Anda di halaman 1dari 137

KETENTUAN BELAJAR

METODE PERKULIAHAN
• Tatap Muka.
• Diskusi.
• Penugasan kepada masing-masing Mahasiswa.
• Presentasi makalah dan Diskusi/ Kuis.

PENILAIAN
1. Ujian Tengah Semester 35%
2. Ujian Akhir Semester 45%
3. Tugas 20%
1. Satu Konsep-konsep Dasar Kepegawaian: negara,
jabatan/instansi, administrasi negara, pejabat, dan
pegawai
2. Dua
Pengertian PegawaiPengertian Stipulatif; Pengertian
Ekstensif Perbedaan ASN dengan Pegawai Swasta

3. Tiga Kedudukan Hukum ASN


Hubungan ASN dengan Negara/Pemerintah
Hubungan Dinas Publik
Eksistensi PNS
4. Empat Pejabat Publik dan ASN
Pejabat Publik/Negara dan Pegawai Negeri
Persamaan dan Perbedaan Pejabat dengan PNS
5. Lima Hak dan Kewajiban ASN Dasar Hukum Kewajiban-
kewajiban ASN Hak-hak ASN
6. Enam Formasi dan Pengadaan ASN Pengertian Formasi
PegawaiDasar Pengadaan Persyaratan ASN
7. Tujuh Pengangkatan ASN Dasar Hukum Latihan Prajabatan
(LPJ)Pengangkatan dalam Jabatan
9. Sembilan Kenaikan Pangkat ASN
Sistem Pembinaan ASN
Kenaikan Pangkat ASN
Macam-macam Kenaikan Pangkat ASN
10. Sepuluh Pemindahan dan Pemberhentian ASN
Dasar Hukum Pemindahan dan Pemberhetian
Pemindahan ASNPemberhentian ASN
11. Sebelas Penghasilan ASN
Sistem Penggajian Dasar Hukum
Gaji Pokok Tunjangan-tunjangan
12. Dua belas Disiplin ASNPengertian dan Cakupan Disiplin
ASNPeraturan Disiplin ASN
Hukuman dan Sanksi
13. Tiga belas Maladministrasi Pengertian Maladministrasi
Perkembangan Konsep Maladministrasi
Macam-macam Maladministrasi
14. Empat belas Pertanggungjawaban ASN
Teori Pertanggungjawaban Publik
Tanggung Jawab Pribadi , Tanggung Jawab Jabatan
• Literatur

1. Moch. Mahfud, Hukum KepegawaianIndonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988.


2. Muchsan, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan
Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1999.
3. Mifthah Thoha, Manjamen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Kencana, 2014.
4. Ombudsman Republik Indonesia (ORI), Memahami Maladministrasi : Ctk
Pertama, Penerbit Ombudsman RI, Jakarta, 2013.
5. Ridwan HR., Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.
6. Sri Hartini, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
7. Sri Hartini, Hukum Kepegawaian di Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta, 2017.
8. Utrecht, Pangantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas,
Surabaya, 1988.
9. Ridwan, Catatan Ringkas Hukum Kepegawaian (Bahan Ajar Hukum
Kepegawaian Fakultas Hukum UII), 2016.
10. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 jo No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian .
11. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara .
12. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
NEGARA

Negara merupakan organisasi masyarakat yang


memiliki wilayah tertentu dan berada dibawah
pemerintahan yang berdaulat yang mengatur
kehidupan masyarakat tersebut. Negara
merupakan konstruksi yang diciptakan oleh
manusia untuk mengatur pola hubungan antar
manusia dalam kehidupan manusia.
• Dalam prespektif hukum: Negara
dalam pengertiannya dibagi
menjadi Negara sebagai Badan
Hukum Publik dan Organisasi
Jabatan.
• Logemann

Ambtenorganisatie yaitu organisasi jabatan


mempelajari ketentuan-ketentuan yang
menyangkut bagaimana organisasi negara ikut
serta didalam lau lintas masyarakat. Negara
sebagai “regelen” / pengatur yang merupakan
mengatur masyarakat agar tidak jadi class
pertentangan.
• Untuk mencapai tujuannya negara memiliki
sarana dan prasarana negara dibagi menjadi :
1. Penduduk
2. Tenaga Kerja
3. Peraturan Perundang-undangan
4. Uang
5. Benda dan Lingkungan
• Pegawai Negeri atau kini yang disebut
Aparatur Sipil Negara mempunyai peranan
yang amat penting karena ASN merupakan
unsur aparatur negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan
negara.
• Aparatur Sipil Negara merupakan salah satu
dari sarana yang harus ada untuk mewujudkan
tujuan tersebut.
PEMERINTAH

• Pemerintahan adalah bestuurvoering atau


pelaksanaan tugas pemerintah

• Pemerintah adalah organ atau aparat yang


menjalankan tugas pemerintahan
• Dalam prespektif Hukum Tata Negara dan
Hukum Administrasi, pemerintah diartikan
secara luas (in the broad sense) dan secara
sempit (in the narrow sense).

• Dalam arti luas, pemerintah itu mencakup


semua alat kelengkapan negara.
1. Badan (Badan Urusan Logistik, BPKP, Badan
Pertanahan Nasional, dan lain-lain);

2. Dewan (Dewan Riset Nasional, Dewan


Pembina Industri Strategis, Dewan
Pertimbangan Otonomi Daerah, dan lain-lain);

3. Lembaga (Lembaga Administrasi Negara, LIPI,


LSF, Lembaga Ketahanan Nasional, dan lain-
lain);

4. Komite (Koni, Komite Nasional untuk


Keselamatan Transportasi, dan lain-lain);

5. Komisi (Komisi Hukum Nasional, Komisi


Kejaksaan, Komisi Kepolisian, dan lain-lain).
• Pemerintah atau aparat pemerintah harus dapat
memposisikan dirinya dalam dua fungsi, yaitu:
• Sebagai pelayan masyarakat sehingga berfungsi
melayani masyarakat dengan baik dengan jalan
tidak mempersulit masyarakat dengan birokrasi
yang rumit
• Sebagai pengatur dan pelaksana jalannya
pemerintahan agar kehidupan bernegara dapat
berjalan dengan tertib dan lancar.
• ADMINISTRASI

• Keseluruhan aparatur pemerintahan yang


melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas
negara selain tugas pembuatan undang-undang
dan pengadilan
JABATAN

• N.E.Algra dan H.C.J.G. Janssen mendefinisikan


jabatan sebagai berikut, jabatan adalah sutau
lembaga dengan lingkup pekerjaan sendiri yang
dibentuk untuk waktu lama dan kepadanya
diberikan tugas dan wewenang.

• Bestuursambt
• Jabatan itu bersifat tetap, sementara pemegang
jabatan (ambtsdrager) dapat berganti-ganti,
sebagai contoh, jabatan Presiden, Wakil Presiden,
Menteri, Gubernur dan lain-lain.

• Jabatan ini tidak dapat melakukan perbuatan


hukum. suatu perbuatan yang menimbulkan akibat
hukum atau tindakan yang memiliki relevansi
hukum secara mandiri.

• Perbuatan hukum jabatan dilakukan oleh manusia


sebagai wakil (vertegenwoordiger) jabatan, yang
disebut pemangku jabatan atau pejabat
(ambtsdrager).
• Istilah lain untuk pelaksana fungsi dan
kewenangan yang melekat pada jabatan tersebut
adalah “organ” atau alat perlengkapan, yakni
orang atau sekelompok orang yang berdasarkan
undang-undang atau anggaran dasar berwenang
mewakili badan hukum ( jabatan ) untuk terlibat
dalam pergaulan hukum (bestuursorgan).

• Suatu istilah yang berasal dari bahasa Latin


“organum” yang berarti alat perlengkapan
(werktuig). F.GR. Bothlingk mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan organ adalah setiap orang
atau lembaga yang diberi kekuasaan umum, atau
setiap orang yang dilekati kewenangan itu
berkuasa untuk melakukan perbuatan hukum atau
sesuatu yang sejenis dengan itu.
• Alat pemerintahan : pegawai, pejabat atau
badan sepertinya contohnya LPNK, yang
menjalankan roda pemerintahan.
Pengertian jabatan dapat ditinjau dari dua sudut
(Koesoemahatmadja: 1979) :
1. Dari struktural, ialah jabatan yang secara tegas
ada dalam struktur organisasi seperti : sekjen,
direktur, kepala seksi dan lain-lain;
2. Dari sudut fungsional, ialah jabatan yang
ditinjau dari sudut fungsinya dalam suatu
satuan organisasi seperti : peneliti, dosen,
dokter, dan lain-lain
• Jabatan Negeri di Pasal 1 ayat (5) UU 43 th 99:
Jabatan bidang eksekutif, yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan termasuk didalamnya
Kesekertariatan Lembaga Tinggi / Tertinggi Negara dan
kepaniteraan pengadilan

• Jabatan Karier di Pasal 1 ayat (6) UU 43 th 99:


Jabatan struktural dan fungsional yang hanya dapat
diduduki Pegawai negeri setelah memenuhi syarat yang
ditentukan.

• Jabatan organik di Pasal 1 ayat (7) UU 43 th 99:


Jabatan negeri yang menjadi tugas pokok pada suatu
susunan organisasi pemerintah.
Pasal 20 UU ASN:
(1) Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.
(2) Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari:
a. prajurit Tentara Nasional Indonesia; dan
b. anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
• JABATAN ASN

• Jabatan ASN terdiri atas (Pasal 13 UU ASN) :


a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan
c. Jabatan Pimpinan Tinggi.

• Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 huruf a terdiri atas (Pasal 14 UU ASN):
a. jabatan administrator;
b. jabatan pengawas; dan
c. jabatan pelaksana.
• Jabatan Fungsional (Pasal 18 UU ASN):

(1) Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan


fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.

(2) Jabatan fungsional keahlian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri atas:
a. ahli utama;
b. ahli madya;
c. ahli muda; dan
d. ahli pertama.

(3) Jabatan fungsional keterampilan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) terdiri atas:
a. penyelia;
b. mahir;
c. terampil; dan
d. pemula.
• Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas (Pasal 19
Ayat (1) :
a. jabatan pimpinan tinggi utama;
b. jabatan pimpinan tinggi madya; dan
c. jabatan pimpinan tinggi pratama.
PEJABAT

• Penjabat: Orang yang menduduki atau


memegang jabatan, jadi (orangnya) selalu
berganti-ganti, sedangkan jabatan terus-
menerus (kontinyu).

• Yang dimaksud dengan jabatan adalah istilah-


istilah seperti: Alat Negara (staatsorgan), alat
pemerintahan (bestuursorgan) dan alat-alat
pemerintah.
• Penjabat/ pejabat (Ambtsdrager): Istilah
penjabat di pakai oleh Utrech, sedangkan
sebutan yang lazim digunakan di Indonesia
adalah: Pejabat.
• Jabatan sebagai pemegang hak dan kewajiban
tidak dapat berdiri sendiri sehingga
memerlukan suatu perwakilan yaitu penjabat,
Penjabat adalah perwakilan manusia atau
badan hukum, tetapi badan hukum itu juga
diwakili oleh manusia, karenanya wakil pada
akhirnya selalu manusia.
• Pejabat yang berwenang dlm Pasal 1 angka 2
dalam UU 43/99:
Pejabat yang berwenang salah pejabat yang
mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan
dan atau memberhentikan pegawai negeri
perdasarkan peraturan per-UU-an berlaku. Dalam UU
ASN Pejabat yang berwenang diatur dalam Pasal 13.
Dalam Pasal 14 Pejabat itu disebut Pejabat Pembina
Kepegawaian.

• Pejabat yang berwajib dlm Pasal 1 angka 3dalam


UU No.43/ 99:
Pejabat yang karena jabatan dan tugasnya
berwenang untuk melakukan tidakan hukum
berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku.
• Dalam Pasal 53 UU ASN disebutkan bahwa, Presiden
selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan
ASN dapat mendelegasikan kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan
tinggi utama dan madya, danpejabat fungsional
keahlian utama kepada:

a. menteri dikementerian;
b. pimpinan lembagadi lembaga pemerintah non
kementerian;
c. sekretaris jenderal disekretariat lembaga negara
dan lembaga non struktural;
d. Gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota dikabupaten/kota.
Pejabat yang Berwenang Pasal 54 ayat (1) :

Presiden dapat mendelegasikan kewenangan


pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang
Berwenang di kementerian, sekretaris
jenderal/sekretariat lembaga negara, sekertariat
lembaga nonstruktural, sekretaris daerah provinsi
dan kabupaten/kota.
PEGAWAI

Pegawai (ambtenaar) yang dimaksud adalah pegawai


negeri.
Pegawai tersebut membantu pejabat untuk
menjalankan fungsi dalam lingkungan pekerjaan tetap

Menurut Ambtenarenwet 1929 Negeri Belanda maka


pegawai menurut UU ini adalah tiap orang yang
diangkat dalam dinas publik untuk bekerja di negeri
Belanda, yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu
golongan pegawai dan golongan yang bekerja untuk
negara berdasarkan perjanjian kerja (menurut hukum
privat).
• Pegawai negeri adalah orang-orang yang
bekerja pada lingkungan jabatan dan selaku
aparatur dari jabatan tersebut

• Sebagian dari pejabat adalah pegawai, tetapi


tidak tiap pejabat itu adalah pegawai.
• Sebaliknya tidak setiap pegawai itu adalah
pejabat
Kelancaran pelaksanaan pemerintah dan
pembangunan nasional itu terutama sekali
tergantung pada pesempurnaan Aparatur
Negara yang pada pokoknya tergantung juga
dari kesempurnaan ASN bagian dari aparatur
negara.

Hubungan hukum antara pemerintah dengan


ASN tersebut menimbulkan kaidah hukum,
“Hukum Kepegawaian”.
• OBJEK HUKUM KEPEGAWAIAN

Objek dari hukum administrasi negara yakni


kekuasaan pemerintah, dan dalam kekuasaan
tersebut sebagian besar dilaksanakan oleh Pegawai
Negeri. Jadi, objek hukum kepegawaian adalah
hukum kepegawaian yang dipelajari dalam hukum
administrasi negara, yaitu hukum yang berlaku bagi
pegawai negeri yang bekerja pada administrasi
negara sebagai pegawai negeri. Jadi kepegawaian
adalah segala hal-hal mengenai kedudukan,
kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai Negeri.
• SUMBER HUKUM KEPEGAWAIAN :
Hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara Pemerintah dengan Pegawai
Negeri merupakan hubungan dinas publik, yang diatur oleh peraturan-
peraturan hukum publik dan tidak diatur oleh peraturan-peraturan
mengenai perjanjian kerja menurut hukum privat.

Sumber pokok hukum kepegawaian di Indonesia, menurut Utrech


(1990) antara lain terdapat dalam Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Peraturan Menteri,
Keputusan Menteri, Intruksi Menteri.

Sumber hukum (Pengaturan) yang mengatur tentang Hukum


Kepegawaian merupakan satu rangkaian peraturan-peraturan baik yang
bersifat Pokok sebagai payungnya yang berbentuk UU, maupun yang
bersifat pelaksana dari aturan pokok sebagai peraturan pemerintah (PP),
peraturan presiden (Perpres), Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara, Peraturan Kepala BKN.
• Peraturan tentang Kepegawaian
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 Tentang Pensiun Pegawai Dan Pensiun Janda/Duda Pegawai

3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1964 Tentang Pemberian Penghargaan Kepada Pegawai Negeri
Yang Melakukan Kewajibannya Secara Luar Biasa

4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 Tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil

6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penenilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil

7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Izin Perkawinan Dan
Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil

8. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

9. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil

10. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

11. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 814.1/169/SJ/ Tahun 2013 tentang Pengasan Larangan
Pengangkatan Pegawai Honorer
PEGAWAI NEGERI

Kranenburg dalam pandangannya menyatakan


bahwa untuk membedakan Pegawai Negeri
dengan pegawai lainnya dapat dilihat dari sistem
pengangkatannya untuk menjabat dalam suatu
dinas publik.

Pegawai Negeri adalah pejabat yang ditunjuk, jadi


tidak termasuk mereka yang memangku suatu
jabatan mewakili seperti seorang anggota
parlemen, seorang menteri, seorang presiden dan
sebagainya.
Sedangkan Logemann menggunakan kriteria yang bersifat
materiil yang berpendapat bahwa pegawai negeri adalah
tiap pejabat (bukan pejabat publik) yang mempunyai
hubungan dinas dengan negara.

Mengenai hubungan dinas ini Logemann lebih lanjut


menjelaskan bahwa hubungan dinas publik itu terjadi jika
seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa
macam jabatan tertentu untuk mendapatkan
penghargaan berupa gaji dan beberapa keuntungan lain
dengan tidak menolak dan menerima tanpa syarat
pengangkatannya dalam suatu jabatan yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
A. Pengertian Stipulatif

Pasal 1 angka 1 UU No.43/99: Pegawai Negeri adalah setiap warga


negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Menurut Pasal 2 UU No.43 Tahun 1999


• Ayat (1): Pegawai Negeri terdiri dari:
a. Pegawai negeri sipil
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ayat (2): Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam ayat (1) huruf
a terdiri dari pegawai negeri sipil :
a. PNS pusat : pegawai negeri sipil yang gajinya
dibebankan pada anggaran APBN dan bekerja pada
departmen, lembaga non departemen, lembaga
pemerintah non departemen, kesekertariatan
lembaga tertinggi/ tinggi Negara, Instansi Vertikal di
daerah propinsi/kabupaten/ kota, Kepaniteraan
pengadilan atau dipekerjakan untuk
menyelenggarakan tugas Negara lainnya.
b. PNS daerah: pegawai negeri sipil daerah propinsi/
kabupaten/ kota yang gajinya dibebankan kepada
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja
pada pemerintah daerah, atau dipekerjakan di luar
instansi induknya.

Pegawai negeri sipil pusat dan daerah dapat


diperbantukan di luar instansi induk.
Ayat (3): Disamping pegawai negeri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), pejabat yang berwenang
dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Pegawai
tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk
jabgka waktu tertentu guna melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan yang bersifat
tekhnis profesional dan administrasi sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai
tidak tetap berkedudukan sebagai pegawai negeri.
• Dalam Pasal 1 angka 1 UU ASN, dijelaskan bahwa:
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah

• Dalam Pasal 1 angka 2 UU ASN, dijelaskan bahwa:


Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya
disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 1 angka 3 UU ASN, dijelaskan bahwa :
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan .

Dalam Pasal 1 angka 4 UU ASN, dijelaskan bahwa :


Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang
selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
pelaksana kebijakan publik
Pegawai ASN
berfungsi
(Pasal 10 UU
pelayan publik
ASN)
perekat dan pemersatu bangsa.

melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Tugas
Pegawai memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
ASN (Pasal
11 )
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
• Peran Pegawai ASN (Pasal 12):
Berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
B. Pengertian Ekstensif (Perluasan Pengertian)

Di samping pengertian menurut UU ASN dalam hal-


hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan
sama dengan pegawai negeri, artinya disamping
pengertian yang stipulatif itu ada perluasan
pengertian yang hanya berlaku untuk hal-hal
tertentu. Perluasan tersebut antara lain :
a. Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 415-437
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
mengenai kejahatan jabatan adalah mereka
yang melakukan kejahatan yang berkenaan
dengan tugasnya sebagai orang yang diserahi
satu jabatan publik baik tetap maupun
sementara. Jadi orang yang diserahi jabatan
publik ini belum tentu Pegawai Negeri seperti
yang ada dalam UU ASN. Jika ia melakukan
kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang
jabatan publik maka ia dianggap diperlakukan
sama dengan Pegawai Negeri khusus untuk
kejahatan yang dilakukannya
• Ketentuan pasal 92 KUHPidana yang berkaitan dengan
status anggota dewan rakyat, anggota dewan daerah dan
kepala daerah. Mereka bukan Pegawai Negeri tetapi terjadi
kejahatan dalam kualitas/ kedudukan masing-masing maka
diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri.
• Ketentuan UU No. 3 Tahun 1999 jo UU N0. 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
memperluas pengertian pegawai negeri. Sehingga
mencakup, orang-orang yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara atau daerah, orang yang menerima gaji
dari upah suatu korporasi yang menerima bantuan dari
negara atau daerah, atau orang yang menerima gaji atau
upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau
fasilitas dari negara atau masyarakat. Mereka ini belum
tentu pegawai negeri, namun apabila melakukan korupsi
diperlakukan sama dengan pegawai negeri, artinya bisa
dituntut pidana dalam UU tersebut.
• Perbedaan Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta

Perbedaannya terletak pada :


1. Hubungan sepihak dan Kesepakatan antara dua
pihak, adanya HDP yang menjadi ciri khas dari
Pegawai Pemerintah
2. Sumber Keuangan
KEDUDUKAN HUKUM PEGAWAI NEGERI

• Hukum kepegawaian yang dipelajari dalam


hukum administrasi negara adalah hukum yang
berlaku bagi pegawai yang bekerja pada
administrasi negara sebagai Pegawai negeri.

• Dalam hukum kapegawaian yang biasanya


dikenal dalam studi hukum administrasi negara
adalah hukum mengenai subyek hukum
(persoon) dalam lapangan administrasi negara
yang dalam status kepegawaian itu mereka
mempunyai hubungan dinas publik.
• Berdasarkan kewenangan yang diberikan
tersebut maka terdapat hubungan antara
Hukum Administrasi Negara dengan Hukum
Kepegawaian yang disebut sebagai openbare
dienstbetrekking (hubungan dinas publik)
terhadap negara (pemerintah). Adapun
openbare dientsbetrekking yang melekat pada
hubungan hubungan hukum kepegawaian itu
lebih merupakan hubungan sub-ordinatie
antara atasan dengan bawahan.
• Pegawai Negeri adalah seseorang yang bekerja
pada Administrasi Negara atau pada
Lingkungan Jabatan Pemerintahan, yang dalam
hubungan kerjanya diberikan oleh adanya
Hubungan Dinas Publik (HDP), bukan dengan
perjanjian kerja seperti yang berlaku pada
perusahaan swasta.

• HDP ini mengandung makna monoloyalitas


pegawai pemerintah
• Hubungan dinas publik menurut Logemann adalah
bilamana seseorang mengikatkan dirinya untuk
tunduk pada perintah dari pemerintah untuk
melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan
yang dalam melakukan suatu atau beberapa
jabatan itu dihargai dengan pemberian gaji dan
beberapa keuntungan lain.
• Jadi inti dari hubungan dinas publik itu adalah
adanya kewajiban bagi pegawai yang bersangkutan
untuk tunduk pada pengangkatan dalam beberapa
macam jabatan tertentu yang berakibat bahwa
pegawai yang bersangkutan tidak menolak
(menerima tanpa syarat) pengangkatannya dalam
satu jabatan yang telah ditentukan oleh
pemerintah.
• Sebaliknya pemerintah berhak mengangkat
seseorang pegawai dalam jabatan tertentu tanpa
harus adanya persesuaian kehendak dari yang
bersangkutan. Meskipun demikian timbul dan
berakhirnya lembaga dinas publik itu tidak
tergantung pada pengangkatan dalam atau
pemberhentian dari satu jabatan. Sebab ada
pegawai negeri yang tidak punya jabatan (seperti
non aktif) namun masih mempunyai hubungan
dinas publik, sebaliknya ada orang yang mempunyai
jabatan (pejabat) tetapi tidak mempunyai
hubungan dinas publik ( seperti orang yang menjadi
pejabat berdasarkan perjanjian kerja).
Menurut Muchsan, konsekuensi yuridis yang timbul
dengan terciptanya hubungan dinas publik ini ialah:

a. Bagi Pegawai Negeri adanya kewajiban untuk


tunduk pada pengangkatan dalam suatu
beberapa macam jabatan tertentu.
b. Bagi Pemerintah timbulnya hak untuk secara
sepihak (eenzijidige) mengangkat seseorang
secara sepihak dalam jabatan yang ditentukan.
Persoalan HDP:

Ada yang berpendapat bahwa hubungan hukum


antara pegawai dengan Pemerintah adalah hubungan
hukum atas dasar perjanjian, dengan alasan karena
adanya persesuaian kehendak (wilsovereenstemming)
antara pegawai dengan Pemerintah.

Ada sarjana yang menolak HDP ini, yakni Y.


Heelskreek, karena menurutnya hubungan dinas
publik itu berarti melanggar hak asasi pegawai.
Hubungan dinas publik menyebabkan para pegawai
tidak lagi memiliki kebebasan.
Secara faktual, hubungan hukum antara pegawai
dengan pemerintah ini lebih mengedepankan
kontrak istimewa dan karena itu segi hukum
pengangkatannya adalah dengan penunjukan
(aanstelling). Artinya sebagai hubungan hukum
bersegi satu atau sepihak (eenzijdge), bukan
hubungan hukum bersegi dua (tweezijdge) seperti
pada hubungan perdata. Pengangkatan pegawai ini
diawali dengan SK (KTUN) . Hal ini jelas
menunjukkan hubungan hukum sepihak.
PPPK dan Teori HDP

• Terdapat berbagai pendapat mengenai


perbuatan hukum pemerintah di bidang publik

• PPPK adalah warga negara Indonesia yang


memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintahan.
• S Sybenga
• van der Pot, van Praag, Kranenburg-Vegting,
Wiarda, dan Donner
• contoh adalah “kortverband contract”
(perjanjian kerja yang berlaku selama jangka
pendek) yang diadakan oleh seorang partikelir,
sebagai pekerja, dengan pemerintah, sebagai
pemberi pekerjaan.
• Di sini ada persesuaian kehendak antara pekerja
dan pemberi pekerjaan dan perbuatan hukum
itu diatur oleh suatu hukum “istimewa”, yaitu
oleh peraturan hukum publik, tidak diatur oleh
hukum “biasa”, yaitu hukum privat. Pekerja itu
dapat diangkat pegawai negeri dengan kontrak
jangka pendek (kortverband) selama jangka
waktu berlakunya “kortverband contract”
• Eksistensi atau keberadaan ASN

Menjadi konsekuensi dari hubungan monoloyalitas

Eksistensi ASN terkait dengan bebasnya dari partai politik.

Adanya pergeseran rezim setelah tahun 1998. Di UU No. 8


Tahun 1974 tidak tercantum pelarangan Pegawai Negeri ikut
Partai Politik

Justru terdapat Undang-undang Nomor 2 Tahun 1970


tentang Pencabutan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1959
tentang Larangan Keanggotaan Partai-partai Politik Bagi
Pejabat Negeri Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun
1970 Nomor 8) (Pasal 38 UU No.8 Tahun 1974).
Yang dimaksud dengan Pejabat Negara ialah (UU Pokok-
Pokok Kepegawaian) :

1. Presiden dan Wakil Presiden;


2. Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat;
3. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah
Agung;
5. Anggota Dewan Pertimbangan Agung;
6. Menteri;
7. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang
berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh;
8. Gubernur Kepala Daerah;
9. Bupati Kepala Daerah/Walikotamadya Kepala Daerah;
• Kedudukan pegawai negeri diatur dalam Pasal
3 UU 43/99, yaitu:
Untuk menjamin netralitas pegawai negeri sebagai
dimaksud dalam ayat (2), pegawai negeri dilarang
menjadi anggota dan/ atau pengurus partai politik
Dalam UU 43/ 99, maka :
Pasal 11:
Ayat (2) , Pegawai negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan dari
jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya
sebagai Pegawai Negeri.

Ayat (3), Pegawai Negeri yang diangkat menjadi Pejabat Negara tertentu tidak perlu
diberhentikan dari jabatan organiknya.
Dalam Penjelasannya dikatakan, yang dimaksud pejabat negara tertentu adalah Ketua,
Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta Ketua,
Wakil Ketua, dan hakim pada semua Badan Peradilan; Ketua, Wakil Ketua dan Anggota
Badan Pemeriksa Keuangan yang berasal dari jabatan karier; Kepala Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa
dan berkuasa penuh yang berasal dari diplomat karier, dan jabatan yang setingkat
menteri.

Ayat (4), Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), setelah selesai
menjalankan tugasnya dapat diangkat kembali dalam jabatan organiknya.
Pada Penjelasan Umum angka 6 di UU No. 43 Tahun 1999:

Dalam upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri dari


pengaruh partai politik dan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan pegawai negeri, serta agar
dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya
pada tugas yang dibebankan kepadanya, maka Pegawai
Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik harus
diberhentikan sebagai Pegawai Negeri. Pemberhentian
tersebut dapat dilakukan dengan hormat atau dengan tidak
hormat.
• PP No.53 Tahun 2010 Pasal 4 angka 15

• Pegawai Negeri yang mencalonkan diri atau


dicalonkan untuk menduduki jabatan negara
(Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil
ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil
gubernur; bupati/walikota dan wakil
bupati/wakil walikota), mereka diwajibkan
menyatakan pengunduran diri secara tertulis
sebagai Peg Negeri sejak mendaftar sebagai
calon.
Dalam UU No.5 Tahun 2014 :

Pasal 8 Pegawai ASN


berkedudukan sebagai unsur aparatur negara.

Pasal 9
1. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan Instansi
Pemerintah.
2. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik.
Berdasarkan Pasal 122 UU ASN, pejabat negara itu terdiri atas:

– Presiden dan Wakil Presiden;


– Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
– Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
– Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
– Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung
serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali
hakim ad hoc;
– Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
– Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
– Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
– Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
– Menteri dan jabatan setingkat menteri;
– Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan
sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
– Gubernur dan wakil gubernur;
– Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
– Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
• Pasal 123

(1) Pegawai ASN dari ASNyang diangkat menjadi


ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah
Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota
Badan Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua,
dan anggota Komisi Yudisial; ketua dan wakil
ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Menteri
dan jabatan setingkat menteri; Kepala
perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh diberhentikan
sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
(2) Pegawai ASN dari ASNyang tidak menjabat
lagi sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diaktifkan kembali
sebagai PNS.
(3) Pegawai ASN dari ASNyang mencalonkan diri
atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil
Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua,
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota
dan wakil bupati/wakil walikota wajib
menyatakan pengunduran diri secara tertulis
sebagai ASNsejak mendaftar sebagai calon.
• PEJABAT PUBLIK DAN PEGAWAI NEGERI

Menusia adalah unsur utama dalam organisasi. Manusia


yang bertindak untuk dan atas nama jabatan disebut
pemikul jabatan (ambtsdrager) atau pejabat.

Pemikul jabatan atau pejabat ini ada yang bersifat tunggal


dan ada yang bersifat kolektif-kolegial.

Pejabat yang bersifat tunggal contohnya Presiden, wakil


Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat,
Lurah atau Kepala Desa, sedangkan yang bersifat kolektif
adalah komesioner (seperti pada KPK, KIP, KPI, KY dan lain-
lain), majelis (MPR, MPP, Majelis Kode Etik, dan lain), atau
dewan (DPR, DPRD).
Berdasarkan ketentuan hukum, pejabat
(ambtsdrager) menjalankan tugas dan wewenang
yang melekat pada jabatan dengan dibantu oleh
para pegawai (ambtenaaren). Dengan demikian,
Pegawai Negeri adalah orang-orang yang bekerja
pada lingkungan jabatan dan selaku aparat dari
jabatan yang diampu pejabat tersebut.
Unsur-Unsur Pegawai Negeri adalah sebagai
berikut:

a. Memenuhi syarat-syarat menurut peraturan


perundang-undangan;
Pada umumnya, di samping syarat-syarat
umum yang berlaku sama untuk semua
instansi pemerintahan juga dimungkinkan
mencantumkan syarat-syarat khusus yang
ditetapkan oleh masing-masing instansi
sesuai dengan kebutuhan dan kekhususan
instansi yang bersangkutan.
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang

Dalam UU Np.8 Tahun 1974 dikenal istilah pejabat


yang berweenang dan pejabat yang berwajib.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang
mempunyak kewenangan mengangkat dan atau
memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan pejabat yang berwajib adalah pejabat
karena jabatan atau tugasnya berwenang
melakukan tindakan hukum berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Diserahi tugas dalam jabatan negeri atau tugas
negara lainnya:

Pegawai negeri dapat diserahi tugas dalam suatu


jabatan negeri maupun tugas negara lainnya. Yang
dimaksud dengan tugas dalam jabatan negeri adalah
apabila yang bersangkutan diberi jabatan dalam
bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan termasuk di
dalamnya jabatan dalam, kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/ Tinngi Negara serta kepaniteraan di
pengadilan-pengadilan, sedangkan tugas negara
lainnya adalah jabatan yang berada di luar
lingkungan eksekutif seperti hakim-hakim pada
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
d. Digaji menurut Peraturan perundang undangan
Dalam penggajian Pegawai Negeri itu dikenal
beberapa sistem penggajian, yaitu skala tunggal,
skala ganda, dan skala gabungan.
• Perbedaan dan Persamaan Pegawai Negeri
dengan Pejabat Negara

Ada dua pendapat:


1. Pendapat Kranenburg Vegtig :
pengangkatannya
2. Pendapat Logemann: HDP
Berdasarkan pendapat para sarjana tampak bahwa
perbedaan antara Pegawai Negeri dengan pejabat
negara adalah berikut ini:
 Pengangkatan pejabat negara merupakan
kekuasaan pihak negara, yang diangkat
berdasarkan pemilihan, sedangkan Peg.Negeri
adalah hasil dari penunjukkan oleh Pemerintah;
 Pejabat negara memiliki masa tugas yang dibatasi
oleh periode tertentu, sedangkan Peg. Negeri
bekerja terus sampai pensiun;
 Pejabat negara belum tentu aparat
eksekutif,sedangkan Peg. Negeri adalah aparat
eksekutif yang kedudukannya selalu dikaitkan
dengan pangkat.
Meskipun demikian, pada kenyataannya di Indoensia perbedaan
antara pejabat dengan Pegawai Negeri secara teoritik tersebut
tidak sepenuhnya berlaku, karena:

a. Ada pejabat yang diangkat bukan dari hasil pemilihan tetapi


diangkat berdasarkan hak prerogative Presiden, seperti
pengangkatan para menteri;
b. Ada pejabat negara yang diangkat untuk seterusnya sampai
pensiun, tidak dibatasi oleh periode tertentu, seperti para
hakim hakim;
c. Ada pejabat yang diangkat oleh Kepala Negara atas usul dari
DPR seperti para hakim agung, Gubernur BI, anggota DPA
(skrg WANTIMPRES), Komnas HAM dan lain-lain
d. Ada pejabat yang diangkat atas dasar atau hasil pemilihan,
yang kemudian ditetapkan oleh presiden atau yang
mewakilinya, seperti Kepala Daerah; Gubernur, Bupati dan
Walikota.
• Hak dan Kewajiban ASN

Ada dalam teori HDP : Konsekuensi Yuridis HDP


Persoalan mandat dan delegasi

Dalam UU No.8 Tahun 1974 :


Kewajiban terdapat pada Pasal 4-Pasal 6.
Sedangkan Hak terdapat pada Pasal 7-Pasal 10.
Pasal 22
PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.

• Hak ASN yang menyandang disabilitas juga perlu


diberikan, hal tersebut sudah diatur dalam
undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas
• UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas

• Pasal 5

(1) Penyandang Disabilitas memiliki hak:

a. hidup;
b. bebas dari stigma;
c. privasi;
d. keadilan dan perlindungan hukum;
e. pendidikan;
f. pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi; dst…
• Pasal 11

Hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi untuk


Penyandang Disabilitas meliputi hak:
a. memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta tanpa Diskriminasi;
b. memperoleh upah yang sama dengan tenaga
kerja yang bukan Penyandang Disabilitas dalam
jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama;
c. memperoleh Akomodasi yang Layak dalam
pekerjaan; dst…
• Pasal 53
• (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan
Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2%
(dua persen) Penyandang Disabilitas dari
jumlah pegawai atau pekerja.
Kewajiban Pegawai ASN

• Pasal 23
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan
pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang -
undangan;
c. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh
pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
d. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam
sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
e. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak PNS, hak
PPPK, dan kewajiban Pegawai ASN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22, dan Pasal 23
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
• Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala
sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Menurut
Sastra Djatmika, kewajiban Pegawai Negeri
dibagi tiga golongan, yaitu:
1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan
dengan suatu jabatan;
2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung
berhubungan dengan suatu tugas dalam
jabatan, melainkan dengan kedudukannya
sebagai pegawai negeri pada umumnya;
3. Kewajiban-kewajiban lain.
Selain itu kewajiban ASNjuga terdapat dalam
Pasal 3 di PP No. 53 Tahun 2010 dan ASNjuga
wajib mematuhi kode etik PNS.
• Dasar pertimbangan pembentukan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 2014, antara lain untuk
mewujudkan aparatur sipil Negara sebagai bagian
dari reformasi birokrasi, dimana ASN sebagai
profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan
menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen aparatur sipil Negara.
• Manajemen aparatur sipil Negara diarahkan
berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi
dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan
kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki oleh calon
dalam rekrutmen.
• Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
• Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014,
yang dimaksud dengan system merit adalah,
kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan
pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil
dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul,
jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi
kecacatan (Pasal 1 angka 22)
• Formasi dan Pengadaan ASN

 Formasi PNS

Termasuk dalam manajemen ASN tercantum dalam UU


ASN Pasal 55 (penyusunan dan penetapan kebutuhan)
dan termasuk dalam manajemen PPPK

Formasi: yakni penentuan jumlah dan susunan pangkat


Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan untuk mampu
melaksanakan tugas pokok yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang (penjelasan Pasal 15 UU
No.8 Tahun 1974).
• Pasal 1 angka 22 UU ASN: Sistem Merit adalah
kebijakan dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
• Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan ASNberdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja.( UU ASN Pasal 56 ayat (1) )

Pada penjelasan Pasal 56 :


Ayat (1)
Penyusunan kebutuhan ASN merupakan analisis kebutuhan jumlah,
jenis, dan status ASN yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
utama secara efektif dan efisien untuk mendukung beban kerja
Instansi Pemerintah.
Ayat (2)
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan ASN ditetapkan
sesuai dengan siklus anggaran.
Ayat (3)
Penetapan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan ASN oleh Menteri
dengan memperhatikan pendapat menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan dan pertimbangan teknis
dari kepala BKN.
• Lowongan formasi dalam suatu organisasi pada
umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
adanya pegawai negeri sipil yang berhenti,
pensiun, meninggal dunia atau adanya
perluasan organisasi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
dalam pengisian formasi Pegawai Negeri Sipil
tersebut, yakni sebagai berikut:
a. Jenis Pekerjaan : keahliannya;
b. Sifat Pekerjaan: waktunya;
c. Perkiraan Beban Kerja dan Kapasitas Pegawai:
jumlah pegawai dan kemampuan rata-rata
pegawai untuk menyelesaiakan jenis pekerjaan;
d. Prinsip atau Kebijaksanaan Pelaksanaan
Pekerjaan: terkait dengan formasi/ bagian
pekerjaan yang akan dikerjakan;
e. Jenjang dan Jumlah Pangkat serta Jabatan yang
tersedia: berhubungan dengan formasi;
f. Peralatan yang tersedia: formasi terkait mutu
peralatan;
g. Kemampuan Keuangan Negara.

Formasi ASN secara nasional setiap tahun anggaran


ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di
bidang pendayagunaan aparatur negara, setelah
memperhatikan pendapat Menteri keuangan dan
mempertimbangan Kepala Badan Kepegawaian
Negara. Formasi ASN secara nasional meliputi
formasi ASN pusat dan formasi ASN daerah.
 Formasi PPPK

Termasuk dalam manjamen PPPK Pasal 93 (Penetapan


Kebutuhan)

Pasal 94
(1) Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur
dengan Peraturan Presiden.
(2) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja.
(3) Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK dilakukan
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci
per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan
(4) Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri

Adapun dalam penjelasannya :

Ayat (3)
Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK ditetapkan sesuai
dengan siklus anggaran.

Ayat (4)
Penetapan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK oleh
Menteri dengan memperhatikan pendapat menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan dan pertimbangan teknis dari kepala BKN
• Pasal 53 UU No. 8 TAHUN 2016

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan


Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik
Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit
2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari
jumlah pegawai atau pekerja.

• Adanya keharusan pemerintah untuk


memberikan formasi khusus untuk difabel
selain itu juga harus ada pengawasan, karena
hal tersebut berhubungan dengan pengenaan
sanksi.
Pengadaan PNS

Pengumuman secara terbuka merupakan amanat


konstitusional, karena tercantum dalam UUD 1945
bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan,” yang berarti bahwa stiap warga
negara Indonesia berhak untuk menjadi Pegawai
Negeri.
Pengadaan merupakan manajemen ASN yang
tercantum dalam UU ASN Pasal 55.

Dalam UU ASN Pengadaan diatur pada Pasal 58-


Pasal 67.

Pengadaan ASN merupakan kegiatan untuk mengisi


kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan
Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah ( UU
ASN Pasal 58 ayat (1) )
Pasal 58 ayat (3) menyatakan bahwa Pengadaan
ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi,
pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan
pengangkatan menjadi PNS
Selain menilai pada kuantitas pengadaan harus
melihat pada kualitas.

Proses pengadaan pada dasarnya meliputi kegiatan-


kegiatan:

a. Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan


pengadaan;
b. Mengidentifikasi persyaratan kerja;
c. Menetapkan sumber-sumber kandidat;
d. Menyeleksi kandidat;
e. Memberitahukan hasil kepada para kandidat; dan
f. Menunjuk kandidat yang lolos seleksi/
Pada umumnya materi ujian penyariangan terdiri atas:

a. Pemeriksaan/ tes administrasi untuk mencocokan


data pelamar dengan formais yang ada;
b. Tes kompetensi/ akademik; lingkup materi
kompetensi disesuaikan dengan tingkat
kepentingannya dan kemampuan finansial
organisasi;
c. Tes psikologi dilaksanakan oleh tim psikologis;
d. Tes kesehatan dilaksanakan oleh tim kesehatan
yang ditunjuk; dan
e. Terakhir dilakukan wawancara.
• Seringkali karena keterbatasan APBN/APBD
maka rekrutmen tidak diumumkan di media
massa, namun langsung diumumkan di
Depnakertrans atau direkrut melalui
Perguruan Tinggi sebagai contohnya.
• Pada PP Manajemen ASNPengadaan diatur dalam
Pasal 15- 19

Pengadaan ASNsebagaimana dimaksud dalam


dilakukan melalui tahapan:
a. perencanaan;
b. pengumuman lowongan;
c. pelamaran;
d. seleksi;
e. pengumuman hasil seleksi;
f. pengangkatan calon ASNdan masa percobaan calon
PNS; dan
g. pengangkatan menjadi PNS.
Pengadaan PPPK

Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk


melamar menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan (Pasal 95)

Pasal 96
(1) Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pada
Instansi Pemerintah.
(2) Pengadaan calon PPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman
hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.

Pasal 97
Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara
objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan
persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.
• PENGANGKATAN ASN

Setelah lolos diangkat dengan Surat Keputusan


pejabat yang berwenang (pejabat pembina
kepegawaian), setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Sebelum calon Pegawai Negeri Sipil tersebut diterima


sebagai Pegawai Negeri Sipil penuh, mereka harus
menjalani masa percobaan sekurang-kurangnya satu
(1) tahun dan paling lama dua (2) tahun. Pada masa
calon ini kepada mereka diberikan gaji 80% dari gaji
pokok sejak yang bersangkutan melaksanakan
tugasnya secara nyata yang dibuktikan dengan
pernyataan langsung.
Pejabat pembina kepegawaian diatur dalam Pasal 53 UU ASN

Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan


ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat
selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat
fungsional keahlian utama kepada:
a. Menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintahan non
kementerian;
c. sekretaris jenderal
d. sekretariat lembaga negara dan lembaga non
struktural;
e. gubernur di provinsi; dan
f. bupati/walikota di kabupaten/kota.
Dalam UU ASN Pengangkatan PNS terkait dengan Pasal 68:

(1) PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada


Instansi Pemerintah.
(2) Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, d an persyaratan yang dibutuhkan oleh
jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
(3) Setiap jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS
yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme,
dan pola kerja.

… dst hingga ayat 7


Dalam PP Manajemen PNS juga diatur mengenai
Pengangkatan Menjadi PNS pada Pasal 36 s.d. Pasal 45.

Pada Pasal 36 ayat (1) tercantum bahwa Calon PNS yang


diangkat menjadi PNS harus memenuhi persyaratan antara
lain :
a. lulus pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34; dan
b. sehat jasmani dan rohani.

Kemudian pada ayat (2) dinyatakan, Calon PNS yang telah


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat menjadi PNS oleh PPK ke dalam Jabatan dan
pangkat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Adapun Calon PNS yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) diberhentikan
sebagai calon PNS. Selain pemberhentian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), calon ASNdiberhentikan apabila:

1. mengundurkan diri atas permintaan sendiri;


2. meninggal dunia;
3. terbukti melakukan pelanggaran disiplin tingkat sedang atau
berat;
4. memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar pada
waktu melamar;
5. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap;
6. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
7. atau tidak bersedia mengucapkan sumpah/janji pada saat
diangkat menjadi PNS.
Pengangkatan PPPK

Pasal 98
(1) Pengangkatan calon PPPK ditetapkan dengan keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian.
(2) Masa perjanjian kerja paling singkat 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan
penilaian kinerja.

Pasal 99
(1) PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon
PNS.
(2) Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti
semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon ASNdan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS
Dasar Hukum (SUDAH TIDAK BERLAKU) : Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2000
tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

1. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun 2015 Tentang


Rincian Biaya Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I,
Tingkat II, TIngkat III, Tingkat IV, Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Serta Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan II.
2. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan I, Golongan II, Dan/Atau Golongan III yang Diangkat Dari
Tenaga Honorer Kategori 1 Dan/Atau Kategori 2.
3. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan III.
4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 16 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan I dan II.
5. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 25 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah
• Menurut A.W. Widjaja yang perlu diperhatikan,
bahwa di dalam usaha pendidikan dan
pelatihan pegawai itu harus mempunyai dua
macam orientasi (pengaruh), yaitu:

a. Harus diarahkan bagi kepentingan organisasi


(organizational oriented), dan di samping itu
juga
b. Harus diarahkan bagi kepentingan pegawai
(personnel oriented).
• Pasal 1 angka 20 UU ASN menyatakan: Lembaga
Administrasi Negara yang selanjutnya disingkat
LAN adalah lembaga pemerintah nonkementerian
yang diberi kewenangan melakukan pengkajian
dan pendidikan dan pelatihan ASN sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini. LAN diatur di
Pasal 43 UU ASN
• Pada Pasal 4 PP No.101 Tahun 2000
pengangkatan dalam jabatan terkait dengan
adanya diklat dalam jabatan.
• Dalam Pasal 8 ayat (1) PP No.101 Tahun 2000
Diklat dalam jabatan dilaksanakan untuk
mengembangkan pengetahuan ketrampilan
dan sikap PNS agar dapat melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
dengan sebaik-baiknya
Diklat CPNS menurut PP No.101 Tahun
2002

• Pada Pasal 4 PP No.101 Tahun 2002,


diklat dibagi menjadi diklat prajabatan
dan diklat dalam jabatan.
• Latihan Prajabatan (LPJ) adalah syarat
bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
• Diklat CPNS dan ASN menurut UU ASN dan PP Manajemen PNS

Pada UU ASN diklat Prajabatan diatur pada pasal:

Pasal 63

(3) Calon PNS wajib menjalani masa percobaan


(4) Masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan melalui
proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang.

Pasal 64

(1) Masa percobaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63ayat (3) bagi
calon PNS dilaksanakan selama 1 (satu) tahun.
(2) Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan
kepada calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama masa percobaan.
Pasal 65
(1) Calon PNS yang diangkat menjadi PNS harus
memenuhi persyaratan:

a. lulus pendidikan dan pelatihan; dan


b. sehat jasmani dan rohani.

(2) Calon PNS yang telah memenuhi persyaratan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
menjadi ASNoleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Calon PNS yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberhentikan sebagai calon PNS.
Pasal 1 angka 26 PP No.11 Tahun 2017
menyatakan bahwa:

Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang


selanjutnya disebut Pelatihan prajabatan adalah
proses pelatihan untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab,
dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang bagi calon PNS pada masa
percobaan
• Sesuai dalam Pasal 34 pada PP
Manajemen PNS maka CPNS yang
telah diangkat tersebut wajib
menjalani masa percobaan 1 tahun,
dan masa percobaan yang dimaksud
adalah diklat prajabatan.
• Diklat tersebut hanya dapat diikuti 1
kali saja
• Calon PNS yang mengundurkan diri
pada saat menjalani masa percobaan
dikenakan sanksi tidak boleh
mengikuti seleksi pengadaan
ASNuntuk jangka waktu tertentu.
• Ketentuan lebih lanjut diatur dalam
Perka BKN
• Pelatihan Pra jabatan bersifat wajib,
bahkan pada Pasal 351 PP Manajemen
PNS menyatakan bahwa PNS yang
belum menjalani Prajabatan di
wajibkan mengikuti Prajabatan paling
lama 1 tahun terhitung sejak PP
tersebut berlaku
• Pengembangan Kompetensi
Dalam UU ASN diatur dalam:

Pasal 70

1) Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk


mengembangkan kompetensi.
2) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.
3) Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan digunakan sebagai salah
satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.
4) Dalam mengembangkan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan
kompetensi tahunan yang tertuang dalam rencana kerja anggaran
tahunan instansi masing-masing.
(5) Dalam mengembangkan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ASNdiberikan
kesempatan untuk melakukan praktik kerja di instansi
lain di pusat dan daerah dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun dan pelaksanaannya dikoordinasikan
oleh LAN dan BKN.
(6) Selain pengembangan kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
pertukaran antara ASNdengan pegawai swasta dalam
waktu paling lama 1(satu) tahun dan pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh LAN dan BKN.
• Pasal 210 dalam PP Manajemen ASNmenyatakan
bahawa Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk:
a. pendidikan; dan/ atau
b. pelatihan.

• Pengembangan kompetensi dalam bentuk


pendidikan dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keahlian ASN melalui pendidikan
formal sebagai pemberian tugas belajar.
• Pengembangan kompetensi klasikal :
mengikuti perkuliahan, minimal seminar,
penataran, dll.
• Pengembangan kompetensi non klasikal:
dilakukan paling kurang melalui e-learning,
bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak
jauh, magang, dan pertukaran antara
ASNdengan pegawai swasta.
• Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
secara:

a. mandiri oleh internal Instansi Pemerintah yang


bersangkutan;
b. bersama dengan Instansi Pemerintah lain yang
memiliki akreditasi untuk melaksanakan
pengembangan kompetensi tertentu; atau
c. bersama dengan lembaga pengembangan
kompetensi yang independen.

Pengembangan kompetensi dapat dilihat lebih lanjut


pada Pasal 203-220 PP Manajemen PNS
Kelembagaan

Dalam hal ini kelembagaan adalah yang terdapat di UU No. 5 Tahun


2014:

1. Kementerian (Pasal 26 UU ASN)

Menteri berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan


Pegawai ASN. Kebijakan itu meliputi:
a. Kebijakan reformasi birokrasi sumber daya manusia
b. Kebijakan umum pembinaan profesi ASN
c. Kebijakan umum manajemen ASN klasifikasi jabatan ASN, standar
kompetensi jabatan pegawai ASN, Kebutuhan pegawai ASN secara
nasional, skala penggajian, tunjangan pegawai ASN dan sistem
pensiun PNS.
d. Pemindahan ASNantar jabatan, antar
daerah dan antar instansi , dsb…
2. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) (Pasal
27 UU ASN)
KASN adalah: suatu lembaga non struktural
yang mandiri dan bebas dari intervensi
politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang
profesional dan berkinerja, memberikan
pelayanan secara adil dan netral, serta
menjadi perekat dan pemersatu bangsa.

Tujuan KASN terdapat pada Pasal 28 UU


ASN, fungsinya ada pada Pasal 20, tugasnya
terletak pada Pasal 31 serta kewenangannya
ada di Pasal 32
3. Lembaga Asministrasi Negara
LAN adalah lembaga pemerintahan non
kementrian yang diberi kewenangan melakukan
pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN.
Fungsi LAN terdapat di Pasal 43, Tugas LAN
terdapat pada Pasal 44 dan Kewenangannya
terdapat pada Pasal 45.
4. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Pasal 1 Angka 21 UU ASN: BKN adalah lembaga
pemerintah non kementrian yang diberi
kewenangan melakukan pembinaan dan
menyelenggarakan manajemen ASN secara nasional.

Awal mula terbentuknya : Kantor Urusan Pegawai


(KUP) khusus untuk pegawai yang mengabdi pada
pemerintah RI dan Djawatan Umum Urusan Pegawai
(DUUP) Pegawai yang mengabdi pada pemerintah
Hindia Belanda dibentuk pada tahun 1948.
• PP No. 32 Tahun 1972 mengubah KUP menjadi
Badan Administrasi Kepegawaian Negara
(BAKN) yang termasuk LPND. BAKN diatur
menggunakan Keppres 15 Tahun 1988.
• Presiden melalui Keppres pada tahu 1999
mengubah BAKN menjadi BKN.
• Dalam UU No. 5 Tahun 2014 Fungsi dan Tugas
BKN terdapat pada Pasal 47 dan 48,
sedangkan kewenangannya terdapat pada
Pasal 49.
• Selain BKN terdapat pula BKD yang dibentuk
Tahun 1999.
• Aturan hukum tentang Kepegawaian daerah :
1. Perda Provinsi: Aturan hukum daerah Provinsi,
dalam hal ini mengatur tentang pembentukan
BKD
2. Keputusan Gubernur : Peraturan Pelaksana dari
Perda Provinsi.
3. Perda Kabupaten/ Kota
4. Keputusan Bupati/ Walikota

Anda mungkin juga menyukai