Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal.

62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

RESIKO KERENTANAN MASYARAKAT PERKOTAAN TERHADAP BAHAYA


BANJIR DI KELURAHAN MARGAGIRI, KECAMATAN BOJONEGARA,
KABUPATEN SERANG

VULNERABILITY RISK OF URBAN COMMUNITY ON FLOOD HAZARD IN


MARGAGIRI VILLAGE, BOJONEGARA DISTRICT, SERANG REGENCY

(disubmit 05 Februari 2020, direvisi 09 Mei 2020, diterima 29 Juni 2020)

Arta Rusidarma Putra1, Silfiana2

1
Universitas Bina Bangsa
Jl. Raya Serang - Jakarta, KM. 03 No. 1B, Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota Serang,
Banten 42124 Raya Lintas Timur Km. 4 Pandeglang - Banten
Corresponding Author: artar.putra@gmail.com
2
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
Sukajaya, Kec. Curug, Kota Serang, Banten 42171

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerentanan sosial ekonomi, dan bangunan fisik
masyarakat perkotaan terhadap bencana banjir di Kelurahan Margagiri, Kecamatan
Bojonegara Kabupaten Serang Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
metode campuran kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan observasi langsung di lapangan dan wawancara
berstruktur dengan responden yang dipilih secara random dengan teknik simple random
sampling. Wawancara dilakukan terhadap 90 kepala rumah tangga dari total populasi 483
kepala rumah tangga. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai dokumen dan instansi
terkait yang dianggap berkompeten. Hasil penelitian menujukkan bahwa berdasarkan hasil
interpolasi kedalaman banjir yang terkena dampak banjir berada di sebagian besar wilayah
bagian timur penelitian dengan kedalaman maksimum 1,5 meter. Berbagai faktor yang dapat
menyebabkan banjir, seperti kondisi topografi yang lebih rendah, penyempitan sungai,
tersumbatnya drainase dan tersumbatnya saluran sungai yang menyebabkan terhambatnya
aliran sungai yang mengalir ke outlet utama. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kerentanan sosial ekonomi yang lebih tinggi ditemukan pada tingkat pendidikan dominan yang
rendah yaitu tingkat sekolah dasar (SD) (40,42%) dan elemen penduduk rentan karena usia
lanjut dan anak-anak sebanyak 30,09 %. Sementara itu, temuan penelitian lainnya berkaitan
dengah kerentanan fisik, menunjukkan bahwa tingkat kerentanan tinggi aspek fisik sebanyak
32 bangunan, kerentanan tingkat sedang aspek fisik ebanyak 43 bangunan, dan kerentanan
tingkat rendah sebanyak 25 bangunan. Serta tingkat kerentanan sedang hingga tinggi
didominasi oleh jenis bangunan non tembok.

Kata Kunci: Masyarakat Perkotaan, Kerentanan Sosial Ekonomi, Kerentanan Fisik, Bahaya
Banjir

62
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

ABSTRACT
This study aims to analyze the socio-economic and physical building vulnerability of urban
community against flooding in Margagiri Village, Bojonegara District, Serang Regency,
Banten Province. The method used in this study was a mixture of qualitative and quantitative
method. The data used were primary data and secondary data. Primary data were collected by
direct observation in the field and structured interviews with respondents randomly selected
by simple random sampling technique. Interviews were conducted with 90 heads of households
from a total population of 483 heads of households. Meanwhile, secondary data were obtained
from various documents of related institutions that is considered to be competent. The results
of study showed that based on the results of interpolation the depth of floods affected by
flooding was in most of the eastern part of the study with a maximum depth of 1.5 meters.
Various factors can cause flooding, such as lower topographic conditions, river narrowing,
drainage clogging and blockage of river channels which causes obstruction of river flow
flowing to the main outlet. The results of this study also showed that higher socioeconomic
vulnerability was found at the low predominant level of education, namely elementary school
level (40.42%) and elements of the vulnerable population due to old age and children as much
as 30.09%. Meanwhile, other research findings related to physical vulnerability, showed that
the high level of physical aspect vulnerability was 32 buildings, the moderate level of physical
vulnerability was 43 buildings, and the low level vulnerability was 25 buildings.

Keywords: Urban community, socioeconomic vulnerability, physical vulnerability, flood


hazarrd

PENDAHULUAN sangat besar bagi masyarakat yang


Kelurahan Margagiri termasuk mengalaminya (Septriyadi and Hamhaber,
wilayah dataran aluvial yaitu kawasan 2013; Wesli et al., 2013; Zorn et al., 2015;
budidaya produktif dimana terdapat Rachmawati and Budiarti, 2016). Pada
pemanfaatan lahan oleh manusia untuk awal tahun 2020 ratusan rumah warga
pemukiman, perdagangan dan pertanian terendam banjir (news.detik.com, 2020).
(Marfai, 2011; Duckers, 2015; Neale and Masalah yang ditimbulkan oleh banjir
Weir, 2015). Hal ini terbukti dari antara lain adalah terganggunya aktivitas
melimpahnya sumberdaya berupa tanah sosial dan ekonomi masyarakat akibat
yang subur, ketersediaan air dan tergenangnya ruas akses jalan dan
aksesbilitas yang memadai. Berdasarkan terganggunya kesehatan warga.
hasil observasi langsung terdapat 251.33 Meningkatnya aktivitas manusia di
Hektar lahan persawahan dan 23.105 suatu wilayah harus diimbangi dengan tindakan
Hektar lahan perkebunan. mitigasi bencana guna mengurangi dampak
Namun demikian, dataran aluvial yang ditimbulkan oleh banjir agar lahan dapat
adalah wilayah yang sangat rawan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan (Haryani,
berpotensi terjadi bencana banjir yang akan 2012; Ma’arif et al., 2014; Widianto and
menimbulkan dampak sosial ekonomi yang Damen, 2014). Menurut UU No. 24 Tahun

63
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

2007 salah satu upaya yang dilakukan sumberdaya air untuk beragam tujuan.
masyarakat dalam menanggulangi bencana Perubahan penggunaan lahan menjadi
adalah Mitigasi, yaitu serangkaian upaya untuk kawasan terbangun dapat meningkatkan
mengurangi risiko bencana, baik melalui risiko bencana banjir yang disebabkan oleh
pembangunan fisik maupun penyadaran dan berubahnya karakteristik run off, dan jalur
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman drainase bagi air (Cahyadi et al., 2011;
bencana. Mitigasi bencana dilakukan sebagai Cahyadi dkk., 2012). Selain itu, perubahan
tindakan guna meminimalisir dampak dari iklim juga akan memperparah kondisi di
bencana yang terjadi, atau usaha-usaha yang mana beberapa tempat mengalami
dilakukan untuk menekan korban saat bencana perubahan frekuensi curah hujan (Sene,
terjadi, baik korban jiwa maupun harta benda. 2008; Dibyosaputro dkk., 2016). Bencana
Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, banjir diukur dengan probabilitas
langkah awal yang harus dilaksanakan adalah terjadinya kerusakan yang secara umum
mengadakan kajian resiko bencana terhadap disebut sebagai risiko banjir, atau
daerah tersebut. Serta ketika menghitung resiko dampaknya terhadap masyarakat seperti
bencana di suatu wilayah, harus mengetahui korban jiwa atau kerusakan material
bahaya (hazard), kerentanan (vulnerability), masyarakat (Dewi, 2007).
dan kapasitas (capacity) berdasarkan Kerusakan yang disebabkan oleh
karakteristik kondisi wilayah tersebut. banjir adalah cermin dari kurangnya
Tingginya laju urbanisasi berbanding lurus kesiapan bencana dan dampak dari
dengan percepatan pembangunan rusaknya tatanan lingkungan. Munculnya
infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan masalah ini sebagian besar disebabkan oleh
penduduk perkotaan. Apabila minimnya penyediaan infrastruktur dan
perkembangan tersebut terus berlanjut kurang matangnya perencanaan
seiring dengan peningkatan aktivitas akan pengelolaan wilayah terdampak bencana
berdampak pada meningkatkan kerentanan yang termasuk salah satu elemen beresiko.
bencana jika melebihi kapasitas wilayah Elemen berisiko adalah tingkat
terhadap perubahan (Genovese, 2006). kemungkinan suatu elemen untuk
Salah satu bencana yang sangat berpotensi mengalami dampak bahaya. Elemen-
adalah banjir. Banjir umumnya terjadi pada elemen tersebut dapat berupa penduduk,
kawasan dataran banjir, dalam hal ini bangunan, pelayanan publik, kegiatan
adalah suatu wilayah berkembang sebagai ekonomi, dan infrastruktur (Nott, 2006
wilayah perkotaan disebabkan oleh dalam Wigati, 2008; Marfai and King,
kebutuhan dan melimpahnya ketersediaan 2008; Marfai et al., 2008). Tingkat

64
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

kerugian yang dialami oleh elemen banjir sangatlah penting guna mitigasi
terdampak dengan tingkat keparahan untuk menghadapi bahaya banjir, sehingga
tertentu yang dihasilkan oleh bahaya risiko terhadap bencana bajir dapat
tertentu disebut kerentanan. Tingkat dikurangi. Berdasarkan latar belakang
kerentanan masyarakat terhadap dampak tersebut maka penelitian ini bertujuan
bencana ditentukan oleh beberapa kondisi untuk (1) memetakan bencana banjir di
yaitu kondisi fisik, sosial, ekonomi, Kelurahan Margagiri, dan (2) menganalisis
lingkungan, dan proses yang berlangsung kerentanan sosial ekonomi masyarakat
di dalamnya. Menurut Cutter (1996) dalam perkotaan dan fisik terhadap bencana banjir
Dewi (2007) menjelaskan bahwa potensi di Kelurahan Margagiri.
bencana suatu wilayah akan berkurang
ataupun meningkat bergantung pada METODE PENELITIAN
kondisi fisik wilayah serta struktur sosial Lokasi penelitian dilakukan di
penduduk di wilayah tersebut. Struktur Kelurahan Margagiri yang secara yuridis
sosial yang dimaksud yaitu berkaitan administrasi dan fisik morfologi termasuk
dengan kearifan lokal dalam menghadapi wilayah perkotaan yang dikelilingi
bencana, respon penduduk dalam kawasan perindustrian dan pelabuhan.
mengatasi, pemulihan, dan beradaptasi Kelurahan Margagiri secara administrasi
terhadap bencana. Kerentanan suatu daerah merupakan bagian dari Kecamatan
terhadap bencana berkaitan dengan kondisi Bojonegara Kabupaten Serang yang
geografisnya yang dapat diamati dalam terletak pada koordinat UTM 106.0932 –
Gambar 1. 5.961.456 dengan luas daerah 3705 Ha.
Kelurahan Margagiri berada di sempadan
sungai Bogem yang merupakan sungai
utama dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kali Gedong. Kelurahan Margagiri dipilih
sebagai wilayah penelitian berdasarkan
pertimbangan bahwa wilayah ini sering
Gambar 1. Model kerentanan
terhadap bencana. Sumber : Cutter (1996) mengalami kejadian banjir. Selain itu
dalam Dewi (2007) secara geomorfologi wilayah ini terletak di
sempadan sungai yang sangat rentan oleh
Pemetaan terhadap bencana banjir bahaya banjir. Wilayah ini juga
dan pengkajian tentang kerentanan sosial merupakan cekungan, sehingga berpotensi
dan fisik pada wilayah berdampak bencana

65
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

menjadi pusat larian air dari wilayah di tangga yang dikelompokkan dalam tiga
atasnya. Oleh karena itu, BPBD tipe golongan struktur bangunan yaitu
Kabupaten Serang pun menjadikan bangunan tembok, bangunan semi tembok,
wilayah ini sebagai daerah rawan banjir dan bangunan non tembok. Sampel
seperti gambar berikut: responden ditetapkan berjumlah 90 rumah
tangga yang diambil dengan teknik simple
random sampling. Pemetaan banjir
dilakukan dengan informasi spasial banjir
oleh masyarakat berupa data kedalaman
banjir, sebaran wilayah genangan, dan
durasi banjir diperoleh dengan melakukan
wawancara terhadap masyarakat. Data
kedalaman banjir disimbolkan sebagai
Gambar 2. Peta daerah rawan data titik yang digunakan sebagai data
banjir Kabupten Serang. Sumber : BPBD
Kab. Serang dasar dalam interpolasi wilayah tergenang
dengan memanfaatkan software ArcGIS
Metode yang digunakan dalam 10.1. Hasil akhir berupa peta bencana
penelitian ini adalah metode campuran banjir. Untuk data yang dikumpulkan dan
kualitatif dan kuantitatif, dengan sumbernya seperti yang disajikan pada
menggunakan data primer dan data Tabel 1.
sekunder (Cressw, 2010). Teknik Tabel 1. Jenis Data Penelitian
Jenis Data Sumber Data
pengumpulan data kualitatif yang
DEM (Digital
merupakan data primer dilakukan dengan
Evaluation Observasi Lapangan
cara observasi lapangan. Sedangkan Model)
Penggunaan
pengumpulan data kuantitatif dengan Data & Dokumen Kelurahan
Lahan
melakukan wawancara terstruktur Kondisi Sosial
Hasil Wawancara dengan
Ekonomi
terhadap responden dengan menggunakan responden
Masyarakat
kuesioner. Selain itu, data sekunder Data Curah Badan BMKG Kabupaten
Hujan Serang
diperoleh dari dokumen-dokumen melalui
instansi terkait yang berkompeten.
Data Kejadian banjir BPBD Kabupaten Serang
Populasi yang digunakan dalam studi
Data Sebaran, durasi Observasi Lapangan dan
adalah seluruh penghuni bangunan di dan Kedalaman banjir Wawancara
Tingkat Ancaman Observasi Lapangan dan
Kelurahan Margagiri sebanyak 483 rumah elemen berdampak Wawancara

66
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

Data Kejadian banjir BPBD Kabupaten Serang


HASIL DAN PEMBAHASAN
bencana dengan informan
Pemetaan Wilayah Banjir
Tingkat Kerentanan Observasi Lapangan dan Kedalaman banjir diklasifikasikan ke
Fisik dan Sosial Wawancara dengan
dalam tiga kelas yaitu rendah (0 – 1 meter),
informan
sedang (1 – 2 meter), dan tinggi (> 2 meter).

Penilaian terhadap kerentanan Pembagian kelas kedalaman banjir didasarkan

dilakukan terhadap kondisi sosial ekonomi atas pengaruh yang ditimbulkan oleh banjir

dan kondisi fisik. Nilai kerentanan secara dan tindakan apa yang harus dilakukan

fisik diukur berdasarkan parameter berupa masyarakat dalam menghadapinya.

jenis bangunan, tinggi pondasi bangunan, Kedalaman banjir yang rendah tidak terlalu

kedalaman banjir, dan tingkat kerusakan membahayakan barang properti yang dimiliki

bangunan. Kerusakan yang diamati pada masyarakat, karena sebagian besar bangunan

penelitian ini adalah kerusakan pada rumah berupa rumah mempunyai tinggi tiang

dinding dan lantai bangunan karena antara 1 sampai 2 meter. Masyarakat dapat

dinding dan lantai pada suatu bangunan bertahan terhadap banjir dengan tingkat

merupakan bagian yang mudah kedalaman rendah. Pada saat wawancara

mengalami kerusakan saat banjir (Sagala, dengan masyarakat menyampaikan bahwa

2006). Hasil pengolahan diklasifikasikan kedalaman banjir sedang hingga tinggi dapat

dalam tiga kelas kerentanan yaitu mengganggu aktifitas baik dalam kegiatan

kerentanan rendah, sedang dan tinggi. perekonomian maupun sosial.

Analisis nilai kerentanan sosial ekonomi Kecepatan aliran air pada saat banjir

dilakukan terhadap indikator kerentanan tidak terlalu cepat. Banjir di wilayah penelitian

berupa penduduk terpapar dan kelompok disebabkan oleh karena banjir kiriman dan

rentan. Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil dari arus balik Sungai Bogem yang

data hasil wawancara dengan variabel masuk ke Sungai Gedong. Aliran banjir dapat

pendapatan penduduk, komposisi umur bergerak dengan bebas dan tidak tertahan oleh

penduduk, dan jenis kelamin. Sementara bangunan karena sebagian besar rumah

itu, analisis data kuantitatif dengan penduduk berupa rumah dengan pilar-pilar

menghitung frekuensi berupa persentase yang tinggi. Durasi banjir rata-rata selama 3

dari tiap jawaban responden. hari. Beberapa penduduk mengungkapkan


bahwa wilayah mereka dapat tergenang paling
lama hingga 1 minggu. Kondisi ini disebabkan
oleh bangunan permukiman penduduk berada

67
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

di wilayah yang berbatasan langsung dengan kepadatan bangunan seperti disajikan pada
tubuh air atau berada di wilayah yang selalu Gambar 3.
tergenang oleh air sepanjang tahun.
Umur bangunan di wilayah penelitian
lebih dari 10 tahun. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa kearifan lokal dalam
menghadapi banjir telah berkembang dengan
baik berdasarkan pengalaman-pengalaman
penduduk dalam menghadapi situasi bencana
banjir, sehingga mampu bertahan untuk
menetap di wilayah tersebut. Umur bangunan Gambar 3. Peta genangan banjir di
juga berkontribusi terhadap keamanan Kelurahan Margagiri

penduduk dan ketahanan terhadap bahaya


banjir. Hal ini bergantung kondisi bangunan Kerentanan Sosial Ekonomi

itu sendiri dan jenis material yang digunakan.


Bencana sangat berpotensi terjadi

Berdasarkan peta genangan banjir


ketika masyarakat menghadapi fenomena

menunjukkan bahwa tidak semua wilayah


bahaya yang melebihi kapasitas

penelitian mengalami banjir. Banjir tidak


masyarakat dalam menghadapi bahaya

terjadi di bagian selatan dan tenggara wilayah


tersebut. Kerentanan sosial ekonomi

penelitian disebabkan wilayah tersebut


berkaitan dengan kemampuan individu

memiliki elevasi yang lebih tinggi dibanding


atau kelompok orang dalam

bagian wilayah lainnya yang diterangkan pada


menanggulangi, bertahan, dan pulih dari

gambar peta genangan banjir. Hal ini sejalan


dampak kejadian bencana.. Kondisi ini

dengan hasil temuan penelitian yang


berarti bahwa efek yang ditimbulkan suatu

dilakukan Utomo (2012) yang menyebutkan


bencana dipengaruhi oleh tingkat

bahwa faktor yang berpengaruh dalam


kerentanan masyarakat terhadap bahaya
(Twigg, 2011). Kondisi sosial ekonomi
penentuan tingkat kerentanan terhadap
bencana banjir diantaranya adalah Aspek
masyarakat merupakan salah satu aspek

Lingkungan: Curah hujan yang tinggi, Jarak


kerentanan yang harus dikaji untuk

dari sungai, Ketinggian Topografi tanah dan


mengetahui tingkat kemampuannya dalam

penggunaan lahan dan Aspek Fisik: Persentase


menghadapi bencana. Kerentanan sosial

kerusakan jaringan jalan dan ketinggian


dalam penelitian ini mencakup variabel
pendapatan penduduk, jenis kelamin,
pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

68
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

Hasil penelitian menunjukkan masalah degradasi indra penglihatan


bahwa komposisi umur didominasi oleh maupun pendengaran (Twigg, 2011).
penduduk usia produktif (15 - 40 tahun) Penduduk dengan usia lanjut, wanita, dan
sejumlah 274 orang (69,89%) diikuti oleh anak-anak perlu mendapat prioritas utama
penduduk usia muda (0-14 tahun) untuk dievakuasi dari wilayah bencana
sejumlah 83 orang (21,17%) dan karena merupakan kelompok rentan
penduduk kelompok usia lanjut sejumlah terhadap bencana. Dalam menanggapi hal
35 orang (8,92%). Kondisi ini ini harus didukung oleh rencana evakuasi
menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang baik agar proses evakuasi dapat
kelompok rentan lebih sedikit dibanding berjalan dengan baik, efektif dan efisien.
penduduk usia non rentan sehingga Hasil temuan lain dalam penelitian
penanganan di saat bencana dapat lebih ini adalah sebagian besar kepala rumah
mudah. Faktor gender juga menjadi salah tangga di Kelurahan Margagiri berada di
satu elemen yang berpengaruh terhadap usia produktif dengan umur 30 – 40 tahun
munculnya kerugian akibat bencana. sebesar 30 %, 40 – 50 tahun sebesar 32%,
Penduduk perempuan lebih rentan dan kepala rumah tangga berusia lanjut (>
terhadap bencana dibanding penduduk 50 tahun) sebesar 27%, sedangkan berusia
laki- laki. Temuan pada penelitian ini muda (< 30 tahun) sebesar 11%. Kepala
sejalan dengan temuan yang dilakukan keluarga memiliki peranan sangat penting
oleh Twigg (2011) yang menyatakan dalam ketahanan menghadapi bencana.
bahwa berdasarkan data kematian akibat Sebagai pengelola dan pemimpin rumah
bencana di Bangladesh pada tahun 1991 tangga harus mempunyai kecakapan
menunjukkan bahwa angka kematian dalam situasi apapun baik di waktu
perempuan berumur sepuluh tahun, tiga sebelum maupun di saat bencana karena
kali lebih besar dibanding angka kematian kepala rumah tangga pria dianggap
laki-laki pada umur yang sama. memiliki kelebihan dalam pembagian
Faktor umur juga merupakan salah tugas dalam keluarga. Dalam rumah
satu elemen yang dapat dirugikan oleh tangga di mana kepala keluarga adalah
kejadian bencana. Penduduk usia lanjut pria, sedangkan wanita adalah menunggu
umumnya lebih rentan secara fisik keputusan kepala keluarga mengenai
disebabkan oleh faktor kesehatan jangka tindakan apa yang akan diambil untuk
panjang baik itu masalah kesehatan menghadapi bencana. Sedangkan kepala
pernapasan atau kardiovaskular, maupun keluarga wanita lebih rentan di mana

69
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

mereka harus mempersiapkan segala dapat dilakukan serta berakibat pada


sesuatu sendiri. Selain itu kepala keluarga sulitnya meningkatkan kualitas hidup
wanita akan kesulitan untuk memperoleh penduduk, di mana penduduk tidak
bantuan dalam kondisi yang kacau saat memiliki kecakapan yang baik untuk
terjadi bencana (Twigg, 2011). meningkatkan pendapatannya melalui
Data hasil penelitian menunjukkan pekerjaan yang baik pula.
bahwa jumlah anggota keluarga dalam Sebagian besar penduduk
satu rumah bervariasi dengan anggota 4 – bermatapencaharian sebagai pegawai
6 orang mendominasi dengan jumlah swasta (45%) diikuti dengan wirausaha
terbanyak, diikuti oleh kelompok keluarga (36%). Pekerjaan sebagian besar
dengan jumlah > 6 orang, dan 0 - 3 orang merupakan pegawai swasta di mana
anggota keluarga. Penyebab besarnya penduduk bekerja pada perusahaan swasta
jumlah anggota keluarga oleh satu rumah baik di bidang manufaktur, jasa maupun
adalah ditempati oleh lebih dari satu perdagangan. Penduduk yang mempunyai
kepala keluarga. Pasangan penduduk yang pekerjaan tetap memiliki kerentanan yang
baru menikah masih menempati rumah rendah, karena dengan penghasilan tetap
orang tua dan hidup bersama. Besarnya dapat diandalkan untuk memenuhi
jumlah anggota keluarga juga dapat pengeluaran pasca bencana. Penduduk
membantu ketika terjadi bencana, sebab dengan pendapatan yang tinggi juga tidak
anggota keluarga dapat menjadi tenaga terlalu rentan dan terpengaruh oleh
kerja tambahan apabila pekerjaan utama kejadian banjir karena dengan penghasilan
tidak dapat memberikan penghasilan yang tinggi cenderung memiliki tabungan yang
mencukupi. mampu memberikan ketahanan finansial
Hasil penelitian selanjutnya adalah dalam menghadapi seluruh pengeluaran
tingkat pendidikan penduduk di wilayah ekonomi di saat pra dan pasca kejadian
penelitian didominasi Sekolah Dasar (SD) banjir. Sedangkan penduduk dengan
sebanyak 40,42%, diikuti oleh Sekolah pendapatan menengah termasuk kategori
Menengah Atas (SMA) sebanyak 33,43%, dengan tingkat kerentanan sedang, namun
Sekolah Menengah Pertama (SMP) demikian kondisi penduduk ini masih
sebanyak 15,52% dan perguruan tinggi lebih baik dibandingkan penduduk dengan
sebanyak 10,63%. Tingkat pendidikan pendapatan rendah. Dengan kata lain
yang rendah menyebabkan penduduk tidak kesejahteraan masyarakat sangat berperan
banyak memiliki pilihan pekerjaan yang dalam kerentanan terhadap bencana banjir.

70
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

Ini juga sejalan dengan hasil penelitian dalam melakukan gerakan penghijauan
Danianti (2015) yang menyatakan bahwa wilayah pesisir di Kabupaten Tangerang.
masyarakat yang sudah mampu Kerentanan Fisik
menyisakan pendapatan yang dihasilkan Kerentanan fisik dilakukan
memiliki skor yang lebih tinggi pemetaan terhadap 90 sampel di wilayah
dibandingkan dengan masyarakat yang penelitian. Jenis konstruksi/material fisik
belum bisa menyisakan pendapatannya, bangunan merupakan salah satu faktor
karena kapasitas adaptasi yang dimiliki yang mempengaruhi mudahnya suatu
juga lebih tinggi dalam menghadapi bangunan mengalami kerusakan (Guarin,
kondisi yang tidak terduga akibat bencana 2003). Jenis bangunan yang diteliti dalam
banjir yang terjadi. penelitian ini adalah bangunan non
Analisis data satelit Google Earth tembok, semi tembok, dan tembok seperti
menunjukkan bahwa ekosistem mangrove ditunjukkan pada Gambar 4.
di Kabupaten Tengarang secara umum
dalam kondisi yang memprihatinkan. Dari
panjang pantai sekitar 51,20 km, tidak
ditemukan adanya ekosistem mangrove
yang masif dan luas. Komunitas mangrove
dengan luas terbesar hanya terdapat di
Desa Pagedangan Ilir Kecamatan Kronjo
pada koordinat (titik tengah) 6º02’15” LS (a) (b)

- 106º27’14” BT dengan luas hanya sekitar


3,87 ha. Sisanya, ekosistem mangrove
tersebar dalam unit-unit komunitas yang
kecil-kecil.
Ada satu hal yang cukup menarik
(c)
dari hasil analisis data satelit tersebut,
Gambar 4. Beberapa jenis Bangunan
yaitu bahwa kegiatan reboisasi mangrove
di daerah penelitian (a) Bangunan Non
pada pematang-pematang tambak telah Tembok, (b) Bangunan Semi Tembok, (c)
Bangunan Tembok
terlihat berhasil di banyak lokasi di
Kabupaten Tangerang. Hal ini
Jenis bangunan non-tembok adalah
menunjukkan adanya keseriusan dari
bangunan berupa kayu/papan. Jenis
pemerintah daerah dan seluruh pihak
bangunan semi tembok merupakan

71
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

campuran antara beton dengan kayu.


Tabel 3. Kerentanan jenis bangunan
Sedangkan jenis bangunan tembok terbuat
No Jenis Kerentanan %
dari beton dengan kombinasi bahan yaitu
Bangunan
batu bata, semen, dan pasir. Kerusakan 1 Non Tembok Tinggi 48,12%
2 Semi Tembok Sedang 5,32%
yang diamati dalam penelitian ini adalah
3 Tembok Rendah 46,56%
kerusakan yang terdapat pada dinding dan Jumlah 100%
lantai bangunan. Selain itu, tinggi pondasi Sumber : Pengolahan Data Primer

bangunan juga merupakan salah satu Kerentanan fisik diperoleh dengan


variabel untuk menentukan kerentanan menumpang susunkan antara peta jenis
fisik. Tinggi pondasi bangunan rata-rata struktur bangunan dengan tinggi pondasi
untuk bangunan non tembok adalah 150 bangunan. Klasifikasi tingkat kerentanan
cm, bangunan semi tembok 180 cm, dan fisik dilakukan dengan metode matriks
bangunan tembok 200 cm. Kedalaman berdasarkan aturan Badan Nasional
rata-rata banjir di wilayah penelitian Penanggulangan Bencana (BNPB).
adalah 150 cm. Data tinggi pondasi Klasifikasi kerentanan fisik dibagi dalam
bangunan sangat beragam antara 0 hingga tiga kelas yaitu kerentanan rendah, sedang
250 cm. Pengukuran tinggi pondasi dan tinggi. Matriks klasifikasi kerentanan
bangunan rumah lokasi penelitian fisik struktur bangunan dapat dilihat pada
diklasifikasikan dalam tiga kelas (Tabel Tabel 4. Hasil tumpang disusun antara peta
2). Berdasarkan penelitian menunjukkan jenis bangunan dan peta tinggi pondasi
bahwa tingkat kekuatan bangunan untuk bangunan menghasilkan tingkat
bertahan terhadap banjir untuk masing- kerentanan struktur bangunan.
masing kategori bangunan disajikan pada
Tabel 3. Tabel 4. Kelas kerentanan fisik bangunan
Kerentanan Tinggi Pondasi Bangunan
Jenis Fisik Rendah Sedang Tinggi
Tabel 2. Kelas tinggi pondasi bangunan Banguna
Rendah Rendah Rendah Sedang
n
Sedang Rendah Sedang Tinggi
Kategori Ketinggian Jumlah % Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Pondasi
Rendah 0 – 100 cm 40 44,44% Sumber : Pengolahan Data Primer
Sedang 101 – 200 cm 44 48,88%
Tinggi >200 cm 6 6,68%
Jumlah 90 100%
Sumber : Pengolahan Data Primer

72
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa hasil interpolasi
kedalaman banjir di Kelurahan Margagiri
menunjukkan bahwa sebagian besar
wilayah penelitian terkena dampak banjir
dengan kedalaman maksimum mencapai 2
meter di bagian timur wilayah penelitian.
Gambar 5. Tingkat kerentanan fisik
lokasi penelitian Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti kondisi topografi yang lebih rendah
Berdasarkan Gambar 5 dapat dibandingkan wilayah lainnya, terjadi
dianalisis bahwa sebaran kelas kerentanan penyempitan sungai dan penyumbatan
tinggi terkonsentrasi di bagian timur saluran sungai, sehingga menghambat air
wilayah penelitian, sedangkan kelas untuk tersalurkan ke outlet utama.
kerentanan sedang dan rendah tersebar Sementara itu berdasarkan analisis
merata di seluruh wilayah penelitian. Peta kerentanan fisik, maka penelitian ini
hasil tumpang disusun menunjukkan menyimpulkan bahwa tingkat kerentanan
bahwa kerentanan fisik di lokasi penelitian fisik tinggi ditemukan sebanyak 32
didominasi oleh kelas sedang (27,10%), bangunan, kerentanan fisik sedang
diikuti kelas tinggi (46,28%), dan kelas sebanyak 43 bangunan, dan kerentanan
rendah (26,62%). Sebaran kelas rendah sebanyak 25 bangunan. Tingkat
kerentanan tinggi terkonsentrasi di bagian kerentanan sedang hingga tinggi
timur wilayah penelitian, sedangkan kelas mendominasi wilayah penelitian karena
kerentanan sedang dan rendah tersebar jenis bangunan berupa bangunan non
merata di seluruh wilayah penelitian. Jenis tembok. Kerentanan sosial ekonomi lebih
bangunan di bagian timur umumya berupa tinggi ditemukan pada elemen tingkat
bangunan non tembok dengan tinggi pendidikan dengan sebagian besar tingkat
pondasi sedang (101 cm – 200 cm), pedidikan rendah yaitu SD (40,42%) dan
sehingga bangunan di wilayah ini lebih elemen penduduk rentan karena usia lanjut
rentan terhadap banjir. dan anak-anak sebanyak 30,09%.

73
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

REKOMENDASI tersebut, kebijakan dan rencana

Berdasarkan hasil kesimpulan dan mitigasi bencana akan sulit untuk

temuan dalam penelitian ini, maka dapat diimplementasikan

diusulkan beberapa rekomendasi sebagai 4. Masyarakat lokal harus

berikut: mengadakan forum pengurangan


1. Meningkatkan fungsi kawasan resiko bencana. Saat ini sudah
lindung guna mengontrol dalam terdapat lembaga atau forum
perkembangan tata guna lahan. pengurangan resiko bencana
2. Berperan aktif dalam upaya non- banjir, namun masih belum
struktural yang dapat dilakukan maksimal perannya dalam
dengan cara sosialisasi masyarakat sehingga masih
pengetahuan mengenai banyak masyarakat yang belum
karakteristik bencana banjir dan memahami dengan pasti
pelatihan kepada masyarakat karakteristik bencana banjir yang
mengenai apa saja langkah dalam mengancam mereka.
menghadapi bencana banjir serta
perlu dilakukan simulasi proses DAFTAR PUSTAKA
evakuasi sehingga masyarakat
Cahyadi, A., Priadmodjo, A. & Yananto,
dapat menyadari berbagai
A. 2011. Criticizing The
langkah yang harus diambil Conventional Paradigm of Urban
Drainage. Proceeding The 3rd
dalam menghadapi bencana
International Graduated Student
banjir. Saat ini memang sudah Conference on Indonesia.
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
dilakukan upaya non-struktural
Universitas Gadjah Mada.
tersebut, namun belum semua
Cahyadi, A., Yananto, A., Wijaya, M.S., &
masyarakat memahami
Nugraha, H. (2012). Analisis
karakteristik bencana banjir Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Retensi Potensial Air oleh
karena upaya yang dilakukan
Tanah pada Kejadian Hujan Sesaat
belum mencangkup seluruh (Studi Kasus Perubahan Penggunaan
Lahan di DAS Garang Jawa Tengah).
lapisan masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional
3. Masyarakat lokal harus proaktif Informatika. Yogyakarta: Jurusan
Informatika, UPN “Veteran”
dan memenuhi kebijakan dan
Yogyakarta.
rencana terkait mitigasi bencana
Creswell, J.W 2010. Research Design:
dalam menghadapi resiko
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
bencana banjir. Tanpa sikap

74
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

dan Mixed. Pustaka Pelajar, Indonesian Journal of Geography,


Yogyakarta. 44(2), 173-182

Danianti, R.P. & Sariffuddin.. 2015. Marfai, M.A., & King, L. 2008. Potential
Tingkat Kerentanan Masyarakat Vulnerability Implication of Coastal
Terhadap Bencana Banjir di Inundation Due to Sea Level Rise for
Perumnas Tlogosari, Kota Semarang. The Coastal Zone of Semarang City,
Jurnal Pengembangan Kota, 3(2), 90- Indonesia. Environmental Geology,
99. 54, 1.235-1.245.

Dewi, A. 2007. Community Based Marfai, M.A., L. King, L., Sartohadi, J.,
Analysis of Coping With Urban Sudrajat, Budiani, S.R. & Yulianto,
Flooding : a Case Study in Semarang, F. 2008. The Impact of Tidal
Indonesia. ITC, International Flooding on a Coastal Community in
Institute for Geo-Information Semarang, Indonesia.
Science, MSc Thesis, Enschede, The Environmentalist, 28, 237-248.
Netherland. Marfai, M.A. (2011). The Hazard of
Coastal Erosion in Central Java
Dibyosaputro, S., Cahyadi, A., Nugraha, Indonesia: An Overview. Geografia
H. & Suprayogi, S. 2016. Estimasi Online (3): 1-9.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Kerawanan Banjir Lahar di Neale, T. & Weir, J.K. 2015. Navigating
Magelang, Jawa Tengah. Prosiding Scientific Uncertainty in Wildfire
Seminar Nasional Geografi UMS and Flood Risk Mitigation : A
2016. Surakarta: Universitas Qualitative Review. International
Muhammadiyah Surakarta. Journal of Disaster Risk Reduction
13: 255-267.
Duckers, M., Frerks. G. & Birkmann, J.
2015. Exploring the Plexus of Rachmawati, R. & Budiarti, C.V. 2016.
Context and Consequences : An Use of Space the Need For Planning
Empirical Test of A Theory of in the Disaster- Prone Area of Code
Disaster Vulnerability. International River, Yogyakarta, Indonesia.
Journal of Disaster Risk Reduction, Indonesian Journal of Geography, 48
13, 85-95. (2), 178-190.

Genovese, E. 2006. A Methodological Sagala, S., Pratama, A.A. Argo, T.A. &
Approach to Land Use-Based Flood Asirin. 2012. Peran Remitan Tenaga
Damage Assessment in Urban Areas: Kerja Indonesia Terhadap Potensi
Prague Case Study. Institute for Pengurangan Risiko Bencana Banjir di
Environtmental Study Wilayah Perkotaan Indramayu. Tata
Loka, 14(1), 37-51.
Haryani. 2012. Model Mitigasi Bencana di
Wilayah Pesisir Dengan Sakijege, T. 2013. Managing Flood Risks
Pemberdayaan Masyarakat. Tata : Lessons From Keko Machungwa
Loka, 14(3), 201-212. Informal Settlement in Dares Salaam,
Tanzania. Indonesian Journal of
Ma’arif, S., Damayanti, F., Suryanti, E.D., Geography, 45(1),1-14
& Wicaksono. A.P. 2014. Initiation
of Desa Tangguh Bencana Through
Stimulus-Response Method.

75
Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, Vol.4, No.1, Juni 2020, Hal. 62–76
p-ISSN: 2597-4971, e-ISSN: 2685-0079

Sene, K. 2008. Flood Warning, Wigati, M. 2008. Improving Flood Hazard


Forecasting, and Emergency and Vulnerability Assessment Based
Responce. Springer. on Social Assessment In Bogowonto
River. MSc Thesis. Enschede, The
Septriadi, R. & Hamhaber, J. 2013. Hazard Netherland: ITC, International
Assesment to Tidal Flood Inundation Institute for Geo-Information
(Case Study : Tegal Municipality). Science.
Indonesian Journal of Geography,
45(1), 24-37 Zorn, C., Asaad & Shamseldin Y. 2015.
Post-Disaster Infrastructure
Taylor, H. & Peace, R.. 2015. Children and Restoration : A Comparison of
Cultural Influence in A Natural Events For Future Planning.
Disaster, Flood Response in International Journal of Disaster
Surakarta, Indonesia. International Risk Reduction, 13, 158-166.
Journal of Disaster Risk Reduction,
13, 76- 84. Undang-undang Republik Indonesia No. 24
tahun 2007 tentang Penanggulangan
Twigg, J. 2011. Disaster Risk Reduction, Bencana.
Mitigation and Preparedness in
Development and Emergency https://bantenhits.com/2020/01/07/kali-
Programming. London: ODI. bogem-meluap-ratusan-rumah-di-
desa-bojonegara-dan-margagiri-
Ullah, R., Shivakoti, G.P. & Ali, G. 2015. terendam-banjir/
Factors Affecting Farmers’Risk
Attitude and Risk Perception : The https://bpbd.bantenprov.go.id/upload/deni
Case of Khyber Pakhtunkhwa, /foto/Kab.%20Serang%20(Rawan%
Pakistan. International Journal of 20Banjir).jpg
Disaster Risk Reduction, 13, 151-
157. https://news.detik.com/berita/d-
4849661/banjir-rendam-ratusan-
Utomo, B.B. & Supriharjo, R.D. 2012. rumah-di-bojonegara-serang
Pemintakatan Risiko Bencana Banjir
Bandang di Kawasan Sepanjang Kali http://prodeskel.bantenprov.go.id/index.p
Sampean, Kabupaten Bondowoso. hp/home/kecamatan/72
Jurnal Teknik ITS, 1(1), 58- 62.
https://www.radarbanten.co.id/intensitas-
Wesli, Sirojuzilam, Matondang, A.R., hujan-tinggi-bpbd-kabupaten-
Lubis, S. 2013. The Effect of Land serang-tingkatkan- kewaspadaan/
Use and Community Participation on
Flood Control at North Aceh District.
Indonesian Journal of Geography 45,
(2), 171-186.

Widianto, A. & Damen, M. (2014).


Determination on Coastal Belt in the
Disaster Prone Area : A Case Study
in the Coastal Area of Bantul
Regency, Yogyakarta, Indonesia.
Indonesian Journal of Geography,
46(2), 125-137.

76

Anda mungkin juga menyukai