KABUPATEN BOJONEGORO
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: ireneyf25@gmail.com
ABSTRAK
Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah rawan bencana terutama bencana banjir. Penyebab banjir Kabupaten
Bojonegoro juga disebabkan oleh curah hujan tinggi, pendangkalan Sungai Bengawan Solo, dan luapan air di 15
anak sungai. Letak Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah hilir Sungai Bengawan Solo. Terdapat 13
kecamatan dari 28 kecamatan salah satunya Kecamatan Trucuk. Beberapa desa di Kecamatan Trucuk juga
berbatasan langsung dengan aliran Sungai Bengawan Solo, dan pada tahun 2016 terdapat 10 desa dari 12 desa
tergenang banjir di Kecamatan Trucuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko bencana
banjir yang nantinya digunakan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir.
Penelitian ini menggunakan analisis risiko untuk dapat mengidentifikasi tingkat risiko dan metode deskriptif
untuk menggambarkan bentuk adaptasi masyarakat yang dilakukan dalam menghadapi bencana. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Kecamatan Trucuk memiliki 3 tingkat klasifikasi risiko bencana banjir yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Luas daerah dengan tingkat risiko rendah pada Kecamatan Trucuk sebesar 1616,8 ha, tingkat risiko
sedang seluas 773,68 ha, dan klasifikasi tingkat risiko tinggi seluas 1280,58 ha. Bentuk adaptasi masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir pada Kecamatan Trucuk dibedakan berdasarkan tingkat risiko yang dialami
diantaranya meninggikan pondasi, rumah 2 lantai, dan penyediaan pintu penahan air.
ABSTRACT
Bojonegoro Regency is a disaster-prone area, especially flooding. The cause of flooding in Bojonegoro Regency
was also caused by high rainfall, silting of the Bengawan Solo River, and overflowing water in 15 tributaries.
Bojonegoro Regency is located downstream of the Bengawan Solo River. There are 13 sub-districts of 28 sub-
districts, one of them is Trucuk sub-district. Several villages in Trucuk Subdistrict also border directly with the
Bengawan Solo River, and in 2016 there were 10 villages out of 12 flooded villages in Trucuk Subdistrict. The
purpose of this study is to identify the risk of flood disasters which will be used to determine the form of
community adaptation to flood disasters. This study uses risk analysis to be able to identify the level of risk and
descriptive methods to describe the form of community adaptation to disasters. The analysis shows that Trucuk
Subdistrict has 3 levels of flood risk classification, namely low, medium and high. The area of low risk area in
Trucuk District is 1616.8 ha, medium risk is 773.68 ha, and high classification is 1280.58 ha. Forms of community
adaptation in dealing with floods in Trucuk District include elevating foundations, 2-story houses, and providing
water retaining doors.
Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 51
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO
52 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data, peneliti
melakukan survei sekunder pada instansi terkait
dan survey primer dengan kuisioner dan
wawancara. Kuisioner disebarkan pada
masyarakat yang terdampak bencana dengan
harapan mampu mewakili karakteristik populasi
untuk dapat mengetahui tingkat risiko bencana Gambar 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
banjir dan peningkatan adaptasi masyarakat Analisis Risiko
terhadap bencana banjir.
Analisis risiko bencana merupakan proses
Variabel Penelitian temuan dari variabel ancaman, kerentanan, dan
Variabel adaptasi masyarakat dalam kapasitas yang kemudian menghasilkan
menghadapi bencana banjir Kecamatan Trucuk, penentuan peringkat risiko sesuai dengan
Kabupaten Bojonegoro yaitu ancaman; penilaian komponen tersebut. Penilaian risiko
kerentanan dengan sub variabel kerentanan fisik, bencana adalah kegiatan penilaian atas
kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, dan kemungkinan kejadian dan potensi dampak yang
kerentanan lingkungan; kapasitas dengan sub dapat ditimbulkan suatu ancaman terhadap
variabel kapasitas fisik, kapasitas sosial, kapasitas suatu wilayah dan segala sesuatu yang berada di
ekonomi, kapasitas manusia, dan kapasitas wilayah tersebut (BNPB No.1 Tahun 2012).
lingkungan; adaptasi fisik dengan sub variabel Rumus dasar umum untuk analisis risiko sebagai
bentuk bangunan; adaptasi ekonomi dengan sub berikut (Perka BNPB No.2 Tahun 2012).
𝐻×𝑉
variabel pendapatan dan tabungan. 𝑅= 𝐶 (perhitungan 1)
R = Risiko Bencana
Tabel 1. Variabel Penelitian
Sub H = Bahaya (Hazard)
Variabel Sumber
Variabel V = Kerentanan (Vulnerability)
Bahaya - BNPB, 2012 C = Kapasitas (Capacity)
Kerentanan Fisik Perka BNPB No. 2 tahun 2012
Sosial Sumekto, 2011 Untuk menentukan interval dalam untuk
Ekonomi Rachmawati, et al, 2018 mengetahui tingkat pengklasifikasian digunakan
Lingkungan perhitungan 2
Kapasitas Fisik Rachmawati et al, 2008 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
Sosial
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 3
Ekonomi (perhitungan 2)
Manusia
Lingkungan Bahaya
Aspek fisik Bentuk Hilma, 2016
Bangunan Penilaian bahaya merupakan upaya
Aspek Pendapatan untuk menilai atau mengkaji bentuk-bentuk dan
ekonomi Tabungan karakteristik teknis dari ancaman-ancaman yang
Lokasi Penelitian terdapat di desa (BNPB No.1 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Desa Kelurahan Tangguh
Wilayah yang menjadi objek penelitian Bencana). Kawasan rawan bencana banjir yang
dalam pembahasan ini adalah seluruh desa yang digunakan bersumber dari BPBD Kabupaten
terdapat pada Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro yang dibagi menjadi 3 kelas, yaitu
Bojonegoro. Kecamatan Trucuk berbatasan dengan ancaman tinggi, ancaman sedang, dan
langsung dengan Sungai Bengawan Solo. ancaman rendah. Hasil identifikasi RPB (Rencana
Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 53
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO
Daerah Penanggulangan Bencana) Kabupaten rendah diberi skor 1, sedang diberi skor 2,
Bojonegoro Tahun 2013-2018 menunjukkan dan tinggi diberi skor 3.
bahwa Bojonegoro telah dan berpotensi terkena 4. Skor parameter pada tiap aspek
9 jenis bencana yaitu salah satunya bencana dijumlahkan dan di klasifikasikan total skor
banjir. tersebut disesuaikan kembali dengan
perhitungan 2. Parameter tingkat tinggi
Kerentanan
diberi nilai 3, sedang 2, dan rendah 1.
Analisis kerentanan dilakukan dengan
Analisis Adaptasi
penilaian pada setiap indikator sub variabel
kerentanan, yakni kerentanan fisik, sosial, Masyarakat yang terdampak bencana
ekonomi, lingkungan, dan budaya. Penilaian memiliki kemampuan tertentu melakukan
kerentanan adalah kegiatan untuk menilai atau adaptasi untuk meminimalisir kerugian dan
mengkaji kondisi yang dapat mengurangi kehilangan harta benda. Analisis yang digunakan
kemampuan masyarakat untuk mencegah, untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan
mengurangi dampak, dan mempersiapkan diri masyarakat adalah dengan analisis deskriptif
untuk menghadapi ancaman bencana. Analisis yang dapat dilihat berdasarkan risiko bencana
kerentanan akan menghasilkan informasi tentang banjir teori Flood Plain Zoning Regulation
kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan (Department of City Planning New York, 2019)
dalam hal fisik, sosial, lingkungan, dan ekonomi. dan berdasarkan
Perhitungan data kerentanan ditentukan 1. Bangunan tempat tinggal dengan
persamaan 3 berdasarkan Perka BNPB Nomor 2 membangun rumah dengan lantai 2,
Tahun 2012. meninggikan lantai rumah/ pondasi,
"𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 = (0,4 𝑥 𝐾. 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙) + membuat penahan air, menggunakan cat
(0,25 𝑥 𝐾. 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖) + (0,25 𝑥 𝐾. 𝐹𝑖𝑠𝑖𝑘) + anti air, dan sebagainya. Bentuk adaptasi
0,1 𝑥 𝐾. 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)" (Perhitungan 3) fisik bangunan dibagi menjadi 2, yaitu dry-
floodproofing dan wet-floodproofing.
Kapasitas 2. Lingkungan sekitar, dengan perbaikan bibir
Perhitungan kapasitas dilakukan dengan sungai yang terkena langsung oleh banjir
memberikan penilaian terhadap indikator pada akibat hujan, memperbaiki tanggul sungai
sub variabel yang digunakan, yakni sumber daya yang ambrol, membuat sumur resapan,
manusia, sumber daya dana, sumber daya alam, biopori, perbaikan saluran air, membuat
sumber daya sosial, dan sumber daya fisik. tanggul dari karung pasir, membuat
Penilaian kapasitas mengidentifikasi status bronjong, dan sebagainya.
kemampuan masyarakat di desa pada setiap
sektor (sosial, ekonomi, keuangan, fisik dan HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan) yang dapat dioptimalkan dan Ancaman Bencana Banjir
dimobilisasikan untuk mengurangi kerentanan
Ancaman (Hazard) bencana banjir
dan risiko bencana (BNPB No.1 Tahun 2012).
merupakan salah satu variabel dalam penelilaian
Pengumpulan data untuk menghitung
risiko bencana banjir. Ancaman banjir suatu
kapasitas masyarakat Kecamatan Trucuk
kawasan dapat diketahui dari rekam jejak
terhadap bencana banjir dilakukan dengan
bencana yang pernah terjadi di kawasan tersebut
membagikan kuisioner dengan proporsi sampel
dan dihitung dengan data karateristik. Kawasan
yang sudah ditentukan. Kuisioner berisikan
terdampak bencana dibagi menjadi 3 kelas, yaitu
pertanyaan sesuai dengan variabel yang akan
dengan ancaman tinggi, ancaman sedang, dan
dinilai. Tahapan menentukan tingkat kapasitas di
ancaman rendah. Hasil identifikasi RPB (Rencana
setiap desa di Kecamatan Trucuk adalah sebagai
Daerah Penanggulangan Bencana) Kabupaten
berikut:
Bojonegoro Tahun 2013-2018 menunjukkan
1. Menghitung rata-rata jawaban kuisioner
bahwa Bojonegoro berpotensi terkena 9 jenis
dari responden
bencana yaitu salah satunya bencana banjir. Hasil
2. Rata-rata jawaban untuk kuisioner terbuka
kajian teknis Badan Nasional Penanggulangan
di klasifikasikan dengan menggunakan
Bencana (BNPB) diakses melalui portal InaRisk
Persamaan 2
dan menunjukkan hasil bahwa Kecamatan Trucuk
3. Hasil dari pengklasifikasian masing-masing
tingkat bahaya banjir tinggi, sedang, rendah.
parameter, untuk kelas parameter tingkat
54 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman
Kapasitas
Kapasitas ditentukan berdasarkan 5
variabel yaitu alam, ekonomi, fisik, manusia, dan
sosial. Kapasitas adalah kemampuan kawasan
dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian
akibat bencana secara terstruktur, terencana dan
terpadu (Perka BNPB No. 3 Tahun 2012 Tentang
Penilaian Kapasitas Daerah dalam
Penanggulangan Bencana). Berbeda dengan
ancaman dan kerentanan semakin tinggi
kapasitas suatu kawasan maka semakin kecil
risiko bencana yang terjadi.
Tabel 3. Tingkat Klasifikasi Kapasitas
Gambar 2. Peta Ancaman Kecamatan Trucuk Nilai Kapasitas
Infras Ma Klasifika
Kerentanan Desa Ala Ekon Sos NA
trukt nus si
m omi ial
ur ia
Tingkat kerentanan Kecamatan Trucuk Kandangan 2 3 2 1 1 9 Sedang
Sumbang
dihitung berdasarkan kerentanan fisik, ekonomi, Timun
2 3 3 3 3 14 Tinggi
Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 55
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO
56 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman
Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 57
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO
ke dalam tanah. Masyarakat pada daerah Latief. 2015. Peta Risiko Banjir dan Potensi
risiko bencana sedang dengan ketinggian Pemanfaatannya. Balitbang
banjir 30-60 cm, melakukan bentuk Kementerian Pekerjaan Umum
adaptasi dengan pembuatan sumur
Mislan. 2011. Bencana Banjir, Pengenalan
resapan. Semakin tinggi tingkat ekonomi,
masyarakat dapat membuat sumur Karakteristik dan Kebijakan
resapan. Daerah Penanggulangannya di Provinsi
dengan tingkat risiko tinggi dengan Kalimantan Timur. Skripsi: FMIPA
ketinggian banjir 60-150 cm melakukan Universitas Mulawarman
bentuk adaptasi dengan peninggian Novia, R. 2014. Kapasitas Adaptasi terhadap
pondasi. Peninggian pondasi dapat Kerentanan dan bencana Perubahan
disesuaikan dengan maksimal tinggi air
Iklim di Tambak Lorok Kelurahan
saat banjir yaitu setinggi 150 cm agar air
tidak dapat masuk kedalam tempat Tanjung Mas Semarang. Semarang.
tinggal. Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota
Perda Kabupaten Bojonegoro No 7 Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA Perka BNPB No 2 Tahun 2012
BALITEKDAS Solo, 2016 Perka BNPB No 3 Tahun 2012
BAPPENAS, 2012 Rachmawati, T, A. 2018. Pengurangan Risiko
BPBD Bojonegoro, 2015 Bencana Berbasis Tata Ruang.
BPBD Bojonegoro, 2017 Malang: UB Press
Department of City Planning New York. 2019. RTRW Kabupaten Bojonegoro, Tahun 2011-2031
Dewi, A. 2007. Community Based Analysis of Somantri, L. 2008. Pemanfaatan Teknik
Coping with Urban Flooding: A Case Penginderaan Jauh Untuk
Study in Semarang, Indonesia. Itc, Mengidentifikasi Kerentanan Dan
International Institute for Geo- Risiko Banjir. Jurnal Gea, Jurusan
Information Science, Msc Thesis, Pendidikan Geografi, 8(2)
Enshede, The Netherland Sulaiman dkk. 2016. Analisis Genangan Banjir
Dikmen, N. 2006. Relocation or Rebuilding in The Akibat Luapan Bengawan Solo.
Same Area: An Important Factor for Sumekto, D, R. 2011. Pengurangan Risiko
Decision Making for Post-Isaster Bencana Melalui Analisis Kerentanan
Housing Projects. Unpublished Report. dan Kapasitas Masyarakat
Montreal: University of Montreal Menghadapi Bencana.
Hilma, Q. 2016. Kajian Kapasitas Adaptasi Pengembangan Kawasan Merapi.
Masyarakat Pesisir Pekalongan Usman, F. 2018. Strategy of Urban Settlement
Terhadap Kerentanan Banjir Rob. planning through a Model of Public
Semarang. Jurnal Wilayah dan Service Facilities. Surabaya: IOP
Lingkungan. Publishing.
58 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020