PEMUKIMAN SEHAT
Disusun Oleh:
VIVI FITRIANI
1913451021
REGULER 1
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Pemukiman Sehat” ini dapat disusun hingga
selesai. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi mengenai Penyehatan
Pemukiman terutama sebagai tenaga sanitarian.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah ini dapat kami perbaiki dan
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat
dengan penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin
meningkat akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih
merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok
bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan
lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut
mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan lingkungan (Munif Arifin,2009).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya
taraf kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya
penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang.
Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh
lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi
pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya
permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya
disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang
rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya (Notoatmodjo, 2003).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pemukiman yang sehat.
2. Untuk mengetahui syarat sehat perumahan dan lingkungan pemukiman.
3. Untuk mengetahui permasalahan perumahan dan pemukiman di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui upaya perbaikan kesehatan lingkungan pemukiman.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengadaan air bersih, jaringan listrik, telepon, gas, dan kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya.
B. Kualitas Udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut:
4
1. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
2. Debu dengan diameter kurang dari 10ug maksimum 150ug/m3
3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
4. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari;
5. Kebisingan dan getaran;
6. Kebisingan dianjurkan 45 dB A, maksimum 55 dB A;
7. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.
5
8. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
E. Vektor Penyakit
1. Indeks lalat harus memenuhi standar syarat
2. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
F. Penghijauan
1. Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan, dan
kelestarian alam.
6
1. Kependudukan
Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan faktor
utama yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman
ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Pesatnya angka
pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana
perumahan menyebabkan permasalahan ini semakin pelik dan serius.
Permasalahan kependudukan dewasa ini tidak hanya menjadi isu pada
kota-kota dipulau jawa, tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai
memperlihatkan gejala yang hampir serupa. Meningkatnya arus
urbanisasi serta semakin lebarnya jurang pemisah antara kota dan desa
merupakan salah satu pemicu permasalahan kependudukan ini.
7
Selain itu, penyediaan perumahan dan pemukiman juga harus diikuti
dengan penyediaan prasarana dasar seperti penyediaan air bersih, sistem
pembuangan sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata
bangunan, saluran air hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta
pencemaran air, udara, dan tanah yang memadai.
4. Pembiayaan
Permasalahan biaya merupakan salah satu point penting dalam
pemecahan permasalahan perumahan dan permukiman ini. Secara
mikro, hal ini disebabkan oleh kemampuan ekonomis masyarakat untuk
menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih sangat susah
sekali, karena sebagian besar masyarakat merupakan masyarakat
dengan tingkat perekonomian menengah kebawah (jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Grobogan adalah %), sedangkan secara makro hal
ini juga tidak terlepas dari kemampuan ekonomi nasional untuk
mendukung pemecahan masalah perumahan secara menyeluruh.
5. Peranserta Masyarakat
Berdasarkan kepada kebijaksanaan dasar negara kita yang
menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas
perumahan yang layak, tetapi juga mempunyai peran serta dalam
pengadaannya. Menurut kebijaksanaan ini dapat kita simpulkan bahwa
pemenuhan pembangunan perumahan adalah tanggung jawab
masyarakat sendiri, baik itu secara perorangan maupun secara bersama-
sama, pada point ini peran pemerintah hanyalah sebagai pengatur,
pembina dan membantu serta menciptakan iklim yang baik agar
masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan perumahan
mereka. Masyarakat bukanlah semata-mata objek pembangunan, tetapi
merupakan subjek yang berperan aktif dalam pembangunan perumahan
dan pemukiman.
8
2.4 Upaya Perbaikan Kesehatan Lingkungan Pemukiman
1. Perbaikan lingkungan permukiman. Disini kekuatan pemerintah/publik
investment sangat dominan, atau sebagai faktor tunggal pembangunan
kota.
2. Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.
3. Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti
munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan
banyak kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya
integrase jaringan dan aktifitas trafi yang sering menciptakan problem
diluar (super blok). Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
9
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka
selanjutnya. Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan
melakukan relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus
tersebut, pemerintah bisa membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu
berbentuk vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan
kepada mereka. Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi
sarana pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang
bisa diakses hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan
kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan
banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka
hijau, sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam
hal ini masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara
lingkungan hijau tersebut. Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa
sosial, di mana tidak hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi
juga penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka
dapat belajar survive.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman
kumuh di perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang
tahu benar apa yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat
dilibatkan, persoalan mengenai permukiman kumuh bisa segera
diselesaikan. Melalui kontribusi masukan dari masyarakat maka akan
diketahui secara persis instrumen dan kebijakan yang paling tepat dan
dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari
negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat
sudah sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan
Swara (KPS) dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal
penyediaan infrastruktur pendukung dibutuhkan. Permukiman kumuh tidak
dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih
penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, yang juga mempunyai peran sangat strategis sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi
mendatang.
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat
ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi perumahan. Rumah juga
merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi
kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung
penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman
menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
No.829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :
1. Lokasi
2. Kualitas udara
3. Kualitas tanah
4. Sarana dan prasarana
5. Vektor penyakit
6. Penghijauan
11
DAFTAR PUSTAKA
12