Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN

REMAJA (UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009


TENTANG NARKOTIKA)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodelogi Riset
Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyah)
Pada Fakultas Syariah Dan Hukum Islam
IAIN Bone

Oleh

MULIYANA
742352022085

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) NEGERI BONE

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam atas

segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun Profosal penelitian

ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah

kepada junjungan nabi Muhammad SAW. Profosal penelitian dengan judul

“Analisis Penyalahgunaan Narkoba Dikalangan Remaja (UU No. 35 Tahun 2009

tentang Narkotika” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“Metodelogi Riset”. Meski telah kami susun secara maksimal, akan tetapi kami

sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak

kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan

tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami

dapat mengambil pelajaran sehingga hasil penulisan kami selanjutnya dapat lebih

baik lagi. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah

yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Watampone, 15 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Definisi Operasional.............................................................................3

D. Tujuan dan Kegunaan...........................................................................4

E. Orasinalitas Penelitian .........................................................................5

F. Kerangka Pikir......................................................................................7

G. Sistematika Pembahasan.......................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................9

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Narkoba....................................................9


1. Pengertian Narkoba..........................................................................9

2. Dasar Hukum 12

3. Jenis-Jenis Narkoba..........................................................................15

4. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba................................................19

B. Remaja..................................................................................................22

1. Pengertian Remaja............................................................................22

2. Masa Perkembangan Remaja...........................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................26

A. Jenis Penelitian......................................................................................26

B. Pendekatan Penelitian ..........................................................................26

C. Data dan Sumber Data..........................................................................27

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................28

iii
iv

E. Teknik Analisis Data.............................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan

membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan. Pada

awalnya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia

kedokteran namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya

tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran (Budiarta 2000). Penggunaan berbagai

macam jenis obat dan zat adiktif atau yang biasa disebut narkoba dewasa ini

cukup meningkat terutama di kalangan generasi muda. Morfin dan obat-obat

sejenis yang semula dipergunakan sebagai obat penawar rasa sakit, sejak lama

sudah mulai disalahgunakan. Orang-orang sehat pun tidak sedikit yang

mengkonsumsi obat-obatan ini. Maraknya peredaran dan penyalahgunaan

narkotika dan obat-obatan terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman

yang berbahaya bagi bangsa Indonesia.

Permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan sesuatu yang bersifat

urgent dan kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir permasalahan ini

menjadi marak. Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahguna atau

pecandu narkoba secara signifikan, seiring meningkatnya pengungkapan kasus

tindak kejahatan narkoba yang semakin beragam polanya dan semakin masif pula

jaringan sindikatnya. Dampak dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya

mengancam kelangsungan hidup dan masa depan penyalahgunanya saja, namun

juga masa depan bangsa dan negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi,

usia maupun tingkat pendidikan. Sampai saat ini tingkat peredaran narkoba

1
2

sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya pada daerah perkotaan saja

melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan.1

Penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di kalangan

remaja dinilai memprihatinkan. Tidak hanya itu, angka pengguna narkoba di Ibu

Kota DKI Jakarta, juga terbilang tinggi. Berdasarkan data Badan Narkotika

Nasional (BNN) 2,2% dari total populasi orang di Indonesia terjerat narkoba. Hal

itu berdasarkan hasil penelitian terbaru BNN dan Universitas Indonesia (UI). Di

Provinsi Jawa Tengah, terdapat sekitar 500 ribu penduduk yang terlibat dalam

penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut. Sedangkan, penggunaan narkoba

di wilayah DKI Jakarta mencapai angka 7% dan merupakan angka tertinggi

dibandingkan dengan kota lain. Kota lain rata-rata hanya berada pada angka 2,2%

pengguna dari jumlah penduduknya, selisih 4,8% dibandingkan dengan Jakarta.2

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat

hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba

yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan

tempattempat perkumpulan geng. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua,

ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.

Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat

memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia

yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang

sangat maju dan penggeseran nilai materialistis dengan dinamika sasaran opini

1
MAUDY PRITHA AMANDA, SAHADI HUMAEDI, and MEILANNY BUDIARTI
SANTOSO, ‘Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse)’,
Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4.2 (2017), h.340.
2
MAUDY PRITHA AMANDA, SAHADI HUMAEDI, and MEILANNY BUDIARTI
SANTOSO, ‘Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse)’,
Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4.2 (2017), h.340.
3

peredaran gelap narkoba. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya

peredaran gelap narkotika yang telah merebak di segala lapisan masyarakat,

termasuk di kalangan generasi muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang.

Perilaku sebagian remaja yang secara nyata telah jauh mengabaikan nilai-

nilai kaidah dan norma serta hukum yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat

menjadi salah satu penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi

muda. Dalam kehidupan seharihari di tengah-tengah masyarakat masih banyak

dijumpai remaja yang masih melakukan penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan dari beberapa uraian diatas maka peneliti telah menyimpulkan

dan bertujuan untuk melakukan penelitian yang bersangkutan dengan

penyalagunaan narkoba khususnya di kalangan remaja dengan judul "Analisis

Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja( Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika)"

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat digali dan dijadikan bahan penelitian

pada beberapa uraian latar belakang masalah diatas adalah:

1. Apa faktor- faktor penyebab penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja?

2. Bagaimana penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan fisik dan mental

penguna?

C. Defenisi Oprasional

Penyalahgunaan adalah tindakan yang dilakukan tidak semestinya

dilakukan.

Narkoba atau narkotika adalah obat yang dapat menenangkan saraf,

menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang.


4

Narkotika secara umum adalah semua zat yang mengakibatkan kelemahan atau

pembiusan atau mengurangi rasa sakit.3

Remaja adalah suatu waktu manusia berumur 13-22 tahun. Pada masa

remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula

disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak

menuju dewasa.

Remaja merupakan periode transisi atau peralihan dari kehidupan masa

kanak-kanak ke masa dewasa. periode dimana individu dalam proses

pertumbuhannya (terutama pertumbuhan fisik) telah mencapai kematangan.

Mereka tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak namun mereka belum

mencapai kematangan yang penuh dan belum memasuki tahapan perkembangan

dewasa.4

D. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai adalah:

a. Untuk Mengetahui faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba di

kalangan remaja.

b. Untuk Mengetahui pengaruh penyalahgunaan narkoba terhadap

kesehatan fisik dan mental pengguna.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan

studi perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbansi pemikiran

ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada


3
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2016),h 173.
4
Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja: Dimensi-Dimensi Perkembangan (Bandung:
Mandar Maju, 1995), h. 1.
5

pengembangan ilmu pengetahuan umumnya dan pada permasalahan

penyalahgunaan narkoba khususnya dikalangan remaja.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat dan oknum penegak hukum terkait penyalahgunaan narkoba

di kalangan remaja sehingga dimasa mendatang dapat dijadikan

landasan dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah yang

berkaitan.

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang

membahas tentang penyalahgunaan narkoba beberapa diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Caesar dengan judul

penelitian “Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anggota Tentara

Nasional Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 69

K/MIL/2016)”, pada penelitian ini menjelaskan bagaimana pencegahan

penyalahgunaan narkotika di lingkungan militer melalui Putusan Mahkamah

Agung Nomor 69 K/MIL/2016). Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni kesamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek pembahasan yang

mana berfokus penyalahgunaan narkoba sedangkan perbedaannya terletak pada

subjek pembahasan yakni peneltian ini mengambil subjek anggota TNI sedangkan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil subjek kalangan remaja.

Kemudian yang kedua, penelitian yang dilakukam oleh Fajar Setiawan

dengan judul penelitian “Efektivitas Sanksi Pidana Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Studi Kasus : Putusan Nomor : 2/Pid.Sus-

Anak/2020/PN. Sda”, Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa


6

penerapan sanksi pidana berupa pidana penajara terhadap anak pada putusan

Nomor:2/Pid.Sus-Anak/2020/Pn.Sda. Penelitian ini memiliki kesamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni kesamaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek

pembahasan yang mana berfokus penyalahgunaan narkoba sedangkan

perbedaannya terletak pada subjek pembahasan yakni peneltian ini mengambil

subjek anak sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengambil

subjek kalangan remaja.

Dan yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Andi Dipo Alam

dengan judul penelitian “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (Studi Kasus Putusan

Pengadilan Negeri Makassar Nomor :96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Hukum Pidana Materiil

terhadap penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak pada perkara No.96/Pid.Sus-

Anak/2017/PN.Mks dan untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana terhadap Anak sebagai pelaku. Penelitian ini memiliki

kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yakni dari segi kesamaan terlihat bahwa pokok bahasan yang di fokuskan kepada

penyalahgunaan narkotika, hal tersebut sama dengan pokok bahasan yang akan di

teliti oleh peneliti, kemudian perbedaannya terletak pada subjek penelitian yang

mana penelitian yang dilakukan oleh Andi Dipo Alam berfokus pada anak

sedangkan subjek yang akan diteliti oleh peneliti adalah umur remaja.

F. Kerangka Fikir
7

Kerangka pikir sama dengan Teoristis, kerangka pikir dapat diartikan

sebagai model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor atau variabel sebagai masalah yang penting. Berikut kerangka fikir

penelitian ini:

Penyalahgu
naan

Kalangan
Remaja

Faktor-Faktor Penyebab Pengaruh Penyalahgunaan


Penyalahgunaan Narkoba Narkoba

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dan memperjelas dalam penelitian ini maka

sistematika pembahasan akan di paparkan dalam 5 bab dengan perincian sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan penjelasan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, definisi operasional, tujuan dan kegunaan penelitian ,

orisinalitas penelitian, kerangka fikir dan sistematika pembahasan

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini merupakan bacaan dan kajian peneliti terhadap teori dari berbagai

referensi terkait . Kajian ini disusun dengan menyesuaikan pokok - pokok

permasalahan , kajian teori tentang narkoba dan kalangan remaja .

BAB III METODE PENELITIAN


8

Bab ini menguraikan tentang Jenis dan Pendekatan penelitian, Lokasi dan

Waktu penelitian , Data dan Sumber Data ,Subjek dan Objek Penelitian, Teknik

pengumpulan Data , dan Teknik Analisis Data.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, bahan

adiktif lainnya.5 Secara etimologi narkoba (narkotika) berasal dari Bahasa

Inggris, yaitu narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan

membiuskan. Narkotika berasal dari Bahasa Yunani yaitu narke atau narkam

yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika berasal dari

perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri

serta dapat menimbulkan efek stupor (terbius).6

Narkoba adalah obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa

sakit, dan menidurkan (dapat memabukkan, sehingga dilarang dijual untuk

umum). Narkoba mempunyai banyak macam, bentuk, warna, dan pengaruh

terhadap tubuh. Akan tetapi dari sekian banyak macam dan bentuknya,

narkoba mempunyai banyak persamaan, diantaranya adalah sifat adiksi

(ketagihan), daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang

sangat tinggi. Ketiga sifat inilah yang menyebabkan pemakai narkoba tidak

dapat lepas dari “cengkraman” nya.7 Narkoba (Narkotika dan Obat-Obat

Berbahaya) merupakan istilah untuk menyebutkan macam-macam obat yang

biasa disalahgunakan dan menyebabkan kecanduan. Beberapa sebutan

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 66.
6
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2016),h 173.
7
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaanya (Jakarta:
Erlangga, 2010), h.16.

9
10

lainnya adalah Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) dan

Naza (Narkotika dan Zat Adiktif lainnya).8

Narkotika yang terkenal di Indonesia saat ini berasal dari asal kata

Narkoties, yang serupa artinya dengan kata narcosis yang memiliki arti

membius, istilah narkotika yang dipergunakan disini bukanlah Narcotics pada

Farmacology (farmasi), akan tetapi serupa artinya dengan “drugs”, yaitu

sejenis zat yang apabila dipergunakan dapat memberikan efek serta pengaruh-

pengaruh tertentu bagi tubuh si pengguna, yaitu sebagai berikut:

a. Mempengaruhi kesadaran.

b. Mempengaruhi pikiran.

c. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku

si pengguna.

d. Menimbulkan halusinasi (pemakainnya tidak mampu

membedakan antara khayalan dengan kenyataan, kehilangan

kesadaran akan waktu dan tempat).9

Istilah NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika

dan zat adiktif. Istilah NAPZA sering digunakan oleh pihak kedokteran

yang menitikbertkan pada upaya penanggulangan dari segi kesehatan fisik,

psikis serta sosial. NAPZA adalah zat yang apabila masuk ke dalam tubuh

dapat memengaruhi tubuh terutama otak atau susunan syaraf pusat. Istilah

NAPZA sering disebut sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada

otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan dan fikiran.10

Berikut ini defenisi narkoba menurut para ahli:

8
Nurmiati Husin, ‘Faktor Yang Mempengaruhi Mantan Pecandu Untuk Kembali
Menyalahgunakan Narkoba (Relaps)’, Tesis, 2008, h. 25.
9
Munazir, ‘Hukuman Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan UndangUndang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Menurut Perspektif Hukum Islam)’ (Universitas Islam
Ar-Raniry Banda Aceh, 2019), h.17-18.
10
Abdul Majid, Bahaya Penyalahguaan Narkoba (Semarang: ALPRIN, 2010), h. 5.
11

Smith Kline dan french Clinical staff juga membuat defenisi

tentang narkotika sebagai berikut “Narcotic are drugs which produce

insensibility or stupor due to their deppressent effect on the central

nervous syste. Included in this definition are opium, opium derivaties

(morphine, codein, heroin) and synthetic opiates (meperidine,

methadone).”11 Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan

ketidak sadaran atau pembiusan di karenakan zat-zat tersebut bekerja

mempengaruhi susunan saraf sentral. Dalam defenisi narkotika ini sudah

termasuk jenis candu (morphine, codein, heroin) dan candu sintesis

(meperidine, methadone).

Hari Sasangka juga menjelaskan bahwa defenisi lain narkotika

adalah candu, ganja, cocaine, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari

benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocaine.

Dan termasuk juga narkotika sintesis yang menghasilkan zat- zat, obat-

obat yang tergolong dalam Hallucinogen, Depressant, dan Stimulant.12

Istilah narkotika dalam konteks hukum Islam tidak disebutkan

secara langsung di dalam Alquran maupun sunnah. Di dalam Alquran

hanya disebutkan mengenai istilah khamr. Adapun dalam teori ilmu fiqih

disebutkan bila suatu hukum belum ditentukan status hukumnya, maka

bisa diselesaikan melalui metode qias (analogi hukum). Selanjutnya, kata

khamr dipahami sebagai nama minuman yang dapat membuat

peminumnya mabuk atau menyebabkan gangguan kesadaran. Bertolak dari

11
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 79.
12
Hari Sasangka, Narkotika Dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana (Jakarta: Mandar
Maju, 2003), h. 33-34.
12

akibat yang ditimbulkan antara khamr dan narkotika yang ditimbulkan

sama, yaitu memabukkan maka hukumnya adalah haram.13

Sehingga dapat disimpulkan, Narkoba atau narkotika adalah obat atau

zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran, atau

pembiusan, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa

mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, serta dapat

menimbulkan adiksi atau kecanduan.

2. Dasar Hukum

Dasar hukum yang digunakan untuk mengatur tentang bahaya

penyalahgunaan narkotika di Indonesia pada saat ini yaitu tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang mulai

diberlakukan sejak tanggal 12 oktober 2009 yang disahkan oleh Presiden

Republik Indonesia dan telah diundangkan di dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2009. Undang-undang ini dibuat

berdasarkan pertimbangan bahwa tindak pidana narkotika telah bersifat

transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang

tinggi, teknologi yang canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas

dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama dikalangan generasi muda

yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa serta negara.

Sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika sudah

tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang

untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana narkotika saat ini.14

13
Muhammad Fajar Muttaqin, ‘Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Islam
Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika’, Skrispsi (Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Metro, 2019), h.38.
14
Munazir, ‘Hukuman Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan UndangUndang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Menurut Perspektif Hukum Islam)’ (Universitas
Islam Ar-Raniry Banda Aceh, 2019), h.37.
13

Al-Qur’an dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan

kata hukum Islam sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam Al-Qur’an

adalah kata syari‟ah, fiqh, hukum Allah dan yang sejenis dengannya. Istilah

hukum Islam merupakan terjemahan dari Islamic law dalam literatur Barat.

Kata hukum secara etimologi berasal dari akar kata Bahasa Arab, yaitu

hakama-yahkumu yang kemudian bentuk masdarnya menjadi hukman.15

Apabila kata hukum disandingkan dengan Islam, maka muncul

pengertian bahwa hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan

wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang

diakui dan diyakini berlaku mengikat untuk semua umat yang beragama

Islam, untuk mewujudkan sebuah kedamaian dan kepatuhan baik secara

vertikal maupun horizontal.16

Pada masa Rasulullah Saw narkotika memang tidak dikenal bahkan

tidak ada, akan tetapi walaupun demikian, narkotika termasuk dalam kategori

khamr bahkan narkotika lebih berbahaya dari khamr. Istilah narkotika dalam

konteks Islam tidak disebutkan secara langsung, dalam Al-Qur’an hanya

menyebutkan istilah khamr. Hal ini dengan adanya teori ilmu ushul fiqh yaitu

dimana apabila sesuatu hukum belum ditentukan status hukumnya, maka bisa

disesuaikan melalui metode qiyas (analogi hukum).17

Adapun sabda Rasulullah Saw yang terkait pengharamkan khamr:

15
Rohidin, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2017), h. 1.
16
Rohidin, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2017), h.
1.
17
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 78.
14

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟id telah

menceritakan kepada kami Laits dari Yazid bin Abu Habib dari „Atha bin

Abu Rabah dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW

bersabda ketika penaklukan kota mekkah, Sesungguhnya Allah dan Rasul-

Nya mengharamkan jual beli khamar (minuman keras atau segala sesuatu

yang memabukkan), bangkai, babi dan berhala (Hadist Riwayat Muslim).”18

Berdasarkan hadist tersebut telah jelas bahwa Islam bukan hanya

melarang khamr, akan tetapi segala sesuatu yang dapat menghilangkan akal

serta dapat memabukkan itu juga haram dan dilarang keras oleh agama Islam.

Tidak disebutkannya istilah narkotika dalam Al-Qur’an atau Al- Hadits bukan

berarti Al-Quran merupakan kitab lama yang tidak dapat dijadikan sebagai

pedoman di setiap zaman. Tidak adanya istilah narkotika dalam Al-Qur’an

dan Hadist karena memang pada dasarnya sejarah memberikan bukti bahwa

adanya narkoba baik yang berbentuk bubuk, benda padat, ataupun bentuk

lainnya yang baru muncul sekitar abad ke-17 sedangkan Al-Qur’an sudah ada

sejak 14 abad yang lalu. Adapun sumber hukum Islam selain Al-Qur’an dan

Al-Hadits masih ada sumber hukum lain seperti qiyas, ijma dan sebagainya.19

Penggunaan narkotika dalam pandangan Islam sebenarnya sudah

dijelaskan sejak tanggal 10 februari 1996, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

mengeluarkan fatwa bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkotika

hukumnya haram. Keputusan tersebut tentunya didasari dalil-dalil agama

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Menurut ulama, narkotika adalah

sesuatu yang bersifat mukhaddirat (mematikan rasa) dan muffatirat (membuat

lemah). Selain itu narkotika juga merusak kesehatan jasmani, mengganggu


18
Abu Husein Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairi Al-Nausaburi, Shahih Muslim (Saudi
Arabia: Bait Al-Afkar Al-Dauliyah, 1998), h. 645.
19
Munazir, ‘Hukuman Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan UndangUndang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Menurut Perspektif Hukum Islam)’ (Universitas Islam
Ar-Raniry Banda Aceh, 2019), h.41.
15

mental bahkan dapat mengancam nyawa. Maka dari itu, ulama sepakat bahwa

penggunaan narkotika diharamkan dalam hukum Islam.20

Berdasarkan penjelasan diatas, dasar hukum narkoba menurut hukum

positif terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika. Dan dalam hukum Islam terdapat dalam firman Allah, Hadist nabi

serta fatwa MUI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Hukuman Bagi Produsen,

Bandar, Pengedar Dan Penyalahgunaan Narkoba.

3. Jenis-Jenis Narkoba

Berdasarkan asal zat atau bahannya narkoba dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Tanaman

1) Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver

somniferum tidak terdapat di Indonesia, tetapi diseludupkan di

Indonesia.

2) Kokain yaitu olahan daun koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia,

Kolumbia).

3) Cannabis Sativa atau Marihuana atau ganja banyak di taman di


Indonesia.

b. Bukan Tanaman

1) Semi sintetik: adalah zat yang diproses secara ekstrasi, isolasi

disebut alkaloid opium. Contohnya: Heroin, Kodein dan Morfin.

2) Sintetik: diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia,

menghasilkan zat baru yang mempunyai efek narkotika dan

diperlukan medis untuk penelitian serta penghilang rasa sakit

20
Badan Narkotika Nasional, Pandangan Agama Islam Tentang Bahaya Penyalahgunaan
Narkoba (Jakarta: Deputi Bidang Pencegahan, 2017), h.20.
16

(analgesic) seperti penekan batuk (antitusif). Contohnya:

Amfetamin, Metadon, Petidin dan Deksamfetamin.21

Kemudian dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

juga dibagikan kepada tiga golongan, yaitu sebagai berikut:

a. Narkotika Golongan I

Jenis narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contohnya: opium mentah, tanaman koka, daun koka, kokain mentah,

heroin, mentamfetamin dan tanaman ganja.

b. Narkotika Golongan II

Yaitu narkotika yang berhasiat sebagai pengobatan dan digunakan

untuk tujuan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika golongan II mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: ekgonina,

morfin metobromida dan morfin.

c. Narkotika Golongan III

Yaitu narkotika yang berhasiat sebagai pengobatan dan biasa

digunakan dalam terapi, atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Narkotika golongan III mempunyai potensi ringan menyebabkan

ketergantungan.22

Adapun penjelasan jenis-jenis narkoba adalah sebagai berikut:


21
Rosdiana, Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan (Parepare: Kaffah
Learning Center, 2018), h. 9-10.
22
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika BAB III Pasal 6
17

a. Ganja

Di Indonesia, tanaman kanabis dibawa oleh Belanda untuk obat

hama kopi yang ditanam di Aceh dan Sumatra. Bentuk daun ganja

menyerupai daun singkong dan jika diremas-remas akan mengeluarkan

aroma yang khas. Minyak hasis merupakan getah pohon ganja. Ganja

dikategorikan sebagai depresan (obat yang mengurangi kegiatan

system syaraf otak) dan “halusinogen” (menimbulkan halusinasi).

b. Candu/Opium

Getah dari buah papaver somniferum setelah diolah akan

menjadi adonan yang dinamakan candu mentah. Candu kasar

mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering

disalahgunakan.

c. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin

merupakan alkaloida utama dari opium. Morfin berbentuk tepung

halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna.

Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

d. Putau (Heroin)

Heroin merupakan depresan dan termasuk golongan narkotika.

Obat depresan ini memperlambat jalannya pesanpesan yang masuk dan

keluar dari otak dan tubuh. Heroin berasal dari poppi opium, bunga

yang tumbuh di iklim panas dan kering. Bunga ini menghasilkan bahan

yang lengket yang dapat dibuat heroin, opium, morfin dan kodein.

e. Kokain (Cocaine)
18

Kokain sangat berbahaya berasal dari tanaman coca dan

mengandung efek stimulan. Saat ini kokain masih digunakan oleh

dunia kedokteran sebagai anestetik lokal, khususnya untuk

pembedahan mata, hidung dan tenggorokan. Karena efek adiktif dan

efek merugikan, maka kokain diklasifikasikan sebagai narkotik.23

f. Nikotin

Nikotin adalah senyawa kimia organik yang termasuk dalam

golongan alkaloid, senyawa ini dihasilkan secara alami pada berbagai

macam tumbuh-tumbuhan. Nikotin dapat menimbulkan rangsangan

psikologis bagi perokok dan akan membuat ketagihan. Nikotin

merupakan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum,

Nicotiana rustica dan spesies lain yang bersifat adiktif dan dapat

mengakibatkan ketergantungan.24

g. Tembakau gorilla

Berdasarkan kemasan tembakau cap gorilla dibuat dari bahan-

bahan alami organik, seperti cengkeh. Namun dari hasil lab

mengatakan terdapat campuran cairan ganja sintesis atau synthetic

cannabinoids. Synthetic cannabinoids pada tahun 2014 ditetapkan

sebagai senyawa narkotika. Cara mengkonsumsinya sama seperti

rokok dan bersifat toxic. Tembakau gorilla dikenal dengan “gori”

karena mempunyai bentuk fisik berbeda dengan ganja, berwarna

cokelat kering dan agak lembab, tidak memiliki aroma yang khas

seperti ganja pada saat dibakar.25

23
Abdul Majid, Bahaya Penyalahguaan Narkoba (Semarang: ALPRIN, 2010), h. 8-10.
24
Sukmayati Alegantina, ‘Penetapan Kadar Nikotin Dan Karakteristik Ekstrak Daun
Tembakau (Nicotiana Tabacum)’, Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan,
Vol. 1.No. 02, h. 114.
25
Rosdiana, Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan (Parepare: Kaffah
Learning Center, 2018), h. 34-35.
19

h. Sabu-sabu

Sabu-sabu memiliki nama lain, yaitu meth, kapur, kristal dan

es. Bentuknya putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Shabu dikonsumsi

dengan cara dimakan, dimasukkan ke dalam rokok, dihisap atau

disuntikkan ke dalam tubuh dengan dilarutkan dalam air terlebih

dahulu.26

i. Alkohol

Alkohol berasal dari peragian atau fermentasi madu, gula, sari

buah atau umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh

alkohol sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat

dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.

Kadar alkohol dalam darah maksimum di capai 30-90 menit. Setelah

diserap, alkohol/etanol disebarluaskan keseluruh jaringan dan cairan

tubuh.27

Berdasarkan keterangan diatas, jenis-jenis narkoba terdiri dari

ganja (kanabis), candu/opium, morfin, putau (heroin), kokain, nikotin,

tembakau gorilla, sabu-sabu, dan alkohol.

4. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika bahwa penyalah guna adalah orang yang

menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.28

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, terdapat empat kategori tindakan melawan hukum yang

dilarang oleh undang-undang serta diancam sanksi pidana, yaitu:


26
Rosdiana, Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan (Parepare: Kaffah
Learning Center, 2018), h. 18.
27
Rosdiana, Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan (Parepare: Kaffah
Learning Center, 2018), h. 36.
28
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 1 Ayat (14).
20

a. Kategori pertama, yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki,

menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika dan prekusor

narkotika.

b. Kategori kedua, yakni perbuatan-perbuatan yang berupa

memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan

narkotika dan prekusor narkotika.

c. Kategori ketiga, yakni perbuatan-perbuatan yang berupa

menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi

perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika

dan prekusor narkotika.

d. Kategori keempat, yakni perbuatan-perbuatan yang berupa

membawa, mengirim, mengangkut atau mentransit narkotika dan

prekusor narkotika.29

Faktor ketersediaan narkoba merupakan faktor pendorong bagi

seseorang untuk mencoba memakai narkoba, seperti:

a. Narkoba tersedia dimana-mana dan mudah didapat,

b. Harga narkoba murah, dapat terjangkau,

c. Penegekan hukum yang masih belum optimal,

d. Bisnis yang sangat menjanjikan (keuntungan besar),

e. Tersedianya akses internet yang memperlancar penjualan, dan

f. Sindikat yang semakin professional.30

Sedangkan bagi pengguna narkotika berdasarkan sudut pandang

permasalahannya dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu;

29
Anton Sudanto, ‘Penerapan Hukum Pidana Narkotika Di Indonesia’, Adil: Jurnal
Hukum, Vol.7.No. 1, h. 150-151.
30
Awet Sandi, Narkoba Dari Tapal Batas Negara (Sintang: Mujahidin Press Bandung,
2016), h. 34.
21

a. Dari segi hukum, ada yang berpendapat bahwa pemakai dapat

dikenakan sanksi karena telah melanggar peraturan perundang-

undangan. Dalam hal ini pemakai dapat dikategorikan sebagai

“criminal”.

b. Dari segi psikososial, ada yang berpendapat bahwa pemakai adalah

“korban” dari mereka yang bertanggung jawab, yaitu pengedar dan

lingkungan pergaulan, sehingga kepada mereka (pemakai) perlu

dilakukan tindakan rehabilitasi bukannya hukuman.

c. Dari segi kesehatan, ada yang berpendapat bahwa pemakai adalah

“pasien” yang perlu memperoleh terapi bukannya hukuman.31

Adapun faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab

seseorang menyalahgunaan kemudian ketergantungan dengan narkoba.

Menurut psikiater Graham Blaine, sebabsebab penyalahgunaan narkotika

adalah sebagai berikut:

a. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakantindakan

yang berbahaya dan mempunyai resiko,

b. Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual,

c. Untuk melepaskan diri dari rasa kesepian dan ingin memperoleh

pengalaman-pengalaman emosional,

d. Untuk berusaha agar dapat menemukan arti hidup,

e. Untuk mengisi kekosongan dan mengisi perasaan bosan, karena

kurang kesibukkan,

f. Untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan

oleh problema yang tidak bisa diatasi dan jalan pikiran yang buntu,

31
Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 79.
22

g. Untuk mengikuti kemauan kawan dan untuk memupuk solidaritas

dengan kawan, dan

h. Karena rasa ingin tahu (curiosity) dan karena iseng (just for kicks).32

Berdasarkan uraian diatas, penyebab penyalahgunaan narkoba

terbagi menjadi beberapa faktor. Ada faktor internal serta eksternal nya,

baik dari segi lingkungan, keluarga, pergaulan serta faktor lainnya.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Papila dan Olds (2001), masa remaja adalah masa

transisi perkembangan anarata kanak-kanak dan dewasa yang pada

umumnya dimulai pada usia 12 dan 13 tahun dan berakhir pada usia

akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.Yang dimaksud dengan

perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan.

Perubahan ini dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan

tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan caws1ra

berpikir secara konkret menjadi abstrak . perkembangan dalam

kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda ada tida

aspek perkembangan yang dikemukkan papila dan olds ( 2001) yaitu:

a. Perkembangan fisik

b. Kognitif

c. Kepribadian dan sosial33

Remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak

tidak merasa bahwa dirinya berada di bahwa tingkat orang yang lebih

32
Wenda Hartanto, ‘“Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika Dan Obat-Obat
Terlarang Dalam Era Perdagangan Bebas Internasional Yang Berdampak Pada Keamanan Dan
Kedaulatan Negara’, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. IV.No. 1, h. 4.
33
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosada Karya, 2006), h. 220.
23

tua melaikan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki

masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau

kurang dari usia pubertas.34

Perkembangan masa remaja merupakan periode transisi atau

peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak ke masa dewasa. periode

dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama

pertumbuhan fisik) telah mencapai kematangan, Mereka tidak mau

lagi diperlakukan sebagai anak-anak namun mereka belum mencapai

kematangan yang penuh dan belum memasuki tahapan perkembangan

dewasa. Secara negatif periode ini disebut juga periode “serba tidak”

(the “un” stage), yaitu ubbalanced = tidak/belum seimbang, unstable =

tidak/belum stabil dan unpredictable = tidak dapat diramalkan. Pada

periode ini terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi psikologis,

sosial dan intelektual.35

Masa remaja merupakan masa peralihan anatara masa anak-

anak ke masadewasa. Pada masa perkembangan ini, remaja mencapai

kematangan fisik, mental, sosial dan emosional.36 Pada masa

perkembangan remaja juga merupakan tahapan pubertas. Tahapan

pubertas (puberty) adalah sebuah periode dimana kematangan fisik

berlangsung cepat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh,

yang terutama berlangsung dimasa remaja awal.37

Menurut Jean Piaget (dalam Moh Ali : 2012) remaja dalam

tahapan perkembangan kognitifnya memasuki tahap oprasional


34
Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 9.
35
Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja: Dimensi-Dimensi Perkembangan (Bandung: Mandar
Maju, 1995), h. 1.
36
Mohammad Ali dan Mohammad Ashori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 67.
37
Jhon W. Santroct, Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid 1
(Jakarta: Erlangga, 2011), h. 404.
24

formal. Tahapoprasional formal ini dialami oleh anak pada usia 11

tahun keatas. Pada tahapan oprasional formal ini, anak telah mampu

mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan

hasil dari berpikir logis. Aspek perasaaan dan moralnya juga telah

berkembang.38

2. Perkembangan Masa Remaja

Perkembangan masa remaja yang sangat sulit adalah yang

berhubungan dengan penyusuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan

diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum

perna ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar

lingkungan keluarga dan sekolah.39

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri,

oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) Ini terjadi

karena masa remaja merupakan peralihan antra masa kehidupan

anakanak dan masa kehidupan orang dewasa Ditinjau dari segi

fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan seperti sudah

orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa,

ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa.40

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya

meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanak serta berusaha untuk

memcapai kemampuan bersikap dan perilaku secara dewasa. Adapun

tugas-tugas perkembangan masa remaja, adalah berusaha:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa


38
Mohammad Ali dan Mohammad Ashori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 26.
39
Juntika Nurihsan, Dinamika Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: Refika
Aditama, t.th), h. 79.
40
Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 10.
25

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi41

Perkembangan Hubungan sosial pada masa remaja berawal

dari lingkungan rumah kemudian berkembang lebih luas lagi ke

lingkungan sekolah dan kemudian berkembang lagi pada teman-teman

sebaya.42

41
Mohammad Ali, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 10.
42
Mohammad Ali dan Mohammad Ashori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 85.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam hal ini menggunakan penelitian pustaka (Library

Research), yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca informasi yang berasal

dari bahan-bahan pustaka yang tersedia.43

Dilihat dari segi analisis datanya, penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu:

penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasi apa yang ada,

pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi atau kecenderungan yang berkembang.44 Penelitian deskriptif

(descriptive research), yang biasa disebut juga penelitian taksonomik (taxonomic

research), seperti telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi

dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

diteliti.45 Kemudian analisis yang secara efisien agar mendapatkan hasil sebagai

kesimpulan dan penelitian “Analisis Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan

Remaja (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)”.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti membutuhkan suatu pendekatan

sebagai dasar penelitiannya. Maka dari itu pendekatannya adalah sebagai berikut:

43
Abdullah k, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone: Luqman al-
Hakim Press, 2013), h. 28.
44
Sumanto, Teori dan Metode Penelitian, CAPS (Center of Academic Publishing Service)
(Yogyakarta: t.p, 2014), h.179.
45
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta oemikran dasar
Menggabungkannya”, Komunikasi dan Media, Vol. 15, No. 1, 2011, h. 132-133.

26
27

1. Pendekatan teologis normatif

Pendekatan teologis normatif, merupakan salah satu pendekatan dalam

studi islam yang cukup populer dikalangan umat islam. Pendekatan teologis

diterjemahkan sebagai upaya memahami atau meneliti agama dengan

menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan

bahwa wujud empirik dari suatu kegaamaan dianggap sebagai yang paling benar

dibandingkan dengan lainnya. seperti yang diketahui teologi adalah sebagai ilmu

tentang ketuhanan. 46

2. Pendekata yuridis Normatif

Pendekata yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah semua

regulasi atau peraturan perundang-undangan yang terkait dengn masalah yang

diteliti, yaitu penelitian terhadap Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika.

3. Pendekatan Pendekatan sosiologis normatif

Pendekatan sosiologis normatif yaitu upaya memahami hidup bersama

dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan antara manusia serta nilai-nilai yang

menguasai hidupnya itu.47

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data

sekunder adalah bahan-bahan pustaka yang terkait langsung dan relavan dengan

pembahasan yang diteliti. Data dapat perupa catatan-catatan dalam kertas, buku,

46
Aulia Diana Devi dan Seka Andrean, "Implementasi Pendekatan Teologis Normatif
dalam Pluralisme Beragama Di Indonesia”, Studi Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, (2021), h. 64.
47
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. I (Cet. VIII; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 38.
28

atau tersimpan sebagai file dalam basis data.48 Adapun data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Bahan hukum Primer

Bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif).49 Bahan hukum

primer diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi

: Al-Qur’an , Hadis dan Fatwa MUI.

b. Bahan hukum Sekunder

Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti rancangan peraturan hukum Islam, hasil penelitian, atau

pendapat tokoh-tokoh ternama.50 Sebagai bahan hukum sekunder yang

terutama meliputi, Jurnal, Artikel, buku-buku yang membahas penelitian

dan literatur-literatur pendukung lainnya.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan pelengkap yang sifatnya

memberikan petunjuk atau penjelasan istilah serta penjelasan tambahan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang

terdapat dalam penelitian ini, meliputi kamus besar bahasa Indonesia

(KBBI) dan kamus hukum.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library research), yang

pengumpulan datanya dilakukan dengan jalan membaca berbagai macam

informasi dari bahan-bahan pustaka yang terkait dengan penelitian ini,

48
Hermansyah Sembiring dan Nurhayati, “Sistem Informasi Jumlah Angakatan Kerja
Menggunakan Visual Basic pada Badan Pusat Stattistik (BPS) Kabupaten Langkat”, Kaputama,
Vol. 5, No. 2, 2012, h. 14.
49
Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.
47.
50
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.
Grafindo persada, 2008), h. 32.
29

kemudian dilakukan pengutipan, baik kutipan langsung maupun tidak

langsung.

Kutipan langsung, yakni kutipan yang tidak mengubah teks, baik

kata/kalimat maupun tanda bacanya. Sedangkan kutipan tidak langsung atau

saduran, yakni mengambil makna atau substansi teks, sedangkan bahasanya

diformulasi sendiri oleh penulis.51

E. Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data melalui riset kepustakaan, terlebih dahulu

diperiksa dan diteliti, untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan dalam

penelitian, yang kemudian dilanjutkan dalam menganalisis data. Dalam

menganalisis data, penulis menggunakan tekhnik analisis deskriptif kualitatif dan

analisis isi, yaitu: menggambarkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan

yang berkaitan langsung dengan penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja.

51
Tim Kerja dan Tim Perumus, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Fakultas Syariah
dan Hukum Islam Instutut Agama Islam Negeri Bone (Watampone: Fakultas Syariah dan Hukum
Islam Institut Agama Islam Negeri Bone, 2021), h. 25.
30

DAFTAR RUJUKAN

A. Buku
--------,Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008)
Abdullah k, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone:
Luqman al-Hakim Press, 2013).
Al-Nausaburi, Abu Husein Muslim Ibn Hajjaj Al-Qusyairi, Shahih Muslim (Saudi
Arabia: Bait Al-Afkar Al-Dauliyah, 1998)
Ali, Mohammad, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2014)
Ali, Zainudin, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2016)
Ali, Zainuddin. Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika,
2009)
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.
Grafindo persada, 2008)
Ashori, Mohammad Ali dan Mohammad, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
Majid, Abdul, Bahaya Penyalahguaan Narkoba (Semarang: ALPRIN, 2010)
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta: Raja Grafindo, 2008)
Masyrofah, Nurul Irfan dan, Fiqh Jinayah (Jakarta: Amzah, 2016)
Nasional, Badan Narkotika, Pandangan Agama Islam Tentang Bahaya
Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: Deputi Bidang Pencegahan, 2017)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Ed. I (Cet. VIII; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011)
Nurihsan, Juntika, Dinamika Perkembangan Anak Dan Remaja (Bandung: Refika
Aditama)
Partodiharjo, Subagyo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)
———, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaanya (Jakarta: Erlangga,
2010)
Rohidin, Pengantar Hukum Islam (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books,
2017)
Rosdiana, Cegah Penggunaan Narkotika Melalui Promosi Kesehatan (Parepare:
Kaffah Learning Center, 2018)
Sandi, Awet, Narkoba Dari Tapal Batas Negara (Sintang: Mujahidin Press
Bandung, 2016)
Santroct, Jhon W., Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup Jilid 1
(Jakarta: Erlangga, 2011)
Sasangka, Hari, Narkotika Dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana (Jakarta: Mandar
Maju, 2003)
Sulaeman, Dadang, Psikologi Remaja: Dimensi-Dimensi Perkembangan
(Bandung: Mandar Maju, 1995) Sumanto, Teori dan Metode Penelitian,
CAPS (Center of Academic Publishing Service) (Yogyakarta: t.p, 2014),
h.179.
Tim Kerja dan Tim Perumus, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Fakultas
Syariah dan Hukum Islam Instutut Agama Islam Negeri Bone (Watampone:
Fakultas Syariah dan Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri Bone,
2021)
Zulkifli, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosada Karya, 2006)
31

B. Jurnal
Alegantina, Sukmayati, ‘Penetapan Kadar Nikotin Dan Karakteristik Ekstrak
Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum)’, Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1.No. 02
AMANDA, MAUDY PRITHA, SAHADI HUMAEDI, and MEILANNY
BUDIARTI SANTOSO, ‘Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja
(Adolescent Substance Abuse)’, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 4.2 (2017), 339–45
<https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14392>
Devi, Aulia Diana dan Seka Andrean, "Implementasi Pendekatan Teologis
Normatif dalam Pluralisme Beragama Di Indonesia”, Studi Pendidikan
Islam, Vol. 4, No. 1, (2021).
Hartanto, Wenda, ‘“Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Narkotika Dan Obat-
Obat Terlarang Dalam Era Perdagangan Bebas Internasional Yang
Berdampak Pada Keamanan Dan Kedaulatan Negara’, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. IV.No. 1
Husin, Nurmiati, ‘Faktor Yang Mempengaruhi Mantan Pecandu Untuk Kembali
Menyalahgunakan Narkoba (Relaps)’, Tesis, 2008
Mulyadi, Mohammad, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta oemikran dasar
Menggabungkannya”, Komunikasi dan Media, Vol. 15, No. 1, 2011.
Munazir, ‘Hukuman Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Undang_Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Menurut Perspektif
Hukum Islam)’ (Universitas Islam Ar-Raniry Banda Aceh, 2019)
Muttaqin, Muhammad Fajar, ‘Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif
Islam Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika’,
Skrispsi (Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, 2019)
Sembiring, Hermansyah dan Nurhayati, “Sistem Informasi Jumlah Angakatan
Kerja Menggunakan Visual Basic pada Badan Pusat Stattistik (BPS)
Kabupaten Langkat”, Kaputama, Vol. 5, No. 2, 2012.
Sudanto, Anton, ‘Penerapan Hukum Pidana Narkotika Di Indonesia’, Adil: Jurnal
Hukum, Vol.7.No. 1

Anda mungkin juga menyukai