Anda di halaman 1dari 8

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK,

KABUPATEN BOJONEGORO
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: ireneyf25@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah rawan bencana terutama bencana banjir. Penyebab banjir Kabupaten
Bojonegoro juga disebabkan oleh curah hujan tinggi, pendangkalan Sungai Bengawan Solo, dan luapan air di 15
anak sungai. Letak Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah hilir Sungai Bengawan Solo. Terdapat 13
kecamatan dari 28 kecamatan salah satunya Kecamatan Trucuk. Beberapa desa di Kecamatan Trucuk juga
berbatasan langsung dengan aliran Sungai Bengawan Solo, dan pada tahun 2016 terdapat 10 desa dari 12 desa
tergenang banjir di Kecamatan Trucuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko bencana
banjir yang nantinya digunakan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat terhadap bencana banjir.
Penelitian ini menggunakan analisis risiko untuk dapat mengidentifikasi tingkat risiko dan metode deskriptif
untuk menggambarkan bentuk adaptasi masyarakat yang dilakukan dalam menghadapi bencana. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Kecamatan Trucuk memiliki 3 tingkat klasifikasi risiko bencana banjir yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Luas daerah dengan tingkat risiko rendah pada Kecamatan Trucuk sebesar 1616,8 ha, tingkat risiko
sedang seluas 773,68 ha, dan klasifikasi tingkat risiko tinggi seluas 1280,58 ha. Bentuk adaptasi masyarakat dalam
menghadapi bencana banjir pada Kecamatan Trucuk dibedakan berdasarkan tingkat risiko yang dialami
diantaranya meninggikan pondasi, rumah 2 lantai, dan penyediaan pintu penahan air.

Kata Kunci: Banjir, Risiko, Adaptasi.

ABSTRACT

Bojonegoro Regency is a disaster-prone area, especially flooding. The cause of flooding in Bojonegoro Regency
was also caused by high rainfall, silting of the Bengawan Solo River, and overflowing water in 15 tributaries.
Bojonegoro Regency is located downstream of the Bengawan Solo River. There are 13 sub-districts of 28 sub-
districts, one of them is Trucuk sub-district. Several villages in Trucuk Subdistrict also border directly with the
Bengawan Solo River, and in 2016 there were 10 villages out of 12 flooded villages in Trucuk Subdistrict. The
purpose of this study is to identify the risk of flood disasters which will be used to determine the form of
community adaptation to flood disasters. This study uses risk analysis to be able to identify the level of risk and
descriptive methods to describe the form of community adaptation to disasters. The analysis shows that Trucuk
Subdistrict has 3 levels of flood risk classification, namely low, medium and high. The area of low risk area in
Trucuk District is 1616.8 ha, medium risk is 773.68 ha, and high classification is 1280.58 ha. Forms of community
adaptation in dealing with floods in Trucuk District include elevating foundations, 2-story houses, and providing
water retaining doors.

Keywords: Flood, Risk, Adaptation.

mencair atau dapat pula karena gelombang


PENDAHULUAN
pasang yang membanjir kebanyakan pada
Banjir merupakan suatu bencana alam dataran banjir. Sungai Bengawan Solo dan Sungai
yang sering terjadi di Indonesia. Banjir Brantas termasuk sungai besar di Jawa Timur dan
disebabkan karena curah hujan tinggi diatas berpotensi tinggi terjadinya bencana banjir. Pada
normal, yang mana dapat mengganggu sistem musim penghujan, Sungai Bengawan Solo sering
pengalihan air dari sungai, anak sungai, dan meluap dan menyebabkan tanggul jebol dan
saluran drainase, serta kanal penampung banjir terjadi banjir yang tidak sedikit menimbulkan
buatan (Mislan, 2011). Menurut Somantri (2008), kerugian materiil dan non materiil. Kabupaten
banjir adalah luapan atau genangan dari sungai Bojonegoro merupakan daerah hilir dari Sungai
atau badan air lainnya yang disebabkan oleh Bengawan Solo, dan apabila meluap seringkali
curah hujan yang berlebihan atau salju yang menjadi daerah terdampak banjir setiap

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 51
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO

tahunnya. Penyebab banjir Kabupaten merupakan upaya menyesuaikan diri dengan


Bojonegoro juga disebabkan oleh curah hujan melakukan tindakan untuk meningkatkan daya
tiggi, pendangkalan Sungai Bengawan Solo, dan tahan terhadap suatu perubahan. Adaptasi
luapan air di 15 anak sungai (BPBD Bojonegoro, terhadap bencana dilakukan untuk mengurangi
2015). Menurut Sulaiman (2016) Pengelolaan kerugian akibat dampak dari bencana tersebut.
bencana banjir yang efektif dan efisien Proses adaptasi sangatlah dinamis karena
memerlukan pengetahuan tentang bahaya dan lingkungan dan populasi manusia berubah terus-
risiko yang ada di daerah aliran sungai. Informasi menerus.
bahaya dan risiko banjir yang dibutuhkan antara Berbagai upaya telah dilakukan
lain tipe banjir, kemungkinan kejadian banjir, luas pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi
genangan banjir, kedalaman dan kecepatan kerugian akibat dampak banjir. Masyarakat telah
banjir, serta tingkat kerusakan (kehidupan, melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi
properti dan aktivitas ekonomi). kerugian akibat banjir misalkan dengan
Berdasarkan RTRW Kabupaten pembuatan tanggul dari bambu pada tepi sungai,
Bojonegoro tahun 2011-2031, Kabupaten meninggikan pondasi rumah, dan membuat
Bojonegoro merupakan daerah rawan bencana rumah dua lantai. Pemerintah Kabupaten
terutama bencana banjir. Terdapat 13 Kecamatan Bojonegoro umumnya dengan upaya kebijakan
dari 28 Kecamatan yang ada di Kabupaten struktural juga belum maksimal dan belum
Bojonegoro menjadi daerah rawan banjir. Sungai mampu mengurangi kerugian masyarakat ketika
Bengawan Solo melintasi Kabupaten Bojonegoro banjir melanda. Upaya untuk mengatasi bencana
terpanjang dibanding kabupaten lain (Latief, banjir dilaksanakan oleh pemertintah Kabupaten
2015). Kecamatan Trucuk merupakan salah satu Bojonegoro dan masyarakat masih perlu
kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang dikembangkan dan disempurnakan baik
memiliki kerugian besar ketika Sungai Bengawan menyangkut upaya fisik maupun upaya nonfisik
Solo meluap hingga menyebabkan banjir. (Perda Kabupaten Bojonegoro Nomor 7 Tahun
Kecamatan Trucuk memiliki jumlah lahan 2012). Upaya pengurangan dampak banjir perlu
pertanian yang luas, banyaknya masyarakat yang didukung kesiapan masyarakat untuk
memiliki hewan ternak, dan padatnya menghadapi risiko banjir. Tanpa adanya
masyarakat yang bermukim di sekitar aliran partisipasi masyarakat dalam proses
Sungai Bengawan Solo. Beberapa desa di perencanaan dan pelaksanaan, peluang
Kecamatan Trucuk juga berbatasan langsung timbulnya berbagai kekurangan dirasakan
dengan aliran Sungai Bengawan Solo yang juga masyarakat akan semakin besar karena tidak
dimanfaatkan sebagai sarana transportasi bagi disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
penduduk yang tinggal di daerah sekitar aliran. masyarakat (Dikmen, 2016). Mengacu kepada hal
Tahun 2017 terdapat 10 desa dari total 12 desa tersebut, maka adaptasi dari masyarakat
tergenang banjir di Kecamatan Trucuk dengan bermukim sekitar Sungai Bengawan Solo di
tinggi rata-rata 10-150 cm (BPBD Bojonegoro, Kecamatan Trucuk dipelajari untuk mengetahui
2017). bagaimana adaptasi masyarakat dalam
Dampak banjir tiap tahun selalu menghadapi bencana banjir. Hal ini dilakukan
dirasakan oleh masyarakat di sekitar Sungai untuk mempertahankan tempat tinggal atau
Bengawan Solo. Berdasarkan data BPBD permukiman masyarakat Kecamatan Trucuk
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017 terdapat Kabupaten Bojonegoro sekitar Sungai Bengawan
ratusan rumah terendam dan sarana umum Solo.
ketika banjir melanda Kabupaten Bojonegoro.
Bencana Banjir
Total kerugian akibat banjir luapan Sungai
Bengawan Solo di Kabupaten pada tahun tahun Kejadian banjir pada umumnya terjadi di
2017 sebesar Rp 49.210.130,00. Seiring kawasan daratan banjir yang merupakan wilayah
berjalannya waktu, masalah ini menjadi semakin (Dewi, 2007). Menurut Somantri (2008), banjir
kompleks, kekurangan perhatian dari pihak-pihak merupakan luapan atau genangan dari sungai
terkait juga meningkatkan gangguan dari yang disebabkan curah hujan tinggi atau
bencana ini (Usman, 2017). Dampak bencana berlebihan atau dapat pula gelombang pasang
banjir pada masyarakat tergantung dari yang membanjiri dataran. Sungai Bengawan Solo
bagaimana cara masyarakat beradaptasi dan merupakan sungai terpanjang di Provinsi Jawa
menyikapi dampak banjir tersebut. Adaptasi Timur. Sungai Bengawan Solo juga merupakan

52 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman

sungai yang melintasi Kabupaten Bojonegoro.


Apabila Sungai Bengawan Solo meluap, maka
dapat mengakibatkan daerah hilir sungai
termasuk Kabupaten Bojonegoro terkena
dampak banjir. Banjir biasa disebabkan oleh
Sungai Bengawan Solo apabila curah hujan tinggi
dan rusak atau kurangnya berfungsi wilayah
resapan (Balitek DAS, 2016).

METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data, peneliti
melakukan survei sekunder pada instansi terkait
dan survey primer dengan kuisioner dan
wawancara. Kuisioner disebarkan pada
masyarakat yang terdampak bencana dengan
harapan mampu mewakili karakteristik populasi
untuk dapat mengetahui tingkat risiko bencana Gambar 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
banjir dan peningkatan adaptasi masyarakat Analisis Risiko
terhadap bencana banjir.
Analisis risiko bencana merupakan proses
Variabel Penelitian temuan dari variabel ancaman, kerentanan, dan
Variabel adaptasi masyarakat dalam kapasitas yang kemudian menghasilkan
menghadapi bencana banjir Kecamatan Trucuk, penentuan peringkat risiko sesuai dengan
Kabupaten Bojonegoro yaitu ancaman; penilaian komponen tersebut. Penilaian risiko
kerentanan dengan sub variabel kerentanan fisik, bencana adalah kegiatan penilaian atas
kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, dan kemungkinan kejadian dan potensi dampak yang
kerentanan lingkungan; kapasitas dengan sub dapat ditimbulkan suatu ancaman terhadap
variabel kapasitas fisik, kapasitas sosial, kapasitas suatu wilayah dan segala sesuatu yang berada di
ekonomi, kapasitas manusia, dan kapasitas wilayah tersebut (BNPB No.1 Tahun 2012).
lingkungan; adaptasi fisik dengan sub variabel Rumus dasar umum untuk analisis risiko sebagai
bentuk bangunan; adaptasi ekonomi dengan sub berikut (Perka BNPB No.2 Tahun 2012).
𝐻×𝑉
variabel pendapatan dan tabungan. 𝑅= 𝐶 (perhitungan 1)
R = Risiko Bencana
Tabel 1. Variabel Penelitian
Sub H = Bahaya (Hazard)
Variabel Sumber
Variabel V = Kerentanan (Vulnerability)
Bahaya - BNPB, 2012 C = Kapasitas (Capacity)
Kerentanan Fisik Perka BNPB No. 2 tahun 2012
Sosial Sumekto, 2011 Untuk menentukan interval dalam untuk
Ekonomi Rachmawati, et al, 2018 mengetahui tingkat pengklasifikasian digunakan
Lingkungan perhitungan 2
Kapasitas Fisik Rachmawati et al, 2008 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
Sosial
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 3
Ekonomi (perhitungan 2)
Manusia
Lingkungan Bahaya
Aspek fisik Bentuk Hilma, 2016
Bangunan Penilaian bahaya merupakan upaya
Aspek Pendapatan untuk menilai atau mengkaji bentuk-bentuk dan
ekonomi Tabungan karakteristik teknis dari ancaman-ancaman yang
Lokasi Penelitian terdapat di desa (BNPB No.1 Tahun 2012 tentang
Pedoman Umum Desa Kelurahan Tangguh
Wilayah yang menjadi objek penelitian Bencana). Kawasan rawan bencana banjir yang
dalam pembahasan ini adalah seluruh desa yang digunakan bersumber dari BPBD Kabupaten
terdapat pada Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro yang dibagi menjadi 3 kelas, yaitu
Bojonegoro. Kecamatan Trucuk berbatasan dengan ancaman tinggi, ancaman sedang, dan
langsung dengan Sungai Bengawan Solo. ancaman rendah. Hasil identifikasi RPB (Rencana

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 53
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO

Daerah Penanggulangan Bencana) Kabupaten rendah diberi skor 1, sedang diberi skor 2,
Bojonegoro Tahun 2013-2018 menunjukkan dan tinggi diberi skor 3.
bahwa Bojonegoro telah dan berpotensi terkena 4. Skor parameter pada tiap aspek
9 jenis bencana yaitu salah satunya bencana dijumlahkan dan di klasifikasikan total skor
banjir. tersebut disesuaikan kembali dengan
perhitungan 2. Parameter tingkat tinggi
Kerentanan
diberi nilai 3, sedang 2, dan rendah 1.
Analisis kerentanan dilakukan dengan
Analisis Adaptasi
penilaian pada setiap indikator sub variabel
kerentanan, yakni kerentanan fisik, sosial, Masyarakat yang terdampak bencana
ekonomi, lingkungan, dan budaya. Penilaian memiliki kemampuan tertentu melakukan
kerentanan adalah kegiatan untuk menilai atau adaptasi untuk meminimalisir kerugian dan
mengkaji kondisi yang dapat mengurangi kehilangan harta benda. Analisis yang digunakan
kemampuan masyarakat untuk mencegah, untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan
mengurangi dampak, dan mempersiapkan diri masyarakat adalah dengan analisis deskriptif
untuk menghadapi ancaman bencana. Analisis yang dapat dilihat berdasarkan risiko bencana
kerentanan akan menghasilkan informasi tentang banjir teori Flood Plain Zoning Regulation
kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan (Department of City Planning New York, 2019)
dalam hal fisik, sosial, lingkungan, dan ekonomi. dan berdasarkan
Perhitungan data kerentanan ditentukan 1. Bangunan tempat tinggal dengan
persamaan 3 berdasarkan Perka BNPB Nomor 2 membangun rumah dengan lantai 2,
Tahun 2012. meninggikan lantai rumah/ pondasi,
"𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 = (0,4 𝑥 𝐾. 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙) + membuat penahan air, menggunakan cat
(0,25 𝑥 𝐾. 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖) + (0,25 𝑥 𝐾. 𝐹𝑖𝑠𝑖𝑘) + anti air, dan sebagainya. Bentuk adaptasi
0,1 𝑥 𝐾. 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)" (Perhitungan 3) fisik bangunan dibagi menjadi 2, yaitu dry-
floodproofing dan wet-floodproofing.
Kapasitas 2. Lingkungan sekitar, dengan perbaikan bibir
Perhitungan kapasitas dilakukan dengan sungai yang terkena langsung oleh banjir
memberikan penilaian terhadap indikator pada akibat hujan, memperbaiki tanggul sungai
sub variabel yang digunakan, yakni sumber daya yang ambrol, membuat sumur resapan,
manusia, sumber daya dana, sumber daya alam, biopori, perbaikan saluran air, membuat
sumber daya sosial, dan sumber daya fisik. tanggul dari karung pasir, membuat
Penilaian kapasitas mengidentifikasi status bronjong, dan sebagainya.
kemampuan masyarakat di desa pada setiap
sektor (sosial, ekonomi, keuangan, fisik dan HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan) yang dapat dioptimalkan dan Ancaman Bencana Banjir
dimobilisasikan untuk mengurangi kerentanan
Ancaman (Hazard) bencana banjir
dan risiko bencana (BNPB No.1 Tahun 2012).
merupakan salah satu variabel dalam penelilaian
Pengumpulan data untuk menghitung
risiko bencana banjir. Ancaman banjir suatu
kapasitas masyarakat Kecamatan Trucuk
kawasan dapat diketahui dari rekam jejak
terhadap bencana banjir dilakukan dengan
bencana yang pernah terjadi di kawasan tersebut
membagikan kuisioner dengan proporsi sampel
dan dihitung dengan data karateristik. Kawasan
yang sudah ditentukan. Kuisioner berisikan
terdampak bencana dibagi menjadi 3 kelas, yaitu
pertanyaan sesuai dengan variabel yang akan
dengan ancaman tinggi, ancaman sedang, dan
dinilai. Tahapan menentukan tingkat kapasitas di
ancaman rendah. Hasil identifikasi RPB (Rencana
setiap desa di Kecamatan Trucuk adalah sebagai
Daerah Penanggulangan Bencana) Kabupaten
berikut:
Bojonegoro Tahun 2013-2018 menunjukkan
1. Menghitung rata-rata jawaban kuisioner
bahwa Bojonegoro berpotensi terkena 9 jenis
dari responden
bencana yaitu salah satunya bencana banjir. Hasil
2. Rata-rata jawaban untuk kuisioner terbuka
kajian teknis Badan Nasional Penanggulangan
di klasifikasikan dengan menggunakan
Bencana (BNPB) diakses melalui portal InaRisk
Persamaan 2
dan menunjukkan hasil bahwa Kecamatan Trucuk
3. Hasil dari pengklasifikasian masing-masing
tingkat bahaya banjir tinggi, sedang, rendah.
parameter, untuk kelas parameter tingkat

54 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman

Kapasitas
Kapasitas ditentukan berdasarkan 5
variabel yaitu alam, ekonomi, fisik, manusia, dan
sosial. Kapasitas adalah kemampuan kawasan
dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian
akibat bencana secara terstruktur, terencana dan
terpadu (Perka BNPB No. 3 Tahun 2012 Tentang
Penilaian Kapasitas Daerah dalam
Penanggulangan Bencana). Berbeda dengan
ancaman dan kerentanan semakin tinggi
kapasitas suatu kawasan maka semakin kecil
risiko bencana yang terjadi.
Tabel 3. Tingkat Klasifikasi Kapasitas
Gambar 2. Peta Ancaman Kecamatan Trucuk Nilai Kapasitas
Infras Ma Klasifika
Kerentanan Desa Ala Ekon Sos NA
trukt nus si
m omi ial
ur ia
Tingkat kerentanan Kecamatan Trucuk Kandangan 2 3 2 1 1 9 Sedang
Sumbang
dihitung berdasarkan kerentanan fisik, ekonomi, Timun
2 3 3 3 3 14 Tinggi

sosial, dan lingkungan. Kanten 3 1 2 3 2 11 Sedang


Pagerwesi 2 1 3 1 3 10 Sedang
Tabel 2. Tingkat Klasifikasi Kerentanan Padang 2 1 3 3 3 12 Tinggi
Eko Ling
Sumberjo 2 1 1 1 2 7 Rendah
Sosi Mori 1 1 1 2 1 6 Rendah
Desa Fisik no kun NA Klasifikasi
al
mi gan Tulungrejo 1 2 3 3 2 11 Sedang
Kandangan 7 7 5 3 6.1 Tinggi Trucuk 1 1 1 2 3 8 Rendah
Sumbang Timun 7 9 6 2 7.05 Tinggi Guyangan 2 1 1 3 1 8 Rendah
Kanten 5 7 5 2 5.5 Sedang Sranak 3 1 2 2 2 10 Sedang
Pagerwesi 3 6 5 1 4.5 Rendah
Banjarsari 2 1 3 2 3 11 Sedang
Padang 6 7 4 1 5.4 Sedang
Sumberjo 5 5 2 1 3.85 Rendah N. Rendah 6
Mori 5 8 6 1 6.05 Tinggi N. Tinggi 14
Tulungrejo 8 10 2 1 6.6 Tinggi Interval 2.67
Trucuk 6 10 2 1 6.1 Tinggi Kelas Rendah 6 – 8,67
Guyangan 6 7 6 1 5.9 Sedang Indeks Sedang 8,67 – 11,33
Sranak 5 8 4 1 5.55 Sedang Tinggi 11,33 – 14
Banjarsari 8 9 2 1 6.2 Tinggi

Kecamatan Trucuk dengan tingkat


kerentanan rendah yaitu Desa Pagerwesi
Sumberjo. Tingkat kerentanan sedang berada
Desa Kanten, Padang, Guyangan, dan Sranak.
Tingkat kerentanan tinggi berada pada Desa
Kandangan, Sumbang Timun, Mori, Tulungrejo,
Trucuk, dan Banjarsari.

Gambar 4. Peta Kapasitas Kecamatan Trucuk


Risiko Bencana Banjir
Risiko bencana merupakan potensi
kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu kawasan dan kurun waktu. Penyusunan
peta kerentanan dan kapasitas penggunaan peta
secara luas akan dibuat berdasarkan informasi
Gambar 3. Peta Kerentanan Kecamatan Trucuk

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 55
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO

yang tersedia dalam sosial, ekonomi, fisik,


lingkungan, dan kapasitas. Peta risiko bencana
akan dihitung dari bahaya, kerentanan, dan peta
kapasitas (Perka BNPB No. 2 tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Kajian Risiko Bencana). Risiko
bencana dapat diperoleh dari perhitungan (1)
dengan menggunakan variabel ancaman,
kapasitas, dan kerentanan. Ancaman didapatkan
dari survei sekunder dari Kecamatan Trucuk, data
kapasitas didapatkan dari data survei primer
kepada masyarakat.
Risiko bencana didapatkan dari ancaman
dikali kerentanan dan dibagi dengan kapasitas.
Peta ancaman dilakukan overlay dengan peta
kerentanan dan dihasilkan peta ancaman-
kerentanan. Hasil peta ancaman-kerentanan di
overlay dengan peta kapasitas sehingga Gambar 6. Peta Risiko Kecamatan Trucuk
didapatkan peta risiko bencana. Semakin tinggi
Adaptasi Masyarakat Risiko Rendah
ancaman bahaya maka semakin tinggi risiko
kawasan tersebut terdampak bencana. Begitu Adaptasi yang telah dilakukan
pula dengan kerentanan, semakin tinggi tingkat masyarakat Kecamatan Trucuk terhadap bencana
kerentanan maka semakin tinggi pula tingkat banjir belum sepenuhnya dilakukan dengan baik
risiko bencana. Tetapi sebaliknya, apabila dan secara merata. Masyarakat tidak melakukan
semakin tinggi tingkat kapasitas desa adaptasi yang signifikan karena kerugian yang
makasemakin rendah tingkat risiko bencana. diakibatkan oleh bencana banjir tidak besar.
Peta ancaman – kerentanan kemudian di Masyarakat daerah terdampak banjir dengan
overlay dengan peta kapasitas untuk tingkat klasifikasi rendah tidak banyak melakukan
menghasilkan peta risiko. Risiko bencana di adaptasi pada tempat tinggal. Adaptasi yang
Kecamatan Trucuk terdampak banjir dan disarankan untuk masyarakat risiko bencana
terdapat 3 klasifikasi yaitu rendah, sedang, dan rendah yang berada pada Desa Kanten, Desa
tinggi. Risiko bencana tinggi terdapat di Kanten, Padang, Desa Pagerwesi, dan Desa Sumbang
Kandangan, Sumberjo, Guyangan, Mori, Trucuk, Timun yaitu pengoptimalan resapan biopori.
Tulungrejo, dan Banjarsari. Penilaian risiko tidak Pembuatan resapan biopori dapat diterapkan
hanya meliputi perhitungan ancaman dan pada daerah dengan tingkat risiko bencana banjir
kerentanan desa, melainkan juga dengan rendah. Resapan biopori yang ramah lingkungan
kapasitas masyarakat desa tersebut. dapat meningkatkan daya resap tanah pada air
untuk mengurangi limpasan genangan selama
hujan. Air yang meresap kedalam tanah melalui
biopori juga dapat meningkatkan kuantitas air
yang dapat dimanfaatkan ketika musim kemarau.

Gambar 5. Peta Ancaman-Kerentanan Gambar 7. Pembuatan Biopori

56 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020
Irene Yuliana Faradiba, Turniningtyas Ayu Rachmawati, Fadly Usman

Adaptasi Masyarakat Risiko Sedang


Masyarakat pada risiko sedang pada Desa
Kanten, Desa Sumbang Timun, Desa Padang, Desa
Pagerwesi, Desa Sumberjo, Desa Sranak, dan
Desa Banjarsari belum sepenuhnya melakukan
adaptasi secara keseluruhan. Ketinggian banjir
Kecamatan Trucuk pada tingkat risiko sedang
yaitu 30-70 cm. Tidak seluruh rumah pada risiko
sedang menggunakan sumur resapan. Adaptasi
untuk risiko sedang sebaiknya dengan pengadaan
sumur resapan, agar air akibat hujan dapat Gambar 9. Meninggikan Pondasi
tertampung dan mengurangi laju air permukaan
agar langsung terserap tanah. Selain pengadaan KESIMPULAN
sumur resapan disarankan untuk menaikkan Menurut hasil penelitian dan analisa yang
pondasi agar selama proses air menyerap masuk telah dilakukan bahwa kesimpulan dari penelitian
kedalam sumur resapan, tidak menggenang dan “Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Banjir
masuk kedalam permukiman. Sumur resapan di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro”
berfungsi untuk menampung air hujan dan adalah sebagai berikut:
meresapkan kedalam tanah. 1. Hasil analisis risiko bencana banjir
Kecamatan Trucuk terdapat 3 tingkat
klasifikasi rendah, sedang, dan tinggi.
Desa dalam risiko rendah yaitu Desa
Kanten, Desa Pagerwesi, Desa Sumbang
Timun, dan Desa Padang. Risiko bencana
dengan klasifikasi rendah seluas 44,04%
atau 1616,8ha. Klasifikasi risiko tingkat
sedang pada Kecamatan Trucuk berada
pada Desa Banjarasari, Desa Kanten,
Desa Padang, Desa Pagerwesi, Desa
Sranak, Desa Sumbang Timun, dan Desa
Sumberjo. Luas klasifikasi risiko sedang
sebesar 21,08% atau 773,68 ha.
Gambar 8. Penerapan Sumur Resapan Klasifikasi risiko tinggi di Kecamatan
Adaptasi Masyarakat Risiko Tinggi Trucuk memiliki luas 1280,58 ha atau
34,88% dari total luas Kecamatan Trucuk.
Risiko bencana tinggi pada wilayah Tingkat klasifikasi risiko tinggi bencana
terdampak bencana akan menyebabkan adaptasi banjir pada Kecamatan Trucuk berada
masyarakat dengan sangat maksimal Ketinggian pada Desa Banjarsari, Desa Guyangan,
banjir pada daerah risiko bencana tingkat tinggi Desa Kandangan, Desa Kanten, Desa
Kecamatan Trucuk berada pada 8 desa yaitu pada Mori, Desa Sumberjo, Desa Trucuk, dan
Desa Banjarsari, Desa Guyangan, Desa Kanten, Desa Banjarsari.
Desa Kandangan, Desa Mori, Desa Sumberjo, 2. Adaptasi masyarakat Kecamatan Trucuk
Desa Trucuk, dan Desa Tulungrejo mencapai >60- untuk tetap tinggal didaerah rawan banjir
150 cm Pengetahuan masyarakat mengenai beragam. Bentuk adaptasi masyarakat
dampak akibat bencana banjir namun tetap menyesuaikan dengan risiko bencana
memilih tinggal akan berpengaruh pada bentuk yang dialami dan tingkat kemampuan
bangunan rumah dan struktur rumah. Pola ekonomi. Bentuk adaptasi masyarakat
bangunan di Kecamatan Trucuk dengan risiko yang berada di daerah risiko bencana
tinggi yaitu dengan meninggikan pondasi tempat rendah tidak signifikan karena kerugian
tinggal. Rata-rata ketinggian banjir Kecamatan yang dialami tidak besar. Namun pada
Trucuk mencapai >60-150 cm, sehingga daerah kawasan risiko rendah dapat
penerapan konsep dry-floodproofing atau wet- dilakukan adaptasi dengan pembuatan
floodproofing disarankan diatas 150 cm. biopori agar air genangan dapat meresap

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020 57
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK, KABUPATEN BOJONEGORO

ke dalam tanah. Masyarakat pada daerah Latief. 2015. Peta Risiko Banjir dan Potensi
risiko bencana sedang dengan ketinggian Pemanfaatannya. Balitbang
banjir 30-60 cm, melakukan bentuk Kementerian Pekerjaan Umum
adaptasi dengan pembuatan sumur
Mislan. 2011. Bencana Banjir, Pengenalan
resapan. Semakin tinggi tingkat ekonomi,
masyarakat dapat membuat sumur Karakteristik dan Kebijakan
resapan. Daerah Penanggulangannya di Provinsi
dengan tingkat risiko tinggi dengan Kalimantan Timur. Skripsi: FMIPA
ketinggian banjir 60-150 cm melakukan Universitas Mulawarman
bentuk adaptasi dengan peninggian Novia, R. 2014. Kapasitas Adaptasi terhadap
pondasi. Peninggian pondasi dapat Kerentanan dan bencana Perubahan
disesuaikan dengan maksimal tinggi air
Iklim di Tambak Lorok Kelurahan
saat banjir yaitu setinggi 150 cm agar air
tidak dapat masuk kedalam tempat Tanjung Mas Semarang. Semarang.
tinggal. Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota
Perda Kabupaten Bojonegoro No 7 Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA Perka BNPB No 2 Tahun 2012
BALITEKDAS Solo, 2016 Perka BNPB No 3 Tahun 2012
BAPPENAS, 2012 Rachmawati, T, A. 2018. Pengurangan Risiko
BPBD Bojonegoro, 2015 Bencana Berbasis Tata Ruang.
BPBD Bojonegoro, 2017 Malang: UB Press
Department of City Planning New York. 2019. RTRW Kabupaten Bojonegoro, Tahun 2011-2031
Dewi, A. 2007. Community Based Analysis of Somantri, L. 2008. Pemanfaatan Teknik
Coping with Urban Flooding: A Case Penginderaan Jauh Untuk
Study in Semarang, Indonesia. Itc, Mengidentifikasi Kerentanan Dan
International Institute for Geo- Risiko Banjir. Jurnal Gea, Jurusan
Information Science, Msc Thesis, Pendidikan Geografi, 8(2)
Enshede, The Netherland Sulaiman dkk. 2016. Analisis Genangan Banjir
Dikmen, N. 2006. Relocation or Rebuilding in The Akibat Luapan Bengawan Solo.
Same Area: An Important Factor for Sumekto, D, R. 2011. Pengurangan Risiko
Decision Making for Post-Isaster Bencana Melalui Analisis Kerentanan
Housing Projects. Unpublished Report. dan Kapasitas Masyarakat
Montreal: University of Montreal Menghadapi Bencana.
Hilma, Q. 2016. Kajian Kapasitas Adaptasi Pengembangan Kawasan Merapi.
Masyarakat Pesisir Pekalongan Usman, F. 2018. Strategy of Urban Settlement
Terhadap Kerentanan Banjir Rob. planning through a Model of Public
Semarang. Jurnal Wilayah dan Service Facilities. Surabaya: IOP
Lingkungan. Publishing.

58 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 3, Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai