Kes
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Narkoba
Oleh:
KELOMPOK 8
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 6
A. Ratifikasi Konvensi Anti narkoba bagi indonesia..................................... 6
B. Pokok pokok yang mendorong konvensi................................................. 7
C. Pasal demi pasal..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 14
A. Kesimpulan.............................................................................................. 14
B. Saran....................................................................................................... 14
BAB IV DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ratifikasi konversi anti narkoba di Indonesia adalah suatu zat atau obat
yang berasal dari tanaman baik alamiah atau sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri atau yang berkhasiat psikoaktif serta menimbulkan ketergantungan
bagi pemakainya bila digunakan tanpa pengawasan dokter digunakan secara
berlebihan dan berulangkali serta terus-menerus, bahan tersebut akan
menimbulkan ketergantungan yang akan menimbulkan gangguan kesehatan
jasmani dan rohani.Penyalahgunaan Narkotika biasanya diawali oleh
penggunaan coba-coba sekedar mengikuti teman untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri, kelelahan, ketegangan jiwa, atau sebagai hiburan
maupun untuk pergaulan.
Namun kalau penggunaan ini dilanjutkan secara terus menerus akan
berubah menjadi ketergantungan. Dalam dua dasawarsa terakhir, penggunaan
dan pengedaran narkotika secara illegal diseluruh dunia, menunjukkan
peningkatan tajam serta mewabah merasuki semua bangsa dan umat semua
agama, serta telah meminta banyak korban. Sekarang tidak satupun bangsa
atau umat yang bebas dari atau kebal terhadap penyalahgunaan narkoba, dan
tidak ada lagi propinsi, kota atau kabupaten yang bebas dari penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba.Terdapat beberapa hal yang menjadi latar
belakang peredaran dan penyalahgunan Togar Sianipar, 2004, Pedoman
pencegahan penyalahgunaan Narkoba bagi pemuda, Badan Narkotika
Nasional,Jakarta, Halaman 13.
Ratifikasi konversi anti narkoba di Indonesia sebagaimana kutipan
berikut:
1. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba meluas di seluruh dunia
juga di Indonesia.
2. Peredaran tidak hanya di kota besar namun sampai kota kecil dan
pedesaan.
3. Peredaran dilakukan melalui kurir dan internet
4. Proyeksi jumlah penyalahgunaan narkoba setahun terakhir bila terus
mengalami peningkatan :
1
2
memudahkan dalam penelitian yang dilakukan dan akan sesuai sasaran yang
diterapkan.Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan di kaji dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkoba di kalangan anak?
2. Hambatan apa saja yang timbul dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di kalangan anak?
C. Tujuan
1. Tujuan penulisan
Penulisan disertasi ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menjelaskan dan memahami tentang defenisi dan sejarah narkoba
menurut Hukum Islam dan Hukum Posotif Indonesia.
b. Menjelaskan dan memahami tentang bentuk sanksi hukuman yang
diberikan kepada pecandu, pengedar dan pembuat narkoba menurut
Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.
2. Tujuan umum
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang -Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksana kan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Untuk mencapai cita -cita tersebut
dan menjaga kelangsungan pembangunan nasional dalam suasana aman,
tenteram, tertib, dan dinamis baik dalam lingkungan nasional maupun inter
nasional, perlu ditingkatkan pengendalian terhadap hal -hal yan g dapat
mengganggu kestabilan nasional antara lain terhadap penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika.
Dalam mengantisipasi adanya gangguan dan ancaman tersebut,
Indonesia turut serta dalam upaya meningkatkan kerjasama antar negara
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, dengan memberi
perhatian khusus terhadap penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya, dengan tidak mengabaikan manfaatnya di bidang
pengobatan dan ilmu pengetahuan.Masyarakat Indonesia bahkan
masyarakat dunia pada umumnya, saat ini sedang dihadapkan pada
4
6
Protokolnya dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1976 dan Konvensi
Psikotropika 1971 dengan
7
7
pesawat terbang lain yang diberi tanda dengan jelas sebagai kapal laut atau
pesawat terbang pemerintah.
Kerja sama pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika
para pihak harus bekerja sama untuk memberantas peredaran gelap narkotika
melalui laut, di pelabuhan bebas, di zona perdagangan bebas, atau dengan
menggunakan sarana pengangkutan konvensional atau jasa pos. Para pihak
harus berusaha untuk me netapkan dan menyelenggarakan sistem
pengawasan di wilayah pelabuhan dan dermaga, pelabuhan udara, dan pos
pengawasan perbatasan di zona perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.
Tindakan yang lebih ketat untuk mencegah atau memberantas
peredaran gelap narkotika negara-negara Pihak dapat mengambil tindakan
yang lebih ketat daripada yang diatur dalam Konvensi ini, jika tindakan itu
memang diperlukan untuk mencegah atau memberantas peredaran gelap
narkotika.
Perselisihan yang timbul di antara Para Pihak dalam menafsirkan atau
menerapkan Kon -vensi ini, akan diselesaikan melalui negosiasi, pemeriksaan,
mediasi, konsiliasi, arbitrasi, atau cara penyelesaian perselisihan dengan jalan
damai yang mereka pilih.Jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan
dengan cara sebagaimana disebutkan di atas, dengan permintaan dari salah
satu Pihak yang berselisih, permasalahannya dapat diajukan ke Mahkamah
Internasional. Jika pihak di dalam perselisihan adalah suatu organisasi
integrasi ekonomi regional, melalui Negara Anggota Perserikatan Bangsa -
Bangsa dapat dimintakan Pendapat (Advisory Opinion) Mahkamah
Internasional sebagai putusan yang mengikat.
C. Pasal demi pasal
Pasal 1 apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya
dalam bahasa Indonesia, maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi ini
dalam bahasa Inggeris. Diajukannya Reservation (Pensyaratan) terhadap
Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) Konvensi berdasarkan prinsip untuk tidak
menerima kewajiban dalam pengajuan perselisihan kepada Mahkamah
Internasional, kecuali dengan kesepakatan Para Pihak.
Drugs and psychotropic substances, 1988 (konvensi perserikatan
bangsa-bangsa tentang pemberantasan peredaran gelap narkotika dan
psikotropika, 1988) reservation on article 32 paragraphs (2) and (3) united
14
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://agungrahmatullohjember.blogspot.com/2011/11/manfaat-narkotika
psikotropikadi.html
http://muslim.or.id/bahasan-utama-2/narkoba-dalam-pandangan-kesehatan.html
http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/makalah-bahaya-narkoba-bagi-
kesehatan.html
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/bnn-pusat/profil/8007/tujuan-
pokok-dan-pasal
16
13
1
12.