TENTANG
WALI PEMASYARAKATAN
Menimbang d,. bahwa agar pelaksanaan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan berdaya guna dan berhasil guna perlu
menyertakan petugas Pemasyarakatan sebagai pendamping;
b bahwa untuk keperluan tersebut perlu diangkat Wali
Pemasyarakatan yang berperan sebagai fasilitator, komunikator,
dan motivator selama berlangsungnya proses pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia tentang Wali
Pemasyarakatan;
MEMUTUSKAN:
Pasal2
Pasal 3
(1) Wali Pemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Kepala LAPAS atau Kepala
RUTAN.
(21 Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi Wali Pemasyarakatan adalah :
a. Pegawai Negeri Sipil yang berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah
Atas atau yang sederajad;
b- sehat jasmani dan rohani;
c. mempunyai pengalaman bekerja di lingkungan Pemasyarakatan paling
kurang 5 (lima) tahun; dan
d. tidak sedang menjalanihukuman disiplin.
(3) Wali Pemasyarakatan dapat diberhentikan apabila lalai terhadap tugas dan
kewaj ibannya serta menyalahgunakan wewenangnya.
(4) Pemberhentian sebagai Wali Pemasyarakatan dilakukan setelah
mempertimbangkan dan memperhatikan tata cara pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(1) Wali Pemasyarakatan wajib mendapat pendidikan dan pelatihan tentang dasar-
dasar sistem pemasyarakatan, proses pembinaan Narapidana dan Anak Didik
Pemasyarakatan serta pedoman umum perwalian dalam rangka pembinaan
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
(2) Sebelum Wali Pemasyarakatan mendapatkan pendidikan dan
pelatihan
sebagaimana dimaksud ayat (1), DireKorat Jenderal Pemasyarakatan memberikan
bimbingan teknis tentang tugas dan kewajiban Wali Pemasyarakatan.
Pasal 6
(1) Tugas Wali Pemasyarakatan dapat dimulai sejak seseorang masih berstatus
sebagai tahanan.
(2) Tugas perwalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpegang pada asas
praduga tidak bersalah dan tidak mencampuri hal-hal yang berkaitan dengan
teknis yudisial atas tahanan yang bersangkutan.
Pasal 7
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan.
Pasal 8
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2007
MENTER| HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATTALATTA
6119t2019
TENTA}IG
WALI PEMASYARAKATAN
1
6t19t2019
2
6t19t2019
MEMUTUSKAN
Pasal 1
Pasal 2
3
6t19t2019
Pasal 3
Pasal 4
4
6t19t2019
Pasal 5
I OOO
I OOO a
I 3?: t
Pasal6 l*-
I
I
I
(1). Tugas Wali Pemasyarakatan dapat dimulai sejak seseorang
masih b,erstatus sebagai tahanan.
5
6ti9t2019
Pasal 7
Pasal 8
Oitetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2007
MENTER] HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ANDI MATTALATTA
o
a) Tahap peftama : pembinaan awal yang didahului dengan mas pengamatan, penelitian dan
pengenalan lingkungan (mapenaling), Pola Pembinaan Narapidanaffahanan, proses pembinaan
ditentukan melalui tolok ukur waKu. Perubahan perilaku yang menjadi poin penilaian pada fase-
fase sebelumnya terlihat samar dalam regulasi ini. Proses pembinaan. bagi narapidana yang sisa
pidananya lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan melalui 4 (empat) sejak diterinn sampai sekurang-
b) Tahap kedua: pembinaan lanjutan di atas U3 sampai sekurang-kurangnya Ll2 dari masa pidana
yang sebenarnya.
c) Tahap ketiga: pembinaan lanjutan di atas U2 sampai sekurang-kurangnya 213 dari masa pidana
yang sebenarnya.
d) Tahap keempat: Pembinaan lanjutan/bimbingan di atas 2/3 sampai selesai masa pidananya
Pola pembinaan yang dilakukan oleh Pemasyarakatan pada saat ini diklasifikasikan menjadi tiga tahap,
yaitu :
1. Tahap Awal merupakan tahap pembinaan yang diikuti oleh narapidana yang baru menjalani masa
pidananya sampai dengan 1/3 masa pidana yang telah dijalani.
2. Tahap Larrjutan terbagi menjadi dua yaitu Tahap Lanjutan Pertama (dilakukan oleh narapidana
yang telah menjalankan masa pidarunya LIS - U2 ) dan Tahap Lanjutan Kedua (dilakukan oleh
narapidana yang telah menjalankan masa pidananya th - 2lT.
3. Tahap Akhir merupakan tahap pembinaan yang diikuti oleh narapidana yang telah menjalankan
masa pidananya 2/3).
Pola diatas dirasa sudah tidak relevan dengan konsep Revitalisasi Pemaqyarakatan karena tidak sesuai
dengan tujuan dari Revitalisasi Pemasyarakatan yaitu "Penyesuaian Proses Pemasyarakatan yang
berbasis penilaian terhadap perubahan perilaku", pola pembinaan yang dijelaskan diatas lebih terpaku
kepada masa pidana yang telah dijalani narapidana, bukan pada perubahan perilaku yang mana bisa
memulihkan kesatuan hubungan dan penghidupan narapidana.
Untuk itu diperlukan kemauan dari dalam diri narapidana untuk merubah hidup, kehidupan dan
penghidupannya.Kemauan adalah dorongan dari dalam yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikiran
dan perasaan, serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah pada
tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Jika kemauan untuk
berubah dari dalam narapidana kuat maka berbagai jenis program pembinaan yang diberikan oleh
petugas akan berhasil dan akan menciptakan manusia baru pada narapidana yang siap dalam
memperbaiki hidup, kehidupan dan penghidupannya.
Menurut Teori Narcis Ach dalam Abu Ahmadi (1992; 134) proses kemauan dibedakan menjadi empat
momen, yaitu:
1. Momen wujud yang merupakan proses penginderaan, penerimaan kesan-kesan
2. Momen obyeKive yaitu orang akan sadar akan peristiwa dalam jiwanya, mulai tefuayang pada satu
tujuan.
3. Momen subyeKif yaitu kesadaran akan adanya pengarahan pada satu tujuan, dan ada gambaran
satu tujuan. Ada antisipasi terhadap perbuatan yang dilakukan.
4. Momen aktual yaitu menyadari perbuatan apa yang akan dilakukan. Dalam hal proses kemauan
akan diikuti aktivitas yang disebut perbuatan kemauan. Dorongan kemauan akan menyebabkan
timbulnya kebulatan hati, jiwa tenaga bergerak mencapai suatu tujuan yang mempunyai proses
beftingkat-tingkat
Proses kemauan di atas bisa dilakukarr oleh narapidana apabila mereka sudah menerima dirinya (Self
Acceptance) sendiri baik kelebihan maupun kekurangannya. Penerimaan diri (Self Acceptance) adalah
kemampuan individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya yang
sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendlrinya, melainkan harus dikembangkan
oleh individu. Kubler Ross menyatakan bahwa dalam penerimaan diri terdapat 5 tahap, yakni tahap
yang peftama denial, tahap kedua anger, tahap ketiga bargaining, tahap keempat depression dan tahap
kelima adalah acceptance.
Apabila narapidana telah melakukan penerimaan dirinya maka merekapun akan menyadari bahwa
perbuatan tindak pidana yang rnereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Kesadaran akan pentingnnya
perubahan sikap warga binaan di dalam lembaga pemasyarakatan adalah sesuatu yang harus
diperhatikan oleh petugas sehingga tingkat keberhasilan pembinaan perubahan sikap warga binaan
akan menunjukan perubahan yang signifikan. Dengan menyadari kesalahannya maka narapidana akan
lebih terdorong untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan dan akan mengarahkan dirinnya
menuju perubahan yang lebih baik untuk tidak kembali mengulangi kesalahan yang dilakukan
narapidana tersebut.
F.feKivitas sendiri merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di
dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Disebut efeKif apabila tercapai tujuan ataupun
sasaran sepefti ying telah ditentukan.Georgopolous dan Tannembaum (1985:50) juga menyatakan
bahwa efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, di mana keberhasilan suatu organisasi harus
mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme memperbhankan diri dalam
mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian efeKivitas harus berkaitan dengan masalah sasran
maupun tujuan.
Efektifitas kebijakan memiliki tiga Ungkatan sebagaimana dijelaskan oleh Lawless (Gibson, Ivancevich,
dan donnely, L997:25-26) sebagai berikut:16
a. EfeKivitas individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya
karyawan atau anggota dari organisasi
b. EfeKivitas kelompok adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling berkerja sama
dalam kelompok. EfeKivitas kelompok merupakan sejumlah kontribusi dari semua anggota
kelompoknya.
c. EfeKivitas organisasi terdiri dari efeKifitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas,
organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannyadibanding hasilkarya tiap-
tiap bagiannya.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang
menunjukan sejauh mana sasaran telah dicapai. Sharma (l-angkilisan, 2005:64) memberikan kriteria
atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faKor eksternal
organisasi antara lainnya:
3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-
bagian organisasi.
Menurut Gibson (Iangkilisan, 2005:65) mengatakan bahwa efuktivitas organisasi dapat diukur melalui:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
4. Perencanaan matang
a. Belum jelasnya indikator keberhasilan pelaksanaan pembinaan narapidana sebagai capaian kinerja
pelaksanaan sistem pemasyarakatan. ,
b. Belum adanya suatu sistem penilaian seara objektif dan akuntabel yang dipergunakan untuk
meng uku r efektifi tas pelaksa naa n program pem bi naan nara pidana.
c. Paradigma yang terbangun dimas/arakat merupakan paradigma punitif dengan membentuk labeling
negatif kepada para narapidana, Labeling tersebut menghambat proses resosialisasi narapidana
ditengah-tengah masyarakat, sehingga mendorong mereka kembali melakukan tindak kejahatan
(residivisme).
Apabila dilihatdari sudut pandang permasalahan tersebut Ciatas,maka perdebatan yang muncul pada
akhirnya adalah bagimana mewujuCkan suatu bentuk konsep Sistem Pemasyarakatan yang dicanangkan
oleh para The founding iatherterdahulu melalui penerapan kebijakan pelaksanaan program revitalisasi
system pemasvarakatan.
Revitalisasi sistem pemasyarakatan merupakan upaya secara progresif menjabarkan kembali model
pelaksanaan sistem pemasyarakatan yang ideal didasarkan pada kondisi obyeKif beserta analisasi
secara holistic atas unsur-unsur yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi
pemasyarakatan.Sehingga didapatkan suatu formula yang tepat untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang terindikasi terjadi dalarn bekerjanya sistem pemasyarakatan dengan langkah-
langkah perubahan yang jelas dan terukur. Suatu langkah pembaharuan pelaksanaan sistem
pemasyarakatan akan tetapi masih mempertahankan beberapa konsep sistem yang telah berjalan. Hal
ini semata-mata upaya melakukan penyesuaian dan perbaikan rumusan konsep dengan memperhatikan
fenomena faktual tentunya dengan tetap bernafaskan tujuan dari pemasyarakatan.
Kebijakan Revitalisasi Sistem Pemasyarakatan ingin memberikan sebuah makna bahwa Negara memang
benar-benar hadi; untuk membangun kapasitas pribadi para pelanggar hukum dalam hd ini narapidana
menjadi pribadi yang lebih baik.
I
Dalam pendekatan revitalisasi, membangun kapasitas tersebut dilaksanakan melalui pelaksanaan proses
sistem pemasyarakatan yang berkesinambungan, sistematis dan terarah dengan mengedepankan
perlakuan yang manusiawi terhadap para narapidana sefta menghormati hak-hak mereka sebagai
rnanusia.
Pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan diatur sedemikian rupa
sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan diharapkan memberikan hasil yang
rptimal.Penekankan alur tata kelola manajemen pemasyarakatan melalui penguatan peran, tugas dan
lungsi pada masing-masing Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan.Program revitalisasi mengatur
secara jelas mengenai penguatan pada fungsi utama pelaksanaan tugas dan fungsi, manajemen sefta
indikator keberhasilan pada masing-masing Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan. Adapun alur proses
tata kelola manajemen pemasyarakatan berdasarkan kebijakan program revitalisasi dapat tergambarkan
sebagai berikut
o
Perubahan perilaku yaflg
dinginkan
Mertingkatkan respfir
I
Untuk dapat meningkatkan respon positif tersebut, maka diberikanlah positive reinforcer atau
'ewardyaitu diberikannya hak-hak WBP seperti asimilasi, remisi, pembebasan bersyarat, cuti, dan
;ebagainya. Sebaliknya jika respon yang diberikan negatif seperti tidak mematuhi peraturan maupun
:idak mengikuti program pembinaan maka reinforcer yang diberikan berupa punishment dengan tujuan
mengurangi respon negatif tadi.Punishment yang dimaksud misalnya sepefti pencatatan di Register F
Skema 3.
Penggunaan Punishment dalam membentuk Perilaku Baik
Dengan demikian walaupun seera prinsip, proses pembentukan perilaku di Institusi Pemasyarakatan
telah menggunakan pendekatan behaviorisme, namun
,trEIIArIIOS
+ (eet{a-!bqik!
dan tata t*tib)
s
Perubahan perilaku yang
diinginkan
Mengrrrangi
reslrcn
Jenis
peng^uat
PERI.A'OAT{ T{ARAPIOAITA IEWASA - PROGRAfl PgffiNMT{ BERDISAfiI(Ail PERUEAIIAII PERII.AI(U
l
I . lk{id-ielq"Eb t .0!friffiebtE, . t**bt*s .lbqihStrl6n
GOALS
Y] tqibdelld Ianudr flandiri
ll Itqltdt!ttug t*-Eat 6iq8
rl
zl
Gasti
. lweffi,ord Ftid
. (m*itdgalild:
. Pa'.FrlMdt!
ur-
.llEEEIde!
!dlra
furProduktil
Y.1
vl
. Pg(bi6,ilChd
G#
. Id*6&'i6.S-E
ilrtrd*radlmi
ffi .
rEsEghF{6Lr
ItEn
PaqrEa@
' PEda-@-
Fdsrbtrnin
f6bFCetedil
Hrknf*4d-gBde
bile'rFHid6ti
. D6fn&ikfrs,
IO
. hder6*hr &sda krhbF etkSBruq
OI i?ilrilhlsil*L't . 9atnarnamnbr
fll
HH Dbrt
lul . Idthdffiu*ar
'*a*Glhr6
e\rflHury fgrar*i
zl
uJl fraffiE4rihodal
.EL . Ur{J*Uarld.d6torEg Frnr.Arffimr{
.l(glfr&d:mH
#rm
. l(mr*ri
,s4i,'|1ts{6drt
rl d{6.
. FqffiB tEr 2 a
:dEr4ih.. td/n:r-rrttd fid
! dFrr!ilEna tE{armrBddr
a trrll I . fu'g'Erfq, hAlAlrinr
iiGristsld U . ftrnirtdd,daldrd- . hflrrrHr: &sbaqirsl,
BIT(I . hfrFhl.l(Ee rsti6tqt# iddrlirobda
EARAI*C
t4d/EEd*ar da
&rn-t6,a
ItilDA( ProAllA Eii{ftadnh*Erd, per.ffir
Fg4EFryJdE
la
I ii
rl
BALAI PEIIASYAMIGTAII (BAPAS) : PEI{ELIIIAN XEIilASYARA,OTAN, PENDAilPIIIGAN, PENGAT?ASAN DAN PEtBit BINGAN
it !+ t? !f
I
I
pemrruxarxax
PEIIEI{UHAN HAK AI{AI( DI LPKA
L AlA{rxLFAS
SUMBER DAYA I,ANUSIA. REGUI.ASI. SARANA [)AII PRASARA}IA- AIICSARAII-TEI$IOIOGI INFORTASI- UANAGEIEilT ORGANISASI
Berdasarkan gambar bagan di atas, secrra garis besr program revitalisasi membagi tata kelola alur
manajemen organisasi dalam sistem pemasyarakatan meliputi :
2. Lembaga Pemasyarakatan.
3. Balai Pemasyarakatan.
lomor 31 INASKAH
I
lahun 1999 dan pelaksanaan berdasarkan pola pembinaan narapidana, melainkan memfokuskan pada
rasil indikator pengukuran perubahan perilaku narapidana yang Umbul secara konsisten.
)iharapakan pencapaian terukur pelaksanaan sistem pemasyarakatan berdasarkan keb'rjakan program
evitalisasi dapat mendorong capaian Indikator Kinerja Utama pelaksanaan tugas dan fungsi
lemasyarakatan yakni :
t. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemasyarakatan;
Z. Meningkatnya produktifitas narapidana, anak dan klien pemasyarakatan menuju manusia mandiri;
lan
3. Meningkatnya ketaatan hukum mantan narapidana, anak dan klien pemasyarakatan (menurunnya
angka residivisme).
I
B. RUANG LINGKUP PELAIGANAAN PROGRAM REVITALISASI SISTEM
PEMASYARAKATAN
Revitalisasi sistem pemasyarakatan pada dasarnya adalah salah satu metode untuk menghidupkan,
menggiatkan kernbali dan memacu efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan dengan
perubahan secara substansial dan signifikan melalui us
6119t2019
SURAT EOARAN
DIREKTUR JENDERAL PE]XASYARAKATAN
Nomor : E.PK.04.10-60
Tanggal: 12 Juli 2007
TENTANG
1
6t19t2019
2
6t't9t2019
3
6t19t2019
3. Wali Pemasyarakatan
Tugas penrvalian dapat digantikan dengan
yang lain apabila terjadi ketidak harmonisan dan ketidak
cocokan antara Wali Pemasyarakatan dengan Narapidana dan
Anak Didik yang menjadi tanggung jawab perwaliannya.
4
6t19t2019
6. WaliPemasyarakatian dilarang :
a. Menjadi penghubung atau perantara antara Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan dengan pihak-pihak lain yang
tidak berkaitan dan atau berhubungan dengan program
Pembinaan.
b. Melakukan pemerasan atau rneminta imbalan jasa kepada
Narapidana dan Anak Didik yang menjaditanggung jawab
penrvalian.
c, Mendatangi keluarga Narapidana dan Anak Didik atas
kemauannya sendiri tanpa sepengetahuan dan seijin Kepala
LAPAS, Kepala RUTAN atau Kepala CAB. RUTAN.
5
6t19t2019
SOEJOTO, BclP.SH.tt
NtP.040012522
6
KEMENTERIAN HUXUM DAN HAK A5A5I MA'{U5IA
DIREKTORAT JENDENAI PEMASYARAKATAN
Jalan Veteran No. 11 iakarta Pusat 10110 I.ORMULIR PENILAIAN KEPRIBADIAN
Telepon (021) 3857611 Fakimili. (021) 3857512
laman i www.ditienpos.oo.id Efiail : humosd itien oos@vo hoo.co.id
NAMA NARAPIDANA
AGAMA : ISLAM
NOMOR REGISTER
NO TNDTKATOR I SUA TNOTKATOR/AKflF|TAS PENJ ELASAN/KETERANGAN SKORIN6 NILAI BOBOT NITAIX BOBOT
1 Eeragama Menjalankan Peribadahan 2: Menjalanhan lbadah waJib secara keseluruhan
I
1: Menjalankan ibadah wajib sebagian
lwajib:
l- Sholat 5 Waktu. 0: Tidak menjalankan ibadah wajib
Melaksanakan Kegiatan lbadah
l- Menjalankan Puasa 2
Wajib
I Ramadhan.
Membaca dan Mempelajari Membaca dan Mempelajari 2: Membaca kitab suci secara rutin
Kitab Suci Kitab Suci Al-Quran 1: Membaca kitab suci secara tidak rutin 2
Mampu menyanyikan lagu 2: Mampu menyanyikan >4 lagu kebangsaan dan nasional
kebangsaan dan nasional 1: Mampu menyanyikan >2 lagu kebangsaan dan nasional
lain nya 0: Mampu menyanyikan 1 lagu kebangsaan dan nasional
2
E
: Tidak rnah kuti bela
) ,.,., ,2 ,_ 25t$l
3 KewaJlban Bersedia membantu petugas 2: Selalu membantu petugas
1: Jarang membantu petugas 2
0: Tidak ah membantu
Bobot 25% Berperilaku jujur 2: Selalu beperilaku jujur
1: Jarang berperilaku jujur 2
ah berperilaku jujur
Bersedia membantu sesama 2: Selalu membantu sesama narapidana
narapidana 1: Jarang membantu sesama narapidana 2
O' Tidelr norneh momhantr r ce(tmr nerenidenr
Melaksanakan kegiatan secara
2: Selalu melaksanakan kegiatan secara gotong royong
gotonS royong
ll.: Jarang melaksanakan kegiatan secara gotong royong 2
C: Tidak pernah meiaksanakan kegiatan secara gotong royong
I
Berpakaian rapih dan sopan 2: Selalu berpakaian rapih dan sopan dalam melaksanakan
dalam melaksanakan kegiatan kegiatan
1; Jarang berpakaian rapih dan sopan dalam melaksanakan
2
kegiatan
0: Tldak pernah berpakaian rapih dan sopan dalam
rnelaksanakan kegiatan
Menjaga kebersihan seragam/ 2: Selalu menjaga kebersihan seragam/ pakaian
pakaian 1: Jarang menjaga kebersihan seragam/ pakaian 2
0: Tidak Dernah meniaca kebersihan serasam/ oakaian
Berpotongan rambut dengan
2: Selalu menjaga keberslhan seragam/ pakalan
ra pih
1: Jarang menjaga kebersihan seragam/ pakaian 2
0: Tidak pernah menjags kebersihan seragam/ pakaian
blok hunian)
0: Tidak pernah menjaga kebersihan lingkungan hunian
Menjaga kebersihan dan 2; Selalu menjaga kebersihan dan kerapihan badan
kerapihan badan 1: Jarang menjaga kebersihan dan kerapihan badan 2
menggunakan alat elektronik, alat elektronik, seperti laptop atau komputer, alat pendingin,
seperti laptop atau komputer, kipas angin, televisi, kamera, alat perekam, telepon genggam,
alat pendingin, kipas angin, pager, dan sejenisnya dalam kamar hunian
televisi, kamera, alat perekam, 1: Jarang memiliki, membawa dan/atau menggunakan alat
telepon genggam, pager, dan elektronik, seperti laptop atau komputer, alat pendingin, klpas
sejenisnya dalam kamar angin, televisi, kamera, alat perekam, telepon genggam, pager,
hunian dan sejenisnya dalam kamar hunlan 2
0: Sering rnemiliki, membawa dan/atau menggunakan alat
elektronik, seperti laptop atau komputer, alat pendingin, kipas
angin, televisi, karnera, alat perekam, telepon genggam, pager,
dan sejenisnya dalam kamar hunian
membuat atau menyimpan 2. Tidak pernah membuat atau menyimpan senjata api,
senjata api, senJata tajam, atau senjata tajam, atau sejenisnya
sej en isnya 1:Jarang membuat atau menyimpan senjata api, senjata
2
tajam, atau sejenisnya
0: Sering membuat atau menylmpan senjata api, senjata
tajam, atau seienisnya
membawa dan/atau ?: Tidak pernah membawa dan/atau menyimpan barang-
menyimpan barang-barang barang yang dapat menimbulkan ledakan dan/atau kebakaran
yang dapat menimbulkan 1: Jarang membawa dan/atau menyimpan barang-barang
ledakan dan/atau kebakaran yang dapat menimbulkan ledakan dan/atau kebakaran
0: Sering membawa dan/atau menyimpan barang-barang 2
yang dapat menimbultcan ledakan dan/atau kebakaran
O: Sering menyebar
melakukan perusakan 2: Tidak pernah melakukan perusakan terhadap fasilltas Lapas
terhadap fasilitas Lapas atau atau Rutan (Kamar, Peribadatan, Ruang Kegiatan kerja,
Rutan (Kamar, Peribadatan, Fasilitas kunjungan, fasilitas sosial, dll)
Ruang Kegiatan kerja, Fasilitas 1: Jarang melakukan perusakan terhadap fasilitas Lapas atau
2
kunjungan, fasilitas sosial, dll) Rutan (Kamar, Peribadatan, Ruang Kegiatan kerja, Fasilitas
kunjungan, fasilitas sosial, dll)
0: Sering melakukan perusakan terhadap fasilitas Lapas atau
Rrrtan (Kamar, Peribadatan, Ruang Kegiatan kerja, Fasilitas
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR/AKTIFITAS NILAI BOBOT NILAI X BOBOT
2 259' 0.s
NII.AlAKHIR 2
CATATAN PETUGAS
nilai tertinggi 2
nilaiterendah 0
rentangan 2
standar deviasi 0,33
interval 0,40
rata-rata 1
PETiJGAS PENITAI
NIP
6/Le/2O1e
PEITGANTAR
baik
1
6lLelz0Ls
. Pembinaan
+ . Ferntinaan tqibadart
E|
. Fernbinaan
tGpribadbn mrlipoti : . Pembinaan KeFarnpilan Kep,ribadian
o Pembinaan Eeragarna; Kegiatan
. i.lasionalisrnedan Pelatihan
. Sosial. Produksi
PEMBINAAN KEPRIBADIAN
+ ITASIOTALISXE
s
. Mengakui Kedaulatan Kewafiban : ada 19
. Ivielaksanakan Negara, ada 5 kegiatarr aktifitas yang dinilai
Kegiatan Ibadah Wajib; Yang dinilai
. Melaksan2kzn . Larangan : ada 15
Kegiatan lbadah diluar . Memiliki Kesadaran aktifitas yang dilar6lg
wajib; Berbangsa dan
. Mengikuti Kegiatarr Bernegara" ada 3
CeramahAgama / kegiatan Snang ainilai
KajuanAgama;
. Membacadan
Mempel4iariKitab Suci
. Toleransi Eleragama
2
6lLslz9le
iIENGELOI.A RESIKO
DAT{ KESCI.ATTIATAT{
rER.'A
. Manajemen Resiko -
+ . Strate$ dan tehnik
. Kuantitas Produk Hasil
. Penggunaan Alat Pernasran
Pehtihan
Keselamatan Kerja . Kualitas Produk Hasil
Pelatihan
LATIHAN P
3
6/7elz}Le
1. Penilaian dilakukan dengan alat "TAB" yang telah disediakan dan terhubung dengan
SDP;
2. Penilzuan dilakukan terhadap sikap dan perilaku serta aktivitas narapidana bpik
dil.apas Maksimum, I-a.pas Medium dan t apas Minimum;
3. Observasi dilakukan melalui pemantauan CCTV yang tersedia, absensi kegiatan,
pengarnatan intensiv, komunikasi/wawancara baik terhadap narapidana dan
instruktur, ;
4. Wali mengisi identitas WBP dan identitas diri pada halaman depal Lembar Observasi;
5. Berllah r"iltllantgka pafing tinggi 2, likr sitap dan perlialm WBP sesuai dengan
lrcrayataan pada itern obsenrasi WBP;
6. Berilah nilai/angka pafing rendah O jika sihap dan perlloku WBP tidak sesuai
dengan pera5rataan pada itera obset'nasi WBP;
7. Penjelasan lcbih rinci terkait dengan ifem observasi penilaian perubahan perilaku dapat
diiihat pada halaman Penjelasan rtem.
AsEY]rcM re @
kjsk.nP#..
r:tl$.6brdrriS +6tu
o rad* F.i$e bd r.a6
M*-*-X<F- - Moi.d.. Pt.r. 2
Mv.i6
era*xP...,'4-
dL.ahd*Sa6: r: e.i*6 bd& f,ri6..<va ra* dh
-.*sd*(s Grd*c.iJ$bM&,iS
T.sMw
xeH-HarE 2
sldT{*ddl
tk9*-r.i$
tu-{&#bab
Ag-.LhS&g.i tMqtuibgEr-.dd j${ilp
CdAgdXii.. Ures P.dqf*{ 2
(.W*r.6!3+ G ldiog**bi*.G-d.gdri$
ruSMdn 2
O:Ta**:E$d
2:#nogbg.b.d Ei* L.dr.
l. iv-gr69-Fed*GniJ.fi id S.
Bi*65.64
O:ild* D.'$ qagd-d4-6ial*:. D.d
2:Ti*Fd@FhW.b
l:r€@SFks.b 2
Fll*.$*-.6 o:s&ffi&.d.s
T&8i6@ 2:iHF.{.gid&.g..hh
ldn<aa$h<c !:&-9tu6&B-.b 2
2:THFd.&r.,.d.{?b.d*
+<7i{-B
r:Jq.**r.-..#.-*
q€<ryi+-cB
o:SGrtd* '€* E?i&. d*
-.ed<r.i {5.6
4
qrY
6lLel2ole
2 l*.f.rh. Lrdhx
drS"KRl d..
2
qlrgcil#r*9e
A-&-. 5.
Hqrrili F. b.rk ffi ffi.dr 2
eTH ts..{ -.ilJiH F. *.
*Rrt a(df I
IIIAA'{6AI
nil.itffjEgi 2
nil.i ttr€ndih t
r€dange. 2
,taidrrJeviri; 0.31
irtffl c.40
E&TE
iv, ::fllf,Vfi5m
f.ik *kdli d6gin p.rdiket
1 x>1,5
grrEat ltttruitk n
Siik d€rEin pr€dibt
7 1,17 <rS1.g
rcmurstin
Cltuplpedu r.*tLl.r.g
l 0,8! <rS l"l7
uji.n)
(u.anE lit6Ffrbine.F
4 0.5 <r 30.81
ulerr)
5 S.n!.t kurdn! x<C,5