Anda di halaman 1dari 23

ANTIBIOTIK, NARKOBA, DAN BIKOTROPIKA

Oleh:
Maria Susanti (21250068)
Nova Wulandari (21250073)
Erda Lesmida Yanti (21250066)
Bedrin Kaspari (21250042)
Tri Komalasari (21250069)
Ahmad Dzaky Zaikalalin (21250058)
M. Rizki Rifali (21250078)
Love dwi sarwiyati (21250074)

Dosen Pengampu :
Zamhira Muslim. S.far., M.far

D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah
“Antibiotik, Narkoba, Dan Bikotropika” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang
setia menemani hingga akhir zaman.
Makalah yang terbentuk dari hasil kerja sama kelompok di mana tugas ini
merupakan prasyarat dari aspek penilaian Antibiotik, Narkoba, Dan Bikotropika.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang didapatkan penulis karena
hanya mengandalkan pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun
makalah. Pada akhirnya makalah ini dapat diselesaikan meskipun masih terdapat
banyak kekurangan.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun, penulis
harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang. Harapan penulis semoga
penulis tugas makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.

Bengkulu, Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Narkoba....................................................................................... 3
B. Pengertian Narkoba.................................................................................. 6
C. Jenis-Jenis Narkoba................................................................................. 7
D. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba............................................. 9
E. Dampak Narkoba..................................................................................... 10
F. Efek Samping Pemakaian Narkoba......................................................... 11
G. Bahaya Narkoba Bagi Remaja................................................................. 11
H. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba............................................. 12
I. Antibiotika............................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 19
B. Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia remaja sangat rentan oleh pergaulan bebas. Karena terlalu
bebasnya, sering kali kegiatan mereka sehari-hari tidak terkontrol oleh pihak
sekolah. Jika hal tersebut berlanjut bukan tidak mungkin bahwa akan banyak
hal negatif yang akan menimpa mereka. Salah satunya adalah terjerumusnya
dalam dunia penyalahgunaan obat-obatan atau narkoba. Di kota-kota besar di
Indonesia, penyebaran narkoba pada kalangan remaja sudah tidak terkendali
lagi. Bandar-bandar narkoba bahkan sudah berani masuk ke lingkungan
sekolah.
Jelas saja hal tersebut membuat banyak orang tua merasa resah dan
khawatir atas perkembangan serta pertumbuhan anaknya di luar sana.
Mungkin saja di rumah mereka terlihat biasa-biasa saja atau berkelakuan baik.
Namun, bagaimana perilaku mereka di luar sana. Remaja sebenarnya tahu
kalau narkoba itu sangat berbahaya bagi mereka. Namun, tetap saja ada
beberapa di antara mereka yang menggunakannya entah karena ingin coba-
coba atau ikut-ikutan temannya. Tentu kenyataan tersebut sangat
mengkhawatirkan karena remaja adalah generasi penerus bangsa, bagaimana
nasib bangsa di masa mendatang jika banyak generasi penerusnya terlibat
penyalahgunaan narkoba.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat tentang narkoba?
2. Apa pengertian dari narkoba?
3. Apa saja jenis-jenis narkoba?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba?
5. Bagaimana dampak dari narkoba?
6. Apa saja efek samping pemakaian narkoba?
7. Apa bahaya narkoba bagi remaja?

1
2

8. Bagaimana cara penanggulangan penyalahgunaan narkoba?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi secara
konferhensif kepada pembaca tentang narkoba dan bahayanya bagi generasi
muda. Sehingga para generasi muda mengetahui pengaruh buruk dari narkoba,
sebab narkoba dapat merusak masa depan generasi muda yang menjadi
tumpuan harapan orang tua, agama, bangsa dan negara.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan untuk memberikan informasi tentang
narkoba dan bahayanya agar kita tidak terjerumus di dalamnya serta kita bisa
menjadi penerus bangsa yang bersih dari narkoba.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Narkoba
Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan
untuk penyakit tertentu. Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama
dikenal di Indonesia, jauh sebelum pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman
penjajahan Belanda. Pada umumnya para pemakai candu (opium) tersebut
adalah orang-orang Cina.
Pemerintah Belanda memberikan izin pada tempat-tempat tertentu untuk
menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal dibenarkan berdasarkan
undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan candu
dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa
panjang. Hal ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia.
Pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan Undang-Undang itu dan
melarang pemakaian candu (brisbane ordinance).
Ganja (cannabis sativa) banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera
lainnya, dan telah sejak lama digunakan oleh penduduk sebagai bahan ramuan
makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca (cocaine) banyak tumbuh
di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi ekspor. Untuk
menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan, Pemerintah
Belanda membuat Undang-undang (verdovende middelen ordonantie) yang
mulai diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette No. 278 Juncto 536).
Meskipun demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain
yang mempunyai efek serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan
dalam perundang-undangan tersebut. Setelah kemerdekaan, Pemerintah
Republik Indonesia membuat perundang-undangan yang menyangkut
produksi, penggunaan dan distribusi dari obat-obat berbahaya (dangerous
drugs ordinance) di mana wewenang diberikan kepada Menteri Kesehatan
untuk pengaturannya (State Gaette No. 419, 1949).

3
4

Baru pada waktu tahun 1970, masalah obat-obatan berbahaya jenis


narkotika menjadi masalah besar dan nasional sifatnya. Pada waktu perang
Vietnam sedang mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, maka hampir di
semua negeri, terutama di Amerika Serikat penyalahgunaan obat (narkotika)
sangat meningkat dan sebagian besar korbannya adalah anak-anak muda.
Nampaknya gejala itu berpengaruh pula di Indonesia dalam waktu yang
hampir bersamaan.
Menyadari hal tersebut maka Presiden mengeluarkan instruksi No.6
tahun 1971 dengan membentuk badan koordinasi, yang terkenal dengan nama
BAKOLAK INPRES 6/71, yaitu sebuah badan yang mengkoordinasikan
(antar departemen) semua kegiatan penanggulangan terhadap berbagai bentuk
yang dapat mengancam keamanan negara, yaitu pemalsuan uang,
penyelundupan, bahaya narkotika, kenakalan remaja, kegiatan subversif dan
pengawasan terhadap orang-orang asing.
Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat,
menyebabkan Undang-Undang narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah
tidak memadai lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-
Undang No. 9 Tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut
antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran gelap (illicit
traffic). Di samping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban
narkotik (pasal 32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan
rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri kesehatan.
Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di
Indonesia, maka UU Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah UU
Anti Narkotika nomor 22/1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika nomor
5/1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan
pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian sanksi terberat
berupa hukuman mati.
Dan jauh sebelum Indonesia mengenal narkoba, sekitar tahun 2000 SM
di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal opium (candu =
papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di
5

atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya


adalah ke arah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya, cina kemudian
menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan
karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah candu ini
bagi cina telah menjadi masalah nasional, bahkan di abad XIX terjadi perang
candu di mana akhirnya Cina ditaklukkan Inggris dengan harus merelakan
Hongkong.
Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim
Sertuner menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang
kemudian dikenal sebagai Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani
yang bernama Morphius). Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S.
Morphin ini sangat populer dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-
luka perang sebahagian tahanan-tahanan tersebut "ketagihan" disebut sebagai
"penyakit tentara". Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari
London, merebus cairan morphin dengan asam anhidrat (cairan asam yang ada
pada sejenis jamur) campuran ini membawa efek ketika diuji coba kepada
anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-
muntah.
Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat tersebut
dengan nama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer). Tahun
60-an sampai dengan 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah
"Golden Triangle" yaitu Myanmar, Thailand dan Laos, dengan produksi 700
ribu ton setiap tahun. Pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan
Afganistan dari Golden Crescent menuju Afrika dan Amerika.
Selain morfin dan heroin ada lagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor
coca) berasal dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya
digunakan untuk penyembuhan Asma dan TBC. Pada akhir tahun 70-an ketika
tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta teknologi mendukung
maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat juga
dalam bentuk obat dan pil.
6

B. Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada
kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-
senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang
semestinya.
Pada tahun 2015 terdapat 35 jenis narkoba yang dikonsumsi pengguna
narkoba di Indonesia dari yang paling murah hingga yang mahal seperti LSD.
Di dunia terdapat 354 jenis narkoba.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009).
Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam
lampiran 1 undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),
opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku
(Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997). Terdapat empat golongan
psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun setelah
7

diundangkannya UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, maka


psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan narkotika.
Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya
menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-undang No.
5/1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain Sedatin (Pil BK),
Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,
Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu,
LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide), dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi
sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau
kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat, seperti alkohol yang
mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik
(karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:
lem/perekat, aceton, ether, dan sebagainya.

C. Jenis-Jenis Narkoba
Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat
adiktif lainnya. Penjelasan mengenai jenis-jenis narkoba adalah sebagai
berikut:
1. Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian
narkotika adalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang
menggunakannya dengan memasukkan ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut
bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan
halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang
diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi
pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan,
menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
8

a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya


adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan
ilmu pengetahuan. Contoh: ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
petidin, benzetidin, dan betametadol.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
kodein dan turunannya.

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4
kelompok adalah:
a. Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti
khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat
serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: amfetamin,
metamfetamin, dan metakualon.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi
sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya
adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), dan diazepam.
3. Zat adiktif lainnya
9

Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika


yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, di antaranya
adalah:
a. Rokok.
b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton,
cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan. Demikianlah
jenis-jenis narkoba, untuk selanjutnya faktor-faktor penyebab
penyalahgunaan narkotika.

D. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika
pada seseorang. Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab
timbulnya penyalahgunaan narkotika, terdiri dari:
1. Faktor Individu
Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk
menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari
faktor kepribadian dan faktor konstitusi. Alasan-alasan yang biasanya
berasal dari diri sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan NAPZA antara
lain:
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir
panjang mengenai akibatnya;
b. Keinginan untuk bersenang-senang;
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya;
d. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok;
e. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup;
f. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak
menimbulkan ketagihan;
g. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan
atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA;
10

h. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA.


2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Keluarga
Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang
efektif antara orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar
anggota keluarga merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang
pada gangguan penggunaan zat.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan,
kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna NAPZA
merupakan faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
c. Lingkungan Teman Sebaya
Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong
remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada
kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal yng penting bagi
remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap sebagai orang
dewasa.

E. Dampak Narkoba
Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan
menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan
terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak.
Gangguan pada sistem neuro-transmitter akan mengakibatkan terganggunya
fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi),
psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.
Berbagai upaya untuk mengatasi berkembangnya pecandu narkoba telah
dilakukan, namun terbentur pada lemahnya hukum. Beberapa bukti lemahnya
hukum terhadap narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi pengedar dan
pecandu, bahkan minuman beralkohol di atas 40 persen (minol 40 persen)
banyak diberi kemudahan oleh pemerintah. Sebagai perbandingan, di
11

Malaysia jika kedapatan pengedar atau pecandu membawa dadah 5 gr ke atas


maka orang tersebut akan dihukum mati.
Sebenarnya juga tidak sedikit para pengguna narkoba ingin lepas dari
dunia hitam ini. Akan tetapi usaha untuk seorang pecandu lepas dari jeratan
narkoba tidak semudah yang dibayangkan.

F. Efek Samping Pemakaian Narkoba


Efek narkotika tergantung kepada dosis pemakaian, cara pemakaian,
pemakaian sebelumnya dan harapan pengguna. Selain kegunaan medis untuk
mengobati nyeri, batuk dan diare akut, narkotika menghasilkan perasaan
“lebih membaik” yang dikenal dengan euforia dengan mengurangi tekanan
psikis. Efek ini dapat mengakibatkan ketergantungan. Tanda-tanda fisik, dapat
dilihat dari tanda-tanda fisik si pengguna, seperti mata merah, mulut kering,
bibir berwarna kecokelatan, perilakunya tidak wajar, bicaranya kacau, daya
ingatannya menurun.

G. Bahaya Narkoba Bagi Remaja


Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan
generasi muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku
generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa
ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan
menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif
penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan
tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda
atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar,
yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat.
Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun.
Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya,
12

pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya


dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus
meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan
orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu
kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja
(pelajar) adalah sebagai berikut:
1. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
2. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
3. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
4. Sering menguap, mengantuk, dan malas,
5. Tidak memedulikan kesehatan diri,
6. Suka mencuri untuk membeli narkoba.
H. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Pendekatan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat
ini belum benar-benar terpadu dan terlihat setiap instansi atau kelompok
masyarakat bekerja sendiri-sendiri sehingga hasil yang diperoleh belum
optimal. Sebenarnya banyak instansi selain Polri yang memiliki tugas
memberantas penyalahgunaan Narkoba. Belum ada upaya pembinaan khusus
terhadap pengguna sebagai korban, karena masih beranggapan bahwa para
pengguna itu adalah penjahat dan tanpa mendalami lebih jauh mengapa
mereka sampai mengonsumsi atau menyalahgunakan Narkoba.
Peran serta masyarakat sangat rendah karena mereka masih
berpandangan bahwa pemberantasan penyalahgunaan Narkoba adalah tugas
dan tanggung jawab polisi. Dengan demikian mereka kurang peduli dan
kurang berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan
Narkoba. Ada beberapa LSM yang peduli dalam penyalahgunaan narkoba
seperti GRANAT, GERAM, GANAS dan lain-lain. Namun sayangnya
kegiatan mereka masih cenderung belum konsisten dan belum
berkesinambungan. Mereka lebih banyak untuk menyoroti dan mencari
13

kelemahan dan kesalahan yang dilakukan oleh penyidik/aparat penegak


hukum dari pada melakukan kemitraan, dengan kata lain kadar kemitraannya
dengan aparat penegak hukum masih meragukan.
Sedangkan di lingkungan internal Polri sendiri, kegiatan antar fungsi
masih belum terpadu dan belum terencana secara baik. Yang terkesan hanya
kegiatan represif saja oleh fungsi Reserse. Fungsi Binamitra, Intelijen dan
Samapta kurang proaktif dalam melakukan upaya pre-emtif dan preventif,
sebagai contoh bahwa penyuluhan atau komunikasi, informasi dan edukasi
kepada masyarakat lebih banyak menunggu jika ada permintaan dari pihak
lain (kelompok masyarakat).
Fungsi dokter kesehatan belum berperan secara maksimal dalam upaya
kuratif dan rehabilitatif, yaitu membantu korban atau pengguna untuk keluar
dari ketergantungan terhadap Narkoba untuk dapat hidup produktif kembali
dalam masyarakat. Saat ini peran dokter kesehatan baru pada tingkat
memberikan ”back up” kepada fungsi operasional, seperti pemberian
informasi kepada fungsi Reserse dalam menentukan tanda-tanda
ketergantungan/ sebagai pengguna atau dalam pembuatan Visum/BAP tes
urine tersangka dan kepada fungsi Binamitra dalam memberikan materi
penyuluhan terhadap masyarakat.
Dengan dibentuknya BKNN (Badan Koordinasi Narkotika Nasional)
yang kemudian diubah menjadi BNN (tahun 2002), yang lebih bersifat
operasional, maka terlihat jelas bahwa penanganan kasus penyalahgunaan
Narkoba menjadi lebih terkoordinasi, lebih banyak kasus terungkap dan juga
lebih banyak barang bukti dapat disita. Dan yang lebih penting lagi adalah
akan lebih banyak lagi generasi muda terselamatkan dari bahaya Narkoba.
I. Antibiotika
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang
dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).
14

Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang


dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita dan Radji, 2008).
Sejarah penemuan antibiotik pada tahun 1928 oleh Sir Alexander Fleming
merupakan sebuah penemuan terbesar dalam dunia medis. Karena adanya
Antibiotik, milliaran nyawa bisa diselamatkan. Sebelum antibiotik ditemukan,
banyak jenis-jenis infeksi penyakit yang tidak bisa disembuhkan sehingga
menyebabkan kematian.
Alexander fleming adalah seorang ilmuan ahli mikrobiologi dari Inggris.
Penemuan anti biotik dimulai ketika fleming melakukan penilitian pada bakteri
Stephylococcus dan saat meninggalkan labotatoriumnya fleming lupa
membersihkan cawan petri yang mengandung bakteri tersebut. sehingga
terkontaminasi oleh jamur Penicillium chrysogenum. Saat kembali untuk
melanjutkan penelitian flaming melihat perkembangan bakteri menjadi terhambat
akibat kontaminasi jamur itu.
Antibiotika adalah segolongan molekul, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan
atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri
molekul.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desinfektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman
untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan
racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik
penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat
virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam
keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang
membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya
15

lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika oral (diberikan lewat mulut) mudah digunakan dan antibiotika
intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika
kadang kala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Beragam kebiasaan buruk masyarakat dalam menggunakan antibiotik masih
kerap terjadi. Di antaranya membeli dan menggunakan antibiotik tanpa resep
dokter, menyimpan dan menggunakan sisa antibiotik yang pernah dipakai, serta
memberikan antibiotik kepada keluarga atau rekan untuk mengobati penyakit
dengan gejala serupa. "Semua itu termasuk penggunaan antibiotik yang
sembarangan. Resikonya bisa menimbulkan resistensi (kekebalan) bakteri
terhadap antibiotik,". Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
(KPRA) Kementerian Kesehatan, Hari Paraton, pada Pfizer Press Circle (PPC)
yang digelar PT Pfizer Indonesia (Pfizer) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (20/2).
Resistensi bakteri amatlah berbahaya. Ketika bakteri menjadi resisten
terhadap suatu antibiotik, penyakit yang ditimbulkannya menjadi sangat sulit,
bahkan pada sejumlah kasus menjadi tidak bisa diobati. Diperlukan antibiotik
jenis lain yang harganya lebih mahal untuk memerangi bakteri resisten tersebut.
Bahkan pada sejumlah kasus tidak ada antibiotik yang bisa melawan bakteri
resisten itu. "Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan tidak sesuai dengan
indikasi, jenis, dosis, dan durasinya, serta kurangnya kepatuhan penggunaan
antibiotik merupakan penyebab timbulnya resistensi," kata Hari yang juga dokter
spesialis kandungan dan kebidanan. Lebih lanjut ia menerangkan tidak semua
penyakit infeksi perlu ditangani dengan memberi antibiotik. Antibiotik hanya
digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri. "Antibiotik
bukan untuk mencegah atau mengatasi penyakit akibat virus, seperti kebanyakan
kasus flu dan batuk,".
Resistensi antibiotika mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi
karena penyakit lebih sulit diobati.butuhkan waktu perawatan yang lebih lama dan
membawa re siko kematian yang lebih besar. (dr. Dewi).
16

a. Penggolongan Antibiotik
Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,
sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik, dan
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu agen
antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysognum.
Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh
jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan
turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga gula-amino di dalam
molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan
meliputi terutama banyak bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap
gonococci dan sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid,
berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada
ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin,
dan paranomisin.
Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya
melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.
Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.
Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram
negatif serta kebanyakan bacilli.
Tidak efektif terhadap Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap
mikroba khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan
penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya
tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap terutama
bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G. Mekanisme
kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa
proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama atau sering dapat
menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak teratur, agak sering menimbulkan
efek samping lambung-usus, dan waktu paruhnya singkat, maka perlu
ditakarkan sampai 4x sehari.
17

Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh srteptomyces


lincolnensis (AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih
sempit daripada makrolida,terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob.
Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat
resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.
Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat
bakterisida pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim
DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan ini
hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum
luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram positif dan
sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan
sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol.
b. Mekanisme Kerja Antibiotik
Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi proses penting yang
dilakukan oleh bakteri, sehingga sebagai hasil akhirnya antibiotik dapat
membunuh bakteri, atau menghentikannya untuk membelah diri. Ketika bakteri
lemah dan tidak berkembang biak, maka ini akan membantu sistem kekebalan
alami tubuh untuk melawan infeksi bakteri dengan tuntas.
Berbagai jenis antibiotik juga memiliki cara kerja yang berbeda. Sebagai
contoh, penisilin bekerja dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri.
Antibitoik mencegah bakteri untuk mensintesis molekul dinding sel yang
disebut peptidoglikan, dinding sel ini yang menyediakan kekuatan yang
dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup dalam tubuh manusia. Sedangkan
antibiotik lainnya berfungsi mempengaruhi cara sel bakteri bekerja, sebagai
berikut: Salah satu golongan antibitiotik yang disebut kuinolon memiliki
mekanisme kerja menghambat girase DNA, enzim penting yang membantu
DNA bakteri untuk memperbanyak diri. Dengan menghapus girase,
ciprofloxacin dan antibiotik yang sejenis secara efektif mencegah bakteri
berkembang biak. Beberapa antibiotik, termasuk tetrasiklin, yang biasanya
digunakan untuk mengobati jerawat, infeksi saluran pernapasan dan kondisi
18

lain, berfungsi menghambat sintesis protein. Antibiotik ini mencegah molekul


ribosom untuk mensintesis protein. Tanpa protein, bakteri tidak dapat
melaksanakan fungsi-fungsi vital, termasuk reproduksi aseksual. Rifampisin,
kelompok obat anti tuberkulosis (OAT), memiliki fungsi yang sama, yaitu
menghambat sintesis RNA, molekul yang terlibat dalam menerjemahkan DNA
tubuh menjadi protein. Ada juga jenis antibiotik yang melawan bakteri dengan
mekanisme kerja menghentikan memproduksi asam folat oleh bakteri –
vitamin penting – yang digunakan bakteri untuk memperkokoh membran sel,
membran sel ini mengontrol keluar masuknya zat dari dan ke tubuh bakteri.
Contoh Obat Antibiotik yaitu :
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang termasuk dalam golongan
fluorokuinolon yang merupakan generasi ke 2. Obat ini bekerja melakukan
penghambatan terhadap dua jenis enzim topoisomerase yaitu enzim DNA
gyrase dan enzim topoisomerase IV. Kedua enzim tersebut berperan dalam
pembentukan DNA sel bakteri. Dengan mekanisme kerja tersebut ciprofloxacin
dapat membunuh bakteri sehingga obat ini digolongkan sebagai bakterisidal.
Obat ini merupakan antibiotik broad spectrum (spektrum luas) yang aktif
mematikan bakteri gram negatif maupun gram positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan
syaraf yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin
buruk. Narkoba merupakan sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa
merusak norma dan ketenteraman umum, dan dapat menimbulkan dampak
negatif yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis.
Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya
maupun dampak sosial yang ditimbulkannya, pencegahan penyalahgunaan
narkoba bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan juga
menjadi tugas bersama. Peran orang tua dalam keluarga dan juga dari peran
pendidikan di sekolah sangatlah besar pengaruhnya untuk pencegahan
penanggulangan narkoba. Dan perlunya peningkatan pengetahuan bahaya
narkoba bagi para remaja. Penanganan dini bagi para penggunaan narkoba
sangatlah penting.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh
karena itu saran dan kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu
dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga kita senantiasa terhindar dari
bahaya narkoba, mari kita isi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat yang
dapat meningkatkan kualitas diri kita. Seperti berolahraga, aktif di kegiatan
majelis taklim, belajar, dan lain sebagainya. Dengan demikian berarti kita
dapat menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, dengan senantiasa
berusaha sekuat tenaga membahagiakan mereka. Dengan membahagiakan
mereka tanpa disadari kita telah membuka pintu kemudahan dan kesuksesan
bagi diri kita sendiri di masa yang akan datang. Salah satunya dengan cara
tidak mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bewana, Satya. 2008. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya.


Jakarta: Balai Pustaka.

BNK Samarinda. 2016. Faktor dan Akibat NARKOBA (online)


(http://bnk.samarinda.go.id/index.php?q=faktor-akibat-narkoba)

Martono, Lydia Harlina. 2008. Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai
Pustaka.

Tanjung, Ain. 2004. Pahami Kejahatan Narkoba. Jakarta: Lembaga Terpadu


Pemasyarakatan Anti Narkoba.

Wikipedia. 2016. “Narkoba” (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba)

20

Anda mungkin juga menyukai