhir, seberapa sering
an
gu
h
zat yang anda gunakan menimbulkan masalah
kesehatan, sosial, hukum dan keuangan?
m
H
a
a
n
a
a
u
h
a
a
p
h
a
r
r
t
t
i
i
PERTANYAAN 5 (P5)
TdkP
Tiapmi
nggu
anda gagal melakukan kegiatan harian yang
an
ua
6
Tanyakan P6 & P7 untuk semua zat yang pernah digunakan pada P1
3
b
u
a
n
r
Y
a
a
p
d
k
l
,
t
t
i
P
T
d
n
a
h
k
r
PERTANYAAN 6 (P6)
h
k
d
a
3
b
u
a
n
r
t
i
l
l
Apakah ada teman, keluarga atau seseorang yang
pernah memperingatkan /menasehati tentang
penggunaan zat (zat-zat) tersebut?
a
n
Y
e
a
p
d
k
k
l
r
t
,
t
t
i
PERTANYAAN 7 (P7)
P
T
d
n
a
h
k
ant
bul
era
khi
dala
r
m3
0 6 3
d. Kokain (coke, crack, dan lain-lain)
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi, shabu, dll) 0 6 3
0 6 3
f. Inhalansia (lem, bensin, tiner, dll)
7
P
e
n
a
h
k
r
3
b
u
a
n
h
k
r
r
t
l
bulan
terak
Y a,tetapitd
dala
hir
m3
k
Apakah anda pernah mencoba dan gagal untuk
mengurangi atau menghentikan penggunaan zat
(zat-zat) tersebut?
PERTANYAAN 8 (P8)
dalam3bulanterakhir
3 bulanterakhir
Apakah anda pernah menggunakan zat dengan cara
menyuntik? 0 2 1
CATATAN PENTING:
Klien yang pernah menggunakan zat dengan cara menyuntik dalam 3 bulan terakhir
harus ditanyakan tentang pola menyuntik yang mereka lakukan selama periode ini
untuk menentukan tingkat risiko dan intervensi yang tepat
Untuk masing-masing zat (a sampai j) jumlahkan semua skor yang didapat dari P 2 - P7.
Jangan jumlahkan hasil dari masing-masing P1 atau P8 didalam skor ini.
Contoh:
Skor untuk Kanabis (ganja) dapat dijumlahkan dari pertanyaan:
P2c + P3c + P4c + P5c + P6c + P7c
Catatan: P5 untuk tembakau tidak diberi skor, jadi untuk pengguna tembakau yang
Dijumlahkan hanya pertanyaan: P2a + P3a + P4a + P6a + P
8
LAMPIRAN D
(Normatif)
d. Kokain
g. Sedatif atau obat tidur (pil koplo, alprazolam, kamlet, leksotan, rohypnol, dll)
j. Zat-lain, jelaskan:
1
WHO ASSIST V3.0
KARTU UMPAN BALIK UNTUK PASIEN
0-3 Rendah
c. Kanabis (marijuana, ganja, gelek,
4-26 Sedang
cimeng, dll.)
27+ Tinggi
0-3 Rendah
d. Kokain 4-26 Sedang
27+ Tinggi
0-3 Rendah
e. Stimulan jenis amfetamin (ekstasi,
4-26 Sedang
shabu, dll)
27+ Tinggi
0-3 Rendah
f. Inhalansia (lem, bensin, tiner, dll) 4-26 Sedang
27+ Tinggi
0-3 Rendah
g. Sedatif atau obat tidur (Pil Koplo, Valium,
Dumolid, Lexotan, Rohypnol, Mogadon, 4-26 Sedang
dll.)
27+ Tinggi
0-3 Rendah
h. Halusinogens(LSD, mushrooms, PCP,
4-26 Sedang
dll)
27+ Tinggi
2
27+ Tinggi
0-3 Rendah
j. Zat-lain, jelaskan: 4-26 Sedang
27+ Tinggi
Rendah: anda masih berada pada tingkat risiko berdasarkan pola penggunaan zat yang
anda gunakan saat ini.
Sedang: anda sudah berisiko mengalami masalah kesehatan dan masalah lain
berdasarkanpola penggunaan zat yang anda gunakan saat ini.
Tinggi : anda berada pada tingkat risiko tinggi untuk mengalami masalah yang
serius(kesehatan, sosial, keuangan, hukum, hubungan sesama) sebagai akibat
pola penggunaan zat yang anda gunakan saat ini dan mungkin juga anda
mengalami ketergantungan
Keguguran, bayi prematur dan bayi berat lahir rendah bagi wanita hamil
Penyakit ginjal
3
b. Alkohol Risiko dan dampak yang anda alami
adalah . . . Rendah Sedang Tinggi
(Pilih satu)
Penggunaan alkohol berlebihan
yang terus menerus berhubungan
dengan terjadinya:
Asma, bronkitis
4
d. Kokain Risiko dan dampak yang anda alami
adalah . . . Rendah Sedang Tinggi
(Pilih satu)
Penggunaan Kokain yang terus
menerus berhubungan dengan
terjadinya:
5
f. Inhalan Risiko dan dampak yang anda alami
adalah . . . Rendah Sedang Tinggi
(Pilih satu)
Penggunaan inhalansiayang terus
menerus berhubungan dengan
terjadinya:
Over dosis dan kematian bila digunakan dengan alkohol, opioid atau obat
depresan lain
6
h. Risiko dan dampak yang anda alami
adalah . . .
Halusinogen Rendah Sedang
Tinggi
Penggunaan halusinogenyang terus (Pilih satu)
menerus berhubungan dengan
terjadinya:
Sulit tidur
Pusing
Konstipasi, pembusukan gigi
Kesulitan bersosialisasi
7
D. KARTU RISIKOPENGGUNAAN ZAT DENGAN CARA MENYUNTIK
(INFORMASI UNTUK PASIEN)
Menggunakan zat dengan cara menyuntik akan meningkatkan risiko dan dampak
buruk akibat penggunaan zat.
Dampak buruk ini dapat berasal dari:
• Zat yang digunakan
➢
bila anda menyuntikkan jenis zat apa saja, kemungkinan besar anda akan menjadi ketergantungan
➢
bila anda menyuntikkan amfetamin atau kokain kemungkinan besar anda akan mengalami
psikosis
➢
bila anda menyuntikkan heroin atau sedatif lain kemungkinan besar anda akan mengalami over
dosis
• Cara menyuntik
➢
merusak kulit, pembuluh darah vena dan terpapar infeksi
➢
menyebabkan parut, luka memar, pembengkakan, abses dan ulcus
➢
vena menjadi kolaps
➢
bila disuntik di leher dapat terjadi stroke
• Penggunaan alat suntik secara bersama-sama
➢
bila anda menggunakan alat suntik bersama-sama (jarum, semprit, sendok, filter,
dll) kemungkinan besar anda akan menyebarkan virus yang menular melalui
darah seperti hepatitis B, C dan HIV/AIDS.
➢
❖
Lebih aman bila anda tidak menggunakan zat dengan cara menyuntik
❖
Bila anda harus tetap menyuntik , maka:
✓
Gunakan selalu peralatan yang bersih (jarum, semprit, filter, dll)
✓
Gunakan selalu jarum dan semprit baru
✓
Jangan gunakan peralatan suntik secara bersama-sama
✓
Bersihkan lingkungan sekitar anda
✓
Bersihkan tangan anda
✓
Bersihkan tempat suntikan
✓
Gunakan tempat suntikan yang berbeda tiap kali menyuntik
✓
Menyuntiklah dengan perlahan-lahan
✓
Taruh jarum dan semprit yang telah digunakan pada tempat penyimpanan yang baik dan
aturlah supaya aman
❖
Bila anda menggunakan stimulan seperti amfetamin atau kokain maka tip berikut ini dapat menolong
mengurangi terjadinya risiko psikosis
✓
Hindari penggunaan dengan cara menyuntik dan menghisap
✓
Hindari penggunaan “on a daily basis”
❖
Bila anda menggunakan zat depresan seperti heroin maka tip-tip berikut ini dapat menolong
mengurangi risiko terjadinya over dosis
✓
Hindari menggunakan zat-zat lain, khususnya sedatif atau alkohol pada hari yang sama
✓
Gunakan dalam jumlah kecil
✓
Sebaiknya ada seseorang bersama anda pada saat menggunakannya
✓
Hindari menyuntik di tempat yang susah dijangkau orang apabila anda over dosis
✓
Harus tahu nomor telepon pelayanan ambulans.
1
LAMPIRAN E
ADDICTION SEVERITY INDEX
2
INFORMASI UMUM
G1. Identitas Pasien _______________________ G19. Apakah Anda berada di dalam lingkungan
terlindung dalam 30 hari terakhir?
G2. Negara G2b. Program 1. Tidak 4. Terapi Medis
G2a. Pusat terapi G2c. Modalitas 2. Penjara 5. Terapi Psikiatri
3. Terapi Alkohol/NAPZA. 6. Lainnya: ___________
Harap melihat halaman belakang ASI terkait Daftar Negara, • Adalah tempat yang -secara teori-tanpa akses
Pusat Terapi dan Program terhadap zat/alkohol.
G20. Berapa hari?
G3. Akankah terapi ini diberikan di dalam fasilitas lembaga • Jika G19 =Tidak, G20= ”NN”
pemasyarakatan? merujuk pada jumlah total hari ditahan dalam 30
0=Tidak 1=Ya hari terakhir.
G14. Berapa lama Anda tinggal di alamat ini? G21. SUMBER RUJUKAN:
Tahun/ Bulan
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
LAMPIRAN F
FORMULIR RENCANA TERAPI
(KOP INSTANSI)
Formulir Rencana Terapi
Nama PesertaRehabilitasi:............................................................................................
NIK/No. RegistrasiRehabilitasi:.....................................................................................
Rencana MulaiPelaksanaanRehabilitasi:.......................................................................
NamaKonselor:...........................................................................................................
KekuatanPesertaRehabilitasi:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Tujuan # 1:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Sasaran # 1:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Waktu Pelaksanaan.......................................................................................................
Tujuan #2:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Sasaran #2
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
1
Intervensi dan Langkah Aksi:
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Waktu Pelaksanaan:
.......................................................................................................................................
Persetujuan Terapi:
………………….., ………………..20..
Pesertarehabilitasi Konselor
( ) ( )
2
LAMPIRAN G
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Nomor SOP 01
Tanggal Pembuatan 24 Agustus 2015
SATUAN KERJA Tanggal Revisi Desember 2020
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh DirekturJenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP SKRINING NAPZA
Lapas / Rutan / RS Pengayoman
1 Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika 1 Mempunyai pengetahuan dasar di bidang adiksi
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2 Terlatih dalam melakukan skrining
3 Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1 Alat tulis
2 Kertas
SOP Pelaksanaan Skrining Napza 3 Buku pemanggilan Tahanan, Narapidana dan Anak
4 Formulir ASSIST
5 Formulir rujukan asesmen rehabilitasi
Peringatan Pencatatan dan pendataan
1 Identitas Tahanan, Narapidana dan Anak
2 Register Tahanan, Narapidana dan Anak
Jika tidak dilaksanakan, tidak dapat menyaring Tahanan, Narapidana dan
3 Rekam medis Tahanan, Narapidana dan Anak
Anak pecandu Napza
4 BAP Kesehatan
5 Hasil skrining Napza
4 Membuat kesimpulan mengenai Alat tulis, formulir ASSIST 1 menit Tingkat risiko
tingkat risiko penyalahgunaan NAPZA penyalahgunaan
pada Tahanan/WBP/Anak tersebut NAPZA diketahui
5 Menandatangani formulir ASSIST Alat tulis, formulir ASSIST 1 menit Formulir ASSIST
ditandatangani
6 Mengisi formulir rujukan asessmen Alat tulis, formulir rujukan 1 menit Formulir rujukan
rehabilitasi asesmen rehabilitasi asessmen
rehabilitasi diisi
7 Mengarahkan Tahanan/WBP/Anak ke - 5 menit Tahanan/WBP/Anak
petugas asesmen menghadap petugas
asesmen
Jumlah : 7
Waktu :28 menit
1
2. SOP Tes Urine
Nomor SOP 02
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2 Terlatih dalam melakukan tes urine
Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang
3 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
Penyelenggaraan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1 Alat tulis
2 Kertas
SOP Pelaksanaan Skrining Napza
3 Buku pemanggilan WBP
SOP Pemanggilan WBP
4 Pot urine
5 Alat tes urine
Jika tidak dilaksanakan, tidak dapat menyaring WBP pecandu 2 Register WBP 6. Foto Kegiatan
Napza Rekam medis/rekam rehabilitasi
3
WBP
4 BAP Kesehatan
54 menit
2
3. SOP Asesmen Napza
Nomor SOP 03
Tanggal Pembuatan 24 Agustus 2015
SATUAN KERJA Tanggal Revisi Des-20
Tanggal Efektif Jan-21
Disahkan oleh DirekturJenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP Pelaksanaan ASESMEN NAPZA
Lapas / Rutan / RS Pengayoman
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1 Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika 1 Dokter/Perawat/Psikolog/Petugas yang mempunyai kompetensi di bidang
adiksi
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang 2 Terlatih melakukan asesmen NAPZA
Pemasyarakatan
3 Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
Penyelenggaraan Rehabilitasi Narkotika bagi
Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1 Formulir rujukan asesmen
2 Formulir Addiction Severity Index (ASI)
SOP Pelaksanaan Skrining Napza
3 Alat tulis
4 Formulir Rencana Terapi
5 Menerima sampel urine dan Sarung tangan, pot 3 menit Formulir ASSIST
menuliskan label yang berisi nama, urine yang telah terisi,
nomor registrasi WBP, tanggal dan spidol permanen,
jam pengambilan sampel label
6 Membaca hasil tes uirne NAPZA Narkotest, sampel 5 menit Formulir rujukan
urine asessmen
rehabilitasi
7 Menghitung skor pada lembar Alat tulis, lembar 5 menit WBP menghadap
jawaban jawaban formulir ASI asesor
8 Menentukan diagnosis dan Alat tulis, formulir ASI 5 menit Terkait SOP rawat jalan, SOP
rencana terapi rawat inap dan SOP rujukan
pasien
9 Menyerahkan Formulir ASI kepada Alat tulis, formulir ASI 2 menit
WBP untuk ditandatangani, sebagai
persetujuan mengikuti rencana
terapi yang akan diambil
10 Memverifikasi data dalam formulir Alat tulis, formulir ASI 5 menit
ASI
11 Menandatangani formulir ASI Alat tulis, formulir ASI 1 menit
68 menit
Jumlah : 11
Waktu : 1 jam 8 menit
3
4. SOP Konseling Adiksi Individu
Nomor SOP 04
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja SOP WAWANCARA KONSELING
Nama SOP
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman ADIKSI INDIVIDU
4
5. SOP Wawancara Motivasional
Nomor SOP 05
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja SOP WAWANCARA
Nama SOP
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman MOTIVASIONAL
4 Melakukan wawancara awal yang sifatnya Kertas, pulpen, 5 menit Identitas dan latar belakang
sederhana mengenai identitas dan latar Formulir Catatan kasus diketahui
belakang kasus Konseling
5 Melakukan konseling dengan teknik OARS 40 menit Permasalahan peserta
Kertas, pulpen,
(Open-ended questions, Affirmation, rehabilitasi tertangani sesuai
Formulir Catatan
Reflective Listening, Summarizing ) dengan kebutuhan
Konseling
8 Membuat catatan mengenai proses Kertas, pulpen, 10 menit Hasil konseling tercatat
konseling yang telah dilakukan Formulir Catatan dengan baik
konseling
9 Mengembalikan peserta rehabilitasi kepada 3 menit Peserta rehabilitasi selesai
instruktur - menjalani konseling
72 menit
5
6. SOP Morning Meeting
Nomor SOP 06
Tanggal Pembuatan Des-20
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP MORNING MEETING
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman
94 menit
6
7. SOP Static Group
Nomor SOP 07
Tanggal Pembuatan Des-20
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP Static Group
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman
3 Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Rehabilitasi 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan
100 menit
SOP Static Group
Jumlah : 11
Waktu : 1 jam 40 menit
7
8. SOP Conflict Resolution Group
Nomor SOP 08
Tanggal Pembuatan Desember 2020
Tanggal Revisi
SATUAN KERJA
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2 Terlatih dalam memimpin Conflict Resolution Group
3 Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
Rehabilitasi Narkotika bagi Tahanan dan Warga Binaan
Pemasyarakatan
4 Memulai jalannya Conflict Resolution Group Lembar aturan Conflict 3 menit Aturan Conflict Resolution Group
dengan mengarahkan peserta rehabilitasi Resolution Group dibacakan
membacakan aturan Conflict Resolution Group
secara bergiliran
5 Menanyakan siapa di antara peserta Bagan Conflict 2 menit Peserta yang ingin
rehabilitasi yang akan mengungkapkan Resolution Group , lembar mengungkapkan perasaan
perasaannya drop slip, alat tulis mengajukan diri
6 Meminta peserta rehabilitasi yang akan Kursi 2 menit Peserta yang ingin
mengungkapkan perasaannya untuk duduk di mengungkapkan perasaan duduk di
kursi yang telah disediakan kursi
7 Menanyakan kepada peserta rehabilitasi 2 menit Orang yang dimaksud diketahui
tersebut, kepada siapa perasaannya ditujukan -
8 Meminta peserta rehabilitasi yang dimaksud Kursi 2 menit Orang yang dimaksud duduk di
untuk duduk di kursi yang telah disediakan kursi
9 Mempersilakan peserta rehabilitasi tersebut 20 Perasaan dan harapan
untuk menyampaikan perasaannya beserta - menit tersampaikan
penyelesaian masalah yang diharapkannya
10 Membuat kesimpulan tentang pemecahan Kertas, pulpen 10 Kesimpulan pemecahan masalah
masalah yang diutarakan oleh anggota Conflict menit didapatkan
Resolution Group
11 Menutup sesi Conflict Resolution Group 5 menit Kegiatan Conflict Resolution Group
-
telah selesai
12 Mengarahkan peserta rehabilitasi untuk 5 menit Peserta rehabilitasi siap untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya - mengikuti kegiatan selanjutnya
13 Membuat notulensi mengenai proses kegiatan Kertas, pulpen, foto 10 Kegiatan Conflict Resolution Group
Conflict Resolution Group yang telah dilakukan kegiatan menit terdokumentasi dengan baik
73 menit
8
9. SOP Seminar Family Support Group
Nomor SOP 09
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP Seminar Family Support Group
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman
4 Memulai jalannya Family Support Group dengan Infokus, Laptop, Layar 5 menit Agenda dan tujuan sesi Family
menginformasikan agenda dan tujuan sesi Family Support Group
Support Group
5 Memberikan edukasi tentang peran dan dukungan Infokus, Laptop, Layar 20 menit Keluarga peserta rehabilitasi
keluarga dalam pemulihan peserta rehabilitasi teredukasi
6 Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab Mikrofon, speaker 20 menit Keluarga peserta rehabilitasi lebih
memahami materi yang
disampaikan
7 Membuat kesimpulan tentang hasil kegiatan Family Mikrofon, speaker 5 menit Kesimpulan tentang hasil kegiatan
Support Group didapatkan
8 Menutup sesi Family Support Group Mikrofon, speaker 5 menit sesi Family Support Group ditutup
9 Mengarahkan peserta Family Support Group untuk Mikrofon, speaker 5 menit Peserta Family Support Group
meninggalkan tempat meninggalkan tempat
10 Membuat notulensi proses kegiatan Family Support Kertas, pulpen, foto 10 menit Kegiatan Family Support
Group yang telah dilakukan kegiatan Group terdokumentasi dengan baik
90 menit
9
10. SOP Family Dialog
Nomor SOP 10
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP Family Dialog
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman
1 Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika 1 Memiliki kemampuan melakukan konseling kelompok
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2 Terlatih dalam memimpin kegiatan Family Dialog
Permenkumham No. 12 tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Rehabilitasi Narkotika
3 3 Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
bagi Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan
6 Membuat kesimpulan tentang hasil kegiatan 5 menit Kesimpulan sesi Family Dialog
Family Dialog - didapatkan
9 Membuat notulensi proses kegiatan Family Kertas, pulpen, foto 10 menit Kegiatan Family Dialog
Dialog yang telah dilakukan kegiatan terdokumentasi dengan baik
105 menit
10
11. SOP Seminar Rehabilitasi
Nomor SOP 11
Tanggal Pembuatan Desember 2020
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2021
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP Seminar Rehabilitasi
Rutan/Lapas /LPKA / RS Pengayoman
1 Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika 1 Memiliki kemampuan memberikan edukasi
2 Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 2 Terlatih dalam memimpin kegiatan seminar Rehabilitasi
3 Memberikan materi Seminar Rehabilitasi Infokus, Laptop, Layar, mikrofon, 20 menit Materi seminar disampaikan
speaker
4 Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab mikrofon, speaker 30 menit Pertanyaan peserta Seminar
Rehabilitasi terjawab
5 Membuat kesimpulan tentang hasil Seminar alat tulis, kertas, mikrofon, 5 menit Kesimpulan hasil Seminar
Rehabilitasi speaker Rehabilitasi disampaikan
6 Menutup sesi Seminar Rehabilitasi mikrofon, speaker 5 menit Seminar Rehabilitasi ditutup
8 Membuat notulensi proses kegiatan Seminar Kertas, pulpen, foto kegiatan 10 menit Kegiatan Seminar Rehabilitasi
Rehabilitasi yang telah dilakukan terdokumentasi dengan baik
85 menit
11
12. SOP Pelaporan Rehabilitasi Pemasyarakatan di Lapas/Rutan/RS
Pengayoman
Nomor SOP 12
Tanggal Pembuatan 24 Agustus 2015
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2016
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
3 Undang-undang Kesehatan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1 SOP Pelaksanaan Skrining Napza 1 Komputer
2 Menyusun laporan triwulan pelaksanaan Komputer, printer 60 menit Laporan triwulan Layanan
rehabilitasi di UPT Pemasyarakatan berdasarkan Rehabilitasi Pemasyarakatan
data yang dikumpulkan
3 Meminta tanda tangan Kepala UPT Laporan triwulan Layanan 5 menit Laporan triwulan Layanan
Rehabilitasi Pemasyarakatan Rehabilitasi Pemasyarakatan
4 Membuat arsip laporan triwulan Laporan triwulanLayanan 5 menit Arsip Laporan triwulan Layanan
Rehabilitasi Pemasyarakatan Rehabilitasi Pemasyarakatan
5 Menyerahkan Laporan triwulan Layanan Laporan triwulanLayanan 5 menit Bukti pengiriman laporan
Rehabilitasi yang telah ditanda tangani kebagian Rehabilitasi Pemasyarakatan
Tata Usaha untuk dikirim ke Kantor Wilayah
105 menit
Jumlah : 5
Waktu : 1 jam 45 menit
12
13. SOP Pelaporan Rehabilitasi Narkotika di Kantor Wilayah
Nomor SOP 04
Tanggal Pembuatan 24 Agustus 2015
SATUAN KERJA Tanggal Revisi
Tanggal Efektif Januari 2016
Disahkan oleh DirekturJenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja
Nama SOP SOP PELAPORAN REHABILITASI NARKOTIKA DI KANTOR WILAYAH
Divisi Pemasyarakatan
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1 Komputer
2 Printer
SOP Pelaporan Rehabilitasi Narkotika di Kantor Wilayah
3 Jaringan internet
4 Lemari arsip
2 Memasukan rekap jumlah peserta skrining, asesmen dan Komputer, printer 5 menit Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika
rehabilitasi narkotika ke dalam Formulir Laporan Bulanan
Layana Rehabilitasi Narkotika dalam satu wilayah
3 Meminta tanda tangan Kepala Divisi Pemasyarakatan Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika 5 menit Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika
Kantor Wilayah
4 Membuat arsip laporan bulanan Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika 5 menit Kopi Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi
Kantor Wilayah Narkotika
5 Mengirim Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika Laporan Bulanan Layanan Rehabilitasi Narkotika 5 menit Bukti pengiriman laporan
yang telah ditanda tangani ke Direktorat Jenderal Kantor Wilayah
Pemasyarakatan
40 menit
Jumlah : 5
Waktu : 40 menit
13