Anda di halaman 1dari 23

TICS

DISORDER
dr. Zulfa Zahra, Sp.KJ
Pendahuluan
• Tics muncul sebagai gerakan motorik/ suara secara tiba-tiba dan
berulang
• Dapat ditekan namun menimbulkan rasa tidak nyaman
• Sifatnya bisa ringan (kedipan mata) dan bisa juga sangat berat
(gerakan kepala atau leher)
• Dapat mengganggu kualitas hidup (sosial, akademik bahkan keluarga)
• Kondisi lebih lanjut membutuhkan perawatan dan konseling
Defenisi
Tics :
• Suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas
tertentu) yang tidak di bawah pengendalian
• Berlangsung cepat
• Berulang-ulang (sterotipik)
• Tidak berirama
• Ataupun suatu hasil vocal yang timbul mendadak
• Tidak memiliki tujuan yang nyata.
• Klasifikasi berdasarkan jenis :
Motor tics: berupa gerakan kepala dan bahu, berkedip, menyentak, membenturkan,
mengklik jari, atau menyentuh benda-benda atau orang lain. Cenderung muncul
sebelum ticss vokal, meskipun ini tidak selalu terjadi.
Tics vokal: berupa batuk, membersihkan tenggorokan atau mendengus, atau
mengulangi kata atau frasa.
• Tics juga dapat dibagi ke dalam kategori berikut:
Tics sederhana: terjadi secara tiba-tiba dan sekilas menggunakan beberapa
kelompok otot. Contohnya termasuk hidung berkedut, mata melesat, atau
membersihkan tenggorokan.
Tics kompleks: Melibatkan gerakan terkoordinasi menggunakan beberapa kelompok
otot. Contohnya termasuk melompat atau melangkah dengan cara tertentu,
memberi isyarat, atau mengulangi kata atau frasa.
• Tics biasanya didahului oleh dorongan yang tidak nyaman, seperti gatal
atau kesemutan, terkadang dapat menahan diri dari melakukan tics namun
membutuhkan banyak usaha dan sering menyebabkan ketegangan dan
stres.
KRITERIA (DSM IV TR)
• Baik beberapa motor dan satu atau lebih vokal tics telah hadir di
beberapa waktu selama sakit, meskipun tidak selalu bersamaan.
• Tics terjadi berkali-kali sehari (biasanya dalam serangan) hampir
setiap hari atau sebentar-sebentar selama jangka waktu lebih dari
satu tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas
tics lebih dari tiga bulan berturut-turut.
• Gangguan menyebabkan distress yang ditandai atau penurunan yang
signifikan dalam sosial, pekerjaan atau lainnya penting bidang
berfungsi.
• Onset adalah sebelum usia 18 tahun.
• Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu
zat (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum
TANDA DAN GEJALA
• Gejala diawali saat kanak-kanak dan remaja
• Berupa gerakan kedipan mata, menggerakan kepala tanpa sebab atau
menghentak-hentakkan kaki
• Gangguan vokal misalnya berdehem, mendecakkan lidah, menjerit
atau merintih
• Pada tourette syndrom di dapatkan Koprolalia (megeluarkan kata-kata
kotor) dan Ekolalia (mengulang kata-kata yang sama)
KLASIFIKASI TICS
1. Gangguan Tics Transien
• Satu atau beberapa motor dan / atau vokal tics.
• Tics ini terjadi berkali-kali sehari, hampir setiap hari selama sedikitnya 4
minggu, tetapi tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut.
• Onset adalah sebelum usia 18 tahun paling sering usia 4-5 thn.
• Gangguan ini bukan karena efek fisiologis zat atau kondisi medis umum.
• Kriteria tidak pernah bertemu untuk gangguan Tourette atau motor kronis
atau Vocal tics Disorder
2. Gangguan Tics Kronis
• Meliputi satu atau banyak motor atau vokal tetapi keduanya tidak muncul
secara bersamaan.
• Tics terjadi beberapa kali sehari hampir setiap hari atau sebentar-sebentar
selama jangka waktu lebih dari satu tahun dan selama periode ini tidak
pernah ada periode tics-bebas lebih dari 3 bulan berturut-turut.
• Onset adalah sebelum usia 18 tahun.
• Gangguan ini bukan karena efek fisiologis zat atau kondisi medis umum.
• Kriteria tidak pernah bertemu untuk gangguan Tourette.
3. Sindroma Tourette
• Berbagai macam tics baik itu motorik maupun vokalisasi telah
muncul beberapa kali selama kurun waktu gangguan, walaupun tidak muncul
secara bersamaan
• Tics sering muncul dalam sehari (biasanya dalam rentang waktu yang pendek)
dan hampir setiap hari atau tidak teratur dalam periode lebih dari 1 tahun,
dan selama periode ini tidak pernah ada periode bebas tics yang lebih dari 3
bulan
• Onset adalah sebelum usia 18 tahun.
• Gangguan ini bukan karena efek fisiologis zat atau kondisi medis umum.
• Terdapat gangguan penyampaian syaraf dalam bahan kimiawi otak yang
menyebabkan gangguan atau perilaku tak wajar dari penderita yang kerap
disebut “ticks”.
• Penyakit ini cukup banyak ditemukan, dan diantaranya mempengaruhi 1 dari
100 orang dari berbagai lapisan masyarakat, bangsa maupun ras.
4. Tics Disorder NOS
• Gangguan tics Dinyatakan Tidak Ditentukan Kategori ini adalah
untuk gangguan dicirikan oleh tics yang tidak memenuhi kriteria
untuk tics Disorder tertentu.
• Contohnya termasuk tics yang berlangsung kurang dari 4 minggu
atau tics dengan onset setelah usia 18 tahun
• Sekunder dari faktor-faktor seperti penggunaan narkoba (misalnya
kokain), racun (misalnya keracunan karbon monoksida), atau
trauma kepala (misalnya trauma fisik, stroke , atau ensefalitis).
Perbedaan Tics dengan lainnya
• Ciri khas terpenting yang membedakan tics dari gangguan motorik lainnya :
gerakan yang mendadak, cepat, sekejab dan terbatasnya gerakan, tanpa bukti
gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang-ulang (biasanya)
terhenti saat tidur; dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau ditekan
dengan kemauan.
• Kurang beriramanya “tics” itu yang membedakannya dari gerakan yang sterotipik
berulang yang tampak pada beberapa kasus autism dan retardasi mental.
• Akivitas motorik manneristik yang tampak pada gangguan ini cenderung
mencakup gerakan yang lebih rumit dan lebih bervariasi daripada gejala “tics”.
• Gerakan obsesif kompulsif sering menyerupai “tics” yang kompleks namun
berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya (misalnya
menyentuh atau memutar benda secara berulang) dari pada oleh kelompok otot
yang terlibat; walaupun demikian acapkali sulit juga untuk membedakannya.
ADHD; Sindroma Tourette
• Sebagian besar penderita ADHD dan kelainan obsesif kompulsif juga
menderita sindroma Tourette.
• Namun, bukan berarti sindroma Tourette merupakan penyakit yang
berkaitan dengan inteligensia atau keterbelakangan mental.
• Gangguan ini murni akibat kelainan proses penyampaian perintah
oleh neurotransmitter dalam otak.
• Tak ada kaitan dengan kemampuan ingatan maupun kecerdasan.
• Kebanyakan kekurangan anak sindroma Tourette di bidang akademis
ini disebabkan karena ia mengalami masalah sosial dengan lingkungan
sekolah.
SINDROMA TOURETTE
Definisi Tourette’s syndrome
• Jenis gangguan neurologis yang ditandai oleh tics dan vokalisasi dari
kata-kata yang muncul secara berulang-ulang dan tidak disengaja
(Tourette Syndrome Association, 2008).
• Dalam PPDGJ-III sindrom Tourette dikategorikan dalam gangguan tics
dengan kode F95.2 (Maslim, 2003).
ETIOLOGI
Bisa didapatkan karena :
• Genetik (keturunan)
• Infeksi penyakit, misalnya, saat masih bayi pernah terinfeksi bakteri
streptococcus haemolyticsus grup A. Bakteri ini memiliki protein yang sama
dengan protein di area basal ganglia di otak pengatur gerakan. Akibatnya,
antibodi yang dibentuk untuk menghalau bakteri ini dapat menyerang area
itu, yang menghasilkan gerakan-gerakan tak terkontrol
• Proses persalinan (hipoksia akibat persalinan macet, BBLR, cedera otak
akibat persalinan tak lancar, ibu yang mengalami mual-muntah berat,
mengonsumsi alkohol, kopi, dan merokok berlebihan di trimester pertama)
PREVALENSI
• Prevalensi internasional : 0,6% – 1% pada anak sekolah
• 3-4 >>> laki-laki daripada perempuan.
• National Survey 2007 Kesehatan Anak AS (NSCH) : berusia 6-17 tahun
ETIOLOGI
• Tics diyakini memiliki bukti kuat terutama dengan neurotransmiter
dopamin  kelebihan dopamin atau supersensitivity dari dopamin
postsynaptics reseptor adalah mekanisme yang mendasari
pathophysiologic’s sindrom Tourette.
PENGOBATAN
• Menurut Fauci AS, et.al. (2008) , (http://um.ac.id) penderita dengan
gejala ringan hanya memerlukan edukasi dan konseling (untuk diri
mereka dan anggota keluarga mereka)Obat diindikasikan jika tics
benar-benar mengganggu aktivitas atau menurunkan kualitas hidup
secara keseluruhan
• Umumnya terapi dimulai dengan pemberian agonist clonidine,
dimulai dari dosis rendah dan ditingkatkan dosis dan frekuensinya
secara bertahap, sampai hasilnya memuaskan
• Jika ini tidak efektif, dapat diberi antipsikotik. Neuroleptik atipikal
(risperidone 0,25–16 mg/hari, olanzapine 2,5–15 mg/hari,
ziprasidone 20–200 mg/hari) dipilih karena berhubungan dengan
penurunan risiko dari efek samping ekstrapiramidal.
• Jika ini tidak efektif, neuroleptik klasik seperti: haloperidol,
fluphenazine, atau pimozide dapat diberikan
PSIKOTERAPI UNTUK TICS DAN SINDROM
TOURETTE
• Tujuan utama dari psikoterapi untuk penderita sindrom Tourette
adalah agar ia mampu mengembangkan strategi koping yang positif.
Beberapa pendekatan terapi yang memungkinkan untuk diterapkan
pada penderita sindrom Tourette antara lain adalah sebagai berikut:
Pendekatan Kognitif Behavioral – Habit Reversal (Wilhelm, dkk., 2003, Piacentini,
2004)
• Komponen-komponen utama dari pendekatan ini adalah:
 Latihan kesadaran (awareness training)
 Pemantauan diri (self-monitoring), misalnya menghitung sebelum terjadinya gejala
 Latihan relaksasi, misalnya relaksasi otot, pernapasan, imajinasi, dsb. setiap hari selama 10-
15 menit, dan dipraktekkan selama 1-2 menit setiap muncul kecemasan atau setelah muncul
tics
• Prosedur ‘melawan’ respon
 Memikirkan respon tertentu yang inkompatibel dengan tics, berlawanan dengan gerakan,
dapat dipertahankan selama beberapa menit, memunculkan tekanan otot yang sama dengan
yang terjadi saat gerakan tics muncul, tidak terlalu mencolok, serta menguatkan otot yang
antagonis dengan tics.
• Manajemen kontingensi
 Terapis menginstruksikan keluarga klien untuk memberikan komentar berupa penghargaan
jika klien menunjukkan kemajuan dan terus mengingatkan jika klien lupa untuk berlatih
• Klien diikutsertakan dalam aktivitas-aktivitas menyenangkan yang sudah mulai
jarang dilakukan
• Evaluasi ketidaknyamanan, berupa rasa malu, serta kesulitan-kesulitan klien yang
diakibatkan oleh munculnya gejala.
Psikoterapi Suportif (Wilhelm, dkk., 2003)
• Terapi ini lebih mengarah pada pendekatan humanistik (khususnya Gestalt)
di mana terapis diharapkan untuk tidak bersikap direktif, dan penderita
sindrom Tourette memfokuskan diri pada pengalaman-pengalamannya,
merefleksikan serta mengekspresikan perasaan-perasaannya terkait
dengan cara hidup dan cara menyelesaikan masalah.

Hipnoterapi (Kohen & Botts, 1987)


• Penderita sindrom Tourette dilatihkan bagaimana menghipnosis diri sendiri
dalam rangka mengendalikan kebiasaan, gejala fisik, dan kondisi-kondisi
lainnya. Hipnoterapi juga menggunakan teknik-teknik relaksasi dan
imajinasi, sebagaimana yang sering dilakukan pada meditasi.
• Dalam keadaan terhipnosis, terapis memberi sugesti yang mengarah pada
perubahan perilaku, penurunan kecemasan, dan intensitas gejala.
Terapi Keluarga (Bruun, dkk., 1994)
• Sebagai gangguan yang kronis, sindrom Tourette juga berdampak pada
keluarga penderita. Orang tua seringkali harus menghadapi saat-saat sulit
ketika anak menunjukkan gejala. Permasalahan yang muncul dalam
keluarga dapat berupa:
Rasa bersalah orang tua atas kelainan genetik
Sulitnya bagi anggota keluarga untuk mengetahui gejala-gejala yang mana yang
dapat dan yang tidak dapat dikendalikan
‘Ketidakadilan’ yang dipersepsi oleh saudara baik itu adik maupun kakak dari
penderita
Relasi yang memburuk antara suami istri
• Terapi keluarga hendaknya difokuskan pada peran penderita sindrom
Tourette dalam keluarga, dimana ia sering menerima perlakuan-perlakuan
sebagai berikut:
Overproteksi dari orang tua/anggota keluarga
Dihukum
Tidak dipahami perasaan/pikirannya
Dianggap sebagai sumber aib
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai