Dosen Pengajar: Cok. Istri Anom Pemayun SH., MH / Putu Ade Harriestha Martana SH., MH.
Oleh:
(1503005138)
Kelas: E (LIIB5)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
Perbedaan Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
Sebelum berlakunya Undang – Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
berlaku Undang – Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok – Pokok Kepegawaian yang
mengatur mengenai pegawai negeri sipil. Dalam Undang – Undang Pokok – Pokok Kepegawain
tidak dikenal istilah pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), yang dikenal hanya
istilah pegawai negeri sipil (PNS saja). Barulah semenjak berlakunya Undang – Undang ASN
dikenal istilah PPPK ini. PPPK dengan PNS merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara
(ASN) itu sendiri, dimana sesuai dengan pasal 1 angka 1 Undang – Undang No. 5 Tahun 2014
menyebutkan ASN merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Meksi merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara, antara PNS dan PPPK dalam aturan
perundang – undangannya memiliki perbedaan – perbedaan terutama dalam hak dan kewajiban.
Dari pengertiannya terlihat kedua perbedaannya, dimana Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya
disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. Sedangkan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya
disingkat PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan. Dari pengertian diatas sudah jelas terdapat peredaan status antara PNS dengan
PPPK.
Kewajiban PNS sebelumnya telah pula diatur dalam undang – undang pokok – pokok
kepegawaian yang lalu, dimana dalam peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 mengatur mengenai kewajiban PNS. Sedangkan kewajiban PPPK hanya
diatur dalam Undang – Undang ASN, mengingat peraturan pelaksana dari undang – undang baru
ini belum ada. Itu pun, dalam Undang – Undang ASN hanya diatur mengenai kewajiban ASN.
Artinya antara PNS dengan PPPK memiliki kewajiban sebagai ASN yang diatur dalam pasal 23
menyebutkan;
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. Bersedia ditempatkan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hak
Menurut Prof. Dr. Notonegoro menyatakan bahwa hak adalah kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak
dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Mengenai hak PNS dan PPPK telah diatur dalam BAB VI Undang – Undang ASN yang secara
khusus mengatur mengenai hak dan kewajiban ASN. Berbeda dengan hak PNS dengan PPPK
yang dalam ketentuannya disamakan, mengenai hak PNS dan PPPK ini memiliki perbedaan yang
diatur kedalam pasal masing – masing.
b. cuti
d. perlindungan
e. pengembangan kompetensi.
b. cuti
c. perlindungan
d. pengembangan kompetensi.
Jika melihat lebih jauh, berdasarkan pada Pasal 21 dan Pasal 22 UU No.5 Tahun 2014,
dapat dilihat bahwa pada PPPK tidak disebutkan adanya hak untuk memperoleh jaminan pensiun
dan jaminan hari tua. Hal ini disebabkan karena masa perjanjian kerja pada PPPK diberlakukan
tergantung kebutuhan instansi terkait. Perjanjian kerja bagi PPPK pada umumnya dilakukan
untuk satu tahun dan akan dilakukan perpanjangan jika instansi masih membutuhkan dan kualitas
kinerja pegawai. Dengan kata lain, masa kerja PPPK tidak terjamin bisa berlanjut sampai
memenuhi masa iuran atau batas usia tertentu untuk memperoleh hak atas Jaminan Pensiun. Jika
jangka waktu perjanjian kerja berakhir, terhadap PPPK dapat saja dilakukan pemutusan
hubungan kerja.
Perbedaan Hak antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) terjadi karena ada beberapa hak yang dimiliki oleh PNS tidak dimiliki oleh
PPPK, antara lain alasan perbedaan tersebut antara lain PPPK tidak berhak memperoleh NIP. Penyebab
PPPK tidak berhak memperoleh NIP , karena Kedudukan hukum PPPK menurut Undang-undang Nomor
5 Tahun 2014. Istilah pegawai yang disebut “human resources” adalah manusia dalam usia kerja (working
ages) yang mampu menyelenggarakan pekerjaan fisik ataupun mental. Pegawai negeri maupun tenaga
honor harus berasal dari SDM yang baik guna mewujudkan negara maju dan pemerintahan yang baik.
Sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan bahwa Pemerintah dan Depan Perwakilan Rakyat
(DPR) telah mengesahkan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan sebagai peraturan
pelaksana pemerintah juga tengah menyusun 19 Rancangan Peraturan Pemerintah (PP) dan 4 Rancangan
Perpres. Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai Negeri Sipil (PNS) diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) (pasal 7 ayat 1 UU ASN), sedangkan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah dan ketentuan Undang-
undang (pasal 7 ayat 2 UU ASN). Maka dari itu PPPK tidak berhak memperoleh NIP karena masa
kerjanya hanya menyesuaikan kebutuhan instansi pemerintah yang bersangkutan.