Anda di halaman 1dari 11

Prosiding PKM-CSR, Vol.

4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

PENYULUHAN KESIGAPAN IBU RUMAH TANGGA DI BANTARAN


SUNGAI LULUT DALAM MITIGASI BENCANA BANJIR

Siti Kaidah1, Husnul Khatimah1, Lia Yulia Budiarti2


1
Departemen Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Departemen Mikrobiologi Parasitologi, Fakultas, Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

sikadatun1@gmail.com, khatynunul@gmail.com, lybudiarti@ulm.ac.id

Abstrak

Wilayah bantaran Sungai Lulut Kota Banjarmasin berada pada ketinggian di bawah permukaan laut dengan
kondisi daerah berpaya-paya dan digenangi air sungai. Keadaan tersebut menjadikan wilayah ini rentan
mendapat bencana banjir. Bencana banjir bandang yang terjadi pada Januari 2021 menyebabkan sebagian
besar warga masyarakat Sungai Lulut terdampak dan mengungsi. Diperlukan pengetahuan tentang
kesiapsiagaan dan upaya-upaya mengurangi risiko bencana banjir pada anggota masyarakat di wilayah
berpotensi banjir. Tujuan PKM ini adalah memberikan penyuluhan kepada ibu rumah tangga tentang
kesigapan dan upaya yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana banjir. Mitra sasaran kegiatan PKM ini
adalah ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tingal di Kelurahan Sungai Lulut. Hasil jawaban kuisioner dari
ibu-ibu rumah tangga, didapatkan ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.
Setelah mendapat penyuluhan, lebih dari 80% ibu-ibu rumah tangga paham tentang kesigapan dan upaya yang
dapat dilakukannya bersama keluarga sebelum, saat dan setelah bencana banjir. Kesimpulan terdapat
peningkatan pengetahuan kesigapan ibu rumah tangga di bantaran sungai lulut dalam mitigasi bencana banjir.
Diharapkan pengetahuan yang didapat setelah penyuluhan dapat diterapkan oleh mitra sasaran dan dapat
diinformasikannya pada masyarakat lainnya di lingkungan rawan banjir.

Kata Kunci : bantaran sungai, ibu rumag tangga, kesigapan, mitigasi banjir

PENDAHULUAN lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak


psikologis (Bakornas PB, 2007). Menurut UU no
Bencana banjir merupakan fenomena 24 Tahun 2007 tentang Penganggulangan
alam yang umumnya terjadi pada musim Bencana, bencana merupakan peristiwa atau
penghujan. Setiap sungai berpotensi banjir. banjir rangkaian peristiwa yang mengancam dan
merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa mengganggu kehidupan dan penghidupan
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan
penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan atau faktor non alam maupun faktor manusia
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

Kesehatan 471
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta bencana banjir bandang dengan dampak yang
benda, dan dampak psikologis. Sedangkan paling besar. Banyak masyarakat merasa kurang
menurut Muhammadiyah Disaster Management sigap dalam menghadapi bencana banjir, sehingga
Center (MDMC), bencana merupakan gangguan berdampak pada kerugian material maupun
serius yang meluas dan bisa melumpuhkan fungsi- nonmaterial. Curah hujan yang tinggi disertai
fungsi masyarakat, serta mengakibatkan kerugian luapan air sungai dan air dengan ketinggian air
material ataupun immaterial mencapai lebih dari tiga meter, menyebabkan
banyaknya akses jalan yang terputus. Akibatnya,
Banjir di wilayah kota Banjarmasin, yang
menjadikan kendala bantuan bagi pengungsi
merupakan kota seribu sungai, hampir setiap
dalam hal suplai pangan/makanan dan obat-
tahun terjadi. Bencana banjir yang terjadi pada
obatan, serta air bersih baik untuk dikonsumsi
Januari 2021 memberikan dampak besar bagi
maupun untuk membersihkan diri. Setelah
masayarakat di Kota Banjarmasin, diantaranya di
bencana banjir masyarakat masih perlu waktu
wilayah Sungai Lulut. Terdapat sekitar 1.585 KK
cukup banyak, selain untuk pemulihan kesehatan,
atau 3.701 jiwa pengungsi yang sebagian besar
juga untuk bebenah di lingkungan rumahnya,
merupakan warga Sungai Lulut (BPBD Kota
maupun di lingkungan sekitar bantaran sungai.
Banjarmasin, 2021). Wilayah Sungai Lulut yang
merupakan bagian wilayah Kecamatan Bencana banjir senantiasa memiliki
Banjarmasin Timur, sebagian besar wilayah ini potensi untuk kembali terjadi, sehingga sangat
digenangi air yang dialiri oleh Sungai Martapura penting dilakukannya mitigasi bencana banjir,
dan bermuara di Sungai Barito. Wilayah Sungai untuk mengantisipasi dampak dari bencana
Lulut memiliki luas wilayah sekitar 8,63 Km2 dan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman
secara topografis wilayah ini terletak pada masyarakat yang masih rendah dalam menghadapi
ketinggian tempat rata-rata 0.16 m dibawah bencana dapat diminimalisir dengan melakukan
permukaan laut (dpl) dengan kondisi daerah sosialisasi tentang kesiapan masyarakat dalam
berpaya-paya dengan banyak anak sungai, menghadapinya. Sosialisasi mitigasi bencana ini
sehingga pada waktu pasang, hampir seluruh perlu dilakukan agar masyarakat tanggap, tangkas
wilayah digenangi air sungai yang meluap. dan cepat sehingga dapat menghindari jatuhnya
Kondisi ini menjadikan wilayah ini setiap tahun korban bencana (Nefilinda, dkk., 2019).
mengalami banjir (Kelurahan Sungai Lulut,
Mitigasi dilakukan untuk mengurangi
2020). Bencana banjir bandang pada Januari 2021
risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
yang terjadi di Kota Banjarmasin, tidak hanya
Kawasan rawan bencana (Hermon, 2012; Lindarto
diakibatkan akibat luapan air sungai yang di
et al., 2018; Shalihati et al., 2016). Upaya yang
akibatkan oleh hujan deras dan kiriman air dari
harus dilakukan adalah dengan cara memberikan
lintasan air dari wilayah hulu sungai. (BPBD Kota
sosialisasi lebih intens khususnya kepada
Banjarmasin, 2021).
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan banjir
Hasil analisis situasi lingkungan pada seperti halnya pada masyarakat di Sungai Lulut
masyarakat di bantaran Sungai Lulut Banjarmasin Banjarmasin. Menurut UU No. 24 Tahun 2007,
yang dilakukan satu bulan setelah bencana banjir, kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui
masih didapatkan perumahan dan lingkungan penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan
masyarakat yang berada disekitar bantaran sungai pelatihan baik secara konvensional maupun
yang kotor dan kurang higienis, dengan tumpukan modern (Hermon, 2012). Penyuluhan dan
sampah yang terbawa luapan air sungai dan aliran pendidikan tentang kesehatan diri dan lingkungan
air hujan yang menutupi lingkungan perumahan, kepada masyarakat di wilayah banjir dapat
selokan, serta bahu jalan-jalan umum. Menurut dilakukan melalui berbagai media, tujuannya
informasi masyarakat setempat, sudah biasa untuk meningkatkan pemahaman, kepedulian dan
perumahan masyarakat tergenang bila sedang peran masyarakat (Lindarto et al., 2018; Shalihati
musim hujan, tetapi banjir tahun 2021 merupakan et al., 2016).

Kesehatan 472
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

Berlandaskan analisis situasi dan bantaran sungai dengan topografi rawan banjir.
permasalahan yang di hadapi masyarakat di Identifikasi ini diperlukan untuk menentukan
Kelurahan Sungai Lulut Kota Banjarmasin, maka langkah tepat dalam kesiapsiagaan banjir yang
diperlukan suatu kegiatan pengabdian kepada perlu dilakukan. Tahapan selanjutnya adalah (1)
masyarakat (PKM) tentang pentingnya kesigapan pertemuan awal dengan pihak RT dan kelurahan
dari masyarakat yang ada di bantaran sungai dan untuk menentukan tempat dan target sasaran, (2)
rawan banjir sebagai upaya mitigasi banjir. Sosialisasi rencana dan tujuan dari kegiatan, dan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang (3) kesepakatan waktu pelaksanaan dengan
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui beberapa target sasaran.
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
Tim pelaksana juga melaksankan
guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun
koordinasi internal persiapan sarana dan prasarana
2007). Kesiapsiagaan merupakan tindakan-
yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKM ini.
tindakan yang memungkinkan pemerintahan,
Tahapan dari tim pelaksana penyuluhan
organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu
diantaranya adalah menentapkan time frame
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana
kegiatan, menetapkan desain pengabdian,
secara cepat dan tepat guna.
membuat instrumen, dan draf materi kegiatan
Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini penyuluhan (file ppt, leaflet, banner dan standard
adalah untuk memberikan penyuluhan tentang operational procedure (SOP) tentang
kesigapan masyarakat di bantaran Sungai Lulut kesiapsiagaan bencana banjir). Selanjutnya
dalam mitigasi bencana banjir. Target sasaran pada menetapkan tahapan jadwal kegiatan penyuluhan,
kegiatan penyuluhan ini adalah ibu-ibu rumah merencanakan dan mempersiapkan alat peraga
tangga, mengingat ibu rumah tangga memiliki pada saat pelaksanaan penyuluhan.
banyak waktu berada di dalam rumah, serta
Sasaran/peserta kegiatan terpilih adalah
aktivitas ibu rumah tangga dalam kegiatan
ibu-ibu rumah tangga di lingkungan Kelurahan
pengajian rutin/yasinan di mushola lingkungan
Sungai Lulut Banjarmasin. Semua peserta kegiatan
perumahannya, diharapkan memudahkan
merupakan anggota masyarakat yang terdampak
terinformasikannya materi penyuluhan kepada
bencana banjir bandang yang terjadi pada Januari
seluruh anggota keluarga. Target capaian dari hasil
2021. Kegiatan ini dilaksanakan secara tatap muka
kegiatan ini adalah 80% mitra sasaran, memahami
langsung /luring pada 18-19 Juni 2021, bertempat
materi penyuluhan yang disampaikan. Diharapkan
di Langgar Ar Rahman Kelurahan Sungai Lulut.
masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran
Jumlah peserta yang hadir mengukuti keagitan
sungai dan rawan banjir dapat berperilaku sigap
penyuluhan ini adalah sebanyak 30 orang peserta.
saat musim hujan sebagai upaya mitigasi bencana
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan masih pada
banjir. Kesigapan masyarakat tidak saja saat
pandemi Covid-19, sehingga pelaksanannya
terjadi banjir, tetapi juga sebelum banjir tiba dan
disesuaikan dengan prosedur kesehatan (prokes).
setelah banjir reda.
Penyuluhan dilakukan dengan metode
ceramah dan tanya jawab. Materi penyuluhan pada
kegiatan penyuluhan ini disampaikan secara
METODE
sederhana, informatif dan menarik dengan
Kegiatan penyuluhan ini dilaksankan menggunakan media-media ppt, leafleat, dan
secara pertemuan langsung/luring bersamaan poster. Materi yang disampaikan diataranya: (1)
dengan jadwal kegiatan yasinan rutin ibu-ibu penyebab banjir, (2) dampak banjir, (3) dan peran
rumah tangga di kelurahan Sungai Lulut masyarakat dalam mitigasi banjir. Bahasan materi
Banjarmasin. Tahapan pelaksanaan penyuluhan berkaitan kesiapsiagaan banjir dalam mitigasi banjir
dimulai dengan identifikasi melalui survei meliputi (1) tindakan sebelum terjadi banjir, (2)
pendahuluan untuk menganalisis situasi Tindakan saat terjadi banjir, dan (3) tindakan
permasalahan yang ada pada masyarakat di setelah banjir.

Kesehatan 473
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

Evaluasi keberhasilan terhadap penyuluhan


yang dilakukan diperoleh berdasarkan hasil jawaban
kuisioner dari mitra sasaran. Kuisioner berupa soal
pretest dan posttest yang berkaitan dengan materi
kesigapan keluarga dan masyarakat di bantaran
sungai dalam upaya mitigasi bencana banjir.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyuluhan mengenai beberapa tindakan
kesigapan yang dapat dilakukan oleh masyarakat di
bantaran sungai sebagai upaya mitigasi banjir telah
dilaksankan dan disampaikan secara sederhana
ditunjang dengan video/poster contoh-contoh
tindakan yang dapat dilaksankan di tataran rumah
Gambar 2. Peraga (PPT) dan poster penyuluhan
tangga dan masyarakat bantaran sungai, yang rawan
terhadap bencana banjir. Paparan penyuluhan Gambar 1 memperlihatkan suasana saat
diawali dengan materi mengenai penyebab banjir kegitan penyuluhan. Secara umum paserta kegiatan
dan dampaknya bagi masyarakat terutama pada memiliki pengetahuan mengenai penyebab dan
masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran dampak dari bencana banjir. Namun, pengetahuan
sungai. Selanjutnya penjelasan mengenai materi tersebut perlu diimplementasikan dalam kehidupan
peran masyarakat dalam mitigasi banjir; pada materi masyarakat, terutama pada masyarakat di wilayah
ini membahas upaya atau tindakan dalam keluarga bantaran sungai dan rawan banjir. Gambar 2.
dan masyarakat dalam menagani masalah banjir. memperlihatkan power point presentation dan poster
Terdapat tiga aspek tindakan kesiagaan yang dapat yang dipergunakan sebagai alat bantu penyampaian
dilakukan oleh keluarga atau masyarakat materi penyuluhan.
diantaranya yaitu: kesiagaan dalam menghadapi Banjir adalah suatu kondisi fenomena
banjir, tindakan saat terjadi banjir, serta tindakan bencana alam yang memiliki hubungan dengan
pasca bencana banjir. Berikut gambar saat kegiatan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan
penyuluhan. material. Banjir yang terjadi hampir setiap tahun
di Indonesia menyebabkan kerugian yang sangat
besar, baik berupa korban jiwa maupun materil,
sehingga mitigasi bencana banjir sangat
diperlukan untuk dilaksanakan. Banjir merupakan
bencana alam yang ke tiga terbesar di dunia yang
telah banyak menelan korban jiwa dan kerugian
harta benda (Aryono, 2011). Banjir adalah
peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya
kering, oleh air yang berasal dari sumbersumber
air yang ada disekitar daratan tersebut seperti
sungai, danau maupun laut, yang mana genangan
air tersebut tidak permanen. Jadi banjir terjadi
disebabkan oleh air yang ada di dalam sumber air
Gambar 1. Suasana kegiatan penyuluhan naik permukaannya atau meningkat volumenya
sehingga meluap menggenangi daratan
disekitarnya (Tim Panca Aksara, 2017)
Secara umum, ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya banjir. Faktor-faktor

Kesehatan 474
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

tersebut antara lain: 1). kondisi alam seperti letak dalam jangka panjang akan mempengaruhi secara
geografis wilayah, kondisi toporafi, dan geometri langsung tingkat pemenuhan kebhutuhan gizi
sungai; peristiwa alam seperti curah hujan dan korhan bencana (Widayatun & Fatoni, 2013).
lamanya durasi hujan, pasang surut air laut, erosi Peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
dan sedimentasi, dan aliran lahar dingin; dan 2). gejala alam maupun yang diakibatkan oleh
aktifitas manusia seperti pembudidayaan daerah kegiatan manusia, baru dapat disebut bencana
dataran banjir, pemanfaatan tata ruang di dataran ketika masyarakat atau manusia yang terkena
banjir yang tidak sesuai, belum adanya pola dampak oleh peristiwa itu tidak mampu untuk
pengelolaan dan pengembangan dataran banjir, menanggulanginya (Nurjanah et al. 2011).
pemukiman di bantaran sungai, sistem drainase Manajemen bencana adalah hal yang sangat
yang tidak memadai, terbatasnya tindakan diperlukan sebagai tindakan dalam
mitigasi banjir, kurangnya kesadaran masyarakat penanggulangan bencana untuk mengurangi
di sepanjang alur sungai, penggundulan hutan di bahkan mencegah dampak bencana yang mungkin
daerah hulu, hingga terbatasnya upaya terjadi mengingat saat ini semakin banyak
pemeliharaan bangunan pengendali banjir. bencana alam yang terjadi. Manajemen bencana
Sebagai fenomena alam yang terkait dengan pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan
ulah manusia, banjir terjadi akibat akumulasi masyarakat dari bencana, baik dengan mengurangi
beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kemungkinan munculnya hazard maupun
kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan mengatasi kerentanan. Konsep pengelolaan
pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana telah mengalami pergeseran paradigma
bencana banjir saat ini disebabkan keadaan badan dari pendekatan konvensional menuju pendekatan
sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, holistik (menyeluruh).
pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran Orientasi dari pandangan konvensional
hukum meningkat, perencanaan pembangunan adalah pada pemenuhan kebutuhan darurat berupa
kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang pangan, penampungan darurat, kesehatan, dan
rendah (BNPB, 2011). penanganan krisis. Tujuannya adalah menekan
Salah satu dampak bencana terhadap kerugian, kerusakan dan secepatnya memulihkan
menurunnya kualitas hidup penduduk dapat dilihat keadaan pada kondisi semula. Pandangan yang
dari berhagai permasalahan kesehatan masyarakat berkembang selanjutnya menuju pendekatan
yang terjadi. Bencana yang diikuti dengan holistik (menyeluruh), yaitu paradigma mitigasi,
pengungsian berpotensi menimhulkan masalah yang tujuannya lebih diarahkan pada identifikasi
kesehatan yang sebenamya diawali oleh masalah daerah daerah yang rawan bencana, mengenali pola-
bidang/sektor lain. Bencana gempa bumi, banjir, pola yang dapat menimbulkan kerawanan, serta
longsor dan letusan gunung berapi, dalam jangka melakukan tindakan tindakan mitigasi, baik yang
pendek dapat berdampak pada korban meninggal, bersifat struktural maupun non-struktural. (Nurjanah
korban cedera berat yang memerlukan perawatan et al. 2011). Mitigasi secara nostuktural dapat
intensif, peningkatan risiko penyakit menular, dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan,
kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem penyuluhan dan pelatihan baik secara konvensional
penyediaan air. Timbulnya masalah kesehatan maupun modern. (Hermon, 2012; Shalihati et al.,
antara lain berawal dari kurangnya air hersih yang 2016; Lindarto et al., 2018;).
berakihat pada buruknya kebersihan diri, Tujuan pengelolaan bencana dalam
buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan paradigma pengurangan risiko bencana adalah
awal dari perkembangbiakan beberapa jenis meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
penyakit menular. Persediaan pangan yang tidak mengelola dan menekan risiko terjadinya bencana.
mencukupi juga merupakan awal dari proses Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai
terjadinya penurunan derajat kesehatan yang subjek dan bukan objek dari pengelolaan bencana

Kesehatan 475
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

dan proses pembangunan. Manajemen bencana kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
merupakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan banjir dan sebagai upaya mitigasi bencana banjir.
upaya untuk mengurangi risiko, yang meliputi Kegiatan penyuluhan dapat dikatakan berhasil
tindakan persiapan sebelum bencana terjadi, melebihi target capaian yaitu 80% peserta
dukungan, dan membangun kembali masyarakat memahami isi materi penyuluhan ini. Materi
saat bencana terjadi. Secara umum, pengeloaan
kegiatan pada penyuluhan merupakan hal yang
bencana merupakan proses terus menerus yang
dilakukan oleh individu, kelompok, dan komunitas baru didapat oleh masyarakat di bantaran Sungai
dalam mengelola bahaya sebagai upaya untuk Lulut ini mengingat penyampaian materi
menghindari atau mengurangi dampak akibat dilaksanakan setelah terjadinya bencana banjir
bencana. (Nurjanah et al. 2011) bandang pada Januari 2021, yang banyak
menimbulkan dampak luas bagi masyarakat,
Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dari
khususnya bagi masyarakat di bantaran sungai.
peserta kegiatan penyuluhan ini, didapatkan
pengetahuan masyarakat tentang peran masyarakat Menurut UndangUndang RI Nomor 24
dalam upaya mitigasi banjir masih kurang. Berikut Tahun 2007, kesiapsiagaan merupakan
tabel hasil pretest dan postest dari peserta kegiatan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
PKM ini. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
Tabel 1. Hasil Pretest dan posttest pengetahuan guna. Kesiapsiagaan juga merupakan suatu proses
sasaran tentang kesiagaan dalam menghadapi banjir yang saling berkesinambungan dan terarah yang
dihasilkan untuk mengurangi risiko terjadinya
Pengetahuan Pretest Posttest korban jiwa. Kesiapsiagaan lebih ditujukan untuk
Jumlah % Jumlah % menghadapi kondisi sesaat setelah bencana dan
peserta peserta
upaya pemulihan kembali ke kondisi normal.
Baik 0 0 30 100 Upaya-upaya yang dapat dilakukan pada tahap
Cukup 1 3,3 0 0 kesiapsiagaan ini diantaranya mempersiapkan diri
Kurang 29 96,7 0 0 untuk melakukan pertolongan pertama setelah
Jumlah 30 100 30 100 terjadi bencana, bagaimana melakukan koordinasi
dalam kondisi tanggap darurat, serta bagaimana
Tabel 2. Hasil Pretest dan posttest pengetahuan melakukan evakuasi dari daerah yang terkena
sasaran tentang Tindakan saat terjadi banjir dan bencana ke daerah yang aman (International of
pasca banjir Red Cross and Red Cresscent Society, 2016)
Rencana Kesiapsiagaan Mitigasi Bencana
Pengetahuan Pretest Posttest
Jumlah % Jumlah % Banjir dan pendidikan kesiapsiagaan bencana
peserta peserta banjir merupakan salah satu langkah penting
sebagai upaya mengurangi dampak bencana.
Baik 0 0 30 100 Secara ilmiah mitigasi (mitigate) berarti tindakan
Cukup 2 6,7 0 0 untuk mengurangi bahaya supaya kerugian dapat
Kurang 28 93,3 0 0 diperkecil. Mitigasi meliputi tindakan
Jumlah 30 100 30 100
perlindungan yang dapat diawali dari persiapan
sebelum bencana itu berlangsung, menilai bahaya
Tabel 1 dan 2, menjelaskan bahwa setelah bencana, penanggulangan bencana, berupa
dilakukan kegiatan penyuluhan, didapatkan penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi. Dari
peningkatan pengetahuan dan pemahaman sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling

Kesehatan 476
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

strategis adalah pembelajaran atau pendidikan. Tindakan kesiagaan saat terjadi banjir dalam
Pendidikan merupakan wahana yang efektif untuk keluarga /perorangan: (1). Mengupayakan jangan
membangun perilaku dalam menghadapi bencana panik, tetapi berperilaku tenang dan waspada. 2).
(Ahmad, 2013) Memeriksa apakah diri sendiri atau orang di sekitar
Menurut BNPB (2017), ada tiga faktor terluka, jika perlu beri pertolongan pertama. Ingat
utama untuk menyusun rencana kesiapsiagaan untuk menolong orang yang memerlukan bantuan
menghadapi bencana yaitu: 1) Memiliki sebuah khusus seperti bayi, orang lanjut usia dan orang
rencana darurat keluarga yang meliputi: analisis cacat., 3). Tidak meminum air kecuali setelah
ancaman sekitar, identifikasi titik kumpul, nomor dimasak dan tidak menggunakan air tercemar untuk
kontak penting, mengetahui jalur evakuasi, mencuci alat-alat dapur dan pakaian., 4) Tidak
identifikasi lokasi untuk mematikan air, gas dan membiarkan anak-anak bermain di air banjir., 5)
listrik, identifikasi titik aman didalam bangunan Cermat, mendengarkan informasi darurat dan
atau rumah, identifikasi anggota yang rentan mengikuti rencana darurat di lingkungan bencana
(anak-anak, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang anda., 6). Mengikuti semua instruksi yang
disabilitas). 2) Menyimpan 10 benda yang disampaikan koordinator posko bencana, serta 7)
dibutuhkan saat bencana yaitu, air minum untuk 3- Melakukan kerjasama yang baik dengan sesame
10 hari, makanan untuk 3- 10 hari, obat P3K, warga lainnya di tempat penampungan.
obat-obatan pribadi, lampu senter (dan ekstra Tindakan-tindakan oleh keluarga/masyarakat
baterai), sejumlah uang dan dokumen penting pasca bencana banjir diantaranya: 1).
(akta kelahiran, sertifikat tanah atau rumah, ijazah, Membersihkan rumah atau tempat tinggal., 2).
dokumen asuransi, dan surat kepemilikan asset), Menata saluran air dan pori air hujan, 3). Menata
pakaian, jaket, sepatu, peralatan (peluit, sarung tanaman di pekarangan/kebun., 4). Bersama
tangan, pisau serbaguna, masker dan pelindung warga lain membantu memperbaiki lingkungan
kepala), dan pembersih higienis (tisu basah, hand umum dan bantaran sungai, 5). Bersama warga
sanitizer, dan perlengkapan mandi). 3) Menyimak lain,. menanam pohon/ tanaman di lingkungan
informasi dari berbagai media seperti radio, umum dan membuat pori air di lingkungan jalan,
televisi, media online, maupun sumber lain yang serta 6). Manata alur TPS
resmi. Beberapa daftar untuk memperoleh
Menurut Undang-Undang Nomor 24
informasi resmi dalam penanganan darurat dari
Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
BPBD, BNPB, dan kementerian atau lembaga
harus mengaplikasikan prinsip cepat, tepat,
terkait. Apabila sudah terbentuk posko, informasi
praktis, koordinasi dan keterpaduan, berdaya
lanjutan akan diberikan oleh posko setempat.
guna dan hasil guna, transparansi dan
Tindakan kesiagaan menghadapi banjir di akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan non
dalam keluarga : (1) memiliki persediaan diskriminasi dan non proletisi. Ada beberapa
pelampung yang cukup untuk anggota keluarga, (2) stakeholders yang berkaitan erat dengan
Pastikan bekal makanan dan persediaan obat-obatan kesiapsiagaan masyarakat, yaitu: individu dan
memadai, (3) miliki nomor Ketua RT, RW atau rumah tangga, instansi pemerintah yang
instansi yang dapat dihubungi, (4) Simpan berkaitan dengan pengelolaan bencana,
dokumen-dokumen dan surat-surat penting dalam komunitas sekolah, lembaga swadaya
plastik atau kotak tahan air, titipkan salinan masyarakat (LSM) dan organisasi non
dokumen dan surat-surat penting ke kerabat atau pemerintah (Ornop), kelembagaan masyarakat,
orang terpercaya yang tinggal di daerah yang tidak kelompok profesi dan pihak swasta. Dari
terkena banjir, (5) segera naikkan alat-alat atau keseluruhan stakeholders tersebut, tiga
kabel-kabel listrik sebelum terkena banjir ke tempat stakeholders, yaitu: rumah tangga, pemerintah
yang lebih tinggi yang tidak terjangkau air banjir, dan komunitas sekolah, disepakati sebagai
Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke stakeholders utama, dan lainnya sebagai
dalam rumah, Selalu mendengar informasi tentang stakeholders pendukung dalam kesiapsiagaan
perkembangan cuaca. bencana.

Kesehatan 477
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

Banyak ancaman kesehatan dan jiwa pengalaman sebelumnya), 7) respon pemerintah


dalam kejadian bencana justru terjadi pada saat- daerah dan aparatnya dari instansi sector dalam
saat kepanikan membubung tinggi dan tak membangun kesiapsiagaan masyarakat, 8) terlatih,
terkendalikan yang seringkali terjadi justru terorganisasi dan terkoordinasinya tenaga lokal
kepanikan yang luar biasa. Saat-saat awal (Desa/Kelurahan) dalam penaggulangan bencana
kepanikan dalam suatu kejadian bencana adalah alam, 9) dibangunnya kesamaan persepsi tentang
saat-saat yang sangat menenetukan tinggi kebencanaan dilingkungan masyarakat. (Nurjanah
rendahnya tingkat resiko yang terjadi. Peran dkk, 2011; Matura, 2011; Purwana, 2013).
keluarga dalam kesiapsiagaan sangat penting,
Menurut Purwana (2013) masyarakat
untuk saling mencari informasi bagi
keluargannya, mengambil keputusan yang cepat menyadari bahwa keterlibatan mereka dalam
dan sebagai sumber dukungan sosial bagi penanggulangan bencana sangat diperlukan,
keluargannya. karena secara tidak langsung akan memberikan
keuntungan bagi mereka. Disinilah perlunya
Pencegahan dampak bencana harus dimulai
manajemen yang bisa memberikan arahan dan
dari individu; selama ini pencegahan sekaligus
penanganan bencana terlanjur melekat sebagai aturan sehingga bisa mengetahui apa yang
kewajiban pemerintah sehingga masyarakat tidak seharusnya mereka lakukan untuk kedepannya.
siap menghadapi bencana dan pencegahannya. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat yang
Sosialisasi dan penyuluhan terkait antisipasi memberikan peningkatan kapasitas masyarakat
bencana harus dilakukan terus menerus agar dapat berupa fisik dan non-fisik. Kegiatan fisik
masyarakat mampu menyiapkan diri terhadap seperti pemanfaatan lahan dengan tepat dan
bencana sehingga dapat menurunkan resiko penyediaan tempat evakuasi. Sedangkan
dampak dari bencana tersebut. (Intan et al. 2018). peningkatan kapasitas non-fisik seperti
Strategi pemberdayaan masyarakat dalam mempelajari gejala alam untuk mengetahui tanda-
penaggulangan antara lain: 1) pemanfaatan nilai- tanda datangnya bencana, sampai saling
nilai lokal dan pengetahuan masyarakat setempat mengingatkan di antara sesama untuk siaga dapat
yang terkait dengan penaggulangan bencana, 2) membentuk kesiapsiagaan sebagai budaya dalam
pemanfaatan inovasi pengetahuan dan pendidikan komunitas masyarakat
untuk membangun budaya keselamatan dan
ketahanan pada seluruh tingkatan, 3) pengurangan
Berdasarkan framework kesiapsiagaan
cakupan resiko bencana alam, 4) mekanisme
penaggulangan bencana mencakup: pembentukan terhadap bencana yang dikembangkan oleh LIPI
resiko bencana alam sebagai prioritas Nasional bekerjasama dengan UNESCO atau ISDR,
maupun daerah, peningkatan pemahaman dan kesiapsiagaan dikelompokan menjadi lima
pengetahuan masyarakat lokal tentang bencana parameter yaitu: 1) Sistem pengetahuan dan sikap
yang akan terjadi, pembentukan institusi pelaksana (knowledge and attidue), Sistem Pengetahuan dan
yang kuat, terkoordinasi dan efektif, pengadaan dan Sikap (Knowledge and Attidue) merupakan
perbaikan sistem peringatan dini, identifikasi, pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat akan
pengkajian dan pemantauan bencana alam, mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap
peningkatan kesiapan menghadapi bencana pada dan siaga dalam mengantisipasi bencana, sehingga
semua tingkatan masyarakat, agar tanggap yang
masyarakat dapat diberikan pengetahuan dasar
dilakukan lebih efektif, sebaiknya lakukan pula
kegiatan simulasi bencana, 5) peningkatan tentang bencana alam seperti, ciri, gejala dan
kesadaran masyarakat dalam kesiapsiagaan penyebabnya 2) Kebijakan dan Panduan,
menghadapi bencana, 6) pemberdayaan peran Kebijakan dan panduan merupakan upaya konkret
masyarakat dalam menghadapi bencana yang untuk melaksanakan kegiatan siaga bencana yang
didapat dari pengalaman (proses belajar dari dapat mempengaruhi kesiapsiagaan meliputi

Kesehatan 478
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

pendidikan publik, emergency planning, system menerpapkan perilaku dan tanggap untuk
peringatan bencana, dan mobilisasi daya termasuk melakukan tindakan-tindakan kewaspadaan
pendanaan, organisasi pengelola, SDM dan berkaitan dengan bencana banjir. Selanjutnya
fasilitas penting untuk koordinasi darurat bencana. informasi dan implementasi hasil penyuluhan
3) Perencanaan Kedaruratan (Emergency dilaksanakan dari mulai anggota keluarga, agar
terbiasa dengan mudah mengimplementasikannya
Planning) Perencanaan Kedaruratan (Emergency
di tataran masyarakat bantaran Sungai Lulut,
Planning) dapat dilakukan dengan tindakan apa maupun dengan masyarakat lainnya yang
yang sudah dipersiapkan dalam menghadapi berbatasan dengan wilayah Sungai Lulut ini
bencana seperti evakuasi, pertolongan dan maupun pada anggota masyarakat di wilayah
penyelamatan agar korban bencana dapat bantaran sungai lainnya.
diminimalkan. 4) Sistem Peringatan Dini (early
warning system) Sistem Peringatan Dini (early
KESIMPULAN
warning system) merupakan upaya yang dapat
Terdapat peningkatan pengetahuan
dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah kesigapan ibu rumah tangga di bantaran Sungai
korban akibat bencana dengan cara mengenali Lulut dalam mitigasi bencana banjir. Diharapkan
tanda-tanda peringatan yang ada. Berkaitan hal pengetahuan yang didapat setelah penyeluhan dapat
tersebut, maka diperlukan latihan dan simulasi apa diterapkan oleh mitra sasaran dan dapat
yang harus dilakukan apabila mendengar diinformasikannya pada masyarakat lainnya di
peringatan, kemana dan bagaimana harus lingkungan rawan banjir
menyelamatkan diri dalam waktu tertentu sesuai
dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada UCAPAN TERIMAKASIH
saat terjadi bencana. 5) Mobilisasi Sumber daya. Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Mobilisasi Sumber daya lebih kepada potensi dan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
peningkatan sumber daya di masyarakat melalui Mangkurat yang telah memberikan bantuan dana
keterampilan yang diikuti, dana, prasarana dan hibah PKM tahun anggaran 2021, untuk
sarana lainnya. Hidayati, 2012. pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini .

Pendidikan kesiapsiagaan bencana banjir, REFERENSI


terutama di wilayah rawan banjir perlu dilakukan
secara berulang-ulang dan reguler agar Anna, Alif N., Suharjo, & Priyana, Y., (2015),
membudaya di masyarakat. Oleh karena itu, agar Kajian Biofisik Lahan untuk Penilaian
kesiapsiagaan bencana banjir di masyarakat dapat Kerentanan Banjir di DAS Bengawan Solo
lebih diperluas lagi, maka perlu dilakukan suatu Hulu, University Research Colloquium 2015
penyuluhan dan sosialisasi mengenai bencana p:9-17.
serta cara siaga dan penanganan bencana banjir
sedini mungkin. Pendidikan dan pemahaman
Aryono, D.P. (2011). The Silent Disaster:
tentang kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang harus diketahui untuk mengantisipasi situasi Bencana dan Korban Massal, CV. Sagung
bencana secara cepat dan tepat guna (Djafar et al. Seto. Jakarta.
2013)
Astuti, S. I. dan Sudaryono, (2010): Peran Sekolah
Peserta kegiatan penyuluhan sangat antusias
dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana”
dan aktif dalam berdiskusi mengenai materi-
materi yang disampaikan pada penyuluhan ini. dalam Jurnal Dialog Penanggulangan
Diharapkan ibu-ibu rumah tangga yang juga aktif Bencana, vol. 1(1): 30-42.
dalam kegiatan pengajian/yasinan, paham dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kesehatan 479
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

(BPBD) Kota Banjarmasin, (2021). Yogyakarta


“Kondisi Kota Banjarmasin dan
Penggunlangan bencama Banjir”. Mustofa, B., dan Inung, S. (2010). Kamus
Januari 2021 Lengkap Geografi. Yogyakarta: Panji
Pustaka.
Braun, T., Cottrell, R., & Dierkes, P. (2018).
Fostering changes in attitude, Nefilinda, Slamet Rianto & Jamsari. (2019).
knowledge and behavior: demographic Sosialisasi Pemahaman Kebencanaan di
variation in environmental education Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan
effects. Environmental Education Koto Tangah, Kota Padang. Seminar
Research, 24(6),899–920.https:// Nasional Pemberdayaan Masyarakat,
doi.org/10.1080/13504622.20 Pekanbaru, 2019- 08-21. ISSN 2685-9017.
17.1343279 conference.unri.ac.id

Djafar, I, M., Mantu, F, N., & Patellongi, I, J. Nefilinda, Slamet Rianto & Jamsari. (2019).
(2013). Pengaruh Penyuluhan Tentang Pengabdian Mitigasi Bencana di Kelurahan
Kesiapsiagaan Bencana Banjir Terhadap Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah
Pengetahuan dan Sikap kepala Keluarga di Kota Padang. Jurnal Rangkiang. UP3M
Desa Romang Tangaya Kelurahan STKIP PGRI Sumatera Barat. ISSN: (2721-
Tamangapa Kecamatan Manggala Kota 2688) Vol. 1, No 2. (Desember2019):78–
Makasar, Jurnal Psikologi Kepribadiandan 69.https://doi.org/10.22202/JR.2020.V1i2.3
Sosial. 853

Hermon , Dedi, (2012), Mitigasi Bencana Nugroho, S.P., (2015), Relevansi Meningkatnya
Hidrometeorologi, Padang: UNP Press Bencana Hidrometeorologi terkait
Kerusakan DAS di Indonesia, Prosiding
Hidayati, D. (2012). Akses dan Keterlibatan Seminar Nasional Restorasi DAS: Mencari
Perempuan dan Laki-laki Dalam Keterpaduan di Tengah Isu Perubahan
Penanganan Bencana dalam Pengelolaan Iklim, Surakarta: BPTKPDAS.
Bencana Berbasis Gender: Pembelajaran
Dari Gempa Bantul 2006. Editor Deny Nurjanah, R., Sugiharto, Dede, K., Siswanto B.P.,
Hidayati. Jakarta: PT Dian Rakyat dan Adikoesoemo. (2011). Manajemen
PPK-LIPI Bencana, Bandung, Alfabeta.

Intan, A.P., dkk. (2018). Indonesian Cities Green Ryan Sakti Seto Kumoro. 2013. Kesiapsiagaan
Development Index: A Prototype masyarakat dalam menghadapi bencana
Measurement, International Journal of banjir di desa langenharjo kecamatan
Sciences: Basic and Applied Research, 31 grogol kabupaten sukoharjo
(3): 290-308. (Skripsi).Surakarta: Universitas
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. Muhammadiyah Surakarta
(2011). Kerangka Kerja Sekolah Siaga
Bencana. Jakarta. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
http://gerashiaga.files.wordpress.com/2012/ Penanggulangan Bencana. (2007).
06/bukukerangka-kerjasekolah-siaga-
bencana.pdf. Purwana. R., (2013). Manajemen Kedaruratan
Kesehatan Lingkungan dalam Kejadian
Matura (2011). Pedoman Nasional Manajemen Bencana, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Bencana di Indonesia. Gama Media.

Kesehatan 480
Prosiding PKM-CSR, Vol. 4 (2021)
e-ISSN: 2655-3570

Puturuhu, F., (2015), Mitigasi Bencana dan


Pengeinderaan Jauh, Cetakan ke 1,
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vidergor, H. E. (2018). Effectiveness of the


multidimensional curriculum model in
developing higher-order thinking skills in
elementary and secondary students. The
Curriculum Journal, 29(1), 95–115.
https://doi.org/10.1080/09585176.20
17.1318771

Watson, L., Hegtvedt, K., Johnson, C., Parris,C.,


Subramanyam,S. (2017). When legitimacy
shapes environmentally responsible
behaviors: Considering exposure to
university sustainability initiatives.
Education Sciences, 7(1),13.
https://doi.org/10.3390/educsci7010 013

Widayatun dan Zainal Fatoni, (2013)


Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi
Bencana: Peran Petugas Kesehatan dan
Partisipasi Masyarakat. urnal
Kependudukan Indonesia Vol. 8 No.1
Tahun 2013 (ISSN 1907-2902). 37-46.

Kesehatan 481

Anda mungkin juga menyukai