Anda di halaman 1dari 184

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
Jalan Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telepon 021-3857611/3857613 Faksimili 021-3857612
Laman : www.ditjenpas.go.id, email : 2020veteran11@gmail.com

Nomor : PAS.2.PK.02.10.02 - 35 25 Januari 2021


Sifat : Segera
Lampiran : 3 (tiga) berkas
Hal : Pembentukan Satops Patnal Pas
dan Sidang Kode Etik

Yth. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM


di -
Seluruh Indonesia

Reformasi birokrasi yang digalangkan oleh pemerintah bertujuan untuk meningkatkan


mutu dan profesionalitas aparatur pemerintah secara bertahap dan konsisten. Sehingga akan
berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada publik. Oleh
karena itu, pelayanan yang dilakukan oleh pegawai pemasyarakatan kepada masyarakat juga
perlu ditingkatkan dengan meningkatkan mutu dan profesionalitas pegawainya. Untuk dapat
mencapai Target Kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yaitu Lapas dan Rutan bebas dari
peredaran gelap narkoba melalui optimalisasi Satuan Operasional Kepatuhan Internal
Pemasyarakatan (Satops Patnal Pas).

Menindaklanjuti Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-07.07-


02.02 Tahun 2019 tanggal 27 April 2019 yang telah direvisi dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Nomor : PAS-1052.PK.02.10.02 Tahun 2020 tanggal 18 September 2020
tentang Pedoman Satuan Operasional Kepatuhan Internal Pemasyarakatan (Satops Patnal
Pas), dimohon agar Saudara segera melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Membentuk Satuan Operasional Kepatuhan Internal Pemasyarakatan (Satops Patnal Pas)


Tingkat Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan;
2. Jika pada wilayah atau Unit Pelaksana Teknis sudah dibentuk Satops Patnal Pas dengan
berpedoman pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-07.0T-
02.02 Tahun 2019 Tanggal 27 April 2019, maka agar dibentuk kembali Satops Patnal Pas
dengan berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-
1052.PK.02.01.02 Tahun 2020 Tanggal 18 September 2020 (Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Terlampir), karena terdapat perbedaan yang agak mendasar terutama
tentang keanggotaan Satops Patnal Pas;
3. Apabila pada suatu wilayah atau Unit Pelaksana Teknis belum dilaksanakan pengukuhan
keanggotaan Satops Patnal Pas, maka agar segera melaksanakan pengukuhan
keanggotaan Satops Patnal Pas. Pengukuhan bisa dilaksanakan secara bersama-sama
pada Kantor Wilayah atau penggabungan beberapa UPT Pemasyarakatan, atau oleh Unit
Pelaksana Teknis sendiri;
4. Segera melaporkan pelaksanaannya kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan U.p.
Direktur Keamanan dan Ketertiban, melalui Sisumaker Kementerian Hukum dan HAM
(sumaker.kemenkumham.go.id) dan Email Direktorat Keamanan dan Ketertiban
(direktoratkamtib@gmail.com), paling lambat pada minggu ke-3 Februari 2021.
Menindaklanjuti Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:
M.HH.16.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan dan Keputusan
Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-01.PW.01.01 Tahun 2015 tentang Standar
Penyelenggaraan Sidang Kode Etik dan Pengelolaan Majelis Kode Etik, agar Saudara segera
untuk:

1. Menginventarisir pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik sesuai dengan Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH.16.05.02 Tahun 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan (Peraturan Menteri Hukum dan HAM terlampir);
2. Membentuk Majelis Kode Etik dengan berpedoman Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor : M.HH.16.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai
Pemasyarakatan dan Keputusan Direktur Jenderal Pemsyarakatan Nomor : PAS-
01.PW.01.01 Tahun 2015 tentang Standar Penyelenggaraan Sidang Kode Etik dan
Pengelolaan Majelis Kode Etik;
3. Melaksanakan Sidang Kode Etik dengan berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Nomor : PAS-01.PW.01.01 Tahun 2015 tentang Standar Penyelenggaraan
Sidang Kode Etik dan Pengelolaan Majelis Kode Etik (Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan terlampir);
4. Melaporkan pelaksanaannya kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan U.p. Direktur
Keamanan dan Ketertiban, melalui Sisumaker Kementerian Hukum dan HAM
(sumaker.kemenkumham.go.id) dan Email Direktorat Keamanan dan Ketertiban
(direktoratkamtib@gmail.com).

Demikian atas perhatian dan kerja sama yang baik, diucapkan terima kasih.

a.n. Direktur Jenderal Pemasyarakatan


Direktur Keamanan dan Ketertiban,

Frans Elias Nico


NIP. 19650925 199001 1 001

Tembusan:
1. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI;
2. Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 i
PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 i
PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 ii
PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan “Pedoman SATOPS PATNAL PAS”
dapat diselesaikan. Penerbitan Pedoman Kerja SATOPS PATNAL PAS merupakan
bentuk tanggung jawab Direktorat Jenderal Pemasyarakatan selaku pembuat
kebijakan dalam rangka mewujudkan Optimalisasi Pelayanan Pemasyarakatan
terhadap masyarakat. Melalui Pedoman ini, SATOPS PATNAL PAS diharapkan
dapat melaksanakan pencegahan, penindakan, supervisi, pemantauan dan evaluasi
dibidang perawatan, pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran,
pengamanan serta pembinaan kepegawaian. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terima kasih kepada setiap pihak yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu,
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan pengalaman yang sangat
berharga dalam penyusunan buku pedoman ini. Mohon maaf atas segala
kekurangan yang tersaji, semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Hukum dan HAM dan UPT
Pemasyarakatan di seluruh Indonesia.

Jakarta, 18 September 2020


Direktur Jenderal Pemasyarakatan,

Reynhard Silitonga
NRP 67090332

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Maksud, Tujuan dan Tata Nilai Utama............................................... 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 3
D. Pengertian...................................................................................................... 4
BAB II POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN SATOPS PATNAL PAS......... 6
A. Tugas dan Fungsi SATOPS PATNAL PAS........................................... 6
B. Kewenangan dan Tanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS........ 9
C. Kedudukan SATOPS PATNAL PAS....................................................... 10
D. Mekanisme Pelaksanaan Tugas dan Fungsi SATOPS PATNAL
PAS..................................................................................................................... 11
E. Struktur dan Tata Kerja Organisasi SATOPS PATNAL PAS..... 19
F. Keanggotaan SATOPS PATNAL PAS.................................................... 36
G. Sasaran SATOPS PATNAL PAS............................................................... 37
H. Kelengkapan SATOPS PATNAL PAS.................................................... 37
I. Atribut dan Tanda Kewenangan SATOPS PATNAL PAS............. 38
J. Pembiayaan SATOPS PATNAL PAS...................................................... 40
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 41
LAMPIRAN 1 ATRIBUT SATOPS PATNAL PAS......................................................... iii
LAMPIRAN 2 PAKAIAN DINAS SATOPS PATNAL PAS........................................... viii
LAMPIRAN 3 SOP PELAKSANAAN SATOPS PATNAL PAS.................................... xi
LAMPIRAN 4 FORM LAPORAN SATOPS PATNAL PAS........................................... xvii

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan merupakan organisasi yang paling
besar di Kementerian Hukum dan HAM, memiliki satuan kerja sebanyak 680
unit yang tersebar di 34 provinsi seluruh indonesia, dengan Jumlah petugas
Pemasyarakatan sebanyak 42.317 orang, serta memberikan pembinaan dan
pembimbingan kepada 231.693 orang Warga Binaan Pemasyarakatan yang
terdiri dari Tahanan sebanyak 48.391 Orang, Narapidana sebanyak 188.895
orang, dan Klien Pemasyarakatan yang menjalankan integrasi sebanyak
81.570 orang terdiri dari Klien Dewasa 79.284 orang dan Klien anak 2.286
orang, serta Basan dan Baran sebanyak 14.473 unit
(http://smslap.ditjenpas.go.id 10 Agustus 2020). Dengan Sumber Daya yang
cukup besar maka diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara optimal dengan semangat pelayanan yang bersih dan
melayani.

Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang terjadi dalam


menjalankan fungsi Pemasyarakatan (Perawatan, Pembinaan, Pembimbingan,
Pengamanan dan Pengelolaan Basan dan Baran) pada lingkungan Kantor
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM, UPT Pemasyarakatan (Lapas, Rutan, LPKA, Bapas dan Rupbasan)
seperti pelangggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang, peredaran gelap
narkoba, pungutan liar dan lain sebagainya, yang dilakukan oleh oknum
Petugas Pemasyarakatan. Hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan Pemasyarakatan saat ini.

Pada sisi lain, belum optimalnya penerapan standar operasional prosedur


(SOP) dan regulasi yang telah ada, kurangnya sarana dan prasarana dalam
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Pemasyarakatan, serta lemahnya
komitmen, integritas dan kurangnya kompetensi petugas menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan tersebut.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 1


Dengan mencermati kondisi tersebut, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
perlu mengoptimalkan kinerja Satuan Operasional Kepatuhan Internal
Pemasyarakatan (SATOPS PATNAL PAS) di institusi Pemasyarakatan agar
dapat mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemasyarakatan ke
depan menjadi lebih Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, Inovatif
(PASTI).

B. Maksud, Tujuan dan Tata Nilai Utama


1. Maksud
Menjadi pedoman dalam pembentukan dan operasionalisasi SATOPS
PATNAL PAS pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah
Hukum dan HAM, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan
Negara (Rutan), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara (Rupbasan) dan
Balai Pemasyarakatan (Bapas).

2. Tujuan
Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM dan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan.

3. Tata Nilai Utama


Satuan Operasional Kepatuhan Internal Pemasyarakatan (SATOPS
PATNAL PAS) didasari oleh tata nilai “TRI CAKTI ABHINAYA” yang berarti
“Tiga Kekuatan Menuju Kesempurnaan” Pemasyarakatan, bahwa SATOPS
PATNAL PAS dilaksanakan dalam rangka terwujudnya kesempurnaan
Pemasyarakatan melalui tiga prasyarat, yaitu:
a. Integritas;
b. Profesionalitas; dan
c. Sinergitas.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 2


4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman SATOPS PATNAL PAS meliputi Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Hukum dan HAM, Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas), Rumah Tahanan Negara (Rutan), Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Rumah Penyimpanan Benda Sitaan dan
Barang Rampasan Negara (Rupbasan) dan Balai Pemasyarakatan (Bapas).

5. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga
Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara
pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan
dalam tata peradilan pidana;
2. Petugas Pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil dilingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang menjalankan tugas
dan fungsi di bidang Pemasyarakatan;
3. Penilaian adalah suatu rangkaian penyusunan data, pemberian
kesimpulan, dan rekomendasi mengenai narapidana yang melibatkan
Petugas Wali, Pembimbing Kemasyarakatan dan Psikolog;
4. Pembinaan kepribadian adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas
narapidana dalam hal ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
intelektual, sikap dan perilaku, serta kesehatan jasmani dan rohani;
5. Pembinaan kemandirian adalah kegiatan yang mempersiapkan
narapidana untuk bekerja;
6. Perawatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya melayani
kebutuhan perlengkapan, makanan, dan kesehatan narapidana serta
tahanan;
7. Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih
dahulu sebelum kejadian meliputi;
8. Gangguan keamanan dan ketertiban adalah suatu situasi kondisi yang
menimbulkan keresahan, ketidakamanan, serta ketidaktertiban
kehidupan di dalam Lapas dan Rutan;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 3


9. Penyalahgunaan Wewenang adalah Melanggar aturan tertulis yang
menjadi dasar kewenangan; Memiliki maksud yang menyimpang
walaupun perbuatan sudah sesuai dengan peraturan; dan berpotensi
merugikan negara;
10. Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan
alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-
indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan;
11. Pengamanan adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka memberikan
perlindungan, pencegahan, dan penindakan terhadap setiap ancaman
dan gangguan dari dalam dan luar UPT Pemasyarakatan;
12. Penjagaan adalah suatu bentuk kegiatan pengamanan orang dan
fasilitas guna mencegah gangguan keamanan dan ketertiban;
13. Pengawalan adalah kegiatan penjagaan, pengawasan, perlindungan
narapidana dan tahanan yang berada di dalam dan/atau diluar Lapas
yang melakukan aktifitas atau keperluan tertentu sesuai ketentuan
14. Penggeledahan adalah kegiatan pemeriksaan terhadap orang, barang
ataupun tempat yang diduga dapat menimbulkan gangguan keamanan
dan ketertiban;
15. Intelijen adalah pengetahuan, organisasi, dan kegiatan yang terkait
dengan perumusan kebijakan, strategi dan pengambilan keputusan
berdasarkan analisis dari informasi dan fakta yang terkumpul melalui
metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka
pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap ancaman
terhadap keamanan negara;
16. Penindakan adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menyelamatkan, melindungi dan memulihkan keadaan;
17. Penelitian adalah kegiatan penelitian untuk mengetahui latar belakang
sebelum dan sesudah melakukan tindak pidana;
18. Rekonsilisasi adalah perbuatan memulihkan persahabatan pada
keadaan semula, perbuatan menyelesaikan perbedaan;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 4


19. Rehabilitasi adalah sebuah pemulihan pada kedudukan (keadaan, nama
baik) yang dahulu (semula);
20. Rekomendasi adalah saran yang menganjurkan (membenarkan,
menguatkan);
21. Rekonstruksi adalah pengembalian seperti semula;
22. Pemantauan adalah mengamati atau mengecek dengan cermat,
terutama untuk tujuan khusus mengawasi dan memonitor;
23. Investigasi adalah kegiatan untuk menemukan bukti-bukti dan/atau
saksi-saksi terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor,
yang telah dilaporkan melalui sistem pelaporan pelanggaran;
24. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran
yang lebih baik;
25. Evaluasi adalah penilaian terhadap suatu hal.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 5


BAB II
POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN SATOPS PATNAL PAS

A. Tugas dan Fungsi SATOPS PATNAL PAS


1. Tugas SATOPS PATNAL PAS
Tugas SATOPS PATNAL PAS adalah merencanakan, melaksanakan,
mengendalikan, melaporkan dan menindaklanjuti kegiatan pencegahan,
penindakan, pemantauan, supervisi dan evaluasi terhadap pelanggaran
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan keamanan dan
kertiban pada bidang perawatan, pembinaan, pembimbingan, pengelolaan
basan dan baran, pengamanan serta pembinaan kepegawaian di
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kantor Wilayah Hukum dan HAM
dan UPT Pemasyarakatan;

2. Fungsi SATOPS PATNAL PAS


a. Fungsi pencegahan meliputi:
1) Sosialiasi kepada petugas, tahanan, narapidana, anak, klien, untuk
pencegahan pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang
dan gangguan kamtib pada bidang perawatan, pembinaan, pem
bimbingan, pengelolaan basan dan baran, pengamanan serta
pembinaan kepegawaian;
2) Pemetaan dalam rangka pencegahan pelanggaran prosedur,
penyalahgunaan wewenang pada bidang bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran,
pengamanan serta pembinaan kepegawaian;
3) Koordinasi kepada pihak terkait sehubungan dengan pencegahan
pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan
kamtib pada bidang perawatan, pembinaan, pembimbingan,
pengelolaan basan dan baran, pengamanan serta pembinaan
kepegawaian;
4) Tindakan lain dalam fungsi pencegahan terhadap pelanggaran
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 6


b. Fungsi Penindakan meliputi:
1) Mengamankan dan Melindungi (menghentikan, meminimalisir
dan melokalisir) petugas, tahanan, narapidana, anak klien,
masyarakat, barang, kendaraan, dan tempat kejadian terkait
pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan
kamtib pada bidang perawatan, pembinaan, pembimbingan,
pengelolaan basan dan baran serta pengamanan;
2) Investigasi terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;
3) Rekonsilisasi terhadap petugas, tahanan, narapidana, anak dan
klien terkait gangguan kamtib pada bidang bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;
4) Rehabilitasi terhadap petugas, tahanan, narapidana, anak dan
klien terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang
dan gangguan kamtib pada bidang perawatan, pembinaan,
pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta pengamanan;
5) Tindakan lain dalam fungsi penindakan terhadap pelanggaran
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Fungsi Supervisi meliputi:


Penelitian terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;
1) Rekonstruksi terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 7


2) Pembimbingan terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;
3) Pembinaan terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran,
pengamanan serta pembinaan kepegawaian;
4) Kerjasama dalam rangka supervisi terkait pelanggaran prosedur,
penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib pada bidang
perawatan, pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan
baran serta pengamanan;
5) Tindakan lain yang diperbolehkan sesuai dengan fungsi supervisi
terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang dan
gangguan kamtib sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Fungsi Pemantauan dan Evaluasi meliputi:


1) Pemantauan pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang
dan gangguan kamtib pada bidang bidang perawatan, pembinaan,
pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta pengamanan;
2) Penilaian pelaksanaan standar operasional prosedur pada bidang
perawatan, pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan
baran, pengamanan serta pembinaan kepegawaian;
3) Rekomendasi terkait pelanggaran prosedur, penyalahgunaan
wewenang dan gangguan kamtib pada bidang perawatan,
pembinaan, pembimbingan, pengelolaan basan dan baran serta
pengamanan;
4) Tindakan lain yang diperbolehkan sesuai dengan fungsi
pemantauan dan evaluasi terkait pelanggaran prosedur,
penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 8


B. Kewenangan dan Tanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
1. Dalam melaksanakan tugasnya SATOPS PATNAL PAS berwenang:
a. Melakukan pemeriksaan terhadap petugas, tahanan, narapidana,
anak, klien, masyarakat, barang, kendaraan, dan tempat;
b. Melakukan tindakan penjagaan atau pengamanan awal yang
diperlukan terhadap petugas, tahanan, narapidana, anak, klien,
masyarakat, barang, kendaraan, dan tempat/ruangan;
c. Mengawal, menghentikan, membatasi atau melokalisir petugas,
tahanan, narapidana, anak, klien, masyarakat, barang, kendaraan, dan
tempat;
d. Melakukan penggeledahan terhadap petugas, tahanan, narapidana,
anak klien, masyarakat, barang, kendaraan dan tempat/ruangan;
e. Melakukan penertiban dan pembatasan terhadap barang yang tidak
sesuai dengan peraturan dan/atau terkait dengan pelanggaran
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib;
f. Melakukan penyitaan dan/atau perampasan terhadap barang yang
diduga dan/atau terkait dengan pelanggaran prosedur,
penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib;
g. Melakukan pemusnahan terhadap barang terkait dengan pelanggaran
prosedur, penyalahgunaan wewenang dan gangguan kamtib;
h. Merekomendasikan pemindahan petugas, tahanan, narapidana, anak,
klien dan barang untuk alasan pembinaan dan keamanan;
i. Merekomendasikan petugas Pemasyarakatan yang melakukan
pelanggaran prosedur, penyalahgunaan wewenang untuk dilakukan
pembinaan secara berjenjang dan/atau diajukan ke sidang kode etik;
j. Melakukan penertiban penggunaan pakaian dinas dan atribut dinas
sesuai peraturan yang berlaku.

2. Dalam melaksanakan kegiatan, SATOPS PATNAL PAS bertanggungjawab


kepada:
a. Direktur Keamanan dan Ketertiban untuk SATOPS PATNAL PAS Pusat;
b. Kepala Kantor Wilayah untuk SATOPS PATNAL PAS Wilayah;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 9


c. Kepala UPT Pemasyaratan untuk SATOPS PATNAL PAS UPT
Pemasyaratakatan.

C. Kedudukan
Satuan Operasional Kepatuhan Internal Pemasyarakatan (SATOPS PATNAL
PAS) terdiri atas:
1. SATOPS PATNAL PAS Pusat
SATOPS PATNAL PAS Pusat adalah SATOPS PATNAL PAS yang
berkedudukan di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan wilayah
kerja meliputi lingkungan internal Direktorat Jenderal Pemasyarakatan,
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan UPT Pemasyarakatan.

2. SATOPS PATNAL PAS Wilayah


SATOPS PATNAL PAS wilayah adalah SATOPS PATNAL PAS yang
berkedudukan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dengan
wilayah kerja meliputi lingkungan internal Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM dan UPT Pemasyarakatan di wilayahnya.

3. SATOPS PATNAL PAS UPT Pemasyarakatan.


SATOPS PATNAL PAS UPT Pemasyarakatan adalah SATOPS PATNAL PAS
yang berkedudukan di Lapas, Rutan, LPKA, Bapas dan Rupbasan dengan
wilayah kerja meliputi lingkungan internal UPT Pemasyarakatan.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 10


D. Mekanisme Pelaksanaan Tugas dan Fungsi SATOPS PATNAL PAS
SATOPS PATNAL PAS UPT
TUGAS & FUNGSI SATOPS PATNAL PAS Pusat SATOPS PATNAL PAS Kanwil KETERANGAN
Pemasyarakatan
Sosialisasi tentang kepatuhan Sosialisasi kepatuhan petugas
Sosialisasi kepatuhan petugas
petugas terhadap pelaksanaan terhadap pelaksanaan
terhadap pelaksanaan
peraturan dan prosedur peraturan dan prosedur
peraturan dan prosedur
kepada Pegawai Divisi terhadap Petugas di UPT
terhadap pegawai internal
Pemasyarakatan dan SATOPS Pemasyarakatan
Ditjen PAS, SATOPS PATNAL
PATNAL PAS UPT
PAS Wilayah dan UPT
Pemasyarakatan
melakukan pemetaan resiko melakukan pemetaan resiko Pemasyarakatan melakukan
PENCEGAHAN pelanggaran prosedur dan pelanggaran prosedur dan pemetaan resiko pelanggaran
penyalahgunaan wewenang penyalahgunaan wewenang prosedur dan penyalahgunaan
pada Ditjen Pemasyarakatan, pada Divisi Pemasyarakatan wewenang pada UPT
Divisi Pemasyarakatan Kantor Kantor Wilayah dan UPT Pemasyarakatan
Wilayah dan UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan

Mengkoordinasikan dan Mengkoordinasikan dan Mengkoordinasikan kegiatan


menindaklanjuti kegiatan menindaklanjuti kegiatan pencegahan kepada SATOPS

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 11


pencegahan kepada SATOPS pencegahan kepada SATOPS PATNAL PAS Wilayah serta
PATNAL PAS Pusat dan PATNAL PAS Pusat dan koordinasi terhadap instansi
koordinasi terhadap instansi koordinasi terhadap instansi terkait dalam kondisi tertentu.
terkait dalam kondisi tertentu. terkait dalam kondisi tertentu.
Melakukan pendalaman Melakukan pendalaman Melakukan pendalaman
informasi dan investigasi informasi dan investigasi informasi dan investigasi
terhadap gangguan kamtib terhadap gangguan kamtib terhadap gangguan kamtib
dan pengaduan dan pengaduan di wilayah dan pengaduan di UPT
Mengamankan, mengawal dan Mengamankan, mengawal dan Mengamankan, mengawal dan
melindungi (menghentikan, melindungi (menghentikan, melindungi (menghentikan,
meminimalisir dan meminimalisir dan meminimalisir dan
PENINDAKAN
melokalisir) pegawai Ditjen melokalisir) petugas dan melokalisir) orang, barang
PAS dan Kanwil. barang bukti bukti, dan tempat
Melaporkan seketika kejadian
Melaporkan seketika kejadian Melaporkan seketika kejadian
perkara kepada ketua dan
perkara kepada Pembina dan perkara kepada koordinator
penanggung jawab SATOPS
penanggung jawab SATOPS dan penanggung jawab
PATNAL PAS UPT
PATNAL Pusat SATOPS PATNAL PAS Wilayah
Pemasyarakatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 12


Melaksanakan pemeriksaan Melaksanakan pemeriksaan Melaksanakan pemeriksaan
terhadap orang, barang dan terhadap orang, barang dan terhadap orang, barang dan
tempat kejadian perkara; tempat kejadian perkara; tempat kejadian perkara;
Merekomendasikan petugas Merekomendasikan petugas Merekomendasikan petugas
Pemasyarakatan yang Pemasyarakatan yang Pemasyarakatan yang
melakukan pelanggaran melakukan pelanggaran melakukan pelanggaran
prosedur dan penyalahgunaan prosedur dan penyalahgunaan prosedur dan penyalahgunaan
wewenang untuk dilakukan wewenang untuk dilakukan wewenang untuk dilakukan
pembinaan secara berjenjang pembinaan secara berjenjang pembinaan secara berjenjang
dan/atau diajukan ke sidang dan/atau diajukan ke sidang dan/atau diajukan ke sidang
kode etik; kode etik; kode etik;
Merekomendasikan Merekomendasikan Merekomendasikan
penjatuhan hukuman disiplin, penjatuhan hukuman disiplin, penjatuhan hukuman disiplin,
register F dan/atau register F dan/atau register F dan/atau
pemindahan tahanan, pemindahan tahanan, pemindahan tahanan,
narapidana dan anak terlibat narapidana dan anak terlibat narapidana dan anak terlibat
perkara untuk alasan perkara untuk alasan perkara untuk alasan
pembinaan dan keamanan; pembinaan dan keamanan; pembinaan dan keamanan;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 13


Merekomendasikan Merekomendasikan Merekomendasikan Khusus Bapas
pencabutan pembebasan pencabutan pembebasan pencabutan pembebasan
bersyarat bagi klien bersyarat bagi klien bersyarat bagi klien
Pemasyarakatan Pemasyarakatan Pemasyarakatan
Merekomendasikan Merekomendasikan Merekomendasikan Khusus
pengelolaan basan baran pengelolaan basan baran pengelolaan basan baran Rupbasan
sesuai dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan
Apabila hasil pemeriksaan Apabila hasil pemeriksaan Dalam situasi
SATOPS PATNAL PAS UPT SATOPS PATNAL PAS UPT tertentu
Pemasyarakatan dan Wilayah Pemasyarakatan belum
belum menemukan titik menemukan titik
permasalahan dan permasalahan dan
penyelesaian, SATOPS penyelesaian, SATOPS
PATNAL PAS Pusat dapat PATNAL PAS Wilayah dapat
melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan
kembali kembali dan melaporkan
kepada SATOPS PATNAL PAS
Pusat

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 14


Menindaklanjuti laporan hasil Menindaklanjuti dan Melaporkan hasil kegiatan
kegiatan penindakan SATOPS melaporkan ke SATOPS penindakan SATOPS PATNAL
PATNAL PAS KANWIL dan PATNAL PAS PUSAT laporan PAS KANWIL dan SATOPS
UPT Pemasyarakatan hasil kegiatan penindakan PATNAL PAS Pusat
SATOPS PATNAL PAS KANWIL
dan UPT Pemasyarakatan
Melakukan pembinaan Melakukan pembinaan Melakukan pembinaan
kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap peraturan kepatuhan terhadap peraturan
peraturan dan prosedur pada dan prosedur pada Divisi dan prosedur pada UPT
Ditjen PAS, Divisi Pemasyarakatan dan UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan dan UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan
SUPERVISI
Melakukan pendampingan Melakukan pendampingan Melakukan pendampingan
proses pelaksanaan prosedur proses pelaksanaan prosedur proses pelaksanaan prosedur
dan kewenangan petugas dan kewenangan petugas pada dan kewenangan petugas di
pada Ditjen PAS, Divisi Divisi Pemasyarakatan dan UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan dan UPT UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 15


Melakukan pembimbingan Melakukan pembimbingan Melakukan pembimbingan
dalam perbaikan pelaksanaan dalam perbaikan pelaksanaan dalam perbaikan pelaksanaan
peraturan dan prosedur peraturan dan prosedur peraturan dan prosedur
pelaksanaan pada Ditjen PAS, pelaksanaan pada Divisi pelaksanaan pada UPT
Divisi Pemasyarakatan dan Pemasyarakatan dan UPT Pemasyarakatan
UPT Pemasyarakatan Pemasyarakatan
Melaksanakan pelatihan dan
Melaksanakan pelatihan dan
konstek terhadap SATOPS
konstek terhadap SATOPS
PATNAL PAS UPT
PATNAL Pusat dan Wilayah
Pemasyarakatan
Melakukan pengawasan Melakukan pengawasan secara
secara berkala terhadap berkala terhadap kepatuhan Melakukan pengawasan
kepatuhan pegawai pegawai Pemasyarakatan terhadap kepatuhan pegawai
PEMANTAUAN Pemasyarakatan dalam dalam melaksanaan tugas dalam pelaksanaan tugas
DAN EVALUASI melaksanaan tugas sesuai sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan prosedur dan
dengan prosedur dan penggunaan wewenang di penggunaan wewenang di UPT
penggunaan wewenang di UPT Pemasyarakatan dan Pemasyarakatan
UPT Pemasyarakatan, Divisi Divisi Pemasyarakatanl

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 16


Pemasyarakatan dan Ditjen
PAS
Meninjau secara berkala Meninjau secara berkala Meninjau pelaksanaan
pelaksanaan peraturan dan pelaksanaan peraturan dan peraturan dan prosedur di
prosedur di UPT prosedur di UPT UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan, Divisi Pemasyarakatan dan Divisi
Pemasyarakatan dan Ditjen Pemasyarakatan
PAS
Menganalisa penyebab kurang Menganalisa penyebab kurang Menganalisa penyebab kurang
optimalnya pelaksanaan optimalnya pelaksanaan optimalnya pelaksanaan
peraturan dan prosedur di peraturan dan prosedur di peraturan dan prosedur di
UPT Pemasyarakatan, Divisi UPT Pemasyarakatan dan UPT Pemasyarakatan
Pemasyarakatan dan Ditjen Divisi Pemasyarakatan
PAS
Melaksanakan pengawasan
Melaksanakan pengawasan Melaksanakan pengawasan
terhadap rekomendasi dan
terhadap rekomendasi dan terhadap rekomendasi dan
hasil supervisi di UPT
hasil supervisi di UPT hasil supervisi di UPT
Pemasyarakatan dan Divisi
Pemasyarakatan, Divisi Pemasyarakatan
Pemasyarakatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 17


Pemasyarakatan dan Ditjen
PAS
Melaporkan hasil pemantauan Melaporkan hasil pemantauan Melaporkan hasil pemantauan
dan evaluasi kepada dan evaluasi kepada ketua, dan evaluasi kepada ketua,
penanggung jawab dan penanggung jawab wilayah penanggung jawab dan Divisi
pembina SATOPS PATNAL dan Ditjen PAS Pemasyarakatan
PAS Pusat

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 18


E. Struktur dan Tata Kerja Organisasi SATOPS PATNAL PAS
1. Struktur Organisasi SATOPS PATNAL PAS Pusat
a. SATOPS PATNAL PAS Pusat terdiri dari:
i. Pembina : Direktur Jenderal
Pemasyarakatan
ii. Penanggung Jawab : Direktur Keamanan dan
Ketertiban
iii. Ketua : Kepala Sub Direktorat
Kepatuhan Internal dan Evaluasi
iv. Koordinator Wilayah I : Kepala Sub Direktorat
Pencegahan dan Pemeliharaan
Keamanan
v. Koordinator Wilayah II : Kepala Sub Direktorat Intelijen

vi. Kordinator Wilayah III : Kepala Sub Direktorat


Penindakan dan Penanggulangan
vii. Anggota : Pejabat dan pegawai Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan yang
dipilih dan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal
Pemasyarakatan.

b. Uraian Tugas Jabatan SATOPS PATNAL PAS Pusat, terdiri dari:


1) Pembina SATOPS PATNAL PAS adalah Direktur Jenderal
Pemasyarakatan:
a) Menetapkan kebijakan strategis tentang arah kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Pusat, Wilayah dan UPT Pemasyarakatan;
b) Menetapkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Mengesahkan rencana kegiatan operasi yang dilakukan oleh
SATOPS PATNAL PAS.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 19


2) Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat adalah Direktur
Keamanan dan Ketertiban:
a) Memberikan arahan, petunjuk terkait teknis penyelenggaraan
tugas SATOPS PATNAL PAS Pusat;
b) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Merencanakan operasi/kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Pusat berdasarkan informasi Intelijen;
d) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
e) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
f) Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Pusat, SATOPS PATNAL PAS Wilayah dan SATOPS
PATNAL PAS UPT Pemasyarakatan;
g) Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Pusat;
h) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
Kepada Pembina SATOPS PATNAL PAS Pusat.

3) Ketua SATOPS PATNAL PAS Pusat adalah Kepala Sub Direktorat


Kepatuhan Internal dan Evaluasi:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat.

4) Koordinator Wilayah I adalah Kepala Sub Direktorat Pencegahan


dan Pemeliharaan Keamanan:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 20


dari Ketua SATOPS PATNAL PAS Pusat;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat.
f) Wilayah I meliputi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM dan UPT Pemasyarakatan Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung.

5) Koordinator Wilayah II SATOPS PATNAL PAS Pusat Kepala Sub


Direktorat Intelijen adalah:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Ketua SATOPS PATNAL PAS Pusat;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat.
f) Wilayah II meliputi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM dan UPT Pemasyarakatan Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,
D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur.

6) Koordinator Wilayah III SATOPS PATNAL PAS Pusat adalah Kepala


Sub Direktorat Penindakan dan Penanggulangan:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Ketua SATOPS PATNAL PAS Pusat;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 21


b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Pusat;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Pusat
kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat;
f) Wilayah III Meliputi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM dan UPT Pemasyarakatan Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara,
Maluku, Papua Barat dan Papua.

c. Kelengkapan organisasi dan operasi ditunjang oleh:


1) Penyiapan logistik meliputi penyiapan dukungan personil,
peralatan, transportasi, dan akomodasi;
2) Penyiapan administrasi meliputi penyiapan kelengkapan
administrasi dan surat menyurat serta keuangan;
3) Penyiapan rencana dan strategi operasi meliputi dukungan
pelaksanaan kegiatan operasi SATOPS PATNAL PAS Pusat.

2. Struktur Organiasasi SATOPS PATNAL PAS Wilayah


a. SATOPS PATNAL PAS Wilayah terdiri dari:
i. Penanggung Jawab : Kepala Kantor Wilayah
ii. Koordinator : Kepala Divisi Pemasyarakatan
iii. Ketua : Kepala Bidang Pelayanan Tahanan,
Kesehatan, Rehabilitasi, Pengelolaan
Benda Sitaan, Barang Rampasan
Negara, dan Keamanan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 22


iv. Wakil Ketua : Kepala Bidang Pembinaan,
Bimbingan, dan Teknologi Informasi
v. Ketua Tim 1 : Pejabat Pengawas (Eselon IV) pada
Divisi Pemasyarakatan
vi. Ketua Tim 2 : Pejabat Pengawas (Eselon IV) pada
Divisi Pemasyarakatan
vii. Anggota : Pegawai pada Divisi Pemasyarakatan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Kepala Kantor
Wilayah

b. Uraian Tugas Jabatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah yang terdiri dari:
1) Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Kepala
Kantor Wilayah:
a) Membuat kebijakan tentang kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
b) Menetapkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
c) Mengesahkan rencana kegiatan operasi yang dilakukan oleh
SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
d) Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada Pembina SATOPS PATNAL PAS Pusat.

2) Koordinator SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Kepala Divisi


Pemasyarakatan:
a) Memberikan arahan, petunjuk terkait teknis penyelenggaraan
tugas SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
b) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
c) Merencanakan operasi/ kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 23


d) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
e) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
f) Melakukan Pemantauan dan evaluasi kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah dan SATOPS PATNAL PAS UPT
Pemasyarakatan;
g) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
h) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
i) Mengendalikan kegiatan operasi/SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
j) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Wilayah ditembuskan kepada Penanggung Jawab SATOPS
PATNAL Pusat.

3) Ketua SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Kepala Bidang


Pelayanan Tahanan, Kesehatan, Rehabilitasi, Pengelolaan Benda
Sitaan, Barang Rampasan Negara, dan Keamanan:
a) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
b) Merencanakan operasi/ kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
c) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
d) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
e) Melakukan Pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
f) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
g) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 24


h) Mengendalikan kegiatan operasi/SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
i) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada koordinator SATOPS PATNAL PAS Wilayah.

4) Wakil Ketua SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Kepala Bidang


Pembinaan, Bimbingan, dan Teknologi Informasi:
a) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
b) Merencanakan operasi/ kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
c) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
d) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
e) Melakukan Pemantauan dan evaluasi hasil kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
f) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Wilayah;
g) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
h) Mengendalikan kegiatan operasi/SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
i) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada Koordinator SATOPS PATNAL PAS Wilayah.

5) Ketua Tim 1 SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Pejabat


Pengawas (Eselon IV) pada Divisi Pemasyarakatan, membidangi
fungsi Pelayanan Tahanan, Perawatan Kesehatan, Pengelolaan
Basan dan Baran, dan Keamanan:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 25


setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Wilayah.

6) Ketua Tim 2 SATOPS PATNAL PAS Wilayah adalah Pejabat


Pengawas (Eselon IV) pada Divisi Pemasyarakatan, membidangi
fungsi Pembinaan Narapidana/Anak dan Pembimbingan Klien, dan
Pembinaan Kepegawaian:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Wilayah
setelah menerima informasi intelijen;
d) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah;
e) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Wilayah kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Wilayah.

c. Kelengkapan organisasi dan operasi ditunjang oleh:


1) Penyiapan logistik meliputi penyiapan dukungan personil,
peralatan, transportasi, penginapan dan makanan dan minuman;
2) Penyiapan administrasi meliputi penyiapan kelengkapan
administrasi dan surat menyurat serta keuangan;
3) Penyiapan operasi meliputi dukungan pelaksanaan kegiatan
operasi SATOPS PATNAL PAS Wilayah kepada penanggung jawab
SATOPS PATNAL PAS Wilayah.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 26


3. SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA
a. Struktur Organisasi SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA terdiri
dari:
i. Penanggung Jawab : Kepala Lapas/Rutan/LPKA
ii. Ketua : Pejabat 1 Tingkat di bawah Kepala
Lapas/Rutan/LPKA
iii. Anggota 1 : Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA
di bidang Keamanan dan Ketertiban
iv. Anggota 2 : Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA
di bidang Pelayanan tahanan
dan/atau pembinaan
v. Anggota 3 : Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA
di bidang perawatan
vi. Anggota 4 : Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA
di bidang tata usaha

b. Uraian Tugas Jabatan SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA terdiri


dari:
1) Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA
adalah Kepala Lapas/Rutan/LPKA:
a) Membuat kebijakan tentang arah kegiatan SATOPS PATNAL
PAS Lapas/Rutan/LPKA;
b) Menetapkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
c) Mengesahkan rencana kegiatan operasi yang dilakukan oleh
SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA.
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Penanggung Jawab SATOPS
PATNAL PAS Wilayah dan ditembuskan kepada Penanggung
Jawab SATOPS PATNAL PAS Pusat.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 27


2) Ketua SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA adalah Pejabat 1
Tingkat dibawah Kepala Lapas/Rutan/LPKA:
a) Memberikan arahan, petunjuk terkait teknis penyelenggaraan
tugas SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA;
b) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
c) Merencanakan operasi/kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA;
d) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
e) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
f) Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA;
g) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA;
h) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
i) Mengendalikan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
j) Melakukan Pemantauan dan evaluasi kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA;
k) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Penanggung Jawab SATOPS
PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA.

3) Anggota 1 adalah Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA di bidang


Keamanan dan Ketertiban, membidangi fungsi keamanan dan
ketertiban:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 28


b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA setelah menerima informasi intelijen;
d) melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA.

4) Anggota 2 adalah Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA di bidang


Pelayanan tahanan dan/atau pembinaan, membidangi fungsi
pelayanan tahanan dan pembinaan:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA.

5) Anggota 3 adalah Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA di bidang


perawatan, membidangi fungsi perawatan:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 29


Lapas/Rutan/LPKA.

6) Anggota 4 adalah Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA di bidang


tata usaha, membidangi fungsi pembinaan kepegawaian:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS
Lapas/Rutan/LPKA.

b. Kelengkapan organisasi dan operasi ditunjang oleh:


1) Penyiapan logistik meliputi penyiapan dukungan personil,
peralatan, transportasi dan makanan dan minuman;
2) Penyiapan administrasi meliputi penyiapan kelengkapan
administrasi dan surat menyurat serta keuangan;
3) Penyiapan operasi meliputi dukungan pelaksanaan kegiatan
operasi SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA kepada
penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Lapas/Rutan/LPKA.

4. SATOPS PATNAL PAS Rupbasan


a. Struktur Organisasi SATOPS PATNAL PAS Rupbasan terdiri dari:
i. Penanggung Jawab : Kepala Rupbasan
ii. Ketua : Pejabat 1 Tingkat di bawah Kepala
Rupbasan
iii. Anggota 1 : Pegawai Rupbasan di bidang
Pengamanan dan Pengelolaan
iv. Anggota 2 : Pegawai Rupbasan di bidang

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 30


Admistrasi dan Pemeliharaan
v. Anggota 3 : Pegawai Rupbasan di bidang Tata
Usaha

b. Uraian Tugas Jabatan SATOPS PATNAL PAS Rupbasan terdiri dari:


1) Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Rupbasan adalah Kepala
Rupbasan:
a) Membuat kebijakan tentang arah kegiatan SATOPS PATNAL
PAS Rupbasan;
b) Menetapkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
c) Mengesahkan rencana kegiatan operasi yang dilakukan oleh
SATOPS PATNAL PAS Rupbasan.
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Wilayah dan ditembuskan kepada Penanggung Jawab SATOPS
PATNAL PAS Pusat.

2) Ketua SATOPS PATNAL PAS Rupbasan adalah Pejabat 1 Tingkat


dibawah Kepala Rupbasan:
a) Memberikan arahan, petunjuk terkait teknis penyelenggaraan
tugas SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
b) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
c) Merencanakan operasi/kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Rupbasan;
d) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan;
e) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
f) Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
g) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Rupbasan;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 31


h) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan;
i) Mengendalikan kegiatan operasi/SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan;
j) Melakukan Pemantauan dan evaluasi kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Rupbasan;
k) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Wilayah.

3) Anggota 1 adalah Pejabat/Pegawai Rubasan di bidang Pengamanan


dan Pengelolaan, membidangi fungsi Pengamanan dan Pengelolaan
Basan dan Baran:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Rupbasan.

4) Anggota 2 adalah Pejabat/Pegawai Rupbasan di bidang


Administrasi dan Pemeliharaan, membidangi fungsi Administrasi
dan Pemeliharaan Basan dan Baran:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Rupbasan.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 32


5) Anggota 3 adalah Pejabat/Pegawai Rupbasan di bidang Tata Usaha,
membidangi fungsi pembinaan kepegawaian:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Rupbasan;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS
Rupbasan kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Rupbasan.

c. Kelengkapan organisasi dan operasi ditunjang oleh:


1) Penyiapan logistik meliputi penyiapan dukungan personil,
peralatan, transportasi dan makanan dan minuman;
2) Penyiapan administrasi meliputi penyiapan kelengkapan
administrasi dan surat menyurat serta keuangan;
3) Penyiapan operasi meliputi dukungan pelaksanaan kegiatan
operasi SATOPS PATNAL PAS Rupbasan kepada penanggung jawab
SATOPS PATNAL PAS Rupbasan.

5. SATOPS PATNAL PAS Bapas


a. Struktur Organisasi SATOPS PATNAL PAS Bapas terdiri dari:
i. Penanggung Jawab : Kepala Bapas
ii. Ketua : Pejabat 1 tingkat dibawah Kepala
Bapas
iii. Anggota 1 : Pejabat/Pegawai Bapas di bidang
Bimbingan Klien Dewasa
iv. Anggota 2 : Pejabat/Pegawai Bapas di bidang
Bimbingan Klien Anak
v. Anggota 3 : Pejabat/Pegawai Bapas di bidang
tata usaha

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 33


b. Uraian Tugas Jabatan SATOPS PATNAL PAS Bapas terdiri dari:
1) Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Bapas adalah Kepala
Bapas:
a) Membuat kebijakan tentang arah kegiatan SATOPS PATNAL
PAS Bapas;
b) Menetapkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Bapas;
c) Mengesahkan rencana kegiatan operasi yang dilakukan oleh
SATOPS PATNAL PAS Bapas.

2) Ketua SATOPS PATNAL PAS Bapas adalah Pejabat 1 tingkat di


bawah kepala bapas:
a) Memberikan arahan, petunjuk terkait teknis penyelenggaraan
tugas SATOPS PATNAL PAS Bapas;
b) Mengusulkan keanggotaan SATOPS PATNAL PAS Bapas;
c) Merencanakan operasi/kegiatan yang dilakukan SATOPS
PATNAL PAS Bapas;
d) Membentuk Tim operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas;
e) Melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait
rencana operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas;
f) Melakukan Pemantauan dan evaluasi kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Bapas;
g) Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Bapas;
h) Mengusulkan konsep rencana operasi/kegiatan SATOPS
PATNAL PAS Bapas;
i) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas;
j) Mengendalikan kegiatan operasi/SATOPS PATNAL PAS Bapas;
k) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS Wilayah dan
ditembuskan kepada Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS
Pusat.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 34


3) Anggota 1 adalah Pejabat/Pegawai Bapas di bidang Bimbingan
Klien Dewasa, membidangi fungsi Pembimbingan Klien Dewasa:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Bapas;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Bapas.
4) Anggota 2 adalah Pejabat/Pegawai Bapas di bidang Bimbingan
Klien Anak, membidangi fungsi Pembimbingan Klien Anak:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Bapas;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Bapas.

5) Anggota 3 adalah Pejabat/Pegawai Lapas/Rutan/LPKA di bidang


tata usaha, membidangi Pembinaan Kepegawaian:
a) Melaksanakan operasi/kegiatan setelah mendapatkan perintah
dari Penanggung jawab SATOPS PATNAL PAS Bapas;
b) Mengusulkan konsep rencana dan strategi operasi/kegiatan
SATOPS PATNAL PAS Wilayah Lapas/Rutan/LPKA;
c) Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
setelah menerima informasi intelijen;
d) Melaporkan hasil operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Bapas
kepada Ketua SATOPS PATNAL PAS Bapas.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 35


c. Kelengkapan organisasi dan operasi ditunjang oleh:
1) Penyiapan logistik meliputi penyiapan dukungan personil,
peralatan, transportasi dan makanan dan minuman;
2) Penyiapan administrasi meliputi penyiapan kelengkapan
administrasi dan surat menyurat serta keuangan;
3) Penyiapan operasi meliputi dukungan pelaksanaan kegiatan
operasi SATOPS PATNAL PAS Bapas kepada penanggung jawab
SATOPS PATNAL PAS Bapas.

F. Keanggotaan SATOPS PATNAL PAS


1. Setiap anggota SATOPS PATNAL PAS adalah Petugas Pemasyarakatan
yang ditetapkan melalui surat keputusan:
a. SATOPS PATNAL PAS Pusat melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan;
b. SATOPS PATNAL PAS Wilayah melalui Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
c. SATOPS PATNAL PAS UPT (Lapas/Rutan/LPKA/Bapas/Rupbasan)
melalui surat keputusan Kepala UPT Pemasyarakatan.
2. Kriteria keanggotaan SATOPS PATNAL PAS:
a. Memiliki integritas;
b. Memiliki kemampuan dan moral yang tinggi;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Menguasai Tugas dan Fungsi serta Standar Operasional Prosedur
(SOP) dan regulasi.
3. Masa keanggotaan SATOPS PATNAL PAS berakhir dalam hal:
a. Mutasi;
b. Perubahan susunan keanggotaan;
c. Meninggal dunia;
d. Berakhir masa tugas/pensiun;
e. Melanggar Kode Etik Petugas Pemasyarakatan.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 36


G. Sasaran SATOPS PATNAL PAS
Sasaran SATOPS PATNAL PAS meliputi:
1. Pelaksanaan prosedur pada fungsi:
a. Pelayanan;
b. Pembinaan;
c. Perawatan;
d. Pengamanan;
e. Pembimbingan Kemasyarakatan;
f. Pengelolaan Basan dan Baran; dan
g. Pembinaan Kepegawaian;
2. Seluruh Petugas Pemasyarakatan, Narapidana, Tahanan, Anak, Klien,
Basan dan Baran;
3. Pengunjung, Tamu dan Pihak III yang berada di
Lapas/Rutan/Bapas/Rupbasan;
4. Bangunan fisik UPT Pemasyarakatan;
5. Sarana dan Prasarana Umum UPT Pemasyarakatan;
6. Sarana dan Prasarana Penunjang fungsi Pelayanan, Pembinaan,
Perawatan, Pengamanan, Pembimbingan Kemasyarakatan dan
Pengelolaan Basan dan Baran;
7. Blok dan kamar hunian WBP;
8. Barang bawaan masyarakat yang masuk di area UPT Pemasyarakatan;
9. Barang narapidana, tahanan, anak, klien yang ada di area UPT
Pemasyarakatan;
10. Kendaraan petugas, tamu, pengunjung, mitra yang masuk di area UPT
Pemasyarakatan.

H. Kelengkapan Tugas SATOPS PATNAL PAS


Dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi/kegiatannya SATOPS
PATNAL PAS dilengkapi dengan sarana/prasarana sebagai berikut:
1. Rompi anti senjata tajam
2. Handy Talky
3. Tongkat Kejut
4. Kartu Anggota SATOPS PATNAL PAS

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 37


5. Brevet SATOPS PATNAL PAS
6. Borgol
7. Helm khusus
8. Masker oksigen
9. Gas Air mata
10. Pepper Sprey
11. Tanda Kewenangan
12. Sarung tangan
13. Alat Test urine
14. Senter
15. Alat Pembaca Kartu SIM
16. Hand Metal Detector
17. Alat Pelacak Signal
18. Tangga Lipat
19. X - Ray Portable
20. Alat Pemindai Kimia (narkoba/alkohol)
21. Alat Pemindai Handphone
22. Alat penutup wajah
23. Kantong Plastik
24. Kabel Tis Besar
25. Borgol Tangan
26. Alat Pengeras Suara (megaphone)
27. Alat Tulis Kantor
28. Laptop
29. Printer
30. Form Instrumen Penilaian SATOPS PATNAL PAS

I. Atribut dan Tanda Kewenangan SATOPS PATNAL PAS


Dalam melaksanakan tugas SATOPS PATNAL PAS menggunakan:
1. Pakaian dinas harian/khusus (PDH/PDK) menggunakan sabuk warna
putih dan handbadge bertuliskan SATOPS PATNAL PAS warna putih
dengan dasar biru tua;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 38


2. Pakaian dinas lapangan (PDL) menggunakan Kopel Rim warna putih,
Kepala Kopel bahan logam warna emas/kuningan dan Handbadge
bertuliskan SATOPS PATNAL PAS warna putih dengan dasar biru tua;
3. Brevet SATOPS PATNAL PAS dipasang diatas papan nama;
4. Pin SATOPS PATNAL PAS digunakan oleh pembina, penanggung jawab,
dan koordinator SATOPS PATNAL PAS dengan ketentuan digunakan di
kerah baju sebelah kanan.
5. Kartu Anggota SATOPS PATNAL PAS
a. KTA SATOPS PATNAL PAS diberikan kepada petugas yang telah
ditetapkan berdasarkan SK SATOPS PATNAL PAS;
b. KTA SATOPS PATNAL PAS diterbitkan dan ditanda tangani oleh
Direktur Jenderal Pemasyarakatan sebagai Pembina SATOPS PATNAL
PAS;
c. Syarat Penerbitan KTA:
1) Surat Pengantar dari Penanggung Jawab SATOPS PATNAL PAS;
2) Melampirkan SK Penetapan Anggota SATOPS PATNAL PAS.
3) Melampirkan Pas Foto berpakaian Dinas Harian dengan latar
belakang Merah.
4) Melampirkan data identitas lengkap.
d. Persyaratan diusulkan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Cq.
Direktorat Keamanan dan Ketertiban. melalui sisumaker, email,
dan/atau melalui surat via pos.
e. KTA SATOPS PATNAL PAS berlaku selama 2 Tahun.
f. Pencabutan KTA STOPS PATNAL PAS oleh Pembina SATOPS PATNAL
PAS atas surat usulan dari Penanggup Jawab SATOPS PATNAL Wilayah
dan UPT Pemasyarakatan dengan melampirkan dokumen pendukung.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 39


G. Pembiayaan
Pembiayaan SATOPS PATNAL PAS Pusat dibiayai oleh DIPA Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan. Pembiayaan SATOPS PATNAL PAS Wilayah dibiayai
oleh DIPA Kantor wilayah (Divisi Pemasyarakatan). Komposisi pembiayaan
SATOPS PATNAL PAS terdiri atas:
a. Kegiatan Pencegahan
b. Kegiatan Penindakan
c. Kegiatan Supervisi
d. Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 40


BAB III
PENUTUP

Keberhasilan pelaksanaan tugas SATOPS PATNAL PAS adalah tanggungjawab


seluruh penyelenggara tugas dilingkungan Pemasyarakatan. Oleh sebab itu
Pedoman ini senantiasa disosialisasikan dan diinformasikan oleh para Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan UPT Pemasyarakatan
dilingkungan masing-masing sebagai sarana untuk mengoptimalkan layanan
Pemasyarakatan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait terbitnya Pedoman ini yakni:
1. Ketentuan lain mengenai SATOPS PATNAL PAS yang belum diatur dalam
pedoman ini dan memerlukan pengaturan khusus, akan diatur tersendiri
melalui keputusan dan peraturan pelaksanaan lainnya;
2. Pedoman ini berlaku sejak ditetapkannya melalui Keputusn Direktur Jenderal
Pemasyarakatan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dapat dirubah seperlunya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 18 September 2020

Direktur Jenderal Pemasyarakatan,

Reynhard Silitonga
NRP 67090332

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 41


LAMPIRAN 1 ATRIBUT SATOPS PATNAL PAS
No. Nama Atribut Gambar Keterangan
1. Brevet 1. Brevet SATOPS PATNAL PAS terbuat
dari logam kuning berlatar belakang
warna merah dengan bentuk sesuai
dengan contoh gambar;
2. Lambang Sayap dengan warna dasar
kuning emas, terdapat lambang
Pemasyarakatan menandakan kejayaan,
kemenangan dan keberhasilan;
3. 10 (sepuluh) helai jumlah sayap pada
kiri dan kanan menggambarkan 10
(sepuluh) sasaran SATOPS PATNAL
PAS;
4. 5 (lima) lajur tingkatan sayap
menggambarkan tugas dan fungsi
SATOPS PATNAL PAS, yaitu;
Pencegahan, Penindakan, Supervisi,
Pemantauan dan Evaluasi;

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 iii


5. Lambang Trisula berwarna perak
menggambarkan tiga tata nilai utama
SATOPS PATNAL PAS; Integritas,
Profesionalitas dan Sinergitas;
6. Lambang Prisai menggambarkan bahwa
SATOPS PATNAL PAS dilaksanakan
guna memberikan perlindungan
terhadap Petugas, Narapidana, Tahanan,
Anak, Klien serta Basan dan Baran
dalam rangka peningkatan kualitas
layanan Pemasyarakatan;
7. Brevet SATOPS PATNAL PAS hanya
digunakan oleh Petugas
Pemasyarakatan yang telah ditetapkan
menjadi anggota SATOPS PATNAL PAS
dengan ketentuan dipasang pada sisi
kanan tepat diatas papan nama;
8. Brevet SATOPS PATNAL PAS memiliki
Latar Belakang Merah, dengan ukuran
dimensi panjang 7 cm dan tinggi 2,5 cm.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 iv


2. Handbadge 1. Handbadge SATOPS PATNAL PAS
berwarna dasar Biru Navy dengan
tulisan KASATOPS PATNAL PAS/
SATOPS PATNAL PAS warna putih list
warna hitam, terdapat bedge
Kementerian Hukum dan HAM
(KEMENKUMHAM) beserta logo
pengayoman;
2. Handbadge SATOPS PATNAL PAS terdiri
dari 2 (dua) yaitu; untuk yang
bertuliskan KASATOPS PATNAL PAS
digunakan oleh Koordinator atau Ketua
SATOPS PATNAL PAS sedangkan untuk
yang bertuliskan SATOPS PATNAL
digunakan untuk jabatan dibawahnya;
3. Handbadge SATOPS PATNAL PAS pada
lengan sebelah kiri.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 v


3. Pin SATOPS PATNAL 1. Pin SATOPS PATNAL PAS digunakan
PAS oleh pembina, penanggung jawab, dan
koordinator SATOPS PATNAL PAS
dengan ketentuan digunakan di kerah
baju sebelah kanan;
2. Pin Satops Patnal digunakan pada PDH I,
PDH III, pakaian batik dan safari.
4. Kartu Tanda Anggota 1. KTA SATOPS PATNAL PAS diberikan
(KTA) SATOPS kepada petugas yang telah ditetapkan
PATNAL PAS berdasarkan SK SATOPS PATNAL PAS;
2. KTA SATOPS PATNAL PAS diterbitkan
dan ditandatangani oleh Direktur
Jenderal Pemasyarakatan sebagai
Pembina SATOPS PATNAL PAS;
3. Syarat Penerbitan KTA:
a. Surat Pengantar dari Penanggung
Jawab SATOPS PATNAL PAS.
b. Melampirkan SK Penetapan Anggota
SATOPS PATNAL PAS.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 vi


c. Melampirkan Pas Foto terbaru
berpakaian Dinas Harian dengan latar
belakang Merah.
d. Melampirkan data identitas lengkap.
4. Persyaratan diusulkan ke Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan, Cq.
Direktorat Keamanan dan Ketertiban.
melalui sisumaker, email, dan/atau
melalui surat via pos;
5. KTA SATOPS PATNAL PAS berlaku
selama 2 Tahun;
6. Pencabutan KTA STOPS PATNAL PAS
oleh Pembina SATOPS PATNAL PAS atas
surat usulan dari Penanggup Jawab
SATOPS PATNAL Wilayah dan UPT
Pemasyarakatan dengan melampirkan
dokumen pendukung.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 vii


LAMPIRAN 2 PAKAIAN DINAS SATOPS PATNAL PAS
No. Nama Pakaian Dinas Gambar Keterangan
1. PDH II 1. Penggunaan PDH II ditambah dengan
Breavet, HANDBADGE SATOPS
PATNAL PAS, Tali ikat pinggang warna
putih dan sepatu pantofel warna hitam
bertali;
2. Digunakan SATOPS PATNAL PAS Pusat,
Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM, Lapas, Rutan, dan Rupbasan.

2. PDK 1. Penggunaan PDK ditambah dengan


Breavet, HANDBADGE SATOPS PATNAL
PAS, Tali ikat pinggang warna putih dan
sepatu pantofel warna hitam bertali;
2. Digunakan SATOPS PATNAL PAS LPKA,
dan Bapas.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 viii


3. PDH III 1. Penggunaan PDH III ditambah dengan
Breavet, HANDBADGE SATOPS PATNAL
PAS, Tali ikat pinggang warna putih dan
sepatu pantofel warna hitam bertali;
2. Digunakan SATOPS PATNAL PAS Pusat
dan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM.

4. PDL I 1. Penggunaan PDL I ditambah dengan


Breavet, HANDBADGE SATOPS PATNAL
PAS, Kopel Rim warna putih, Kepala
Kopel bahan logam warna
emas/kuningan dan sepatu dinas
lapangan warna dasar hitam dan list
pada bagian pinr tali dan tumit;
2. Digunakan SATOPS PATNAL PAS Pusat
dan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM, Lapas, Rutan,
Rupbasan, dan LPKA.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 ix


5. PDL II 1. Penggunaan PDL II ditambah dengan
Breavet, HANDBADGE SATOPS PATNAL
PAS, Kopel Rim warna putih, Kepala
Kopel bahan logam warna
emas/kuningan dan sepatu dinas
lapangan warna dasar hitam dan list
pada bagian pinggir tali dan tumit;
2. Digunakan SATOPS PATNAL PAS Pusat
dan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM, Lapas, Rutan,
Rupbasan, dan LPKA.

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 x


LAMPIRAN 3 SOP PELAKSANAAN SATOPS PATNAL PAS

1. SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL Pusat


Nomor SOP :
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan:
Tanggal Revisi:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Tanggal Efektif:
Disahkan oleh: Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Reynhard Silitonga
NRP 67090332

Unit Kerja SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL


Nama SOP:
PAS Pusat
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksanaan:


1. Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan; 1. Memiliki kemampuan, integritas dan moral yang tinggi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyaratan; 2. Sehat jasmani dan rohani;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 3. Menguasai Tugas dan Fungsi serta Standar Operasional Prosedur (SOP) dan regulasi.
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH-01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Intern Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lapas dan Rutan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 30 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM;

Keterkaitan: Peralatan/perlengkapan:

Seluruh peraturan dan regulasi yang terkait 1. Kamera SLR


2. ATK
3. Hand Metal Detektor
4. Masker
5. Sarung Tangan
6. Form. Intrumen Penilaian
7, Buku Peraturan/Standar
8. Rompi anti sajam
9. Helm tactikal
10. Dll.
Peringatan: Pencatatan dan pendataan
Pelaksanaan SOP ini memperhatikan profesionalisme, integritas, kewaspadaan dan ketelitian petugas serta berada di bawah dalam satu komando
Wajib menjaga kerarahasia operasi/kegiatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xi


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
No. Kegiatan Koordinator Penanggung Keterangan
Anggota Ketua Pembina Kelengkapan Waktu Output
Wilayah Jawab
Alat Komunikasi, ATK dan
1 Informasi awal Seketika Data awal
Komputer (PC/Laptop)

Alat Komunikasi, ATK dan Bahan dan


2 Koordinasi dengan Intelijen Pemasyarakatan terkait informasi Seketika
Komputer (PC/Laptop) kerterangan

Alat Komunikasi, ATK dan


3 Mengusulkan jenis operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Seketika Rekomendasi
Komputer (PC/Laptop)
Tidak
ATK dan Komputer
4 Persetujuan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan Surat perintah
(PC/Laptop)
Ya
Memberikan petunjuk dan arahan tentang operasi/kegiatan SATOPS PATNAL ATK dan Komputer
5 Disesuaikan Informasi
PAS (PC/Laptop)

ATK dan Komputer


6 Menyusun rencana pelaksanaan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan RAB
(PC/Laptop)

Alat Komunikasi, ATK dan


7 Koordinasi Internal dan External Disesuaikan Informasi
Komputer (PC/Laptop)

ATK, Kamera SLR, Peralatan Sesuai dengan target


8 Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS seketika
SATOPS PATNAL PAS operasi/kegiatan

9 Melaporkan hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS ATK, Kamera SLR seketika Laporan

ATK dan Komputer


10 Evaluasi hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan Rekomendasi
(PC/Laptop)
Perubahan sesuai
ATK dan Komputer
11 Tindak Lanjut hasil evaluasi Disesuaikan dengan hasil
(PC/Laptop)
rekomendasi

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xii


2. SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL Wilayah
Nomor SOP :
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan:
Tanggal Revisi:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Tanggal Efektif:
Disahkan oleh: Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Reynhard Silitonga
NRP 67090332
Unit Kerja
SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL
Nama SOP:
PAS Wilayah
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksanaan:


1. Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan; 1. Memiliki kemampuan, integritas dan moral yang tinggi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyaratan; 2. Sehat jasmani dan rohani;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 3. Menguasai Tugas dan Fungsi serta Standar Operasional Prosedur (SOP) dan regulasi.
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH-01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Intern Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lapas dan Rutan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 30 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM;

Keterkaitan: Peralatan/perlengkapan:
Seluruh peraturan dan regulasi yang terkait 1. Kamera SLR
2. ATK
3. Hand Metal Detektor
4. Masker
5. Sarung Tangan
6. Form. Intrumen Penilaian
7, Buku Peraturan/Standar
8. Rompi anti sajam
9. Helm tactikal
10. Dll.
Peringatan: Pencatatan dan pendataan
Pelaksanaan SOP ini memperhatikan profesionalisme, integritas, kewaspadaan dan ketelitian petugas serta berada di bawah dalam satu komando
Wajib menjaga kerarahasia operasi/kegiatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xiii


PROSEDUR

Pelaksana Mutu Baku


No. Kegiatan Keterangan
Penanggung
Anggota Ketua Tim Wakil Ketua Ketua Koordinator Kelengkapan Waktu Output
Jawab

Alat Komunikasi, ATK dan


1 Informasi awal Komputer (PC/Laptop)
Seketika Data awal

Alat Komunikasi, ATK dan Bahan dan


2 Koordinasi dengan Intelijen Pemasyarakatan terkait informasi Komputer (PC/Laptop)
Seketika
kerterangan

Alat Komunikasi, ATK dan


3 Mengusulkan jenis operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Seketika Rekomendasi
Komputer (PC/Laptop)

Tidak
ATK dan Komputer
4 Persetujuan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS (PC/Laptop)
Disesuaikan Surat perintah

Ya

Memberikan petunjuk dan arahan tentang operasi/kegiatan SATOPS ATK dan Komputer
5 Disesuaikan Informasi
PATNAL PAS (PC/Laptop)

Menyusun rencana pelaksanaan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL ATK dan Komputer


6 Disesuaikan RAB
PAS (PC/Laptop)

Alat Komunikasi, ATK dan


7 Koordinasi Internal dan External Disesuaikan Informasi
Komputer (PC/Laptop)

ATK, Kamera SLR, Peralatan Sesuai dengan target


8 Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS SATOPS PATNAL PAS
seketika
operasi/kegiatan

9 Melaporkan hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS ATK, Kamera SLR seketika Laporan

ATK dan Komputer


10 Evaluasi hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan Rekomendasi
(PC/Laptop)

Perubahan sesuai
ATK dan Komputer
11 Tindak Lanjut hasil evaluasi (PC/Laptop)
Disesuaikan dengan hasil
rekomendasi

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xiv


3. SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL UPT Pemasyarakatan
Nomor SOP:
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan:
Tanggal Revisi:
Tanggal Efektif:
Disahkan oleh: Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Reynhard Silitonga
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN NRP 67090332

Unit Kerja SOP Pelaksanaan Operasi/Kegiatan SATOPS PATNAL


Nama SOP:
PAS UPT Penasyarakatan
Lapas, Rutan, Bapas dan Rupbasan

Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksanaan:


1. Undang-undang No 12 tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan; 1. Memiliki kemampuan, integritas dan moral yang tinggi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyaratan; 2. Sehat jasmani dan rohani;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; 3. Menguasai Tugas dan Fungsi serta Standar Operasional Prosedur (SOP) dan regulasi.
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH-01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Intern Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lapas dan Rutan;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : 30 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM;

Keterkaitan: Peralatan/perlengkapan:
Seluruh peraturan dan regulasi yang terkait 1. Kamera SLR
2. ATK
3. hand Metal Detektor
4. Masker
5. Sarung Tangan
6. Form. Intrumen Penilaian
7, Buku Peraturan/Standar
8. Rompi anti sajam
9. Helm tactikal
10. Dll.
Peringatan: Pencatatan dan pendataan:
Pelaksanaan SOP ini memperhatikan profesionalisme, integritas, kewaspadaan dan ketelitian petugas serta berada di bawah dalam satu komando
Wajib menjaga kerarahasia operasi/kegiatan

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xv


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
No. Kegiatan Penanggung Keterangan
Anggota Ketua Kelengkapan Waktu Output
Jawab
Alat Komunikasi, ATK dan
1 Informasi awal Seketika Data awal
Komputer (PC/Laptop)

Alat Komunikasi, ATK dan Bahan dan


2 Koordinasi internal Seketika
Komputer (PC/Laptop) kerterangan

Alat Komunikasi, ATK dan


3 Mengusulkan jenis operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Seketika Rekomendasi
Komputer (PC/Laptop)
Tidak
ATK dan Komputer
4 Persetujuan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan Surat perintah
(PC/Laptop)
Ya
Memberikan petunjuk dan arahan tentang operasi/kegiatan SATOPS PATNAL ATK dan Komputer
5 Disesuaikan Informasi
PAS (PC/Laptop)

ATK dan Komputer


6 Menyusun rencana pelaksanaan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan RAB
(PC/Laptop)

Alat Komunikasi, ATK dan


7 Koordinasi Internal dan External Disesuaikan Informasi
Komputer (PC/Laptop)

ATK, Kamera SLR, Peralatan Sesuai dengan target


8 Melaksanakan operasi/kegiatan SATOPS PATNAL PAS seketika
SATOPS PATNAL PAS operasi/kegiatan

9 Melaporkan hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS ATK, Kamera SLR seketika Laporan

ATK dan Komputer


10 Evaluasi hasil kegiatan/operasi SATOPS PATNAL PAS Disesuaikan Rekomendasi
(PC/Laptop)
Perubahan sesuai
ATK dan Komputer
11 Tindak Lanjut hasil evaluasi Disesuaikan dengan hasil
(PC/Laptop)
rekomendasi

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xvi


LAMPIRAN 4 FORM LAPORAN SATOPS PATNAL PAS

PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xvii


PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xviii
PEDOMAN SATOPS PATNAL PAS TAHUN 2020 xix
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.605, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan.
Majelis Kehormatan.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011
TENTANG
KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa keberhasilan pegawai pemasyarakatan dalam


melaksanakan tugas pelayanan, pembinaan, dan
pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan,
pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan serta
dalam pergaulan hidup sehari-hari, salah satunya
ditentukan oleh integritas moral dan keteladanan
sikap, dan tingkah laku pegawai pemasyarakatan;
b. bahwa untuk menjaga integritas moral dan
keteladanan sikap, dan tingkah laku pegawai
pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia tentang Kode Etik Pegawai
Pemasyarakatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 2

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041)


sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4450);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas,
dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 676);

www.djpp.kemenkumham.go.id
3 2011, No.605

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA TENTANG KODE ETIK PEGAWAI
PEMASYARAKATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Kode
Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku atau perbuatan pegawai
pemasyarakatan dalam pergaulan hidup sehari-hari guna
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan, pembinaan, dan
pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan serta
pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan.
2. Pegawai Pemasyarakatan adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang menjalankan tugas
dan fungsi di bidang pemasyarakatan.
3. Majelis Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Majelis Kode Etik adalah lembaga nonstruktural yang bertugas
melakukan penegakan pelaksanaan dan menyelesaikan pelanggaran
Kode Etik yang dilakukan oleh Pegawai Pemasyarakatan.
BAB II
PRINSIP DASAR
Pasal 2
Prinsip dasar dalam menjalankan tugas Pemasyarakatan meliputi:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945;
c. menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia;
d. menghormati harkat dan martabat manusia;
e. memiliki rasa kemanusiaan, kebenaran dan keadilan;
f. kejujuran dalam sikap, ucapan, dan tindakan;
g. keikhlasan dalam berkarya; dan
h. berintegritas dalam setiap aktifitas.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 4

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pegawai Pemasyarakatan
harus memiliki etos kerja sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma
Petugas Pemasyarakatan.
BAB III
ETIKA PEGAWAI PEMASYARAKATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Setiap Pegawai Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas kedinasan
dan pergaulan hidup sehari-hari wajib bersikap dan berpedoman pada
etika dalam:
a. berorganisasi;
b. melakukan pelayanan terhadap masyarakat;
c. melakukan pelayanan, pembinaan, dan pembimbingan terhadap
Warga Binaan Pemasyarakatan;
d. melakukan pengelolaan terhadap benda sitaan dan barang
rampasan;
e. melakukan hubungan dengan aparat hukum lainnya; dan
f. kehidupan bermasyarakat,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Setiap Pegawai Pemasyarakatan wajib mematuhi, mentaati, dan
melaksanakan etika sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Kedua
Etika dalam Berorganisasi
Pasal 5
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam berorganisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, sebagai berikut:
a. menjalin hubungan kerja yang baik dengan semua rekan kerja, baik
bawahan maupun atasan, meliputi:
1. menghormati hak orang lain untuk dapat bekerja dalam suasana
yang tenang, aman dan kondusif;
2. tidak memberikan penilaian secara subyektif dan tanpa
kewenangan atas tindakan atau pekerjaan orang lain;

www.djpp.kemenkumham.go.id
5 2011, No.605

3. menjauhkan diri dari segala bentuk tindakan atau ucapan yang


dapat menyinggung perasaan dan harga diri orang lain;
4. bertindak secara proporsional sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang diembannya;
5. menunjukkan rasa hormat ketika berkomunikasi;
6. memberikan saran, masukan dan pertimbangan kepada atasan
secara proporsional sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diembannya untuk kepentingan organisasi; dan
7. memiliki rasa setia kawan dan tenggang rasa.
b. melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab,
meliputi:
1. berani mengambil keputusan sesuai dengan kewenangannya;
2. pengambilan keputusan harus didasarkan pada rasa keadilan dan
kepastian hukum;
3. mengkomunikasikan setiap tindakan dan keputusan kepada
pimpinan secara berjenjang dengan jelas dan tepat;
4. mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan
permasalahan;
5. tidak menyembunyikan kebenaran; dan
6. tidak melakukan penyalahgunaan terhadap dokumen.
c. taat dan disiplin pada aturan organisasi, yang meliputi:
1. tidak melakukan perbuatan melanggar hukum seperti berjudi,
mengkonsumsi narkoba dan minuman beralkohol, dan tidak
melakukan perbuatan tercela yang dapat menurunkan harkat dan
martabat Pegawai Pemasyarakatan.
2. mengenakan pakaian dinas/seragam secara pantas sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan;
3. menjaga penampilan diri secara pantas sebagai wujud
penghormatan terhadap profesi;
4. selalu bekerja dalam waktu yang telah ditetapkan;
5. mematuhi perintah atasan dalam batas kepentingan organisasi
dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
6. tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan diri sendiri,
keluarga, kerabat, teman atau rekan;
7. tidak membuat keputusan untuk kepentingan diri sendiri,
keluarga, kerabat, teman atau rekan;

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 6

8. berani memberikan informasi kepada atasan terkait dengan segala


sesuatu yang dapat merugikan/ mengganggu kepentingan
organisasi;
9. tidak melempar tanggung jawab atas tugas yang menjadi
tanggung jawabnya; dan
10. tidak menyalahgunakan kewenangan, fasilitas dinas, atribut,
dan/atau tanda pengenal lainnya.
Bagian Ketiga
Etika dalam Melakukan Pelayanan Terhadap Masyarakat
Pasal 6
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam melakukan pelayanan terhadap
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b,sebagai
berikut:
a. mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi
atau golongan, meliputi:
1. memberikan pelayanan yang responsif dengan menggunakan
standar yang terbaik;
2. tidak mencari keuntungan pribadi dengan mengorbankan
kepentingan masyarakat;
3. memberikan pelayanan secara tepat waktu dan taat aturan; dan
4. memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat secara
benar.
b. terbuka terhadap setiap bentuk partisipasi, dukungan, dan
pengawasan masyarakat, meliputi:
1. terbuka untuk menerima setiap saran, kritik, dan masukan
tanpa mempunyai prasangka negatif;
2. membangun jejaring kerja sama dengan segenap unsur
masyarakat untuk kepentingan pelaksanaan tugas; dan
3. menghargai setiap bentuk partisipasi masyarakat.
c. tegas, adil, dan sopan dalam berinteraksi dengan masyarakat,
meliputi:
1. mengambil tindakan secara cepat dan tepat untuk kepentingan
masyarakat;
2. memberikan pelayanan dengan senyum dan ramah serta
menghindarkan diri dari kesombongan;
3. memberikan perlakuan yang tidak diskriminatif; dan

www.djpp.kemenkumham.go.id
7 2011, No.605

4. menolak segala hadiah dalam bentuk apapun yang dapat


mempengaruhi pelaksanaan tugas.
Bagian Keempat
Etika dalam Melakukan Pelayanan, Pembinaan, dan Pembimbingan
Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan
Pasal 7
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam melakukan pelayanan, pembinaan,
dan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, sebagai berikut:
a. menghormati harkat dan martabat Warga Binaan Pemasyarakatan,
meliputi:
1. menghormati hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
2. menjauhkan diri dari segala bentuk tindak kekerasan dan
pelecehan;
3. menghormati dan menjaga kerahasiaan Warga Binaan
Pemasyarakatan; dan
4. selalu ramah dan sopan dalam berinteraksi dengan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
b. mengayomi Warga Binaan Pemasyarakatan, meliputi:
1. memberikan rasa aman dan tentram terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan;
2. menindaklanjuti setiap saran, keluhan, atau pengaduan yang
disampaikan Warga Binaan Pemasyarakatan secara tepat dan
cepat;
3. tidak diskriminatif terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan atas
dasar suku, agama, ras atau lainnya yang dapat menimbulkan
situasi yang tidak kondusif; dan
4. memenuhi hak Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa
mengharapkan balasan/pamrih.
c. tanggap dalam bertindak, tangguh dalam bekerja dan tanggon dalam
berkepribadian, meliputi:
1. teliti, cermat, dan cepat dalam menilai situasi;
2. mampu mengambil tindakan secara tegas terhadap setiap bentuk
perilaku yang melanggar tata tertib/ aturan;
3. tidak melakukan hal yang bertentangan dengan moral dan
hukum;
4. menguasai keahlian dalam melaksanakan tugas;

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 8

5. kesanggupan untuk menegakkan keadilan dan kejujuran; dan


6. menjaga kewaspadaan dan kehati-hatian.
d. bijaksana dalam bersikap, meliputi:
1. menggunakan akal budi, pengalaman, dan pengetahuan secara
cermat dan teliti apabila menghadapi kesulitan, tantangan dan
hambatan dalam pelaksanaan tugas;
2. memberikan perhatian khusus terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan yang mempunyai kebutuhan khusus, seperti
anak-anak, wanita, lanjut usia, atau penderita penyakit
permanen;
3. mempunyai keinginan untuk mengembangkan kapasitas diri
untuk mendukung pelaksanaan tugas;
4. mempunyai kemampuan mengendalikan perkataan, sikap, dan
perbuatan sehingga menumbuhkan sikap hormat Warga Binaan
Pemasyarakatan; dan
5. mampu menempatkan dirinya secara tepat di hadapan Warga
Binaan Pemasyarakatan baik sebagai petugas, teman, saudara,
maupun orang tua tanpa kehilangan kewibawaan.
Bagian Kelima
Etika dalam Melakukan Pengelolaan Terhadap Benda Sitaan dan Barang
Rampasan
Pasal 8
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam melakukan pengelolaan terhadap
benda sitaan dan barang rampasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf d, sebagai berikut:
a. teliti dan cermat dalam menilai barang sitaan dan barang rampasan;
b. mampu mengambil tindakan secara tegas terhadap setiap bentuk
ancaman;
c. mampu menilai kondisi yang dapat menimbulkan rusaknya benda
sitaan dan barang rampasan;
d. tidak tergoda untuk melakukan hal yang bertentangan dengan norma
moral dan hukum;
e. menguasai keahlian dalam melaksanakan tugas;
f. menjaga kewaspadaan dan kehati-hatian; dan
g. tidak memanfaatkan benda sitaan dan barang rampasan tanpa hak
untuk kepentingan pribadi.

www.djpp.kemenkumham.go.id
9 2011, No.605

Bagian Keenam
Etika dalam Melakukan Hubungan dengan Aparat Penegak Hukum Lainnya
Pasal 9
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam melakukan hubungan dengan
aparat penegak hukum lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf e, sebagai berikut:
a. menghormati dan menghargai kesetaraan profesi, meliputi:
1. mampu menjalin kerja sama secara bertanggung jawab;
2. memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan standar prosedur
pelayanan yang telah ditetapkan; dan
3. memelihara dan memupuk kerjasama yang baik tanpa merusak
tanggung jawab.
b. menjaga kehormatan dan kewibawaan profesi yang meliputi:
1. selalu bersikap ramah dan sopan namun tetap tegas dalam
menegakkan aturan; dan
2. tidak mengeluarkan ucapan atau melakukan tindakan yang dapat
merendahkan diri sendiri ataupun profesi.
Bagian Ketujuh
Etika dalam Kehidupan Bermasyarakat
Pasal 10
Etika Pegawai Pemasyarakatan dalam kehidupan bermasyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, sebagai berikut:
a. tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik;
b. tidak menjadi anggota atau pengurus organisasi sosial
kemasyarakatan/keagamaan yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan;
c. tidak menjadi penagih utang atau menjadi pelindung orang yang
punya utang;
d. tidak menjadi perantara atau makelar perkara dan pelindung
perjudian, prostitusi, dan tempat hiburan yang dapat mencemarkan
nama baik korps;
e. tidak melakukan perselingkuhan, perzinahan, dan/atau mempunyai
istri/suami lebih dari satu orang tanpa izin;
f. tidak menjadi wakil kepentingan orang atau kelompok atau politik
tertentu yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi; dan
g. tidak memasuki tempat yang dapat mencemarkan atau menurunkan
harkat dan martabat Pegawai Pemasyarakatan, kecuali atas perintah
jabatan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 10

BAB IV
MAJELIS KODE ETIK
Pasal 11
(1) Untuk menegakkan Kode Etik dibentuk Majelis Kode Etik.
(2) Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat ad
hoc.
(3) Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Majelis Kode Etik Pusat; dan
b. Majelis Kode Etik Wilayah.
(4) Majelis Kode Etik Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
(5) Majelis Kode Etik Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal
Pemasyarakatan.
Pasal 12
(1) Susunan keanggotaan Majelis Kode Etik Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a, terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan
c. 3 (tiga) orang anggota.
(2) Keanggotaan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berasal dari unsur:
a. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebanyak 4 (empat) orang
anggota dan ditunjuk sebagai ketua dan sekretaris; dan
b. Inspektorat Jenderal yang membidangi pemasyarakatan sebanyak
1 (satu) orang anggota.
Pasal 13
(1) Susunan keanggotaan Majelis Kode Etik Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b, terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan
c. 1 (satu) orang anggota.
(2) Keanggotaan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berasal dari unsur:
a. Divisi Pemasyarakatan sebanyak 2 (dua) orang anggota, sebagai
ketua dan sekretaris; dan
b. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebanyak 1 (satu) orang
anggota.
Pasal 14
(1) Majelis Kode Etik Pusat bertugas memeriksa dan mengambil
keputusan terhadap Pegawai Pemasyarakatan di lingkungan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang diduga melanggar Kode

www.djpp.kemenkumham.go.id
11 2011, No.605

Etik setelah mempertimbangkan saksi, alat bukti lainnya, keterangan


yang bersangkutan, dalam sidang Majelis Kode Etik.
(2) Majelis Kode Etik Wilayah bertugas memeriksa dan mengambil
putusan terhadap Pegawai Pemasyarakatan di daerah yang diduga
melanggar Kode Etik setelah mempertimbangkan saksi, alat bukti
lainnya, dan keterangan yang bersangkutan, dalam sidang Majelis
Kode Etik.
Pasal 15
(1) Majelis Kode Etik Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) berwenang melakukan pemeriksaan terhadap:
a. Pegawai Pemasyarakatan di lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan; dan
b. Pejabat setingkat Eselon II di Wilayah.
(2) Majelis Kode Etik Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Pegawai
Pemasyarakatan yang berada di wilayah.
Pasal 16
(1) Pendanaan yang diperlukan untuk kegiatan Majelis Kode Etik Pusat
dibebankan pada anggaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
(2) Pendanaan yang diperlukan untuk kegiatan Majelis Kode Etik
Wilayah dibebankan pada anggaran Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
BAB V
PEMERIKSAAN DAN SIDANG KODE ETIK
Bagian Kesatu
Pemeriksaan
Pasal 17
(1) Pemeriksaan terhadap Pegawai Pemasyarakatan yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Etik didasarkan pada pengaduan,
laporan, atau temuan.
(2) Pada tingkat pusat, pemeriksaan terhadap Pegawai Pemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sub Direktorat
yang menangani bidang kode etik profesi.
(3) Pada tingkat wilayah, pemeriksaan terhadap Pegawai Pemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh bidang yang
menangani keamanan.
(4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengumpulkan alat bukti berupa surat dan keterangan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 12

(5) Terhadap pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


dibuatkan berita acara yang dibubuhi tanda tangan dari terperiksa
dan pemeriksa.

Pasal 18

Pemeriksaan terhadap pengaduan, laporan, atau temuan pelanggaran


Kode Etik dilakukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak
pengaduan, laporan, atau temuan diterima dan dapat diperpanjang dalam
waktu paling lama 14 (empat belas) hari.

Pasal 19

Hasil pemeriksaan yang terdiri atas lembar analisa pemeriksaan, berita


acara pemeriksaan, dan lampiran alat bukti berupa surat diserahkan
kepada Majelis Kode Etik.

Bagian Kedua

Sidang Kode Etik

Pasal 20
Majelis Kode Etik menyelenggarakan sidang dengan prinsip cepat,
sederhana, dan murah.
Pasal 21
Majelis Kode Etik wajib menentukan jadwal sidang dalam waktu paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak pembentukan Majelis Kode Etik
ditetapkan.
Pasal 22
Majelis Kode Etik harus menyelesaikan sidang dalam waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja.
Pasal 23
(1) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa Pegawai
Pemasyarakatan yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik.
(2) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah Pegawai
Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
kesempatan membela diri.
(3) Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat.
(4) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(5) Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final.
Pasal 24
Majelis Kode Etik wajib menyampaikan hasil keputusan sidang kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian secara berjenjang sebagai rekomendasi
dalam memberikan sanksi moral dan/atau sanksi administratif kepada
Pegawai Pemasyarakatan yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik.

www.djpp.kemenkumham.go.id
13 2011, No.605

BAB VI
SANKSI

Pasal 25

(1) Pegawai Pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran Kode Etik


dikenakan sanksi moral.

(2) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara
tertulis dan dinyatakan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

(3) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. pernyataan secara tertutup; atau

b. pernyataan secara terbuka.

(4) Dalam hal Pegawai Pemasyarakatan dikenai sanksi moral


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disebutkan Kode Etik
yang dilanggar oleh Pegawai Pemasyarakatan tersebut.

(5) Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dapat mendelegasikan wewenang kepada pejabat lain di
lingkungannya sampai dengan pangkat paling rendah pejabat
struktural eselon IV sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 26

Pegawai Pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran Kode Etik selain


dikenakan sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3),
dapat dikenakan tindakan administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Menteri ini berlaku juga bagi Petugas Pemasyarakatan


berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.

Pasal 28

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2011, No.605 14

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

www.djpp.kemenkumham.go.id
2015

Standar
Penyelenggara Sidang
Kode Etik dan
Pengelolaan Majelis
Kode Etik
RESUME

Reformasi Birokrasi yang digalangkan oleh pemerintah bertujuan


untuk meningkatkan mutu dan profesionalitas aparatur pemerintah secara
bertahap dan konsisten. Peningkatan mutu dan profesionalitas aparat
pemerintah akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan aparatur
pemerintah kepada publik. Pelayanan yang dilakukan oleh pegawai
pemasyarakatan dalam bidang pemasyarakatan kepada masyarakat juga
perlu ditingkatkan dengan meningkatkan mutu dan profesionalitas
pegawainya.
Penegakkan kode etik dalam hal ini penyelenggara sidang kode etik
dan pengelolaan majelis kode etik pegawai pemasyarakatan merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu,
profesionalitas sekaligus pelayanan oleh pegawai pemasyarakatan. Kode
etik bagi pegawai pemasyarakatan telah hadir dalam Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH.16.05.02 Tahun 2011
Tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaannya
dilapangan, kode etik pemasyarakatan merupakan pintu gerbang awal
kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh pegawai pemasyarakatan.
Dalam upaya penegakkan kode etik pegawai pemasyarakatan, nantinya
akan didukung oleh aturan perundang-undangan lainnya yang relevan
dengan tugas dan fungsi pegawai pemasyarakatan.
Standar ini hadir sebagai pedoman dalam penyelenggara sidang kode
etik dan pengelolaan majelis kode etik bagi pegawai pemasyarakatan di
seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam bidang
pemasyarakatan sehari-hari. Oleh karena itu, diharapkan standar ini akan
membantu pegawai pemasyarakatan di seluruh Indonesia dalam
menegakkan disiplin guna meningkatkan mutu diri, profesionalitas kinerja
sekaligus mutu pelayanan publik di bidang pemasyarakatan.

Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik i


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Dengan mengucap puji syukur Kehadiran Illahi Rabbi Allah SWT, saya
ucapkan selamat atas tersusunnya Standar Penyelenggara Sidang Kode Etik
dan Pengelolaan Majelis Kode Etik yang disusun oleh Tim Direktorat Bina
Keamanan dan Ketertiban. Atas nama jajaran Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, saya ucapkan banyak terimakasih dan memberikan
apresiasi setinggi-tingginya khususnya kepada para penyusun yang telah
bekerja keras dalam pembuatan Standar ini. Tentu keberadaan Buku
Standar Penyelenggara Sidang Kode Etik dan Pengelolaan Majelis Kode Etik
ini mempunyai arti penting dalam pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan di
Indonesia, selain itu Standar ini akan memperluas intelektual yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk serta rambu-rambu khususnya bagi seluruh
Pegawai Pemasyarakatan di Indonesia didalam pelaksanaan tugasnya.
Dalam perkembangan sistem pemasyarakatan yang majemuk dan
dinamis, kepercayaan merupakan kata kunci utama didalam keberhasilan
jasa maupun pelayanan yang dilakukan oleh sebuah lembaga atau institusi.
Sebagai upaya menjawab tuntutan kemajuan sistem pemasyarakatan
tersebut perlu adanya sebuah pedoman bersikap, bertingkahlaku dan
perbuatan Pegawai Pemasyarakatan dalam pergaulan hidup sehari-hari
guna melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan, pembinaan terhadap
Warga Binaan Pemasyarakatan dan pembimbingan Klien Pemasyarakatan
serta Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara, tentu
keberadaan Kode Etik ini menjadi sangat penting.
Dalam definisi umum kode etik merupakan sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi suatu profesi. Kode
etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang

Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik ii


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Standar Penyelenggara
Sidang Kode Etik dan Pengelolaan Majelis Kode Etik bermaksud untuk
memberikan pedoman dan dilaksanakan oleh Majelis Kode Etik yang dalam
hal ini adalah pegawai pemasyarakatan.
Demikian, semoga standar ini dapat membawa manfaat bagi
perkembangan pemasyarakatan kearah yang lebih baik. Bagi seluruh
pegawai pemasyarakatan saya sampaikan bahwa keberadaan Standar
Penyelenggara Sidang Kode Etik dan Pengelolaan Majelis Kode Etik ini tentu
bukan menjadi beban, sebaliknya standar ini lahir untuk kebaikan kita
semua, membangun kepercayaan masyarakat dan membangun
profesionalisme pegawai pemasyarakatan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Direktur Jenderal Pemasyarakatan

I Wayan K Dusak
NIP. 19570727 198303 1 001

Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik iii


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik iv
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Daftar Isi

Resume ............................................................................................ i
Kata Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan .......................... ii
Kata Pengantar Direktur Bina Keamanan dan Ketertiban .................. iv
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Norma dan Dasar Hukum .......................................................... 1
1.3. Definisi Global dan Detail Standar ............................................ 2
1.4. Maksud dan Tujuan ................................................................... 3
1.5. Kebutuhan Sumber Daya Manusia ........................................... 3
1.6. Kebutuhan Sarana dan Prasarana .......................................... 4
1.7. Sistem, Mekanisme Dan Prosedur ............................................ 5
1.8. Jangka Waktu Penyelesaian ..................................................... 30
1.9. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan ................................................. 31
1.10. Instrumen Penilaian Kinerja ...................................................... 32
Daftar Lampiran …………………………………………………………… 36

Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik 1


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan Inpres Nomor 17 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 dalam rencana aksinya
disebutkan bahwa penguatan pengawasan internal di lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan dalam upaya mengawasi dan evaluasi perilaku dan
kinerja termasuk penyimpangan/pelanggaran yang dilakukan oleh petugas
Lapas/Rutan dan output yang akan dihasilkan adalah tersedianya mekanisme
(SOP) pengawasan internal serta standar penyelenggara sidang kode etik dan
pengelolaan majelis kode etik di lingkungan Pemasyarakatan termasuk
evaluasi pelaksanaan perilaku dan kinerja serta penyimpangan oknum
petugas Lapas/Rutan, terlaksananya monitoring dan evaluasi mekanisme
pengawasan internal melalui Website Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Kementerian Hukum dan HAM RI menindaklanjuti dengan
menerbitkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor :
M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan
yang mengatur mekanisme Sidang Majelis Kode Etik Pusat dan Majelis Kode
Etik Wilayah.
Majelis Kode Etik Pusat bertugas memeriksa dan mengambil
keputusan terhadap pegawai Pemasyarakatan di lingkungan Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan yang diduga melanggar kode etik setelah
mempertimbangkan saksi, alat bukti lainnya, keterangan yang bersangkutan,
dalam Sidang Majelis Kode Etik.
Majelis Kode Etik Wilayah bertugas memeriksa dan mengambil
keputusan terhadap pegawai Pemasyarakatan di daerah yang diduga
melanggar kode etik setelah mempertimbangkan saksi, alat bukti lainnya,
keterangan yang bersangkutan, dalam Sidang Majelis Kode Etik Wilayah.

1.2. Norma dan Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;


2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.HH-16.KP.05.02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.HH-01.PW.01.01 Tahun 2011 tanggal 05 Oktober 2011 tentang
Pegawasan Intern Pemasyarakatan.

Hal 1
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1.3. Definisi Global Dan Detail Standar

1.3.1. Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan adalah pedoman sikap. tingkah


laku atau perbuatan pegawai pemasyarakatan dalam pergaulan hidup
sehari-hari guna melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan,
pembinaan dan pembimbingan terhadap WBP, serta pengelolaan
benda sitaan dan barang rampasan negara.
1.3.2. Pegawai Pemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum di
lingkungan Kementerian Hukum dan HAM R.I. yang menjalankan
tugas dan fungsi di bidang pemasyarakatan.
1.3.3. Majelis Kode Etik adalah lembaga nonstruktural yang bertugas
melakukan penegakan pelaksanaan dan menyelesaikan pelanggaran
kode etik yang dilakukan oleh pegawai pemasyarakatan.
1.3.4. Pelanggaran kode etik adalah perilaku petugas pemasyarakatan yang
bertentangan dengan kode etik pemasyarakatan.
1.3.5. Terduga pelanggaran atau terperiksa adalah setiap pegawai
pemasyarakatan yang karena perbuatannya atau keadaannya patut
diduga telah melakukan pelanggaran.
1.3.6. Pelanggar adalah setiap pegawai pemasyarakatan yang karena
kesalahannya telah dinyatakan oleh Majelis Kode Etik terbukti
melakukan Pelanggaran Kode Etik.
1.3.7. Sekretariat kode etik adalah unit kerja kesekretariatan untuk
mengelola administrasi dan menyiapkan penyelenggaraan sidang
majelis kode etik yang berkedudukan :
a) Pusat di Direktorat Bina Keamanan dan Ketertiban.
b) Wilayah di Divisi Pemasyarakatan.
1.3.8. Sekretaris majelis adalah petugas sekretariat kode etik yang bertugas
membantu ketua majelis dalam proses persidangan. yang
berkedudukan :
a) Pusat di Direktorat Bina Keamanan dan Ketertiban.
b) Wilayah di Divisi Pemasyarakatan.
1.3.9. Petugas bantuan hukum adalah petugas pemasyarakatan yang
bertugas untuk melakukan pendampingan terhadap terperiksa sejak
pemeriksaan hingga proses persidangan majelis kode etik dengan
memiliki kualifikasi yang ditentukan.
1.3.10. Saksi ahli adalah seseorang yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam bidang yang diperlukan, serta dapat memberikan keterangan
dalam proses sidang majelis kode etik.
1.3.11. Putusan Sidang Majelis Kode Etik adalah putusan yang dibacakan di
depan sidang Majleis Kode Etik.

Hal 2
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1.4 Maksud danTujuan

Maksud dan tujuan dari penyusunan standar sidang kode etik ini antara lain:
 Sebagai pedoman bagi Petugas Pemasyarakatan dalam
menyelenggarakan sidang Majelis Kode Etik.
 Mewujudkan penyelenggaraan Sidang Majelis Kode Etik yang cepat,
murah , dan adil.
 Sebagai pedoman untuk melakukan evaluasi penyelenggaraan Sidang
Majelis Kode Etik.
 Menjamin konsistensi sidang kode etik, baik dari sisi mutu, waktu, dan
prosedur;
 Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi minimal yang
harus dimiliki oleh petugas pemasyarakatan dalam melaksanakan
sidang kode etik;

1.5. Kebutuhan Sumber Daya Manusia


Tabel Kebutuhan Jumlah dan Kompetensi Pelaksana Sidang
Majelis Kode Etik Pusat/Wilayah

Jumlah Kompetensi Pelaksana Objek


No
Kegiatan Pelaksa Pelaksanaa
. Pendidikan Pelatihan
na n
1. Kesekretariata - minimum - Diklat dasar Berkas
n Majelis Kode Pendidikan D3/S1 pemasyaraka Rekomenda
Etik 3 Orang - Menguasai tata tan si /
a. Pengad cara penyimpanan - Administrasi Pengaduan
ministra 2 Orang arsip persuratan Saksi
sian - Memahami proses - Arsiparis Alat bukti
b. Was penanganan - Diklat Sidang
Internal perkara Kode Etik
- memiliki
pengalaman
minimal selama 2
tahun
- mampu
mengoperasikan
Komputer
- memahami
penyusunan
keputusan
- memahami proses
penanganan perkara
etik

2. Majelis Kode - S1Hukum - Diklat dasar Terperiksa


Hal 3
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
Etik, untuk: - Masa kerja min 10 pemasyaraka Saksi
a) Pusat 5 orang tahun tan Alat bukti
b) Wilayah 3 Orang - Pangkat/golongan - Diklat sidang
setingkat lebih kode etik
tinggi dari - Teknik
terperiksa wawancara
- Memahami teknik - Diklat
pemeriksaan di pemeriksaan
persidangan dan
- Memiliki integritas pembuktian
- Tidak memiliki perkara
hubungan - Public
kekerabatan speaking
dengan terperiksa
- Tidak memiliki
hubungan kerja
secara langsung
dengan terperiksa
- Tidak ada faktor
kepentingan

3. Petugas 1 Orang - S1 hukum - Diklat dasar


bantuan - Mampu pemasyaraka
hukum berkomunikasi tan
dengan baik - Diklat
- Memahami intelejen
regulasi dan
proses
pemasyarakatan
- Mampu
bekerjasama
dengan baik
- Mempunyai
integritas dan
moralitas tinggi
- Tidak ada faktor
kepentingan

1.6. Kebutuhan Sarana dan Prasarana


Berikut ini adalah sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan standar sidang kode etik secara efektif dan efisien:

Tabel Kebutuhan Sarana dan Prasarana Kegiatan Sidang


No. Sarana dan Jumlah Keterangan
Prasarana
1. Ruang sidang 1
Hal 4
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
2. Ruang tunggu 1
anggota Majelis
3. Ruang tunggu 1
terperiksa dan
petugas bantuan
hukum
4. Ruang tunggu saksi 1
5. Meja sidang diberi 1
alas berwarna hijau
dengan susunan
berbentuk “U” atau
segaris
6. Kursi sidang 15
7. Palu 1

sidang dan
kelengkapannya
8. Papan nama anggota 10
Majelis
9. Bendera Merah Putih 1
10. Pataka 1
Pemasyarakatan
11. Banner sidang 1
Ukuran 3 m x 2 m

1.7.Sistem Mekanisme dan Tata Cara Sidang Kode Etik


I. Sistem Mekanisme

A. Penerimaan Laporan Hasil Penyelesaian Pengaduan

1. Bagian yang menangani penerimaan menerima Laporan Hasil


Penyelesaian Pengaduan dan mencatat dalam buku register.
2. Laporan Hasil Penyelesaian Pengaduan disampaikan kepada
Kasubdit untuk disiapkan rencana pelaksanaan sidang.

B. Persiapan Sidang
Proses penegakan kode etik petugas pemasyarakatan merupakan
rangkaian kegiatan yang diawali dengan pembentukan majelis kode etik,
pemanggilan para pihak hingga persiapan pelaksanaan siding kode etik.
a. Pembentukan Majelis Kode Etik dan Kelengkapan Sidang
1) Pembentukan Majelis Kode Etik dilakukan dengan mengeluarkan
Surat Keputusan Keanggotaan Majelis Kode Etik yang berlaku
selama 1 (satu) tahun anggaran
2) Keanggotaan Majelis Kode Etik paling sedikit 5 (lima) orang

Hal 5
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
3) Setelah menerima Berita Acara Pemeriksaan dari bagian yang
menangani pengaduan, petugas administrasi kode etik wajib
menyusun Surat Pelaksanaan Sidang Etik dengan melampirkan
Berita Acara Pemeriksaan
4) Surat Pelaksanaan Sidang Etik dibuat oleh Unit Administrasi
Kode Etik yang berada pada;
a) Direktorat yang menangani penegakan kode etik di Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan
b) Bidang yang menangani keamanan di Kantor Wilayah
5) Untuk Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, surat pelaksanaan
sidang etik disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pemasyarakatan melalui Direktur yang bertanggung jawab
terhadap keamanan dan ketertiban
6) Untuk Kantor Wilayah, surat pelaksanaan sidang etik
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala
Divisi Pemasyarakatan
7) Direktur Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah setelah menerima
Surat pelaksanaan sidang etik menunjuk Majelis Kode Etik dan
Kelengkapan Sidang dengan Surat Perintah Pelaksanaan Sidang
Etik
8) Ketua dan Anggota Majelis Kode Etik diambil dari susunan
keanggotaan yang terdapat dalam Surat Keputusan
Keanggotaan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada
angka (1)
9) Penunjukan Majelis Kode Etik dilakukan paling lambat 3 (tiga)
hari setelah Surat Pembentukan Majelis Kode Etik diterima
10) Pembentukan Majelis Kode Etik dan kelengkapan sidang
dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari setelah surat usulan diterima
oleh Direktur Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah
11) Susunan Majelis Kode Etik Pusat terdiri dari 3 (orang) orang
yaitu:
1) 1 (satu) orang ketua merangkap anggota
2) 2 (dua) orang anggota dari jajaran Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
12) Susunan Majelis Kode Etik Wilayah terdiri dari 3 (tiga) orang
yaitu:
1) 1 (satu) orang ketua merangkap anggota
2) 2 (dua) orang anggota dari jajaran Divisi Pemasyarakatan
13) Pangkat Ketua Majelis Kode Etik sekurang-kurangnya lebih
tinggi 1 (satu) tingkat dari pangkat anggota Majelis
14) Pangkat anggota Majelis Kode Etik sekurang-kurangnya
setingkat dengan pangkat terlapor
Hal 6
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
15) Dalam hal pembentukan Majelis Kode Etik Wilayah, pangkat
Ketua Majelis Kode Etik tidak terpenuhi, maka Ketua Majelis
Kode Etik dapat diajukan dari Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
16) Dalam hal pembentukan Majelis Kode Etik Wilayah, pangkat
anggota Majelis Kode Etik tidak dapat terpenuhi, maka
keanggotaan dapat diambil dari Divisi lain di Kantor Wilayah
setempat
17) Kelengkapan Sidang terdiri dari:
a. 1 (satu) orang Sekretaris Sidang
b. 3 (tiga) orang Petugas Pengawas Internal
c. 1 (satu) orang Petugas Bantuan Hukum
d. 1 (satu) orang Petugas Administrasi Kode Etik
18) Pembentukan kelengkapan sidang dilakukan dengan surat
perintah yang berlaku untuk satu kasus pelanggaran kode etik

b. Pemanggilan para pihak


1) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh Pegawai Administrasi
Sidang Etik
2) Yang dimaksud para pihak dalam hal ini adalah pengadu/pelapor,
saksi, saksi ahli dan teradu/terlapor
3) Pemanggilan para pihak dilakukan sekurang-kurangnya 5 (lima)
hari setelah rapat persiapan dilakukan
4) Pemanggilan para pihak dilakukan dengan menyampaikan surat
panggilan
5) Surat panggilan kepada terlapor/teradu memuat tanggal, hari,
serta jam sidang dan untuk dugaan pelanggaran apa ia dipanggil
6) Surat panggilan kepada saksi memuat tanggal, hari serta jam
sidang dan untuk perkara apa ia dipanggil
7) Surat panggilan kepada saksi ahli memuat tanggal, hari serta jam
sidang dan untuk kebutuhan apa ia dipanggil
8) Jika pengadu dan/atau teradu tidak memenuhi panggilan
pertama, panggilan kedua dilakukan dalam waktu paling lama 5
(lima) hari sebelum sidang
9) Dalam hal pengadu dan/atau teradu tidak hadir dalam
persidangan, Majelis Etik dapat membahas dan menetapkan
putusan tanpa kehadiran pengadu dan/atau teradu

C. Administrasi persidangan
1) Untuk keperluan sidang, Sekretaris Sidang wajib menyusun surat
dugaan pelanggaran etik dan tuntutan berdasarkan berita acara
pemeriksaan

Hal 7
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
2) Surat dugaan pelanggaran etik dan tuntutan memuat:
a) Identitas terperiksa yang terdiri dari: nama lengkap, tempat
lahir, umur atau tanggal lahir, pangkat, jabatan, dan Nomor
Induk Pegawai
b) Keterangan pelanggaran mengenai dugaan pelanggaran
dengan menyebutkan waktu dan tempat pelanggaran
dilakukan
c) Hasil pemeriksaan
d) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
perkara etik
e) Tuntutan Majelis Etik sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan
3) Dalam hal terdapat lebih dari satu dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh teradu/terlapor maka seketaris sidang etik dapat
melakukan penggabungan dan membuatnya dalam satu surat
keterangan pelanggaran.
4) Pegawai administrasi sidang etik wajib meminjam alat bukti dan
barang bukti dari bagian yang menangani pengaduan agar dapat
dihadirkan di persidangan
5) Terkait peminjaman alat bukti dan barang bukti tersebut wajib
dibuat Surat Peminjaman Alat Bukti dan Barang Bukti yang
ditandatangani oleh Kepala Bidang/Sub direktorat yang
menangani penegakan kode etik
6) Untuk kepentingan sidang, pegawai administrasi sidang etik
wajib menyiapkan ruang sidang
7) Ruang untuk kelengkapan persidangan meliputi:
a) Ruang sidang
b) Tempat tunggu anggota Majelis
c) Tempat tunggu terperiksa dan pegawai bantuan hukum
d) Tempat tunggu saksi
e) Perlengkapan ruang sidang terdiri dari:
f) Meja sidang diberi alas berwarna hijau dengan susunan
berbentuk ”U” atau segaris
g) Kursi sidang untuk anggota majelis, pemeriksaan,
sekretaris sidang, terperiksa, pegawai bantuan hukum,
saksi
h) Palu sidang dan kelengkapannya
i) Papan nama anggota majelis
j) Bendera merah putih yang dipasang di sebelah kanan dan
sejajar dengan kursi Majelis dan bendera Lambang
Pemasyarakatan
k) Foto presiden dan wakil presiden Republik Indonesia
Hal 8
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
l) Banner Sidang Majelis Etik sebagai background Majelis
8) Posisi perangkat sidang dalam ruang sidang sebagai berikut:
a) Ketua Majelis berada di bagian depan tengah
b) Anggota majelis berada di sebelah kanan dan kiri Ketua
Majelis
c) Terperiksa berhadapan dengan Ketua Majelis
d) Sekretaris Sidang berada di sisi kiri Majelis
e) Pegawai bantuan hukum berada di sisi kanan Majelis
f) Bentuk ruang sidang disesuaikan dengan kondisi ruangan
dalam bentuk segaris
g) Sidang dilaksanakan dengan khidmat dan tertib
9) Pakaian dalam persidangan:
a) Anggota Majelis memakai PDUK
b) Sekretaris Sidang memakai PDUK
c) Terperiksa memakai PDH
d) Petugas bantuan hukum memakai PDUK
e) Pegawai pengawasan Internal memakai PDL siang
f) Saksi dari pegawai pemasyarakatan memakai PDH
g) Saksi yang bukan berasal dari pemasyarakatan memakai
pakaian bebas, rapi dan sopan
10) Sebelum sidang etik diselenggarakan, Sekretaris sidang etik
wajib membuat daftar hadir sidang dan memastikan kehadiran
saksi, saksi ahli dan teradu

D. Pelaksanaan Sidang
Sidang Etik pegawai pemasyarakatan merupakan rangkaian kegiatan
sejak pembukaan sampai dengan penyampaian putusan.

a. Pembukaan Sidang
1) Yang pertama sekali memasuki ruang sidang adalah Sekretaris
Sidang, Petugas Bantuan Hukum, Petugas Pengawas Internal.
2) Sebelum sidang dimulai, Sekretaris Sidang wajib membacakan
tata tertib persidangan
3) Sidang Majelis Etik bersifat tertutup untuk umum.
4) Jika terperiksa tidak dapat dihadirkan di persidangan, Sidang Etik
tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh terperiksa (in
absentia).
5) Jika terperiksa dapat dihadirkan di persidangan, Ketua Majelis
Etik wajib memastikan identitas terperiksa dan menanyakan
apakah terperiksa didampingi pegawai bantuan hukum

b. Pembacaan Surat Dugaan Pelanggaran Etik dan Tuntutan

Hal 9
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1) Surat dugaan pelanggaran Etik dan tuntutan dibacakan sekaligus
oleh Sekretaris Sidang
2) Selama proses pembacaan surat dugaan pelanggaran, terperiksa
wajib menyimak isi surat tersebut agar dapat mengerti
pelanggaran dan tuntutan apa yang disangkakan kepadanya
3) Pada saat pembacaan surat dugaan pelanggaran, Ketua Majelis
Etik wajib memastikan apakah terperiksa sudah memahami isi
surat keterangan yang dibacakan
4) Jika terperiksa tidak memahami isi surat dugaan pelanggaran
maka penjelasan wajib diberikan oleh Sekretaris Sidang dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
5) Surat dugaan pelanggaran etik dan tuntutan yang telah dibacakan
diserahkan kepada Ketua Majelis Etik

c. Pembuktian
1) Dalam sidang Etik, pembuktian merupakan proses pemeriksaan
terhadap alat bukti dan barang bukti.
2) Ketua Majelis Etik tidak dapat memutuskan bersalah atau tidak
bersalahnya terperiksa dengan hanya berdasarkan pada
keterangan terperiksa. Oleh karena itu, dibutuhkan alat bukti sah
lainnya untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi Ketua Majelis
dalam memutuskan suatu perkara.
3) Alat bukti yang sah terdiri dari:
a) Keterangan saksi
b) Keterangan ahli
c) Surat
d) Petunjuk, dan
e) keterangan terperiksa.
Sedangkan, hal-hal yang secara umum dianggap sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan lagi.
4) Dalam proses pembuktian dengan alat bukti, setidaknya
diperlukan 2 (dua) alat bukti yang sah agar Majelis Etik
memperoleh keyakinan bahwa suatu tidakan pelanggaran etik
benar-benar terjadi dan terperiksa diyakini sebagai orang yang
bersalah melakukannya, sehingga Majelis Etik dapat menjatuhkan
sanksi kepada terperiksa.
5) Selain alat bukti, Ketua Majelis Etik memperlihatkan kepada
peserta sidang segala barang bukti yang menjadi alat pembuktian
dalam kasus yang bersangkutan.
6) Barang bukti terdiri dari:
a) Benda yang diduga diperoleh dari pelanggaran atau sebagai
hasil dari pelanggaran

Hal 10
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
b) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan pelanggaran atau untuk mempersiapkannya
c) Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi
penyelidikan pelanggaran
d) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan
pelanggaran
e) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan
pelanggaran
7) Dalam proses pembuktian, Ketua Majelis Etik berwenang untuk
memberikan kesempatan kepada Sidang atau pegawai bantuan
hukum untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi dan
terperiksa dan dapat menolak pertanyaan yang diajukan tersebut
apabila dipandang perlu oleh Ketua Majelis Etik.
8) Ketua Majelis Etik bertugas menjadi perantara agar antara
Anggota dan Sekretaris Sidang dan terperiksa/pegawai bantuan
hukum dapat saling menghadapkan saksi untuk menguji
kebenaran keterangan yang diberikan oleh masing-masing saksi.
9) Ketua Majelis Etik, Sekretaris Sidang, maupun pegawai bantuan
hukum tidak boleh memberikan pertanyaan yang bersifat
menjerat dalam mengajukan pertanyaan kepada saksi dan
terperiksa.
10) Dalam proses persidangan, Majelis Etik mengedepankan sikap
arif, bijaksana dan objektif berdasarkan keyakinan hati nurani.

a. Keterangan saksi
1) Dalam sidang etik, dibutuhkan lebih dari seorang saksi
untuk membuktikan bahwa terperiksa bersalah atas
perbuatan yang disangkakan kepadanya, kecuali bila satu
keterangan saksi tersebut disertai dengan alat bukti sah
lainnya.
2) Keterangan saksi yang diakui sebagai alat bukti adalah apa
yang dinyatakan oleh saksi di dalam sidang etik.
3) Keterangan saksi dapat diterima sebagai alat bukti yang
sah apabila:
a) saksi telah disumpah sebelum memberikan keterangan
kesaksiannya di dalam sidang etik
b) terdapat hubungan antara keterangan yang didapat
satu saksi dengan saksi lainnya mengenai suatu
kejadian atau peristiwa
4) Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti yang tidak
sah apabila:

Hal 11
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
a) keterangan dari saksi yang tidak bersedia disumpah
meskipun keterangannya saling berhubungan.
b) pendapat maupun rekaan yang disebutkan saksi
merupakan hasil pemikirannya saja
5) Dalam sidang etik, para saksi tidak diperkenankan untuk:
a) saling berhubungan sebelum memberikan
keterangan di dalam sidang
b) saling bercakap-cakap selama sidang belangsung
6) Apabila saksi merasa sedang berada di bawah ancaman
yang sangat besar yang membahayakan dirinya akibat
perkara yang menjadikan dirinya sebagai saksi, maka
Ketua Majelis Etik dapat memberikan persetujuan agar
saksi tersebut dapat memberikan kesaksiannya tanpa hadir
langsung dalam sidang etik. Jika demikian, maka
keterangan yang telah disampaikan saksi dalam Berita
Acara Pemeriksaan disamakan nilainya dengan keterangan
saksi di bawah sumpah yang diucapkan di sidang.
7) Saksi yang tidak dapat hadir langsung ke persidangan wajib
memberikan surat pernyataan ketidakbersediaan hadir
kepada pegawai administrasi sidang etik untuk diserahkan
kepada Ketua Majelis Etik.
8) Ketua Majelis Etik wajib menanyakan kepada saksi
mengenai:
a) Keterangan tentang nama lengkap, tempat lahir, umur
atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama, dan pekerjaan.
b) Apakah saksi kenal dengan terperiksa sebelum
terperiksa melakukan perbuatan yang menjadi dasar
tuntutan serta apakah ia berkeluarga sedarah atau
semenda dan sampai derajat keberapa dengan
terperiksa meskipun sudah bercerai atau terikat
hubungan kerja dengannya
9) Selama sidang berlangsung atau sebelum dijatuhkannya
putusan, Ketua Majelis Etik diwajibkan mendengarkan
dengan seksama keterangan saksi, baik yang
menguntungkan maupun yang memberatkan terperiksa,
yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan dan atau
yang diminta oleh terperiksa atau pegawai bantuan hukum
atau Sekretaris Sidang.
10) Jika dalam menyampaikan keterangan tersebut saksi
menyampaikan hal yang berbeda dengan keterangannya

Hal 12
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
yang terdapat di BAP, maka perbedaan yang ada dicatat di
dalam Berita Acara Sidang.
11) Ketua Majelis Etik dan Anggota Majelis Etik dapat meminta
kepada saksi segala keterangan yang dipandang perlu
untuk mendapatkan kebenaran dari keterangan masing-
masing saksi.
12) Ketua Majelis Etik dan anggota Majelis Etik dapat
menanyakan dan meminta barang bukti yang dipandang
perlu kepada saksi
13) Pertanyaan yang diajukan kepada saksi diarahkan untuk
mengungkap fakta yang sebenarnya, sehingga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Materi pertanyaan diarahkan untuk pembuktian unsur-
unsur perbuatan yang diduga dilanggar oleh
Terperiksa.
b) Pertanyaan harus relevan dan tidak berbelit-belit,
bahasa dan penyampaiannya harus dipahami oleh
saksi.
c) Pertanyaan tidak boleh bersifat menjerat atau
menjebak saksi.
d) Hindari pertanyaan yang bersifat mengulang dari
pertanyaan yang sudah ditanyakan, kecuali hal tersebut
ditujukan dalam rangka memberi penekanan pada
suatu fakta tertentu atau penegasan terhadap
keterangan yang bersifat ragu-ragu.
14) Selama sidang berlangsung, saksi tetap berada di dalam
ruangan sidang, kecuali apabila Ketua Majelis Etik
memberikan izin kepadanya untuk meninggalkan ruangan.
15) Saksi tidak dapat didengar keterangannya atau dapat
mengundurkan diri sebagai saksi jika merupakan:
a) keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke
atas atau ke bawah sampaiderajat ketiga dari
terperiksa
b) saudara dan terperiksa atau yang bérsama-sama
sebagaiterperiksa, saudara ibu atau saudara bapak,
juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dari anak-anak saudara terperiksa sampal
derajat ketiga
c) suami atau isteri terperiksa meskipun sudah bercerai
atau yang bersama-sama sebagai terperiksa.
Jika dikehendaki oleh Ketua Majelis Etik, mereka dapat
memberi keterangan di bawah sumpah.
Hal 13
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
16) Dalam menilai kebenaran tentang keterangan seorang
saksi, Ketua Majelis Etik harus memperhatikan:
a) Persesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan
saksi yang lain
b) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain
c) Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk
memberikan keterangan tertentu
17) Keterangan saksi yang disangka palsu dapat dibatalkan
oleh Ketua Majelis Etik dan keterangan yang disangka
palsu tersebut wajib dicatat dalam berita acara sidang oleh
sekretaris sidang.
18) Kesaksian palsu yang diberikan di depan persidangan
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran etik

b. Keterangan Ahli
1) Selain keterangan saksi dan terperiksa, keterangan ahli
juga merupakan sumber yang penting dalam mencari
bahan pertimbangan untuk menjadi dasar pembuatan
keputusan dalam sidang.
2) Keterangan ahli dapat dijadikan sebagai alat bukti jika
keterangan tersebut disampaikan di depan sidang etik
sesuai dengan pengetahuan dan keahliannya
3) Saksi ahli wajib disumpah sesuai dengan agama dan
keyakinannya

c. Surat
1) Kategori Surat yang dapat dijadikan alat bukti adalah surat
yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, yang meliputi:
a) berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang
dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang
dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat
atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
b) surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang

Hal 14
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan.
c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu
hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
kepadanya;
d) surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain.

d. Petunjuk
1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang
karena persesuaiannya, menandakan bahwa telah terjadi
suatu pelanggaran dan siapa pelakunya.
2) Petunjuk hanya dapat diperoleh dari Keterangan saksi, Surat,
dan Keterangan terperiksa.

e. Keterangan terperiksa
1. Keterangan terperiksa sebagai salah satu alat bukti adalah
hal yang dinyatakan oleh terperiksa di dalam sidang etik
2. Karena keterangan ini berkaitan dengan tindakan
pelanggaran yang diperiksakan kepadanya, maka keterangan
ini hanya dapat digunakan untuk dirinya sendiri.
3. Pada saat sidang, apabila pihak terperiksa tidak mau
menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan, maka Ketua Majelis Etik:
a) menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu
pemeriksaan dilanjutkan, atau
b) memperingatkan terperiksa bahwa hal itu dapat
merugikan dirinya sendiri dan tetap meneruskan sidang
4. Keterangan terperiksa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang
apabila keterangan tersebut didukung oleh suatu alat bukti
yang sah sepanjang berkaitan dengan keterangan
pelanggaran yang dilakukannya.
5. Pada saat meminta keterangan terperiksa, Ketua Majelis
dapat menunjukkan segala jenis barang bukti dan
menanyakan pada Terperiksa apakah ia mengenal benda
tersebut untuk meyakinkan jawaban atas suatu pertanyaan
atau menegaskan suatu fakta

d. Pembelaan

Hal 15
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
a. Dalam sidang etik, terperiksa wajib diberikan kesempatan untuk
melakukan pembelaan.
b. Dalam sidang etik, pembelaan dapat disampaikan secara
lisan/tertulis oleh terperiksa atau oleh petugas bantuan hukum
c. Petugas bantuan hukum merupakan pegawai pemasyarakatan
yang berasal dari:
a. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan untuk tingkat pusat
b. Divisi Pemasyarakatan untuk tingkat wilayah
d. Apabila pembelaan telah selesai disampaikan, terperiksa/petugas
bantuan hukum harus menyerahkan surat pembelaan asli kepada
Ketua Majelis Etik

e. Penjatuhan Keputusan
1) Sidang Penjatuhan Keputusan Majelis Etik bersifat tertutup untuk
umum.
2) Dalam pengambilan keputusan, Majelis Etik perlu
mempertimbangkan itikad baik terperiksa
3) Hal-hal yang dapat meringankan penjatuhan keputusan terhadap
terperiksa antara lain
a)Bersifat kooperatif dalam proses persidangan
b)Menyesali perbuatannya
4) Penetapan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk
mufakat.
5) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan, setiap anggota Majelis yang berpendapat berbeda
wajib menuliskan pendapat yang berbeda di dalam keputusan
6) Surat Keputusan Majelis Etik memuat:
a) Kepala keputusan yang dituliskan berbunyi “DEMI
MENJAGA MARTABAT, KEHORMATAN DAN
PROFESIONALISME PEGAWAI PEMASYARAKATAN”
b) Nomor Surat Keputusan sesuai dengan nomor register awal
c) Identitas terperiksa yang terdiri dari: nama lengkap, tempat
lahir, agama, umur atau tanggal lahir, pangkat, jabatan, dan
Nomor Induk Pegawai, Unit organisasi
d) Keterangan pelanggaran sebagaimana terdapat dalam surat
dugaan pelanggaran
e) pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta
dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terperiksa
f) Tuntutan Majelis Etik sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan
Hal 16
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
g) Pembelaan diri terperiksa
h) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
perkara etik dan pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan terperiksa
i) pernyataan kesalahan terperiksa, pernyataan telah terpenuhi
semua unsur dalam rumusan pelanggaran kode etik yang
disertai dengan kualifikasinya dan sanksi etik atau tindakan
yang dijatuhkan;
j) hari dan tanggal putusan, nama Sekretaris Sidang, nama
Ketua Majelis Etikdan Anggota yang memutus
7) Keputusan sidang etik dapat berupa:
a) Sanksi moral
b) Rehabilitasi; atau
c) Tindakan pembinaan berupa: tidak mendapat promosi jabatan;
tidak diperkenankan mengikuti pelatihan; tidak mendapat mutasi
dalam jangka waktu tertentu; dan rotasi internal
8) Dalam hal pemeriksaan sidang etik ditemukan dugaan
pelanggaran disiplin atau tindak pidana, Majelis Etik menyampaikan
hasil temuan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundang-undangan
9) Keputusan Majelis Etik bersifat final dan mengikat.

f. PENJATUHAN SANKSI
Proses penjatuhan sanksi bagi pegawai pemasyarakatan yang dinyatakan
melanggar kode etik diawali dengan penyampaian surat pengantar
pelaksanaan keputusan majelis etik kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dan penjatuhan sanksi.

a. Penyampaian Surat Pengantar Pelaksanaan Keputusan Majelis Etik


1) Surat pengantar Pelaksanaan Keputusan Majelis Etik merupakan
surat yang berisikan pemberitahuan oleh ketua majelis etik
kepada pejabat pembina kepegawaian untuk melaksanakan
keputusan Majelis Etik dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah surat pengantar Pelaksanaan
Keputusan Majelis Etik diterima oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.
2) Surat pengantar pelaksanaan keputusan majelis etik berikut
salinan keputusan majelis etik disusun dan dikirimkan oleh
pegawai administrasi kode etik paling lambat 3 (hari) hari setelah
pembacaan keputusan sidang etik

Hal 17
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
3) Untuk Majelis Etik Pusat, surat pengantar Pelaksanaan Keputusan
Majelis Etik disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan ditembuskan kepada
Direktur Jenderal Pemasyarakatan.
4) Untuk Majelis Etik Wilayah, surat pengantar Pelaksanaan
Keputusan Majelis Etik disampaikan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian di Kantor Wilayah dan ditembuskan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
b. Penjatuhan Sanksi
1) Pegawai pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran kode Etik
dan Kode Perilaku Pegawai Pemasyarakatan dikenai sanksi
moral
2) Dalam hal pegawai pemasyarakatan dikenai sanksi moral harus
disebutkan kode etik dan kode perilaku yang dilanggar
3) Sanksi moral dibuat secara tertulis oleh pejabat pembina
kepegawaian
4) Sanksi moral yang disampaikan secara tertutup meliputi:
a. Permintaan maaf secara tertulis yang ditujukan kepada Kepala
Unit Satuan Kerja di unit kerja yang bersangkutan; dan
b. Penyampaian surat keputusan penjatuhan sanksi dari pejabat
pembina kepegawaian kepada atasan langsung yang
bersangkutan
5) Sanksi moral yang disampaikan secara terbuka meliputi:
b. Dibacakan keputusan majelis etik di depan apel pagi yang
dihadiri oleh seluruh pegawai, pejabat struktural di kantor
setempat, dan pegawai yang bersangkutan selama 3 (tiga)
sampai 6 (enam) hari kerja
c. Dipisahkan barisannya pada saat apel selama 3 (tiga) sampai 6
(enam) hari kerja
d. Hasil keputusan sidang etik ditempelkan di papan
pengumuman satuan kerja yang bersangkutan selama 1 (satu)
bulan
6) Dalam hal keputusan majelis etik berupa Tindakan rehabilitasi
maka dilakukan dengan:
a) Pernyataan secara terbuka bahwa pegawai yang bersangkutan
tidak bersalah yang disampaikan pada apel pagi yang dihadiri
oleh seluruh pegawai, pejabat struktural di kantor setempat,
dan pegawai yang bersangkutan selama 3 (tiga) sampai 6
(enam) hari kerja; dan
b) Pernyataan secara terbuka bahwa pegawai yang bersangkutan
tidak bersalah yang ditempelkan di papan pengumuman satuan
kerja yang bersangkutan selama 1 (satu) bulan; dan
Hal 18
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
c) Pemulihan hak administratif kepegawaiannya
7) Penjatuhan sanksi etik dilakukan oleh pejabat pembina
kepegawaian atau kepada pejabat struktural di lingkungannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8) Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari, pejabat pembina
kepegawaian tidak melaksanakan penjatuhan sanksi, maka paling
lambat 7 (tujuh) hari dari batas waktu terakhir penjatuhan sanksi,
bagian yang menangani penegakan kode etik wajib meminta surat
keterangan tidak dilaksanakannya keputusan majelis etik
9) Bidang yang menangani penegakan kode etik membuat Surat
Pemberitahuan keterlambatan penjatuhan sanksi kepada Atasan
atasan langsung penegakan kode etik sebagai laporan dengan
melampirkan Surat Keterangan yang disampaikan oleh pejabat
pembina kepegawaian

c. Pelaporan dan Pendokumentasian


1) Pejabat pembina kepegawaian menyampaikan hasil pelaksanaan
penjatuhan sanksi kepada Majelis Etik melalui Unit Administrasi
Kode Etik dan ditembuskan kepada Direktur Jenderal
Pemasyarakatan dan Kepala Kantor Wilayah (jika pelanggaran
dilakukan di Wilayah).
2) Setiap keputusan sanksi etik harus didokumentasikan oleh unit
administrasi kode etik
3) Pegawai administrasi kode etik wajib mencatat identitas pegawai,
tindakan pelanggaran, sanksi yang dijatuhkan, tanggal penjatuhan
sanksi etik ke dalam buku register keputusan.
4) Hasil keputusan sanksi etik dijadikan sebagai salah satu bahan
penilaian pegawai pemasyarakatan yang bersangkutan.

II. Tata Cara Sidang Kode Etik

1. Sebelum sidang dimulai, Sekretaris Sidang memastikan semua perangkat


sidang mengenai kesiapan dalam mengikuti sidang dengan mengatakan
“Apakah Petugas Bantuan Hukum, Petugas Administrasi, dan Petugas
Pengawas Internal sudah siap?”. Jika semua perangkat sidang telah siap
mengikuti persidangan, Sekretaris Sidang dapat membuka sidang.
2. Sidang Etik Pusat/Wilayah dimulai oleh Sekretaris Sidang dengan
mengatakan, “Sidang Etik; Pusat/Wilayah; Nomor; Perkara; Hari, tanggal;
Terperiksa (Nama lengkap; NIP; pangkat/golongan; jabatan; umur; dan
Unit kerja tempat bertugas) segera dimulai”

Hal 19
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
3. Sekretaris Sidang membacakan tata tertib persidangan dengan
mengatakan, “Sebelum sidang dimulai, akan dibacakan terlebih dahulu
tata tertib persidangan
sebagai berikut:

1) Pada saat persidangan, peserta sidang dilarang:


a) Berteriak, mengumpat, dan membuat gaduh sehingga
mengganggu jalannya sidang
b) Menyalakan telepon genggam atau alat komunikasi lainnya
c) Merokok, makan, dan minum selama persidangan
d) Membawa senjata api atau senjata tajam lainnya
e) Mengambil gambar dalam bentuk foto/video pada saat sidang
telah dimulai
2) Bagi peserta sidang yang tidak menaati tata tertib persidangan akan
dikeluarkan dari ruang sidang”
3. Sekretaris Sidang mengumumkan bahwa Majelis Etik akan memasuki
ruang sidang dengan mengatakan, “Ketua dan Anggota Majelis Etik
memasuki ruang sidang. Hadirin dimohon berdiri”
4. Majelis Etik memasuki ruang sidang dan duduk di tempatnya. Sekretaris
Sidang mengatakan, “hadirin dipersilahkan duduk kembali”
5. Ketua Majelis membuka sidang dengan mengucapkan, “sidang etik
pemeriksaan dugaan pelanggaran kode etik nomor.....perkara… terperiksa
(Nama :NIP ; pangkat/golongan:; jabatan; umur; Unit kerja tempat
bertugas)..... pada hari... tanggal.. bulan.. tahun... dinyatakan dibuka dan
tertutup untuk umum”. Kemudian Ketua Majelis mengetuk palu sebanyak 3
(tiga) kali.
6. Setelah itu, Ketua Majelis Etik memerintahkan kepada Sekretaris Sidang
untuk menghadirkan terperiksa ke ruang sidang dengan kalimat “Saudara
Sekretaris, dipersilahkan untuk menghadirkan terperiksa”.
7. Sekretaris sidang memerintahkan Petugas Pengawas Internal untuk
menghadirkan terperiksa dengan kalimat “Sidang Etik memanggil
terperiksa untuk dihadapkan ke ruang sidang”.
a. Jika terperiksa tidak dapat dihadirkan Sekretaris Sidang
mengatakan, “terperiksa tidak dapat dihadirkan” dan menyampaikan
alasan ketidakhadiran terperiksa.
b. Ketua Majelis mengatakan, “sidang dilanjutkan tanpa kehadiran
terperiksa (in abtentia)”
8. Petugas Pengawas Internal mengawal terperiksa untuk masuk ke ruang
sidang
9. Ketua Majelis Etik mengambil posisi berdiri
10. Petugas pengawas internal dan terperiksa memberikan penghormatan
kepada Ketua Majelis dengan kalimat, “Kepada Ketua Majelis Etik,

Hal 20
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
hormat..grak!; Ketua Majelis membalas penghormatan. Setelah itu
petugas pengawas internal memberikan aba-aba “tegak..grak!”
11. Petugas Pengawas Internal melaporkan kepada Ketua Majelis bahwa
terperiksa siap untuk diperiksa dengan mengatakan, “Lapor..terperiksa
siap dipersidangkan”
12. Ketua Majelis Etik menjawab, “laporan diterima, kembali ke tempat”.
13. Petugas Pengawas Internal kembali ke tempat
14. Ketua Majelis Etik duduk kembali.
15. Ketua Majelis mempersilahkan terperiksa duduk di kursi pemeriksaan
dengan mengatakan, “saudara terperiksa silahkan duduk”
16. Setelah terperiksa duduk di kursi pemeriksaan, Ketua Majelis melakukan
pemeriksaan identitas terperiksa dengan mengatakan:
a. Apakah saudara dalam keadaan sehat dan siap untuk diperiksa?
b. Siapa nama lengkap saudara?
c. Berapa Nomor Induk Pegawai saudara?
d. Apa pangkat/golongan saudara?
e. Berapa umur saudara?
f. Apa jabatan saudara?
g. Di unit kerja mana saudara ditugaskan?
h. Apakah saudara didampingi Petugas Bantuan Hukum?
a. Jika Terperiksa menjawab “tidak”, maka Ketua Majelis Etik
melanjutkan persidangan
b. Jika terperiksa menjawab “iya”, maka Ketua Majelis Etik
menanyakan kepada Petugas Bantuan Hukum, “apakah benar
dalam sidang ini Anda bertindak sebagai Petugas Bantuan Hukum
terperiksa?” Apabila benar, maka Ketua Majelis Etik harus meminta
bukti Surat Pendampingan Sidang Etik kepada Petugas Bantuan
Hukum dengan mengatakan “Apakah saudara dapat menunjukkan
Surat Perintah Pendampingan Sidang Etik?”
a. Jika Petugas Bantuan Hukum menjawab “ya”, Ketua Majelis Etik
meminta Petugas Bantuan Hukum untuk menunjukkan bukti
surat tersebut dan meminta Sekretaris Sidang untuk ikut
menyaksikan dengan mengatakan “Petugas Bantuan Hukum
silahkan maju, saudara Sekretaris silahkan maju ke depan
untuk ikut menyaksikan”.
b. Surat Perintah Pendampingan Sidang Etik diserahkan kepada
Ketua Majelis Etik dan diperlihatkan kepada Anggota Majelis
dan Sekretaris Sidang. Setelah itu, Petugas Bantuan Hukum
dan Sekretaris Sidang kembali ke tempat.
18. Sebelum Pembacaan Surat Dugaan Pelanggaran dan Tuntutan Etik,
Ketua Majelis Etik menanyakan kepada Sekretaris Sidang apakah surat

Hal 21
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
tersebut sudah siap, dengan mengatakan “Sekretaris Sidang, apakah
Surat Dugaan Pelanggaran dan Tuntutan Etik Sudah siap?”.
19. Sekretaris Sidang menjawab “iya”.
20. Ketua Majelis Etik juga wajib menanyakan kepada Petugas Bantuan
Hukum apakah telah mendapat salinan Surat Dugaan Pelanggaran dan
Tuntutan Etik, dengan mengatakan “Apakah Petugas Bantuan Hukum
sudah mendapatkan salinannya?”
1) Petugas Bantuan Hukum harus sudah mendapatkan salinan Surat
Dugaan Pelanggaran dan Tuntutan Etik pada hari-hari sebelum
sidang dimulai. Oleh karenanya, Petugas Bantuan Hukum
menjawab “ya”
2) Apabila Petugas Bantuan Hukum belum mendapatkan salinan
Surat Dugaan Pelanggaran dan Tuntutan Etik saat di persidangan,
maka sidang dapat dibatalkan demi hukum.
21. Ketua Majelis Etik mempersilahkan Sekretaris Sidang untuk membacakan
Surat Dugaan Pelanggaran dan Tuntutan Etik dengan mengatakan
“Sekretaris Sidang silahkan membacakan Surat Dugaan Pelanggaran dan
Tuntutan Etik, saudara terperiksa harap mendengarkan dengan seksama”
22. Sekretaris sidang membacakan Surat Dugaan Pelanggaran dan tuntutan
Etik, “Surat Dugaan Pelanggaran dan tuntutan Etik Nomor….,. yang kami
hormati Majelis Kode Etik Pusat/Wilayah agar dapat menyidangkan
terperiksa, Nama… NIP..Pangkat..Jabatan..pokok perkara …. (dan
seterusnya sampai dengan pembacaan nama sekretaris sidang dan NIP-
nya)”
23. Setelah pembacaan surat Dugaan Pelanggaran dan tuntutan Etik, Ketua
Majelis menanyakan kepada Terperiksa dengan mengatakan, “apakah
saudara terperiksa sudah mengerti tentang pelanggaran yang dituduhkan
dan tuntutan yang dikenakan kepada Saudara?”
24. Apabila Terperiksa tidak mengerti, maka Sekretaris sidang atas
permintaan Ketua Majelis memberikan penjelasan singkat dengan bahasa
yang sederhana dan mudah dimengerti.
25. Ketua Majelis bertanya kepada Sekretaris sidang dengan mengatakan,
“apakah ada saksi-saksi yang akan dihadirkan pada sidang hari ini?”
26. Sekretaris sidang menjawab, “ya, ada.”
27. Ketua Majelis mempersilahkan terperiksa untuk mengambil tempat
disamping Petugas Bantuan Hukum dengan mengatakan, “saudara
terperiksa silahkan duduk di tempat yang telah disediakan”.
28. Ketua Majelis segera memerintahkan kepada Sekretaris sidang untuk
menghadirkan saksi-saksi ke dalam ruangan dengan mengatakan,
“Saudara sekretaris, silahkan menghadirkan saksi”

Hal 22
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
29. Sekretaris sidang memanggil saksi dengan mengatakan, “Sidang Etik
Pusat/Wilayah memanggil saksi, nama .........., jabatan.................Silahkan
saudara saksi menempati kursi pemeriksaan”
30. Ketika masuk ke ruang sidang, Saksi didampingi oleh Petugas Pengawas
Internal hingga duduk di kursi pemeriksaan dan Petugas Pengawas
Internal kembali ke tempat
31. Ketua Majelis wajib mengajukan pertanyaan kepada saksi:
1) Apakah saudara dalam keadaan sehat dan siap untuk memberikan
kesaksian?
2) Sebutkan nama lengkap saudara?
3) Sebutkan Nomor Induk Pegawai Saudara?
4) Apa jabatan saudara?
5) Berapa umur saudara?
6) Sebutkan alamat rumah saudara?
7) Sebutkan satuan kerja/pekerjaan saudara
8) Apa agama saudara?
9) Apakah saudara kenal dengan Terperiksa?
10) Apakah saudara mempunyai hubungan darah dengan Terperiksa?
29. Ketua Majelis mengatakan, “sebelum saudara memberikan kesaksian,
kami akan mengambil sumpah saudara, menurut agama….”
30. Ketua Majelis mengambil sumpah kepada saksi disaksikan rohaniwan
sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.
a. Untuk saksi yang beragama Islam, cukup berdiri tegap dan melafalkan
sumpah dan Petugas Administrasi berdiri dibelakangnya sambil
mengangkat Al Quran di atas kepala saksi.
b. Untuk saksi yang beragama Katholik, Petugas Administrasi
membawakan Injil (Alkitab) disebelah kiri saksi, pada saat saksi
melafalkan sumpah tangan kiri saksi diletakkan diatas Alkitab dan
tangan kanan saksi dan jari tengah dan jari telunjuk membentuk huruf
V (Victoria)
c. Untuk yang beragama kristen, mengacungkan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis, sedangkan untuk agama lain menyesuaikan.
30. Ketua Majelis meminta agar saksi mengikuti kata-kata yang dilafalkan oleh
Ketua Majelis dengan mengatakan, “saudara saksi harap mengikuti
perkataan saya”
1) Untuk saksi yang beragama Islam, lafal sumpah “wallahi.. atau demi
Allah... saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan dengan
sebenarnya dan tiada lain dari yang sebenarnya”.
2) Untuk saksi yang beragama Katholik/Kristen protestan lafal sumpah
“saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan dengan sebenarnya
dan tiada lain dari yang sebenarnya semoga Tuhan menolong saya.”

Hal 23
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
3) Untuk saksi yang beragama Hindu lafal sumpah “saya bersumpah
bahwa saya akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain
dari yang sebenarnya om atah parama wisesa.....”
4) Untuk saksi yang beragama Budha lafal sumpah “demi sang hyang
adi budha.... saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan dengan
sebenarnya dan tiada lain dari yang sebenarnya”
32. Setelah pengucapan sumpah selesai, Ketua Majelis mempersilahkan
saksi untuk duduk kembali dengan mengatakan, “saudara saksi silahkan
duduk”
33. Ketua Majelis mengingatkan saksi untuk memberikan keterangan yang
benar dengan mengatakan, “saudara saksi harap memberikan keterangan
yang sebenarnya, sesuai dengan apa yang dialami, apa yang dilihat, atau
apa yang didengar oleh saudara Saksi sendiri. Apabila saksi tidak
mengatakan yang sesungguhnya, maka Saksi dapat dituntut karena
sumpah palsu”.
34. Ketua Majelis mulai memeriksa saksi dengan mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan Terperiksa.
35. Setelah Ketua Majelis selesai mengajukan pertanyaan kepada saksi,
Ketua Majelis dapat mempersilahkan Anggota Majelis untuk mengajukan
pertanyaan kepada saksi dengan mengatakan, “saudara anggota, apakah
ada yang perlu ditambahkan?”
36. Setelah pertanyaan dari Anggota Majelis selesai, Ketua Majelis bertanya
kepada terperiksa dengan mengatakan “apakah saudara terperiksa akan
memberikan tanggapan atas keterangan saudara saksi?
a) Jika terperiksa menjawab “ya”, ketua majelis etik mempersilahkan
terperiksa/petugas bantuan hukum untuk memberikan tanggapan. Jika
diperlukan, Ketua Majelis dapat menanyakan kembali kepada saksi
mengenai tanggapan yang disampaikan oleh terperiksa, dengan
mengatakan “apakah saudara saksi akan memberikan tanggapan atas
keterangan terperiksa?” begitu selanjutnya hingga terperiksa maupun
saksi menjawab “tidak”
b) Jika terperiksa menjawab “tidak”, ketua majelis mempersilahkan saksi
untuk meninggalkan ruang sidang dengan mengatakan “saudara saksi
silahkan kembali ke tempat”
c) Saksi kemudian berdiri dan menuju kursi saksi dengan didampingi oleh
Petugas Pengawas Internal
37. Selanjutnya Ketua Majelis bertanya kepada Sekretaris sidang dengan
mengatakan, “Apakah masih ada saksi yang akan diajukan pada sidang
hari ini?” Demikian seterusnya sampai Sekretaris sidang mengatakan
tidak ada lagi saksi (termasuk saksi ahli) yang akan diajukan.
38. Tata cara pengajuan ahli adalah sama dengan tata cara pengajuan saksi.
Keterangan yang diberikan oleh ahli adalah pendapatnya terhadap suatu
Hal 24
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
kebenaran sesuai dengan pengetahuan, pengalaman atau bidang
keahliannya.
39. Ketua Majelis wajib mengajukan pertanyaan kepada saksi:
1) Apakah saudara dalam keadaan sehat dan siap untuk memberikan
kesaksian?
2) Apakah saudara ahli tahu kenapa saudara dihadirkan dalam sidang ini?
3) Sebutkan nama lengkap saudara?
4) Sebutkan Nomor Induk Pegawai Saudara?
5) Apa jabatan saudara?
6) Berapa umur saudara?
7) Sebutkan alamat rumah saudara?
8) Sebutkan satuan kerja/pekerjaan saudara
9) Apa agama saudara?
10) Apakah saudara kenal dengan Terperiksa?
11) Apakah saudara mempunyai hubungan darah dengan Terperiksa?
40. Majelis mengambil sumpah kepada ahli disaksikan rohaniwan sesuai
dengan ketentuan agama masing-masing sehingga lafal sumpahnya
menjadi:
1) Untuk saksi yang beragama Islam, lafal sumpah diawali dengan ucapan
“wallahi.. atau demi Allah... saya bersumpah bahwa saya akan
memberikan pendapat menurut pengetahuan saya dengan sebaik-
baiknya”.
2) Untuk saksi yang beragama Katholik/Kristen protestan lafal sumpah
“saya bersumpah bahwa saya akan memberikan pendapat menurut
pengetahuan saya dengan sebaik-baiknya semoga Tuhan menolong
saya.”
3) Untuk saksi yang beragama Hindu lafal sumpah “saya bersumpah
bahwa saya akan memberikan pendapat menurut pengetahuan saya
dengan sebaik-baiknya om atah parama wisesa.....”
4) Untuk saksi yang beragama Budha lafal sumpah “demi sang hyang adi
budha.... saya bersumpah bahwa saya akan memberikan pendapat
menurut pengetahuan saya dengan sebaik-baiknya”
43. Setelah Sekretaris Sidang menyatakan bahwa tidak ada lagi saksi yang
dapat diajukan, sidang dilanjutkan dengan pemeriksaan alat bukti atau
barang bukti.
44. Ketua Majelis menanyakan kepada Sekretaris Sidang apakah ada alat
bukti atau barang bukti yang ingin diajukan, dengan mengatakan “Saudara
Sekretaris, apakah ada alat bukti atau barang bukti yang ingin diajukan?”
45. Jika ada alat bukti atau barang bukti yang ingin diajukan, Sekretaris
Sidang maju dan menyerahkannya kepada Ketua Majelis. Ketua Majelis
dapat memanggil Terperiksa dan Petugas Bantuan Hukum untuk maju ke
depan dan menyaksikan barang bukti yang dihadirkan.
Hal 25
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
46. Apabila Sekretaris sidang mengatakan semua alat bukti dan barang bukti
telah diajukan, Ketua Majelis menanyakan kepada petugas bantuan
hukum dengan mengatakan “dalam sidang ini apakah ada saksi
meringankan yang ingin saudara ajukan?
47. Jika petugas bantuan hukum menjawab “ya” maka Ketua Majelis Etik
mempersilahkan petugas bantuan hukum untuk menghadirkan saksi
48. Petugas bantuan hukum memanggil saksi dengan mengatakan, “saudara
saksi, silahkan menempati kursi pemeriksaan”
49. Tata cara pemeriksaan yang meringankan dan pengambilan sumpah
sama dengan pemeriksaan saksi lainnya hingga proses pemeriksaan
selesai.
50. Sidang etik dilanjutkan dengan pemeriksaan Terperiksa. Ketua majelis etik
memerintahkan terperiksa untuk duduk di kursi pemeriksaan dengan
mengatakan “saudara terperiksa silahkan menempati kursi pemeriksaan”
51. Pada saat pemeriksaan terperiksa, Ketua Majelis Etik mengingatkan
kepada Terperiksa untuk menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan
tidak berbelit-belit sehingga tidak mempersulit jalannya persidangan,
dengan mengatakan “saudara terperiksa, mohon menjawab pertanyaan
dengan jujur dan jelas”.
52. Ketua dan Anggota Majelis mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada Terperiksa.
53. Ketua Majelis dapat menunjukkan segala jenis barang bukti dan
menanyakan pada Terperiksa apakah ia mengenal benda tersebut untuk
meyakinkan jawaban atas suatu pertanyaan atau menegaskan suatu
fakta.
54. Setelah pemeriksaan terhadap terperiksa selesai, Ketua Majelis
memerintahkan terperiksa untuk kembali ke tempat dengan mengatakan,
“saudara terperiksa silahkan kembali ke tempat”
55. Ketua Majelis kemudian menskors sidang mengatakan, “Sidang diskors
paling lama 2 (dua) jam untuk pengambilan keputusan dan akan
dilanjutkan dengan Pembacaan Keputusan”. Kemudian mengetukkan palu
1 (satu) kali.
56. Ketua dan Anggota Majelis keluar ruang sidang dan menuju ruang/tempat
rapat pengambilan keputusan
57. Setelah rapat pengambilan keputusan selesai, Ketua dan Anggota Majelis
kembali memasuki ruang sidang
58. Ketua Majelis mencabut skors untuk membacakan keputusan sidang
dengan mengatakan, “dengan ini skors saya cabut”. Kemudian mengetuk
palu sebanyak 1 (satu) kali.
59. Ketua Majelis mempersilahkan terperiksa untuk duduk di kursi
pemeriksaan dengan mengatakan, “Saudara terperiksa silahkan duduk di
kursi pemeriksaan”
Hal 26
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
60. Ketua Majelis memerintahkan kepada terperiksa agar mendengarkan
keputusan dengan mengucapkan, “Saudara terperiksa harap
mendengarkan dengan seksama keputusan yang saya bacakan”
61. Ketua Majelis mulai membacakan keputusan dengan membaca,
“Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan/Kantor Wilayah dst…..”
62. Pada saat ketua Majelis akan membacakan/mengucapkan amar
keputusan (sebelum mulai membaca kata-kata “memutuskan”….) maka
Ketua Majelis memerintahkan Terperiksa untuk berdiri dengan
mengatakan, “Saudara terperiksa silahkan berdiri”.
63. Setelah amar keputusan dibacakan seluruhnya, Ketua Majelis
mengetukkan palu 1 (satu) kali dan mempersilahkan terperiksa untuk
duduk kembali dengan mengatakan, “Saudara terperiksa silahkan duduk
kembali”
64. Ketua Majelis menjelaskan secara singkat isi keputusannya dan
menyampaikan bahwa keputusan tersebut bersifat final dan mengikat agar
Terperiksa mengerti terhadap keputusan yang dijatuhkan kepadanya
65. Ketua Majelis menyatakan bahwa seluruh rangkaian acara persidangan
etik telah selesai dan menyatakan sidang ditutup. Tata caranya adalah
mengucapkan: “Sidang Etik Pusat/Wilayah… nomor… perkara…dengan
terperiksa…..telah selesai. Sidang dinyatakan ditutup”. Kemudian Ketua
Majelis mengetukkan palu 3 (tiga) kali.
66. Petugas Pengawas Internal memasuki ruang sidang untuk mengawal
terperiksa keluar ruang sidang
67. Ketua Majelis Etik mengambil posisi berdiri
68. Petugas Pengawas Internal melaporkan kepada Ketua Majelis dengan
mengatakan, “Sidang etik pusat/wilayah telah selesai dilaksanakan.
Laporan selesai”
69. Ketua Majelis mengatakan, “Kembali ke tempat”
70. Petugas pengawas internal dan terperiksa memberikan penghormatan
kepada Ketua Majelis dengan kalimat, “Kepada Ketua Majelis Etik,
hormat..grak!; Ketua Majelis membalas penghormatan. Setelah itu
petugas pengawas internal memberikan aba-aba “tegak..grak!”
71. Sekretaris sidang mengumumkan bahwa Ketua Majelis dan anggotanya
akan meninggalkan ruang sidang dengan mengatakan, “Ketua dan
anggota Majelis Etik akan meninggalkan ruang sidang, hadirin dimohon
berdiri”.
72. Ketua dan anggota Majelis Etik meninggalkan ruang sidang
73. Terperiksa keluar ruang sidang dengan pengawalan Petugas Pengawas
Internal
74. Sekretaris sidang mengatakan, “para hadirin dapat meninggalkan ruang
sidang”.
Hal 27
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
Alur Penyelenggara Kode Etik

Penerimaan Persiapan Pelaksanaan Penyampaian Pelaporan dan


Hasil Sidang Sidang Keputusan Pendokumentasi
Penyelesaian Sidang an Arsip
Pengaduan

Hal 28
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1.8. Jangka Waktu Penyelesaian

Jangka Waktu
No. Kegiatan Waktu Output
Pencatatan dalam buku
Penerimaan Laporan Hasil penerimaan dan
1 1 Hari
Penyelesaian Pengaduan. penyampaian kepada
Direktur Jenderal/ Kakanwil

1) Pembentukan Majelis dan 3 Hari Surat Keputusan


Kelengkapan Sidang

2) Penyerahan berkas kepada 2 Hari Berita Acara


Majelis Kode Etik
2
3) Rapat Persiapan Sidang 1 Hari Notulensi rapat dan
dan Penentuan tanggal penetapan jadwal sidang
sidang

4) Pemanggilan Para Pihak 5 Hari Surat perintah pemanggilan

Pelaksanaan Sidang dan


3 3 Hari Keputusan
Pengambilan Keputusan

Penyampaian Keputusan
4 Majelis 3 Hari Tanda terima

Pelaksanaan Keputusan Berita Acara Pelaksanaan


5 14 Hari
Majelis Putusan
Pelaporan dan
6 Pendokumentasian 1 Hari Laporan Hasil Kegiatan

Jumlah Waktu : 33 Hari

Hal 29
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1.9. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan

Untuk setiap tahun anggaran, kebutuhan biaya pelaksanaan penegakan


kode etik mengacu kepada komponen pembiayaan pelaksanaan penegakan
kode etik sebagai berikut :

Harga
No Rincian Kegiatan Volume Biaya Total
Satuan
SIDANG MAJELIS KODE ETIK 9.430,000
PEMASYARAKATAN

521211 VERIVIKASI

1.440.000

Belanja bahan
PAK
1. ATK 1 ET 500,000 500,000
2. Konsumsi Rapat (10
orang x1 keg) 10 OK 64,000 640,000
3. Penggandaan dan PAK
Penjilidan 1 ET 300,000 300,000

521211 PEMERIKSAAN 1.440.000


PAK
1. ATK 1 ET 500,000 500,000
2. Konsumsi Rapat (10
orang x 1 keg) 10 OK 64,000 640,000
3. Penggandaan dan PAK
Penjilidan 1 ET 300,000 300,000
BIAYA PENGAWASAN
PELAKSANAAN
SIDANG 2.650.000
1. Ketua Majelis Kode
Etik(1 orang x 1 keg) 1 850,000 850,000
2. Anggota Majelis Kode
Etik(2orang x 1 keg) 2 750,000 1.500,000
3. Transpot untuk saksi
dan terperiksa 2 150,000 300,000

PELAKSANAAN
524111 SIDANG 3.900.000
Belanja Perjalanan Biasa
1. Transport ( 1 Orang x
1 keg) 1 OH 150,000 150,000
2. Uang Harian (1 Orang
x 1 keg) 1 OH 350,000 350,000
3.Penginapan (1 Orang x
1 keg) 1 OH 450,000 450,000
4. Tiket ( 1 Orang x 1 2,500,0
keg) 1 OH 00 2,500,000
Hal 30
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
1.10. Instrumen Penilaian Kinerja

Form Monitoring dan Evaluasi Standar Sidang Kode Etik


Divisi Pemasyarakatan

I. Nama Divisi Pemasyarakatan : ..................................................................

A. KECUKUPAN SARANA DAN PRASARANA

1. Ketersediaan ruang sidang majelis kode etik

Tidak tersedia

Tersedia, tapi tidak bisa dipakai

Tersedia, tapi masih digunakan untuk kegiatan bersama

2. Ketersediaan Alat Kelengkapan Sidang Majelis Kode Etik

Tidak tersedia

Tersedia, tapi tidak bisa dipakai

Tersedia, tapi belum lengkap

3. Kelengkapan Berkas perkara Sidang

Tidak tersedia

Tersedia, tapi tidak bisa dipakai

Tersedia, tapi belum lengkap

B. KECUKUPAN SUMBER DAYA MANUSIA

4. Ketersediaan Sekretariat Majelis Kode Etik

Tidak tersedia

Tersedia

Terbatas ...... Orang

5. Ketersediaan Penegak Kode Etik

Tidak tersedia

Hal 31
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
Tersedia

Terbatas ...... Orang

6. Ketersediaan Petugas Bantuan Hukum

Tidak tersedia

Tersedia

Terbatas

7. Ketersediaan SK Majelis Kode Etik

Tidak tersedia

Tersedia

Terbatas

8. Kesiapan Saksi dan Terperiksa

Saksi dan Terperiksa Tidak Hadir

Saksi dan Terperiksa Hadir salah Satu

Saksi Dan Tersperiksa Hadir Semua

9. Apakah personil yang berada di Divisi Pemasyarakatan sudah


mendapatkan pendidikan dan pelatihan mengenai sidang kode etik
yang diselenggarakan oleh Ditjen Pemasyarakatan

Belum pernah mendapatkan diklat mengenai sidang kode etik

Pernah mengikuti Diseminasi tentang Standar Sidang Kode Etik

Secara Rutin Mengikuti Diseminasi Tentang Standar Sing Kode Etik

C. KECUKUPAN ANGGARAN

10. Apakah ada alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan sidang


kode etik wilayah

Tidak ada

Ada

Hal 32
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
Diadakan......

11. Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan sidang majelis


kode etik di Divisi Pemasyarakatan

Rp.

KRITERIA KEBERHASILAN PELAKSANAAN STANDAR SIDANG

12. Efektifitas pelaksanaan standar sidang


Berikan nilai (skala 1 - 3) melihat pencapaian dari tujuan pelaksanaan
standar sidang

Tidak tercapai 1 2 3 Tercapai

13. Berapa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menangani


proses sidang majelis kode etik dimulai penerimaan laporan hasil
penyelesaian pengaduan pelanggaran etik sampai dengan
pelaksanaan sidang majelis kode etik?

2 minggu

1 bulan

48 hari

14. Keputusan dari Majelis Kode Etik kepada Pejabat Pembina


Kepegawaian

Hanya Sekedar Keputusan Sidang

Diteruskan Kepada PPK

Dipantau sampai Penjatuhan Hukuman

UMPAN BALIK PERBAIKAN STANDAR SIDANG

15. Spesifikasikan kendala yang ditemui pada saat pelaksanaan sidang


majelis kode etik oleh Divisi Pemasyarakatan

Hal 33
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
16. Spesifikasikan kekurangan dalam praktek dan prosedur yang tertera
dalam standar pelaksanaan sidang majelis kode etik wilayah

17. Spesifikasikan strategi dan teknik implementasi yang bisa


ditambahkan di dalam standar pelaksanaan sidang majelis kode etik
untuk meningkatkan keberhasilan standar sidang majelis kode etik

18. Apakah dengan adanya Diseminasi Standar Sidang Kode Etik sudah
cukup atau perlu ditindaklanjuti?

19. Apakah Majelis Kode Etik cukup memberikan Keputusan Majelis saja
kepada Pejabat Pembina kepegawaian?

Hal 34
Standar SidangKode Etik
DirektoratJenderalPemasyarakatan
DAFTAR LAMPIRAN

1 Format Surat Keputusan Keanggotaan Majelis Etik


2 Format surat pelaksanaan Sidang Etik
3 Format Surat Perintah Pelaksanaan Sidang Etik
4 Format surat pemanggilan pemeriksaan Sidang Etik untuk teradu
5 Format surat pemanggilan pemeriksaan Sidang Etik untuk saksi ahli
6 Format surat pemanggilan pemeriksaan Sidang Etik untuk saksi
7 Format surat pernyataan ketidakbersediaan hadir dalam sidang etik oleh
saksi
8 Format berita acara sidang etik
9 Format daftar hadir sidang etik
10 Format surat peminjaman alat bukti dan barang bukti
11 Format surat dugaan pelanggaran dan tuntutan
12 Format surat izin penggunaan ruang sidang etik
13 Format notulensi rapat pleno
14 Format berita acara rapat pleno
15 Format surat pernyataan rehabilitasi
16 Format surat Keputusan Majelis Etik
17 Format buku register Keputusan Majelis Etik
18 Format surat pengantar pelaksanaan keputusan majelis etik
19 Format Surat keterangan tidak dilaksanakannya keputusan majelis etik
20 Format Surat pemberitahuan keterlambatan penjatuhan sanksi etik
21 Format surat pengumuman penjatuhan sanksi etik
22 Format surat pemberitahuan pelanggaran etik
23 Format laporan hasil pelaksanaan penjatuhan sanksi etik
24 Format surat permintaan keterangan keterlambatan pelaksanaan sanksi
25 Format surat keterangan keterlambatan pelaksanaan sanksi

Draft Standar Sidang Majelis Kode Etik Hal 35


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
STANDART OPERATING PROSEDURE PELAKSANAAN SIDANG KODE ETIK

NO KEGIATAN PELAKSANA MUTU BAKU KETERAN


GAN
PETUGAS
ADMINIS KASI KASUBDIT DIREKTUR DIRJEN TU KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TRASI
1 - Menerima hasil rapat koordinasi untuk melakukan sidang -berkas rapat 1 jam -Adanya konsep
kode etik dari subdit pelayanan pengaduan koordinasi sprint yang
- Melakukan pencatatan kedalam buku register -konsep surat dicatat dalam
- Membuat surat panggilan untuk pegawai yang diduga perintah buku register
melakukan pelanggaran kode etik
- Membuat surat panggilan untuk saksi
- Membuat sprint tim majelis kode etik
- Membuat sprint pelaksanaan sidang kode etik
- Menyiapkan berkas sidang
- Meneruskan ke Kasi Pengawasan Internal dan Kasi
Bantuan Hukum Advokasi
2 - Menerima hasil rapat koordinasi -berkas sidang 15 Menit Adanya konsep
- Melakukan pemeriksaan terhadap pegawai yang diduga -konsep surat sprint yang telah
melanggar kode etik perintah diperiksa dan
- Melakukan pemeriksaan terhadap saksi diteruskan ke
- Membuat BAP terduga kasubdit
- Membuat BAP saksi
- Meneruskan kepada kasubdit kode etik profesi
3 - Menerima konsep berkas sidang TIDAK -berkas sidang 15 Menit Adanya koreksi
- Mempelajari kembali konsep berkas sidang -konsep surat atas konsep sprint
- Melakukan koreksi dan memberikan paraf persetujuan peribtah untuk diteruskan
terhadap berkas sidang ke Direktur
- Memberikan disposisi untuk diteruskan ke Direktur Bina
Keamanan dan Ketertiban YA
4 - Menerima sprin tim majelis kode etik dan sprint -berkas sidang 15 Menit Adanya surat
pelaksanaan sidang kode etik dari Kasubdit Kode Etik -surat perintah perintah yang
Profesi telah
- Atas nama Dirjen menandatangani sprint tim majelis kode ditandatangani
etik dan sprint pelaksanaan sidang kode etik atas nama
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
- Memberikan disposisi atas laporan pelaksanaan sidang
untuk dliakukan pengiriman melalui TU

WAKTU 1 JAM 45 MENIT


I. DENAH RUANGAN

SIDANG KODE ETIK PETUGAS PEMASYARAKATAN


(BENTUK SEGARIS)

9 9

7 2 1 3 8

12
4

a 5 11
6

10
6
14 14

13 13

KETERANGAN :

1. KETUA MAJELIS 10. NOTULEN


2. SEKRETARIS MAJELIS 11. SEKRETARIS SIDANG
/ANGGOTA 12. PETUGAS ADMINISTRASI
3. SEKRETARIS MAJELIS / 13. PETUGAS WAS IN
ANGGOTA 14. SAKSI
4.KURSI TERPERIKSA II
5. KURSI TERPERIKSA I
6. ADVOKASI / BANKUM
7. BENDERA MERAH PUTIH
8. BENDERA PEMASYARAKATAN
9. FOTO PRESIDEN DAN
WAPRES
Blangko 1

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN

NOMOR………………………… TAHUN…………

TENTANG
KEANGGOTAAN MAJELIS KODE ETIK

Menimbang : a. bahwa untuk menjaga integritas moral dan keteladanan sikap


dan tingkah laku Pegawai Pemasyarakatan dalam melaksanakan
tugas pelayanan, pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan, Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan serta dalam pergaulan hidup sehari-hari perlu
mempedomani Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan
b. bahwa dalam rangka penegakan pelaksanaan dan penyelesaian
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Pegawai
Pemasyarakatan di pusat perlu dibentuk Majelis Kode Etik pada
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
tentang Keanggotaan Majelis Kode Etik pada Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di
seluruh Indonesia

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614)
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 676)
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-16.KP.05.
02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang Kode Etik
Pegawai Pemasyarakatan
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-01.PW.01.
01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang Pengawasan
Intern Pemasyarakatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN


TENTANG KEANGGOTAAN MAJELIS KODE ETIK PADA
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Kesatu : Majelis Kode Etik pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bertugas
melakukan penegakan, pelaksanaan dan penyelesaian
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh pegawai
pemasyarakatan di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan
susunan keanggotaan terlampir
Kedua : Majelis Kode Etik dalam mengambil keputusan dalam sidang
pelanggaran kode etik harus mempertimbangkan saksi, alat bukti
lainnya dan keterangan yang bersangkutan
Ketiga : Majelis Kode Etik wajib melaporkan hasil keputusan sidang
kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Keempat : Biaya pelaksanaan kegiatan Majelis Kode Etik pada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan dibebankan pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kelima : Putusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan pembetulan seperlunya.

Ditetapkan di………………
Pada tanggal………….
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Lampiran

ANGGOTA MAJELIS KODE ETIK


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

NO. NAMA JABATAN

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KANTOR WILAYAH


NOMOR……………… TAHUN…………

TENTANG
KEANGGOTAAN MAJELIS KODE ETIK

Menimbang : a. bahwa untuk menjaga integritas moral dan keteladanan sikap


dan tingkah laku Pegawai Pemasyarakatan dalam melaksanakan
tugas pelayanan, pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan, Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang
Rampasan serta dalam pergaulan hidup sehari-hari perlu
mempedomani Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan
b. bahwa dalam rangka penegakan pelaksanaan dan penyelesaian
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Pegawai
Pemasyarakatan di wilayah perlu dibentuk Majelis Kode Etik
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan
tentang Keanggotaan Majelis Kode Etik Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di seluruh
Indonesia

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614)
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 676)
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-16.KP.05.
02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang Kode Etik
Pegawai Pemasyarakatan
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-01.PW.01.
01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang Pengawasan
Intern Pemasyarakatan

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA TENTANG KEANGGOTAAN
MAJELIS KODE ETIK PADA KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Kesatu : Majelis Kode Etik pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia bertugas melakukan penegakan,
pelaksanaan dan penyelesaian pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh pegawai pemasyarakatan di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan susunan
keanggotaan terlampir
Kedua : Majelis Kode Etik dalam mengambil keputusan dalam sidang
pelanggaran kode etik harus mempertimbangkan saksi, alat bukti
lainnya dan keterangan yang bersangkutan
Ketiga : Majelis Kode Etik wajib melaporkan hasil keputusan sidang
kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia
Keempat : Biaya pelaksanaan kegiatan Majelis Kode Etik Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dibebankan pada
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kelima : Putusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan pembetulan seperlunya.

Ditetapkan di………………
Pada tanggal………….
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Lampiran

ANGGOTA MAJELIS KODE ETIK

KANTOR WILAYAH

NO. NAMA JABATAN

KEPALA KANTOR WILAYAH

Nama
NIP
Blangko 2

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

SURAT PERINTAH PELAKSANAAN SIDANG KODE ETIK

NOMOR ……………………………….

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan pelaksanaan dan


penyelesaian pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
Pegawai Pemasyarakatan di Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan perlu dibentuk Majelis Kode Etik Pusat
b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, perlu dibuat
Surat Perintah Pelaksanaan Sidang Kode Etik Pusat
Direktorat Jnderal Pemasyarakatan perlu dibentuk Majelis
Kode Etik Pusat

Dasar : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3614)
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 676)
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-
16.KP.05. 02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-
01.PW.01. 01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang
Pengawasan Intern Pemasyarakatan

MEMERINTAHKAN

Kepada : Daftar nama pegawai dan tujuan kegiatan terlampir

Untuk : 1. Melaksanakan sidang kode etik atas aduan pelanggaran kode


etik yang dilakukan oleh …………… pada ………. waktu……
2. Melaporkan hasil keputusan sidang kepada Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan
Biaya yang diakibatkan Surat Perintah ini Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan tahun ……………………………

Demikian Surat Perintah ini untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Dikeluarkan di Jakarta
Pada tanggal………….
Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Lampiran

ANGGOTA MAJELIS KODE ETIK PUSAT

DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

NO. NAMA TUGAS


Ketua Majelis Kode etik
Anggota Majelis Kode etik
Anggota Majelis Kode etik
Sekretaris sidang
Petugas Pengawasan Internal
Petugas Pengawasan Internal
Petugas Bantuan Hukum
Petugas Administrasi Sidang

Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

SURAT PERINTAH PELAKSANAAN SIDANG KODE ETIK WILAYAH

NOMOR ……………………………….

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan pelaksanaan dan


penyelesaian pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh
Pegawai Pemasyarakatan di kantor wilayah perlu dibentuk
Majelis Kode Etik Wilayah
b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, perlu dibuat
Surat Perintah Pelaksanaan Sidang Kode Etik Wilayah perlu
dibentuk Majelis Kode Etik Wilayah

Dasar : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 77 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3614)
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 676)
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-
16.KP.05. 02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan
5. Peraturan Menteri Hukum dan HAM R.I Nomor M.HH-
01.PW.01. 01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang
Pengawasan Intern Pemasyarakatan

MEMERINTAHKAN

Kepada : Daftar nama pegawai dan tujuan kegiatan terlampir

Untuk : 1. Melaksanakan sidang kode etik atas aduan pelanggaran kode


etik yang dilakukan oleh …………… pada ………. waktu……
2. Melaporkan hasil keputusan sidang kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Biaya yang diakibatkan Surat Perintah ini Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM tahun ……………………………

Demikian Surat Perintah ini untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Dikeluarkan di Jakarta
Pada tanggal………….
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Lampiran

ANGGOTA MAJELIS KODE ETIK WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

NO. NAMA TUGAS


Ketua Majelis Kode etik
Anggota Majelis Kode etik
Anggota Majelis Kode etik
Sekretaris sidang
Petugas Pengawasan Internal
Petugas Pengawasan Internal
Petugas Bantuan Hukum
Petugas Administrasi Sidang

KEPALA KANTOR WILAYAH

Nama
NIP
Blangko 3

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

RAHASIA

SURAT PANGGILAN TERPERIKSA


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor :


……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan kehadiran
saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan dalam sidang kode etik terkait pelanggaran
kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1. ……………………..
2. …………………….
3. ……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Pusat

Nama
NIP.
Tembusan Kepada Yth. :
1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ...........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
alamat ……………………………………….

RAHASIA

SURAT PANGGILAN TERPERIKSA


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK WILAYAH
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan


HAM Nomor : ……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan
kehadiran saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan dalam sidang kode etik terkait pelanggaran
kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1. ……………………..
2. …………………….
3. ……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Wilayah

Nama
NIP.

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Blangko 4

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

RAHASIA

SURAT PANGGILAN SAKSI


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor :


……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan kehadiran
saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan sebagai saksi dalam sidang kode etik terkait
pelanggaran kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1.……………………..
2.…………………….
3.……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Pusat

Nama
NIP.
Tembusan Kepada Yth. :
1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH................................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

RAHASIA

SURAT PANGGILAN SAKSI


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK WILAYAH
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan


HAM Nomor : ……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan
kehadiran saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan sebagai saksi dalam sidang kode etik terkait
pelanggaran kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1.……………………..
2.…………………….
3.……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Wilayah

Nama
NIP.

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Blangko 5

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

RAHASIA

SURAT PANGGILAN SAKSI AHLI


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor :


……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan kehadiran
saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan sebagai saksi ahli dalam sidang kode etik
terkait pelanggaran kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1.……………………..
2.…………………….
3.……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Pusat

Nama
NIP.
Tembusan Kepada Yth. :
1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ...................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

RAHASIA

SURAT PANGGILAN SAKSI AHLI


MENGHADIRI SIDANG KODE ETIK WILAYAH
NOMOR : ………………..

Menindaklanjuti Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan


HAM Nomor : ……………tanggal ……….. tentang ……………………. bersama ini diharapkan
kehadiran saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk hadir memberikan keterangan sebagai saksi ahli dalam sidang kode etik
terkait pelanggaran kode etik dengan rincian sebagai berikut :

1.……………………..
2.…………………….
3.……………………………

Sesuai surat …………………… Nomor ………….. tanggal

Sidang kode etik akan diselenggarakan pada :


Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :

Demikian untuk diperhatikan dan dilaksanakan.

Mengetahui
Ketua Majelist Kode Etik Wilayah

Nama
NIP.

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Blangko 6

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA HADIR DALAM SIDANG KODE ETIK
SEBAGAI SAKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia hadir dalam sidang kode etik
sebagai saksi dan bersedia/tidak bersedia untuk memenuhi serta mengikuti prosedur dan
ketentuan sidang kode etik yang telah ditetapkan.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan


sebagaimanan mestinya.

………………….., ………………….
Yang membuat pernyataan

Nama
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA HADIR DALAM SIDANG KODE ETIK
SEBAGAI SAKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia hadir dalam sidang kode etik
sebagai saksi dan bersedia/tidak bersedia untuk memenuhi serta mengikuti prosedur dan
ketentuan sidang kode etik yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimanan mestinya.

………………….., ………………….
Yang membuat pernyataan

Nama
Blangko 7
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

Berita Acara Persidangan


Nomor : ……………………….

Pada hari ini ........ tanggal.......bulan.....tahun........., Tim Majelis Kode Etik yang
terdiri dari :
Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Berdasarkan Surat Perintah.................Nomor:.....................Tanggal............ telah


melakukan Sidang Majelis Kode Etik dengan terperiksa atas nama :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Dengan hasil rekomendasi hasil sidang sebagai berikut :


1.
2.
3.

Demikian Berita Acara Persidangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Jakarta,

Yang diperiksa Tim Pemeriksa


Nama : 1. Nama :
NIP : NIP :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

2. Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

3. Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ...........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

Berita Acara Persidangan


Nomor : ……………………….

Pada hari ini ........ tanggal.......bulan.....tahun........., Tim Majelis Kode Etik yang
terdiri dari :
Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Berdasarkan Surat Perintah.................Nomor:.....................Tanggal............ telah


melakukan Sidang Majelis Kode Etik dengan terperiksa atas nama :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

Dengan hasil rekomendasi hasil sidang sebagai berikut :


1.
2.
3.

Demikian Berita Acara Persidangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Jakarta,

Yang diperiksa Tim Pemeriksa


Nama : 1. Nama :
NIP : NIP :
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

2. Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

3. Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
Blangko 8
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

DAFTAR HADIR SIDANG KODE ETIK

NO. NAMA JABATAN TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.

……………….., ……………
Ketua Majelist Kode Etik Pusat

Nama
NIP.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

DAFTAR HADIR SIDANG KODE ETIK

NO. NAMA JABATAN TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.

……………….., ……………
Ketua Majelist Kode Etik Wilayah

Nama
NIP.
Blangko 9
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

……………………., …………………………..
Kepada Yth :
Nomor :
Sifat :
Lampiran :
Hal : Peminjaman Alat Bukti dan Barang Bukti

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya sidang kode etik, maka tiim pemeriksa
bermaksud meminjam alat bukti.barang bukti berupa :
1. ……………………………….
2. ………………….
3. …………………

Untuk digunakan sebagai banag bukti dalam Sidang Majelis Kode Etik terkait pelanggaran
kode etik yang diduga dilakukan oleh saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Demikian surat ini kami sampaikan . Atas Perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima
kasih.

Mengetahui,

Sekretaris Sidang Kode Etik

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WIALAYAH ..........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

……………………., …………………………..
Kepada Yth :
Nomor :
Sifat :
Lampiran :
Hal : Peminjaman Alat Bukti dan Barang Bukti

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya sidang kode etik, maka tiim pemeriksa
bermaksud meminjam alat bukti.barang bukti berupa :
1. .……………………………….
2. ………………….
3. .………………

Untuk digunakan sebagai banag bukti dalam Sidang Majelis Kode Etik terkait pelanggaran
kode etik yang diduga dilakukan oleh saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Demikian surat ini kami sampaikan . Atas Perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima
kasih.

Mengetahui,

Sekretaris Sidang Kode Etik

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Blangko 10
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN TUNTUTAN

Yang kami hormati Ketua Majelis Kode Etik Pusat agar dapat menyidangkan
terperiksa

Nama :
Pangkat :
NIP :
Jabatan :
Unit kerja :

POKOK PERKARA :
a. bahwa terperiksa sesuai dengan hasil pemeriksaan telah diduga melakukan tindakan
……………….. yang dilakukan pada ………………………………

b. Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan Kode
Etik Pegawai Pemasyarakatan yaitu Permenkumham Nomor M.HH-16.KP.05.02 tahun
2011 pasal ... butir .... poin .... dan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Demikian tuntutan ini disampaikan untuk digunakan dalam persidangan ini.

………..,…………………………………..

Selaku
SEKRETARIS MAJELIS

Nama
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN TUNTUTAN

Yang kami hormati Ketua Majelis Kode Etik Wilayah agar dapat menyidangkan
terperiksa

Nama :
Pangkat :
NIP :
Jabatan :
Unit kerja :

POKOK PERKARA :
a. bahwa terperiksa sesuai dengan hasil pemeriksaan telah diduga melakukan tindakan
……………….. yang dilakukan pada ………………………………

b. Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan Kode
Etik Pegawai Pemasyarakatan yaitu Permenkumham Nomor M.HH-16.KP.05.02 tahun
2011 pasal ... butir .... poin .... dan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Demikian tuntutan ini disampaikan untuk digunakan dalam persidangan ini.

………..,…………………………………..

Selaku
SEKRETARIS MAJELIS

Nama
Blangko 11
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

……………………., …………………………..
Kepada Yth :
Nomor :
Sifat :
Lampiran :
Hal : Peminjaman Ruang Sidang

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya sidang kode etik, maka dengan ini kami
bermaksud meminjam ruangan ………………..guna melaksanakan sidang kode etik yang
akan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :……………………………….
Pukul………. :

Demikian surat ini kami sampaikan . Atas Perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima
kasih.

Mengetahui,

Sekretaris Sidang Kode Etik

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .......................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

……………………., …………………………..
Kepada Yth :
Nomor :
Sifat :
Lampiran :
Hal : Peminjaman Ruang Sidang

Berkenaan dengan akan dilaksanakannya sidang kode etik, maka dengan ini kami
bermaksud meminjam ruangan ………………..guna melaksanakan sidang kode etik yang
akan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :……………………………….
Pukul………. :

Demikian surat ini kami sampaikan . Atas Perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima
kasih.

Mengetahui,

Sekretaris Sidang Kode Etik

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth. :


1.
2.
Blangko 12

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

NOTULENSI RAPAT PLENO


SIDANG KODE ETIK PUSAT

Hari : ……………………….
Tanggal : …………………………
Pukul : …………………………
Peserta : …………………………….
1. ……………………….
2. …………………………
3. …………………………
4. …………………………….
Jalannya Rapat
(Musyawarah Pengambilan Putusan)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Disahkan oleh,
Notula Ketua Majelis Kode Etik

Nama Nama
NIP NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ............................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

NOTULENSI RAPAT PLENO


SIDANG KODE ETIK WILAYAH

Hari : ……………………….
Tanggal : …………………………
Pukul : …………………………
Peserta : …………………………….
1. ……………………….
2. …………………………
3. …………………………
4. …………………………….
Jalannya Rapat
(Musyawarah Pengambilan Putusan)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Disahkan oleh,
Notula Ketua Majelis Kode Etik Wilayah

Nama Nama
NIP NIP
Blangko 13
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

Berita Acara Rapat Pleno


Nomor : ……………………….

Pada hari ini ........ tanggal.......bulan.....tahun........., Tim Majelis Kode Etik yang
terdiri dari :
Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Memutuskan hasil musyawarahKeputusan Sidang Kode Etik atas perkara pelanggaran etik
saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

sebagai berikut :
1.
2.
3.

Demikian Berita Acara rapat Pleno ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

……..,…………………………

Tim Majelis Kode Etik


1. Ketua Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

2. Anggota Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

3. Anggota Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ..........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

Berita Acara Rapat Pleno


Nomor : ……………………….

Pada hari ini ........ tanggal.......bulan.....tahun........., Tim Majelis Kode Etik yang
terdiri dari :
Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Memutuskan hasil musyawarahKeputusan Sidang Kode Etik atas perkara pelanggaran etik
saudara :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :

sebagai berikut :
1.
2.
3.

Demikian Berita Acara rapat Pleno ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

……..,…………………………

Tim Majelis Kode Etik


1. Ketua Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

2. Anggota Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

3. Anggota Majelis
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
Blangko 14

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MAJELIS KODE ETIK PUSAT


NOMOR :

DEMI MENJAGA MARTABAT, KEHORMATAN DAN PROFESIONALISME


PEGAWAI PEMASYARAKATAN”

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan;
2. Peraturan Presiden RI Nomor : 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-
16.KP.05.02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-
01.PW.01.01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang
Pengawasan Intern Pemasyarakatan.

Membaca : 1. Laporan Nomor tanggal ......

2. Surat-surat lain yang berhububungan dengan perkara


tersebut...............................

Menimbang : 1. Berdasarkan pasal……………


2. Tuntutan Sekretaris Sidang …………..
3. Pembelaan dari terperiksa ………….
4. Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap
Terperiksa dan mendengar keterangan saksi-saksi serta bukti
yang diajukan dalam persidangan ini, disimpulkan bahwa :
...........................................................................................

MEMUTUSKAN
Terperiksa :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :
1. Terbukti/tidak terbukti telah melakukan pelanggaran ............ sebagaimana diatur dalam
Pasal ..... Peraturan Pemerintah Nomor ….. tahun .......... tentang ......... yang dibuktikan
dengan terpenuhinya semua unsur pelanggaran dengan kualifikasi dan sanksi ………..

2. Menjatuhkan sanksi berupa (jika terbukti bersalah)...................................................


3. Putusan Majelis Kode Etik bersifat final dan mengikat.

Ditetapkan di : .................................
Pada tanggal : .................................

KETUA MAJELIS KODE ETIK PUSAT

(.................................)

ANGGOTA

(.................................)

(.................................)
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MAJELIS KODE ETIK WILAYAH


NOMOR :

DEMI MENJAGA MARTABAT, KEHORMATAN DAN PROFESIONALISME


PEGAWAI PEMASYARAKATAN”

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang


Pemasyarakatan;
2. Peraturan Presiden RI Nomor : 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-
16.KP.05.02 Tahun 2011 tanggal 30 September 2011 tentang
Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-
01.PW.01.01 Tahun 2011 tanggal 5 Oktober 2011 tentang
Pengawasan Intern Pemasyarakatan.

Membaca : 1. Laporan Nomor tanggal ......

2. Surat-surat lain yang berhububungan dengan perkara


tersebut...............................

Menimbang : 1. Berdasarkan pasal……………


2. Tuntutan Sekretaris Sidang …………..
3. Pembelaan dari terperiksa ………….
4. Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap
Terperiksa dan mendengar keterangan saksi-saksi serta bukti
yang diajukan dalam persidangan ini, disimpulkan bahwa :
...........................................................................................

MEMUTUSKAN
Terperiksa :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

1. Terbukti/tidak terbukti telah melakukan pelanggaran ............ sebagaimana diatur dalam


Pasal ..... Peraturan Pemerintah Nomor ….. tahun .......... tentang ......... yang dibuktikan
dengan terpenuhinya semua unsur pelanggaran dengan kualifikasi dan sanksi ………..
2. Menjatuhkan sanksi berupa (jika terbukti bersalah)...................................................
3. Putusan Majelis Kode Etik bersifat final dan mengikat.

Ditetapkan di : .................................
Pada tanggal : .................................

KETUA MAJELIS KODE ETIK WILAYAH

(.................................)

ANGGOTA

(.................................)

(.................................)
Blangko 15

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

SURAT PERNYATAAN REHABILITASI


Nomor : ……………………….

Majelis Kode Etik yang terdiri dari :


Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Dengan ini menyatakan bahwa terperiksa atas nama :


Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dinyatakn tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik sebagaimana yang telah
dituduhkan dalam sidang kode etik dan akan diumumkan secara terbuka.

…………. ,…………………

Yang diperiksa Majelis Kode Etik Pusat


Nama : 1. Ketua
NIP : Nama :
Tanda Tangan : NIP :
Tanda Tangan :

2. Anggota
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

3 .Anggota
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .......................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

SURAT PERNYATAAN REHABILITASI


Nomor : ……………………….

Majelis Kode Etik yang terdiri dari :


Nama : ..........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)
Nama :...........................................Selaku ( Jabatan dalam majelis)

Dengan ini menyatakan bahwa terperiksa atas nama :


Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dinyatakn tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik sebagaimana yang telah
dituduhkan dalam sidang kode etik dan akan diumumkan secara terbuka.

…………. ,…………………

Yang diperiksa Majelis Kode Etik Wilayah


Nama : 1. Ketua
NIP : Nama :
Tanda Tangan : NIP :
Tanda Tangan :

2. Anggota
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :

4 .Anggota
Nama :
NIP :
Tanda Tangan :
Blangko 16

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

SURAT REKOMENDASI SANKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dalam hal ini bertindak atas nama Direktur Jenderal Pemasyarakatan, menyampaikan
rekomendasi untuk diberikan sanksi kepada :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Berdasarkan keputusan Sidang Majelis Kode Etik No ...............Tanggal yang menyatakan


bahwa pegawai yang bersangkutan terbukti bersalah melakukan pelanggaran Kode Etik
Pegawai Pemasyarakatan pasal .................yaitu .....................untuk selanjutnya diberikan
sanksi berupa :
1. pernyataan secara terbuka/tertutup dan melanggar Undang-undang Aparatur Sipil
Negara pasal yaitu ................
2. tindakan pembinaan berupa tidak mendapat promosi jabatan.tidak boleh mengikuti
pelatihan/dan tidak mendapat mutasi dalam jangka waktu tertentu
3. melakukan rotasi internal
Dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja setelah surat rekomendasi ini
diterima.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

...........,.................
An. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Direktur Bina Keamanan dan Kletertiban

Nama
NIP.

Tembusan Kepada Yth :


1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ......................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

SURAT REKOMENDASI SANKSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Dalam hal ini bertindak atas nama Direktur Jenderal Pemasyarakatan, menyampaikan
rekomendasi untuk diberikan sanksi kepada :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Berdasarkan keputusan Sidang Majelis Kode Etik No ...............Tanggal yang menyatakan


bahwa pegawai yang bersangkutan terbukti bersalah melakukan pelanggaran Kode Etik
Pegawai Pemasyarakatan pasal .................yaitu .....................untuk selanjutnya diberikan
sanksi berupa :
1. pernyataan secara terbuka/tertutup dan melanggar Undang-undang Aparatur Sipil
Negara pasal yaitu ................
2. tindakan pembinaan berupa tidak mendapat promosi jabatan.tidak boleh mengikuti
pelatihan/dan tidak mendapat mutasi dalam jangka waktu tertentu
3. melakukan rotasi internal
Dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja setelah surat rekomendasi ini
diterima.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

...........,.................
An. Kepala Kantor Wilayah
Kepala Divisi Pemasyarakatan

Nama
NIP.

Tembusan Kepada Yth :


1.
2.
Blangko 17
BUKU REGISTER HASIL KEPUTUSAN SIDANG ETIK

NO. NAMA NIP PANGKAT/GOL JABATAN TGL PASAL YG REKOMENDASI TINDAK KETERANGAN
SIDANG DILANGGAR SANKSI LANJUT
Blangko 17

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

.....................,..................................

Kepada Yth.
........................
di ..................
RAHASIA

Berdasarkan hasil keputusan dan rekomendasi dengan perkara pelanggaran kode etik atas
nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

pada hari ........ tanggal ............bulan .................tahun .......................Dengan hasil


rekomendasi sidang sebagai berikut :
1.
2.
3.

Dikarenakan (sebutkan alasan) Pejabat Pembina Kepegawaian mendelegasikan


wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik kepada :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk dapat bersedia menjalankan wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik
tersebut.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Pejabat Pembina Kepegawaian

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ...................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

.....................,..................................

Kepada Yth.
........................
di ..................
RAHASIA

Berdasarkan hasil keputusan dan rekomendasi dengan perkara pelanggaran kode etik atas
nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

pada hari ........ tanggal ............bulan .................tahun .......................Dengan hasil


rekomendasi sidang sebagai berikut :
1.
2.
3.

Dikarenakan (sebutkan alasan) Pejabat Pembina Kepegawaian mendelegasikan


wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik kepada :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Untuk dapat bersedia menjalankan wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik
tersebut.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Pejabat Pembina Kepegawaian

Nama
NIP
Blangko 18

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

PENGUMUMAN
NOMOR .......................................

TENTANG
PENJATUHAN SANKSI KODE ETIK

Berdasarkan keputusan sidang etik yang dilaksanakan dengan perkara pelanggaran


kode etik atas nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Telah terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan sesuai


Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-16.KP.05.02 tahun 2011
tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan pasal .....Ayat......Butir..... dan disiplin pegawai
negeri sesuai Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil pasal ........... ayat ............. butir.................

Untuk dapat bersedia menjalankan wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik
tersebut.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Pejabat Pembina Kepegawaian

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH .........................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

PENGUMUMAN
NOMOR .......................................

TENTANG
PENJATUHAN SANKSI KODE ETIK

Berdasarkan keputusan sidang etik yang dilaksanakan dengan perkara pelanggaran kode
etik atas nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Telah terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan sesuai


Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-16.KP.05.02 tahun 2011
tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan pasal .....Ayat......Butir..... dan disiplin pegawai
negeri sesuai Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil pasal ........... ayat ............. butir.................

Untuk dapat bersedia menjalankan wewenang pelaksanaan penjatuhan sanksi kode etik
tersebut.

Demikian surat ini untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Pejabat Pembina Kepegawaian

Nama
NIP
Blangko 19

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

SURAT PEMBERITAHUAN PELANGGARAN KODE ETIK

Berdasarkan hasil putusan sidang majeliskode etik dengan terperiksa atas nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Telah terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan sesuai


Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-16.KP.05.02 tahun 2011
tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan pasal .....Ayat......Butir..... dan diberikan sanksi
berupa .............................

Demikian surat pemberitahuan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Ketua Majelis Kode Etik

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ............................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

SURAT PEMBERITAHUAN PELANGGARAN KODE ETIK

Berdasarkan hasil putusan sidang majelis kode etik dengan terperiksa atas nama :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

Telah terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan sesuai


Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-16.KP.05.02 tahun 2011
tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan pasal .....Ayat......Butir..... dan diberikan sanksi
berupa .............................

Demikian surat pemberitahuan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan.

....................,.........................

Ketua Majelis Kode Etik

Nama
NIP
Blangko 20

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

LAPORAN TENTANG
PELAKSANAAN PENJATUHAN SANKSI KODE ETIK

A. Pendahuluan
1. Umum
2. Maksud dan tujuan
3. Ruang lingkup
4. Dasar

B. Kegiatan yang dilaksanakan


Berdasarkan hasil Sidang Kode Etik yang dilaksanakan pada hari ..... tanggal
..........bulan ........... tahun ........... terhadap terperiksa atas nama :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

C. Hasil yang dicapai


Sidang Majelis Kode Etik yang telah dilaksanakan menjatuhkan sanksi kode etik
berupa :
1.
2.
3.

D. Simpulan dan Saran

E. Penutup

Demikian laporan ini dibuat untuk dilaksanakan dan dilakukan evaluasi.

Ditetapkan di : .................................
Pada tanggal : .................................

KETUA MAJELIS KODE ETIK

(.................................)
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ..................................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

LAPORAN TENTANG
PELAKSANAAN PENJATUHAN SANKSI KODE ETIK

F. Pendahuluan
1. Umum
2. Maksud dan tujuan
3. Ruang lingkup
4. Dasar

G. Kegiatan yang dilaksanakan


Berdasarkan hasil Sidang Kode Etik yang dilaksanakan pada hari ..... tanggal
..........bulan ........... tahun ........... terhadap terperiksa atas nama :
Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

H. Hasil yang dicapai


Sidang Majelis Kode Etik yang telah dilaksanakan menjatuhkan sanksi kode etik
berupa :
1.
2.
3.

I. Simpulan dan Saran

J. Penutup

Demikian laporan ini dibuat untuk dilaksanakan dan dilakukan evaluasi.

Ditetapkan di : .................................
Pada tanggal : .................................

KETUA MAJELIS KODE ETIK

(.................................)
Blangko 21

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

NOTA DINAS
NOMOR .......................

Yth : ……………………….
Dari : …………………………
Hal : …………………………
Lampiran : …………………………….
Tanggal

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-


16.KP.05.02 tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan dan Keputusan
Sidang Kode Etik Nomor .....................tanggal atas pelanggaran kode etik yang terbukti
dilakukan oleh :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

dan surat rekomendasi sanksi tanggal........dengan penjatuhan sanksi maksimum selama 14


(empat belas) hari terhitung sejak tanggal ......................hingga ..............................., maka
denganini Kami meminta konfirmasi mengenai alasan tidak dilaksanakannya rekomendasi
yang telah kami buat tersebut. Konfirmasi harap dibuat dalam bentuk surat keterangan yang
ditujukan Ke Kasubdit Kode Etik Profesi.

Demikian permintaan ini kami buat agar dapat menjadi perhatian dan dilaksanakan.

Kasubdit Kode Etik Profesi

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth.


1.
2.
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WIALAYAH ......................

NOTA DINAS
NOMOR .......................

Yth : ……………………….
Dari : …………………………
Hal : …………………………
Lampiran : …………………………….
Tanggal

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No M.HH-


16.KP.05.02 tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan dan Keputusan
Sidang Kode Etik Nomor .....................tanggal atas pelanggaran kode etik yang terbukti
dilakukan oleh :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

dan surat rekomendasi sanksi tanggal........dengan penjatuhan sanksi maksimum selama 14


(empat belas) hari terhitung sejak tanggal ......................hingga ..............................., maka
denganini Kami meminta konfirmasi mengenai alasan tidak dilaksanakannya rekomendasi
yang telah kami buat tersebut. Konfirmasi harap dibuat dalam bentuk surat keterangan yang
ditujukan Ke Kasubdit Kode Etik Profesi.

Demikian permintaan ini kami buat agar dapat menjadi perhatian dan dilaksanakan.

Kepala Bidang Pengamanan dan Pembinaan

Nama
NIP

Tembusan Kepada Yth.


1.
2.
Blangko 22

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I


DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN
MAJELIS KODE ETIK PUSAT
Jl. Veteran No. 11 Jakarta Pusat
Telp. 3857611 email: wasinternal.ditjenpas@gmail.com

KETERANGAN
Nomor ..........................

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

dengan ini menerangkan bahwa penjatuhan sanksi kode etik terhadap :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja

Ditunda
karena .................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
................................................................................................................
Demikian surat pemberitahuan ini dibuat untuk dijadikan perhatian.

.....................................................
An. Direktur Bina Keamanan dan Ketertiban
Kasubdit Kode Etik Profesi

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
KANTOR WILAYAH ..................................
MAJELIS KODE ETIK WILAYAH
Alamat ……………………………………….

KETERANGAN
Nomor ..........................

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja :

dengan ini menerangkan bahwa penjatuhan sanksi kode etik terhadap :

Nama :
NIP :
Pangkat :
Jabatan :
Unit Kerja

Ditunda
karena .................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
................................................................................................................
Demikian surat pemberitahuan ini dibuat untuk dijadikan perhatian.

.....................................................
Kepal Bidang Keamanan dan Pembinaan

Nama
NIP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

NOTA DINAS
NOMOR...................................

Yth : ..................................
Dari : ..................................
Hal : ..................................
Lampiran : ...................................(jika ada)
Tanggal : ....................................

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:


M.HH-16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan dan
Keputusan Sidang Etik Nomor ………..tanggal atas pelanggaran etik yang terbukti
dilakukan oleh:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Unit Kerja :
dan surat rekomendasi sanksi tanggal …………. dengan penjatuhan sanksi
maksimum selama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal ……….. hingga
…………, maka dengan ini Kami meminta konfirmasi mengenai alasan tidak
dilaksanakannya rekomendasi yang telah kami buat tersebut. Konfirmasi harap
dibuat dalam bentuk surat keterangan yang ditujukan ke Kepala Sub Direktorat
Penegakan Kode Etik.
Demikian permintaan ini kami buat agar dapat menjadi perhatian dan
dilaksanakan.

Kepala Sub Direktorat Layanan Pengaduan

Nama
NIP

Anda mungkin juga menyukai