Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR JAWABAN

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


UNIVERSITAS PAMULANG

Nama : Layla Qadariyah


Nim : 191010201000
Kelas : 07HUKE009
Ruang : V. 908
Dosen : Bapak Amin Songgirin, S.HI., M.Ag.

1. Perkawinan atau pernikahan, menyebabkan saling mewarisi antara laki-laki dan


perempuan.
a. Jelaskan perbedaan antara harta bawaan, dan harta gono-gini, bagaimana
penyelesaian harta tersebut dalam hukum Waris Islam! Jika suami beristeri lebih
dari satu, misal dua, berapa bagian masing-masing?
• Harta bawaan sudah dijelaskan dalam pasal 36 ayat (2) UU Perkawinan
bahwa masing-masing suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk
melakukan perbuatan hokum terhadap harta bawaannya masing-masing.
Harta bawaan adalah harta yang diperoleh masing-masing suami-istri ketika
mereka belum terikat perkawinan. Sama seperti harta yang diperoleh
sebagai hadiah dan warisan, harta bawaan ini tidak termasuk sebagai harta
bersama, dan berada di bawah penguasaan masing-masing pihak.
• Istilah ‘harta gono-gini’ ini tidak dikenal dalam hukum, Namun harta yang
berhasil dikumpulkan selama berumah tangga dikenal dalam hukum dengan
istilah harta bersama. Harta bersama menurut kbbi (harta gono gini) adalah
harta yang berhasil dikumpulkan selama berumah tangga sehingga menjadi
hak berdua suami dan istri. Di jelaskan juga pada Pasal 35 ayat (1) UU
Perkawinan. Dalam praktiknya, harta gono gini dibahas dalam hal terjadi
perceraian. Merujuk pada Penjelasan Pasal 35 UU Perkawinan, mengatur
apabila perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur menurut
hukumnya masing-masing. Yang dimaksud dengan hukumnya masing-
masing ialah hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum lainnya.
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

Lalu terkait suami beristeri lebih dari satu, misal dua maka sebagai
isteri kedua yang dinikahi berdasarkan hukum perkawinan (bukan
pernikahan siri atau di bawah tangan), isteri kedua ini berhak menjadi ahli
waris dari suami yang meninggal. Perhitungannya adalah harta yang
diperoleh dari suami dan isteri dalam rumah tangganya maka masing-
masing mendapat ½ bagian dari harta gono-gini. Selanjutnya, mengenai hak
istri kedua atas harta tidak bergerak yang ditinggalkan oleh suami, kita dapat
merujuk pada Pasal 94 KHI, dijelaskan bahwa:
➢ Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai istri
lebih dari seorang, masing-masing terpisah dan berdiri sendiri.
➢ Pemilikan harta bersama dari perkawinan seorang suami yang
mempunyai isteri lebih dari seorang sebagaimana tersebut ayat (1),
dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan yang kedua,
ketiga atau keempat.

b. Apa sebab suami dan isteri (keduanya) tidak mendapat pengembalian harta waris,
bila ada sisa harta waris?
Suami dan isteri (keduanya) tidak mendapat pengembalian harta waris, bila
ada sisa harta waris (radd) karena radd hanya diberikan kepada dzawil furudh
sepertalian darah (Al-Anfal: 75). Kekerabatan antara suami dan isteri bukanlah
karena nasab, akan tetapi karena kekerabatan sababiyah (karena sebab), yaitu
adanya ikatan tali pernikahan. Dan kekerabatan ini akan putus karena kematian,
maka dari itu mereka (suami dan istri)tidak berhak mendapatkan ar-radd. Mereka
hanya mendapat bagian sesuai bagian yang menjadi hak masing-masing. Maka
apabila dalam suatu keadaan pembagian waris terdapat kelebihan atau sisa dari
harta waris, suami atau istri tidak mendapatkan bagian sebagai tambahan dari sisa
harta waris yang ada.

c. Ada peristiwa kewarisan, dengan ahli warisnya: (1) 1 Anak Perempuan (2) 1 Cucu
Perempuan dari anak laki-laki (3) Ibu (4) 1 Saudara Perempuan Kandung (5) 1
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

Saudara Laki-Laki Seibu dan 2 Saudara Perempuan Seibu (5) 2 Isteri, dengan harta
warisnya Rp. 696.000.000,00. Berapakah bagian masing-masing?
Ahli waris :
▪ 1 Anak Perempuan
▪ 1 Cucu Perempuan dari anak laki-laki
▪ Ibu
▪ 1 Saudara Perempuan Kandung
▪ 1 Saudara Laki-Laki Seibu dan 2 Saudara Perempuan Seibu
▪ 2 Isteri
Dengan harta warisnya Rp. 696.000.000.
Ahli Waris Bagian AM =
24
1 Anak Pr 1/2 12
1 Cucu Pr dari Anak Lk 1/6 4
Ibu 1/6 4
1 Sdr Pr Kandung Ashobah-maal-ghoir sisa
1 Sdr Lk & 2 Sdr Pr Seibu -(Terhalang anak & -
cucu)
2 Isteri 1/8 3

Masalahnya disesuaikan dari dua puluh empat (24) menjadi empat puluh
delapan (48)
Bagian Anak Pr menjadi 24
Bagian Cucu Pr dari Anak Lk menjadi 8
Bagian Ibu menjadi 8
Bagian Sdr Pr Kandung menjadi 2
Bagian Sdr Lk & Sdr Pr Seibu menjadi -
Bagian Isteri menjadi 6
Dengan demikian, bagian masing-masing dari ahli waris adalah sebagai berikut :
1 Anak Pr = 24/48 x Rp. 696.000.000= Rp. 348.000.000
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

1 Cucu Pr dari Anak Lk = 8/48 x Rp. 696.000.000 = Rp. 116.000.000


Ibu = 8/48 x Rp. 696.000.000 = Rp. 116.000.000
1 Sdr Pr Kandung = 2/48 x Rp. 696.000.000 = Rp. 29.000.000
1 Sdr Lk & 2 Sdr Pr Seibu = Terhalang oleh anak pr & cucu pr dari anak
lk = 0
2 Isteri = 6/48 x Rp. 696.000.000= Rp. 87.000.000
(*) Bagian 1 isteri = 1/2 x Rp. 87.000.000 = Rp. 43.500.000
TOTAL = Rp. 696.000.000
2. Pada saat tertentu, mengapa bisa terjadi kekurangan harta waris dalam pembagian harta
waris dan pada lain waktu ada sisa harta waris?
a. Tentukan bagian masing-masing dari ahli waris berikut: (1) 3 orang isteri (2) 2 orang
nenek (3) 8 Saudara perempuan seayah (4) 4 saudara laki-laki seibu, dengan jumlah
harta waris sebesar Rp. 1.088.000.000,00
Pelaksanaannya pembagian warisan adakalanya terdapat kekurangan harta
waris dan mungkin juga sebaliknya yang terjadi kelebihan harta waris (sisa)
menurut jumlah bagian masing-masing ahli waris. Kekurangan harta waris ini
terjadi karena berkumpulnya beberapa ahli waris yang mempunyai bagian pasti
sedangkan harta waris tidak mencukupi untuk dibagikan (sesuai dengan bagian pasti
tersebut). Untuk mengatasinya, maka kekurangan itu harus dipikul kepada semua
ahli waris dengan cara angka penyebut dari pecahan itu diperbesar hingga sama
dengan pembilang. Sedangkan pada lain waktu ada sisa harta waris karena ahli
waris ashabul furudh hanya terdapat sedikit dan penerimanya juga sedikit sehingga
ada kelebihan harta sehingga untuk mengatasinya, maka kelebihan harta tersebut
dikembalikan lagi pada ahli waris dengan cara angka pembilang dari pecahan itu
diperbesar hingga sama dengan angka penyebut.
Ahli waris :
1) 3 orang isteri

2) 2 orang nenek

3) 8 Saudara perempuan seayah


LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

4) 4 saudara laki-laki seibu

Dengan jumlah harta waris sebesar Rp. 1.088.000.000,00


Ahli Waris Bagian AM =
17
3 Isteri 1/4 3
2 Nenek 1/6 2
8 Saudara Pr Seayah 2/3 8
4 Sdr Lk Seibu 1/3 4

Dengan demikian, bagian dari ahli waris adalah sebagai berikut :


- 3 Istri = 3/17 x Rp. 1.088.000.000,00 = Rp. 192.000.000,00
- 2 Nenek = 2/17 x Rp. 1.088.000.000,00 = Rp. 128.000.000,00
- 8 Sdr Pr Seayah = 8/17 x Rp. 1.088.000.000,00 = Rp. 512.000.000,00
- 4 Sdr Lk Seibu = 4/17 x Rp. 1.088.000.000,00 = Rp. 256.000.000,00
TOTAL = Rp. 1.088.000.000,00

Adapun bagian masing-masingnya yakni :


- Bagian 1 Isteri = Rp. 192.000.000,00 / 3 = Rp. 64.000.000,00
- Bagian 1 Nenek = Rp. 128.000.000,00 / 2 = Rp. 64.000.000,00
- Bagian 1 Sdr Pr Seayah = Rp. 512.000.000,00 / 8 = Rp. 64.000.000,00
- Bagian 1 Sdr Lk Seibu = Rp. 256.000.000,00 / 4 = Rp. 64.000.000,00

3. Jelaskan perbedaan antara kasus gharawain dan musyarakah!


a. Selesaikanlah persoalan berikut bila mana ahli waris hanya terdiri dari Suami,
Ayah dan Ibu dengan harta waris sebesar Rp. 650.000.000
Perbedaan antara kasus gharawain dan musyarakah adalah pada masalah
gharawain ini terjadi apabila ahli warisnya terdiri dari ibu, bapak dan suami atau
istri. Apabila ahli waris yang berhak untuk mendapatkan bagian warisan hanya
terdiri atas suami, ibu, dan ayah, atau istri, ibu, dan ayah, dapat dipastikan bahwa
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

persoalan warisan tersebut adalah persoalan yang khusus yang diistilahkan


dengan gharawain. Sedangkan di dalam hukum waris Islam, masalah musytarakah
ini digambarkan di mana dalam pembagian warisan ahli waris yang ada terdiri dari
suami, dua orang saudara seibu atau lebih (baik laki-laki maupun perempuan
atau campuran keduanya), seorang saudara laki-laki kandung atau lebih, dan
seorang ibu atau nenek.
Ahli waris :
1) Suami

2) Ayah

3) Ibu

Dengan harta waris sebesar Rp. 650.000.000,00


Ahli Waris Bagian AM = 6
Suami 1/2 3
Ibu 1/3 Sisa 1
Ayah Sisa 2
Ket :
Suami mendapat 1/2 = 3/6
Ibu mendapat 1/3 sisa = 1/3 dari 3/6 =
1/6 Ayah mendapat ashabah = 2/6
Jumlah = 6/6

Dengan demikian, bagian masing-masing dari ahli waris adalah sebagai berikut :
- Suami = 3/6 x Rp. 650.000.000,00 = Rp. 325.000.000,00
- Ibu = 1/6 x Rp. 650.000.000,00 = Rp. 108.333.333,00
- Ayah = 2/6 x Rp. 650.000.000,00 = Rp. 216.666.667,00
TOTAL = Rp. 650.000.000,00
Atau bisa juga dengan cara berikut :
- Suami = 1/2 x Rp. 650.000.000,00 = Rp. 325.000.000,00
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

- Ibu = 1/3 x Rp. 325.000.000,00 = Rp. 108.333.333,00


- Ayah = Rp. 325.000.000,00 – Rp. 108.333.333,00 = Rp. 216.666.667,00
TOTAL = Rp. 650.000.000,00

b. Ahli waris terdiri dari : Suami, Ibu, Kakek, Saudara Perempuan Kandung.
Sedangkan harta waris Rp. 108.000.000.000,00
Ahli waris :
- Suami
- Ibu
- Kakek
- Saudara Perempuan Kandung

Harta waris Rp. 108.000.000.000,00


Ahli Waris Bagian AM = 6
Suami 1/2 3
Ibu 1/3 2
Kakek 1/6 sisanya 1
Sdr Pr Mahjub 0
Kandung
Keterangan :
Suami mendapat 1/2, karena yang meninggal tidak ada keturunan (anak);
Ibu mendapat 1/3, karena yang meninggal tidak ada keturunan serta saudara
hanya satu saja (tidak lebih dari satu);
Kakek (A) atau (1/6), karena tidak ada ayah, menggantikan kedudukan ayah secara
hirarkinya.
Saudara perempuan kandung terhalang oleh kakek.

Dengan demikian, bagian masing-masing dari ahli waris adalah sebagai berikut :
- Suami = 3/6 x Rp. 108.000.000,00 = Rp. 54.000.000,00
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

- Ibu = 2/6 x Rp. 108.000.000,00 = Rp. 36.000.000,00


- Kakek = 1/6 x Rp. 108.000.000,00 = Rp. 18.000.000,00
- Sdr Pr Kandung = - =-
TOTAL = Rp. 108.000.000,00
4. Coba saudara analisis penyelesaian waris bagi muwarrits yang hilang, khuntsa musykil
dan anak di bawah umur!
✓ Penyelesaian waris bagi muwarrits yang hilang (mafqud) pada dasarnya harta si
mafqud tidak boleh dibagikan atau tidak boleh dibelanjakan hak-haknya sampai
diketahui dengan jelas keberadaannya dan hidup atau matinya. Adapun terkait
ketidakbolehan tersebut karena : Pertama, bahwa salah satu syarat kewarisan
ialah adanya kematian si pewaris, baik mati haqiqi maupun mati hukumnya,
padahal dalam konteks ini si mafqud masih diragukan kematiannya. Kedua,
membagikan harta dari pewaris yang mafqud kepada ahli warisnya atas dasar
keghaibannya semata, sementara masih ada kemungkinan pewaris tersebut
tetap hidup, hal ini dapat membahayakan (merugikan) si mafqud. Maka harta dari
orang yang mafqud tersebut ditahan terlebih dahulu hingga tiba saatnya ada
berita yang menjelaskan bahwa si mafqud telah dihukumkan sebagai seorang
yang tidak mungkin hidup lagi. Jika sudah dinyatakan meninggal secara hukum
barulah harta warisan dapat dibagi.

✓ Ketentuan mawaris bagi ahli waris khuntsa musykil dalam Hukum Islam adalah
khuntsa musykil terlebih dahulu diperkirakan sebagai laki-laki kemudian
perempuan. Khuntsa dan ahli waris lain mendapat bagian atas perkiraan yang
terkecil dan meyakinkan, sedang sisanya yang masih diragukan ditahan sampai
status hukum khuntsa menjadi jelas. Apabila persoalan khuntsa jelas,
penerimaan semua ahli waris disempurnakan dengan menambahkan bagian
kepada mereka yang berkurang menurut penerimaan yang seharusnya mereka
terima. Bila sampai waktu cukup tapi status khuntsa belum jelas maka semua
ahli waris mengadakan perundingan damai (islah) untuk saling memberikan
terhadap sisa yang ditahan.
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

✓ Penyelesaian waris bagi ahli waris yang masih dibawah umur ini apabila orang
tuanya masih hidup maka harta anak dibawah umur diurus oleh orang tuanya,
tetapi jika kedua orang tuanya sudah meninggal dunia maka harus diangkat wali
bisa dari saudara- saudaranya atau yang lain dan wali ditetapkan oleh
Pengadilan. Ahli waris yang masih di bawah umur memerlukan wali karena ia
belum dapat bertindak secara hukum. Wali memiliki kuasa dan tanggung jawab
terhadap pengurusan harta warisan maupun hak- hak lain yang didapat oleh
anak, juga terhadap perbuatan lain yang perlu dilakukan demi kepentingan harta
itu sendiri dengan tujuan mendukung dan menjamin masa depan anak.
Pengurusan ini dilakukan supaya hak yang melekat pada diri anak tersebut
terhadap harta peninggalan orang tuanya tetap terlindungi dan tidak
memunculkan kerugian. Wali tidak diperbolehkan memindahkan hak dan
menggadaikan barang- barang tetap yang menjadi hak dan dimiliki anak yang
berada dibawah perwaliannya, kecuali jika kepentingan masa depan si anak
menghendakinya. Wali anak juga bertanggung jawab untuk mencatat jumlah
harta dan perubahan harta selama perwalian, dan menyerahkan harta tersebut
kepada anak setelah dewasa.
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS PAMULANG

Anda mungkin juga menyukai