Anda di halaman 1dari 33

A.

Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub di dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

ialah: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia”. Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara, menentukan:

Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN.


Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan
publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas
pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
Pegawai ASN. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan dalam
rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi
pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan.
Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu
dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural and political
development) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial
(economic and social development) yang diarahkan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.

Lebih lanjut Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara, menentukan:

Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas


pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu, Pegawai ASN harus
memiliki profesi dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada Sistem
Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja yang dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan,
penempatan, dan promosi pada jabatan yang dilaksanakan secara
terbuka dan kompetitif, sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang
baik.

1
22

Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional

terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan kesempurnaan

aparatur negara pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri.

Pegawai negeri yang sempurna adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan

dan bersatu padu, bermental baik, berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya

guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur pertama

aparatur negara. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa disiplin yang

tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang

sempurna. Disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan

dengan baik.

Pegawai Negeri bukan saja unsur aparatur negara tetapi juga

merupakan abdi negara dan abdi masyarakat yang selalu hidup di tengah

masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu dalam

pelaksanaan pembinaan pegawai negeri bukan saja dilihat dan diperlakukan

sebagai aparatur negara, tetapi juga dilihat dan diperlakukan sebagai warga

negara. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam melaksanakan

pembinaan hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara

kepentingan dinas dan kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan,

dengan ketentuan bahwa apabila ada perbedaan antara kepentingan dinas dan

kepentingan pegawai negeri sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah

yang harus diutamakan.

Pengertian negara yang bersih, kuat dan berwibawa yaitu aparatur

yang seluruh tindakannya dapat dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari segi


33

moral dan nilai–nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang–

undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam

dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.

Akan tetapi dalam kenyataannya, berdasarkan pada observasi

mengenai pembangunan menunjukkan bahwa hambatan pelaksanaan

pembangunan terkadang justru muncul dari kalangan aparatur negara sendiri.

Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan

berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan

karena tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama dan pemakaian

kelengkapan peralatan dalam mendukung kelancaran tugas.

Berdasarkan pada hal tersebut, Pegawai Negeri dipandang masih

banyak kekurangan yaitu kurang adanya menghargai waktu, mengefisienkan

tenaga dan kedisiplinan kerja. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang

menentukan:

Pasal 3

ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:


a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas;
dan
g. profesionalitas jabatan.
44

Pasal 4

Nilai dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi:


a. memegang teguh ideologi Pancasila;
b. setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang
luhur;
h. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
i. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah;
j. memberikan layanan kepada publik secara jujur,
k. tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna,
dan santun;
l. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
m. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
n. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
o. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
p. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karier.
Pasal 5

(1) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf b bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN.
(2) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a.melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi;
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c.melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e.melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
55

g. menggunakan kekayaan dan barang milik negara


secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan
dalam melaksanakan tugasnya;
i. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk
orang lain;
k. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu
menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
l. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
(3) Kode etik dan kode perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Terkait dengan pembinaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara tersebut, maka salah satu faktor yang dipandang sangat penting

dan prinsipil dalam mewujudkan Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa

adalah masalah kedisiplinan para Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan

tugas pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Dalam meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut,

masih mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai

Negeri Sipil hanya mengatur tentang disiplin PNS dalam satu pasal, yaitu Pasal

229 yang menentukan:

1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran


pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS.
66

2. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin


terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan
disiplin.
3. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman
disiplin.
4. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum.

Terhadap PNS yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan

perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 berarti dianggap telah melakukan pelanggaran disiplin

PNS. Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan atau

perbuatan PNS, baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan

melanggar peraturan disiplin apabila dengan ucapan, tulisan dan atau

perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai

kewajiban dan atau larangan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

Adanya pelanggaran disiplin sebagaimana tersebut di atas, yang

kesemuanya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap disiplin kerja pegawai

yang menimbulkan suatu pertanyaan yaitu apakah pelanggaran pelanggaran

tersebut sudah sedemikian membudaya sehingga sulit untuk diadakan

pembinaaan atau penertiban sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Pelaksanaan otonomi daerah membawa konsekuensi, khususnya di

bidang kepegawaian yaitu semakin luasnya kewenangan daerah dalam

pelaksanaan manajemen sumber daya aparatur khususnya mengenai

pembinaan dan pengawasan kepegawaian. Sukamto Satoto mengemukakan:

“Hal ini dilakukan agar terciptanya good governance. Ini berarti untuk
77

mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean and strong

government) terlebih dahulu harus diusahakan terwujudnya aparat yang baik,

jujur dan berwibawa”.1

Hal ini dapat tercipta apabila proses pengawasan serta pengendalian

terhadap aparat tersebut bersifat kontinyu dan cukup berbobot. Asas

pemerintahan yang baik dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu dari aspek teori,

Aspek normatif dan aspek praktek2.

Kewenangan dalam melakukan pembinaan disiplin pegawai negeri

sipil dipandang telah tumpang tindih antara Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi, satuan kerja perangkat daerah baik itu Dinas Daerah dan Lembaga

Teknis Daerah dan Inspektorat Provinsi.

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi sebagai salah satu

organisasi perangkat daerah (OPD) dari 6 (enam) Badan Daerah Provinsi

Jambi dalam lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jambi yang membidangi

masalah kepegawaian. Selain Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi,

Badan Daerah Provinsi Jambi, yaitu:

1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tipe A melaksanakan

fungsi penunjang perencanaan;

2. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Tipe A melaksanakan fungsi

penunjang pendidikan dan pelatihan;

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Tipe A melaksanakan fungsi

penunjang Penelitian dan pengembangan;

1Sukamto Satoto, Hukum Birokrasi dan Good Governance, Bahan Ajar Magister Ilmu Hukum
Universitas Jambi, Jambi. 18 Maret 2007.
2 Ibid.
88

4. Badan Pengelola Keuangan Daerah Tipe B melaksanakan fungsi

penunjang keuangan; dan

5. Badan Penghubung Daerah Provinsi melaksanakan fungsi penunjang

untuk melaksanakan koordinasi urusan pemerintahan dan pembangunan

dengan pemerintah pusat.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) angka 2 Peraturan Daerah

Provinsi Jambi Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jambi menentukan: “Badan Kepegawaian Daerah

Tipe A melaksanakan fungsi penunjang kepegawaian”.

Pasal 2 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 58 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan

Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi, menentukan:

(1) Badan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah.

(2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan.

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi dalam lingkungan

Sekretariat Daerah Provinsi Jambi membantu Gubernur Jambi dalam

melaksanakan sebagian urusan rumah tangga Daerah di bidang Kepegawaian

yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan peraturan perundangan yang

berlaku agar Tugas Badan Kepegawaian Daerah dapat terselenggara dengan

baik sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.


99

Peraturan Gubernur Jambi Nomor 58 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan Kepegawaian

Daerah Provinsi Jambi, menentukan:

Pasal 3

Badan mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi

penunjang urusan pemerintahan di bidang kepegawaian yang menjadi

kewenangan daerah provinsi sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 4

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,


Badan mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan
di bidang kepegawaian;
b. penyelenggaraan kebijakan teknis dalam penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karir, pola karir, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
tunjangan kinerja, penghargaan, disiplin, pemberhentian, dan
perlindungan pegawai ASN sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
c. penyelenggarakan pelayanan administrasi kepegawaian bagi
pegawai ASN sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penyusunan dan
penetapan kebutuhan pegawai ASN;
e. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penyelenggaraan
pengadaan pegawai ASN;
f. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pengangkatan dan
pengambilan sumpah atau janji calon PNS;
g. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pengisian, pelantikan,
pengambilan sumpah atau janji, serta pemberhentian PNS dari
jabatan pimpinan tinggi, jabatan administrator, dan jabatan
pengawas;
h. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pengisian,
pengangkatan, dan pemberhentian PNS dari jabatan fungsional;
i. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penyusunan dan
penetapan evaluasi jabatan lingkup pemerintah provinsi jambi;
j. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi perumusan standar
kompetensi jabatan, penyelenggaraan pemetaan potensi, dan
1010

penilaian kompetensi PNS dalam rangka manajemen


pengembangan karir;
k. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penyelenggaraan mutasi
pegawai ASN;
l. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penyelenggaraan
pengelolaan kinerja pegawai ASN;
m. penyelenggarakan, verifikasi, dan fasilitasi pemberian tunjangan
kinerja/tunjangan penghasilan PNS;
n. penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi penyusunan dan
penetapan evaluasi jabatan lingkup pemerintah provinsi;
o. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pemberian penghargaan
kepada pegawai ASN yang berprestasi dan penghargaan
manajemen kepegawaian kepada satuan kerja perangkat daerah
(Gubernur award); p. penyelenggaraan, koordinasi dan fasilitasi
penegakan peraturan disiplin pegawai ASN;
q. penyelenggaraan, koordinasi dan fasilitasi pembinaan jiwa korp
profesi pegawai ASN;
r. penyelenggaraan, koordinasi dan fasilitasi pensiun PNS dan
pemberhentian pegawai ASN;
s. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pengembangan sistem
informasi manajemen kepegawaian;
t. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi penelitian,
pengembangan, dan kerjasama dengan pihak lain di bidang
manajemen kepegawaian;
u. penyelenggaraan, koordinasi, dan fasilitasi pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan manajemen
kepegawaian;
v. penyelenggaraan pertanggungjawaban laporan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah (LAKIP), laporan penyelenggaraan pemerintah
daerah (LPPD), dan laporan keterangan pertanggungjawaban
badan dan laporan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
w. pengembangan standar mutu pelayanan kepegawaian; x. penetapan
penyusunan laporan tahunan badan;
y. pengoordinasian pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen
kepegawaian;
z. pembinaan dan fasilitasi penyelenggaraan dukungan administrasi
kepegawaian kepada seluruh unit kerja di lingkungan pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota;
aa. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di
bidang manajemen kepegawaian; dan
bb. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
1111

Berdasarkan ketentuan di atas, pejabat yang berwenang menghukum

melakukan pembinaan disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan instansinya

dengan memberlakukan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada

Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang terdiri dari:

(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:


a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; dan
c. hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)
tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi hanya menindaklanjuti

pelanggaran disiplin yang sebelumnya telah diproses oleh pejabat yang

berwenang menghukum di instansi tempat si PNS yang melanggar disiplin

tersebut bekerja. Kalau tidak ada laporan oleh instansi tersebut kepada Badan
1212

Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi, pelanggaran disiplin ini tidak akan

diproses oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi.

Tidak dipenuhi kewajiban dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil, tentu akan menimbulkan permasalahan. Bagi pemerintah setiap

pelanggaran terhadap kewajiban dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil akan dilaksanakan suatu mekanisme sanksi.

Pelanggaran terhadap kewajiban disiplin kerja juga dilakukan oleh

Pegawai Negeri Sipil yang menempati Satuan Polisi Pamong Praja Dan

Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi.

Berdasarkan penelitian awal penulis, pegawai negeri sipil dalam

lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Dan Pemadam Kebakaran Provinsi

Jambi, pada tahun 2017-2018 ditemui 8 (delapan) pelanggaran disiplin, yang

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel

Jumlah Pelanggaran Disiplin Pada Satuan Polisi Pamong Praja Dan Pemadam
Kebakaran Provinsi Jambi Pada Tahun 2017-2018

No. Tahun Jumlah Pelanggaran Jenis Pelanggaran disiplin


disiplin
1. 2017 7 (tujuh) 0 (0) pelanggaran berat
2 (dua) pelanggaran sedang
5 (lima) pelanggaran ringan
2. 2018 8 (delapan) 0 (0) pelanggaran berat
0 (0) pelanggaran sedang
8 (delapan) pelanggaran ringan
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi
1313

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikemukakan bahwa tingkat

pelanggaran disiplin pada Satuan Polisi Pamong Praja Dan Pemadam

Kebakaran Provinsi Jambi pada Tahun 2017-2018 fluktuatif. Pada tahun 2017

ditemukan 7 (tujuh) pelanggaran disiplin dengan penggolongan 0 (0)

pelanggaran berat, 2 (dua) pelanggaran sedang dan 5 (lima) pelanggaran

ringan. Sedangkan pada tahun 2018 ditemukan 8 (delapan) pelanggaran

disiplin dengan penggolongan 0 (0) pelanggaran berat, 0 (0) pelanggaran

sedang dan 8 (delapan) pelanggaran ringan.

Adanya pegawai negeri sipil yang melakukan sejumlah tindakan

indisipliner dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai aparat pemerintah

dan abdi masyarakat menimbulnya berbagai permasalahan yang

mengakibatkan kurangnya berjalannya proses pemerintahan dan pelayanan

terhadap masyarakat Provinsi Jambi yang juga karena kedisiplinan pegawai

sangat penting untuk menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka untuk mewujudkan

aparatur Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, kedisiplinan Pegawai

Negeri Sipil merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan, Pegawai

Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat harus

bisa menjadi suri tauladan terhadap masyarakat secara keseluruhan, sehingga

masyarakat dapat percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dan penulisan dengan menitikberatkan kajiannya pada tindakan

pelanggaran disiplin ringan dalam satu instansi dalam pemerintahan Provinsi


1414

Jambi dalam rangka penyusunan proposal skripsi dengan judul:

“Implementasi Penegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Satuan Polisi

Pamong Praja Dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang masalah di

atas, dapat diidentifikasikan perumusan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Bagaimana implementasi penegakan disiplin pegawai negeri sipil

di Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi?

2. Apa faktor penyebab tidak disiplin PNS di lingkungan Satuan

Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi penegakan

disiplin pegawai negeri sipil di Satuan Polisi Pamong Praja dan

Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penyebab tidak disiplin

PNS di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran Provinsi Jambi.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan penulis maupun pembaca berkenaan dengan implementasi


1515

penegakan disiplin pegawai negeri sipil di Satuan Polisi Pamong Praja

dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbang saran kepada aparat penegak hukum dan masyarakat dalam

implementasi penegakan disiplin pegawai negeri sipil di Satuan Polisi

Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

D. Kerangka Konseptual

Agar lebih mudah untuk memahami maksud penulis, maka perlu

penulis memberikan definisi atau batasan terhadap konsep-konsep yang

terdapat dalam judul proposal skripsi ini, di mana definisi ini berguna bagi

penulis sebagai pengantar pada pengertian awal. Adapun konsep-konsep

tersebut adalah sebagai berikut:

1.Implementasi

Menurut Mulyadi, bahwa:

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-


tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini
berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi
pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-
perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan
sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya
pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program
dilaksanakan. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses
pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa
tahapan yakni:
1. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.
2. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.
3. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.
4. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.
1616

5. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi


pelaksana.
6. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa
hal penting yakni:
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
2. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang
dapat diterima dan dijalankan.
3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.3

2.Penegakan Disiplin

a. Penegakan

Menurut Soerjono Soekanto, yang mengartikan bahwa “penegakan

hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-

undangan, walaupun di dalam kenyataannya di Indonesia

kecenderungannya adalah demikian, selain itu, ada kecenderungan

yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan

keputusan-keputusan hakim”.4

b. Disiplin

Pengertian disiplin dapat diartikan sebagai suatu hukuman, meskipun

arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. I.G Wursanto

mengemukakan: “Disiplin berasal dari bahas latin “Disciplina” yang

berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan

pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan”.5

3http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1590/5/141801060_file%205.pdf, tanggal akses


23 Oktober 2019.
4Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta
1983. hal .7.
5I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kansius, Yogyakarta, 1989, hal. 108.
1717

Kajian ini menitikberatkan pada disiplin pegawai negeri. Dalam Pasal

1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ditentukan: “Disiplin

Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk

menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang

apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”.

3. Pegawai Negeri Sipil

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara menentukan: “Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan”.

4. Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi

Pasal 1 angka 6 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 50 Tahun 2016

Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata

Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Dan Pemadam Kebakaran Provinsi

Jambi, menentukan: “Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran yang selanjutnya disingkat Satuan adalah Satuan Polisi

Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi”.

Pasal 1 angka 4 Peraturan Gubernur Jambi Nomor 45 Tahun 2014

Tentang Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi

Pamong Praja Provinsi Jambi yang menentukan: “Satuan Polisi Pamong


1818

Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah perangkat daerah dalam

Penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat serta perlindungan masyarakat”.

Uraian di atas dapat dikemukakan bahwa penulisan ini dimaksudkan

untuk membahas implementasi penegakan disiplin pegawai negeri sipil di

Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

E. Landasan Teoretis

1. Penegakan Hukum

Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris law enforcement.

Soerjono Soekanto, mengemukakan:

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak


kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam
kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.6

Penegakan hukum merupakan penegakan hukum yang cukup rumit

karena hukum menempati titik silang antara antara pelbagai bidang hukum

klasik.7 Penegakan hukum merupakan mata rantai terakhir dalam siklus

pengaturan perencanaan kebijakan yang urutannya sebagai berikut:8

1.

Perundang-undangan

6Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali,


Jakarta,1983, hal. 3
7Ibid.,
8Ibid, hal. 52.
1919

2.

Penentuan standar

3.

Pemberian izin

4.

Penerapan

5.

Penegakan hukum

Ada tiga macam penegakan hukum yaitu penegakan hukum

administrasi, perdata dan pidana. Di antara ke tiga bentuk penegakan hukum

yang tersedia, penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya

penegakan hukum terpenting.

a. Penegakan Hukum Administrasi

Penegakan hukum administrasi pada dasarnya berkaitan dengan

pengertian dari penegakan hukum itu sendiri serta hukum administrasi

karena penegakan hukum berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan

kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang

meliputi tiga bidang hukum yaitu administrasi, perdata dan pidana.

Ridwan HR yang mengemukakan:

Sarana penegakan hukum administrasi Negara berisi 1)


pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan
ketaatan pada atau berdasarkan undang-undang yang ditetapkan
secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang
meletakkan kewajiban kepada individu, dan 2) penerapan
kewenangan sanksi pemerintahan). Instrumen penegakan hukum
administrasi Negara meliputi pengawasan dan penegakan sanksi.
Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan
2020

kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah


represif untuk memaksakan kepatuhan.9

Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum

mempunyai dua fungsi yaitu bersifat preventif dan represif. Bersifat

preventif yaitu berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat yang

berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan dapat juga berupa pemberian

penerangan dan nasihat. Sedangkan sifat represif berupa sanksi yang

diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau penanggung

jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran.

Penegakan hukum administrasi memberikan sarana bagi

warganegara untuk menyalurkan haknya dalam mengajukan gugatan

terhadap badan pemerintahan. Gugatan hukum administrasi dapat terjadi

karena kesalahan atau kekeliruan dalam proses penerbitan sebuah

Keputusan Tata Usaha Negara yang berdampak penting.

2. Disiplin Kerja

Pengertian-pengertian disiplin kerja menurut para ahli di antaranya

yaitu menurut Hasibuan bahwa: “Disiplin kerja adalah kesadaran dan

kerelaan seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku.” Menurut Rivai bahwa: “Disiplin kerja

adalah suatu alat yang dipergunakan para manajer untuk berkomunikasi

dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku

serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian

seorang dalam memenuhi segala peraturan perusahaan.”

9Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 296.
2121

Beberapa pengertian disiplin kerja yang dikemukakan oleh


beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap
kesadaran, kerelaan dan kesedian seseorang dalam mematuhi dan
menaati peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku di
lingkungan sekitarnya.10

Maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata dari para

pegawai terhadap perangkat peraturan yang teradapat dalam suatu

organisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja

melainkan juga tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi,

berdasarkan pada hal tersebut diharapkan efektifitas pegawai akan

meningkat dan bersikap serta bertingkah laku disiplin.

Kedisiplinan pegawai dapat ditegakkan apabila peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan itu dapat diatasi oleh sebagian besar pegawainya

dalam kenyataan, bahwa dalam suatu instansi apabila sebagian besar

pegawainya mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin

pegawai sudah dapat ditegakkan.

3. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara menentukan: “Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya

disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah”.

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara menentukan: “Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

10Anonim, Bab II, http://eprints.polsri.ac.id/2356/3/BAB%20II.pdf, tanggal akses 23 Oktober


2019.
2222

tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan”.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, Pegawai Negeri mempunyai

kewajiban untuk memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan

melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan pada umumnya kepada Pegawai

Negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada prinsipnya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan

kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu

akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka, setiap

Pegawai Negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang telah dipercayakan

kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis pergunakan dalam penulisan ini adalah

yuridis empiris. Untuk tipe penelitian yuridis empiris, menurut Bahder

Johan Nasution, yang mengemukakan:

... hal ini merupakan ciri atau karakter penelitian ilmu hukum

empiris yang secara lengkap ciri atau karakter utama dari penelitian

hukum empiris tersebut meliputi:

(a) Pendekatannya pendekatan empiris

(b) Dimulai dengan pengumpulan fakta-fakta sosial/fakta

hukum
2323

(c) Pada umumnya menggunakan hipotesis untuk diuji

(d) Menggunakan instrumen penelitian (wawancara, kuesioner)

(e) Analisisnya kualitatif, kuantitatif atau gabungan keduanya

(f) Teorinya kebenarannya korespondensi

(g) Bebas nilai, maksudnya tidak boleh dipengaruhi oleh

subyek peneliti, sebab menurut pandangan penganut ilmu

hukum empiris kebebasan subyek sebagai manusia yang

mempunyai perasaan dan keinginan pribadi, sering tidak

rasional sehingga sering terjadi manipulasi, oleh karena itu

ilmu hukum harus bebas nilai dalam arti pengkajian terhadap

ilmu hukum tidak boleh tergantung atau dipengaruhi oleh

penilaian pribadi dari peneliti.11

Pendekatan yuridis (hukum dilihat sebagai norma atau das sollen),

karena dalam membahas permasalahan penelitian ini menggunakan bahan-

bahan hukum (baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis

atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder).

Pendekatan empiris (hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das

sein), karena dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh

dari lapangan.12 Jadi, pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini

maksudnya adalah bahwa dalam menganalisis permasalahan dilakukan

11Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 124-
125.
12Anonim, Bab 3 Metode Penelitian, http://eprints.umk.ac.id/333/4/BAB_III.pdf, tanggal akses
23 Oktober 2019.
2424

dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data

sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan yaitu berkaitan

dengan implementasi penegakan disiplin pegawai negeri sipil di Satuan

Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

2. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka spesifikasi penelitian

yang penulis gunakan adalah metode yang bersifat deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan atau menjelaskan secara rinci tentang implementasi

penegakan disiplin pegawai negeri sipil di Satuan Polisi Pamong Praja dan

Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah pimpinan pemerintah daerah

Provinsi Jambi dan pegawai negeri sipil dalam lingkungan Satuan Polisi

Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi. Penarikan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dengan menggunakan

kriteria jabatan, yang berhubungan langsung dan dianggap mengetahui

secara jelas permasalahan yang diteliti. Adapun yang dijadikan informan

yaitu:

1) Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi


2525

2) Kepala Bidang Umum dan Kepegawaian Kantor Badan

Kepegawaian Daerah Provinsi Jambi

3) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran

Provinsi Jambi

Sedangkan sampel yaitu PNS di Satuan Polisi Pamong Praja dan

Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi yang melakukan tindak pelanggaran

disiplin PNS yaitu sebanyak 5 (lima) orang.

4. Alat Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah dengan cara:

a. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara langsung dan mendalam

yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan memakai pedoman

wawancara yang dibuat terlebih dahulu oleh penulis. Bahder Johan

Nasution mengemukakan:

Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai

bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan cara tanya

jawab secara langsung dimana semua pertanyaan disusun

secara sistematik, jelas dan terarah sesuai dengan isu hukum

yang diangkat dalam penelitian. wawancara langsung ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang benar dan

akurat dari sumber yang ditetapkan sebelumnya. Dalam

wawancara tersebut semua keterangan atau jawaban yang


2626

diperoleh mengenai apa yang diinginkan dicatat dan atau

direkam dengan baik.13

b. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum

(baik normatif maupun yang sosiologis) karena penelitian hukum

selalu bertolak dari premis normatif.

Studi dokumen ini dipergunakan untuk studi bahan-bahan hukum yang

terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta

bahan hukum tertier.

Sumber data ada 2 (dua) macam, yaitu:

1) Data primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan

wawancara langsung dengan responden yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Untuk memperoleh data primer, dilakukan penelitian

di lapangan data primer ini diperoleh langsung dari para responden

yang sudah ditetapkan sebelumnya.

2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan

pustaka, yakni:

a) Peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

masalah, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil.


13Ibid., hal. 169.
2727

b) Literatur-literatur, karya ilmiah yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas.

c) Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu data yang

tersedia baik primer maupun data sekunder yang dikumpulkan. Hasil yang

diperoleh ini disajikan dalam bentuk deskriptif menggambarkan sesuatu

kenyataan yang terjadi mengenai implementasi penegakan disiplin

pegawai negeri sipil di Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran Provinsi Jambi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan skripsi

ini, maka perlu kiranya disusun secara sistematis. Adapun sistematika yang

dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah terdiri dari 4 (empat) bab

yang secara garis besarnya diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang

masalah yang merupakan titik tolak bagi penulis dalam penulisan

skripsi ini, selain itu bab ini juga menguraikan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat


2828

penelitian, kerangka konseptual, metode penelitian dan diakhiri

dengan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang disiplin kerja

pegawai negeri sipil dan reformasi administrasi kepegawaian di

pemerintah daerah.

BAB III IMPLEMENTASI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI

SIPIL DI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

KEBAKARAN PROVINSI JAMBI BERDASARKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

Merupakan pembahasan mengenai implementasi penegakan disiplin

pegawai negeri sipil di Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam

Kebakaran Provinsi Jambi dan faktor penyebab tidak disiplin PNS di

lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran

Provinsi Jambi. Bab ini merupakan pembahasan yang khusus

mengkaji permasalahan yang terdapat pada bab pertama dengan

menggunakan teori-teori yang ada pada bab kedua guna

mendapatkan atau memperoleh kesimpulan pada bab keempat.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan ringkasan dari seluruh uraian sebelumnya yang

dimuat dalam beberapa kesimpulan dan diakhiri dengan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat.


2929

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Bahder Johan Nasution. Metode Penelitian Hukum. CV. Mandar Maju.


Bandung, 2008.

I.G. Wursanto. Managemen Kepegawaian. Kansius, Yogyakarta, 1989.


3030

Peter Mahmud Marzuki. Metode Penelitian Hukum. Liberty, Jakarta, 2000.

Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,


2014.

Sukamto Satoto. Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian


Negara. Hanggar Kreator Yogyakarta, 2004.

Soekanto, Soerjono Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,


Rajawali. Jakarta, 1983.

Tim Penyusun. Buku Panduan Fakultas Hukum Universitas Jambi TA


2009/2010. Fakultas Hukum Universitas Jambi, Jambi, 2009.

-----------. 2003. Undang Undang Kepegawaian Lengkap. Sinar Grafika.


Jakarta.

B. Kamus

Tim Penyusun Kamus. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,
Jakarta.

C. Artike/Bahan Ajar/Jurnal/Karya Ilmiah

Sukamto Satoto, Hukum Birokrasi dan Good Governance, Bahan Ajar


Magister Ilmu Hukum Universitas Jambi, Jambi. 18 Maret 2007.

D. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

................Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara. UU Nomor 5


Tahun 2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5494.

.............. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Disiplin Pegawai


Negeri Sipil. PP Nomor 53 Tahun 2010. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5135.

.............. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Manajemen


Pegawai Negeri Sipil. PP Nomor 11 Tahun 2017. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6037.
3131

Provinsi Jambi. Peraturan Daerah Provinsi Jambi tentang Pembentukan dan


Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jambi. PERDA Nomor 8 Tahun
2016. Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2016 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jambi Nomor 8.

...............Peraturan Gubernur Jambi Tentang Kedudukan, Susunan


Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja Dan Pemadam Kebakaran Provinsi Jambi. PERGUB
Nomor 50 Tahun 2016. Berita Daerah Provinsi Jambi Tahun 2016
Nomor 50.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
3232

IMPLEMENTASI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI


SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN
PROVINSI JAMBI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 53 TAHUN 2010

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Seminar Proposal Pada Program


Kekhususan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Jambi

SUSILO PUGUH PRATAMA


NIM. RRB10015170

JAMBI
2019

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
3333

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi ini diajukan oleh:

Nama Mahasiswa : SUSILO PUGUH PRATAMA


Nomor Induk Mahasiswa : RRB10015170
Program Kekhususan : Hukum Tata Negara
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PENEGAKAN DISIPLIN
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI SATUAN
POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM
KEBAKARAN PROVINSI JAMBI
BERDASARKAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

Telah Disetujui oleh Pembimbing pada tanggal seperti tertera di bawah ini
Untuk Diseminarkan di hadapan Dosen Bagian Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Jambi

Jambi, Oktober 2019

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

H. Irwandi, S.H., M.H. Dr. Ridham Priskap, S.H., M.H., M.M

NIP. 19591210 199001 1 001 NIP. 19601211 198503 1 009

Anda mungkin juga menyukai