Oleh :
Nyoman Yudia Trianadewi Nurbudhi
(1302006213)
Pembimbing :
DENPASAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Responsi Kasus ini dengan judul Episode Depresif
Berat dengan Gejala Psikotik (F 32.3) tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya
(KKM) di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar. Dalam
penyusunan laporan kali ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, petunjuk dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Penulis
ii
RESPONSI KASUS
SMF/BAGIAN PSIKIATRI DI RSUD WANGAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 5 Juni 2017 9 Juni 2017
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : NMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 6 November 1993
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Sarjana akuntasi
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Alaskedaton, Desa Marga, Bali
Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2017
Tanggal Kunjungan : 6 Juni 2017 (Pukul 16.30 WITA)
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
1
2
mengurus anaknya dengan baik. Pasien mengaku saat ini merasa malu dengan dirinya
sendiri dan merasa tidak berguna.
Pasien mengatakan sempat mendengar suara-suara yang menghina mengenai
jurusan kuliah yang diambil pasien dari dalam telinganya. Suara-suara mulai didengar
sejak sebulan yang lalu saat pasien berada di rumah keluarga suaminya. Suara yang
didengar adalah suara laki-laki dan perempuan yang mengomentari dan menghina
pasien. Suara didengar hampir setiap hari terutama pada malam hari.
Nafsu makan pasien saat ini berkurang, pasien hanya makan beberapa sendok
dan merasa terpaksa untuk makan sehingga pasien harus diingatkan oleh kakaknya.
Pasien sulit untuk memulai tidur dan mempertahankan tidurnya karena pasien sering
mendengar suara-suara yang mengomentari keadaan dirinya yang membuatnya sulit
tertidur.
Sebelum sakit pasien mengatakan dirinya lebih memilih bepergian sendiri. Saat
ada masalah pasien memilih tidak menceritakan masalahnya dengan orang-orang
termasuk orang terdekatnya karena pasien tidak ingin merepotkan orang lain dan
cenderung ingin mengerjakan semuanya sendiri saja. Jika terjadi suatu masalah maka
pasien akan bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa hal tersebut bisa terjadi dan
cenderung berusaha menyelesaikannya sendiri.
4
AUTOANAMNESIS
Wawancara dilakukan di ruang keluarga rumah pasien dengan posisi saling
bersebelahan. Pasien menggunakan baju kaos berwarna merah muda dengan lengan
pendek, celana pendek berwarna coklat muda, dan menggunakan sandal jepit berwarna
putih. Rambut pasien berwarna hitam dan diikat,. Pasien berperawakan cukup tinggi
kira-kira 160 cm dengan kulit berwarna sawo matang, kuku tangan dan kaki pasien
bersih dan pendek. Selama wawancara pasien menatap mata pemeriksa, menjawab
5
pertanyaan pemeriksa dengan baik, dan perhatian pasien tidak mudah dialihkan.
Sesekali pasien menunduk dan menangis jika mengingat hal-hal yang terdahulu yang
dialami oleh pasien.
Pemeriksa memulai wawancara dengan memperkenalkan diri dan kemudian
menanyakan siapa nama lengkap pasien, umur pasien, tempat wawancara, waktu saat
wawancara, dan siapa keluarga yang mendampingi saat wawancara. Pasien dapat
menyebutkan dengan benar nama, usia, dimana dirinya berada, waktu saat wawancara
diakukan dan siapa keluarga yang sedang bersamanya. Pasien memerlukan waktu
beberapa menit untuk dapat mengingat dimana dulu bersekolah dari SD hingga kuliah.
Pasien tidak dapat menjawab tanggal lahir dan tanggal pernikahannya denggan alasan
lupa. Pasien dapat menyebutkan kembali nama pemeriksa, dan makanan apa yang
dimakan tadi pagi. Pasien memerlukan waktu beberapa menit untuk menjawab tanggal
kemerdekaan Republik Indonesia, presiden Indonesia pertama, dan presiden Indonesia
yang sekarang. Saat diminta menghitung 100 dikurangi 7, pasien dapat menjawab
dengan benar sebanyak 5 kali berturut-turut. Ketika ditanyakan perbedaan buah jeruk
dan bola tenis, pasien menjawab " buah jeruk dan bola tenis bentuknya sama -sama
bulat, tetapi buah jeruk bisa dimakan dan berwarna orange sedangkan bola tenis tidak
bisa di makan dan berwarna hijau". Pasien dapat melanjutkan peribahasa berakit-rakit
ke hulu dengan berenang-renang ke tepian dan menyebutkan artinya yaitu
bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.
Pemeriksa mulai menanyakan bagaimana keadaan pasien. Pasien mengatakan
saat ini perasaan pasien masih sama seperti sebelumnya. Saat ditanyakan bagaimana
kondisi pasien setelah minum obat yang diresepkan di poliklinik psikiatri RSUD
Wangaya, pasien mengatakan masih mendengar suara-suara di telinga pasien saat
malam hari namun sudah tidak sesering dahulu sehingga pasien bisa tidur dengan lebih
lelap dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien menuturkan tidurnya tadi malam sangat
nyenyak yaitu pukul 20.00 WITA dan bangun paginya pada pukul 05.00 WITA.
Namun setelah bangun paginya, pasien masih merasa lelah dan tidak bertenaga.
Pasien mengatakan pertama kali merasa rendah diri adalah beberapa bulan
yang lalu sekembalinya pasien dari rumah keluarga kandung pasien yang berada di
6
Tabanan. Ketika pasien berada di rumah suaminya, pasien merasa keluarga suaminya
berubah. Pasien merasa keluarga suaminya tidak menyukai pasien. Menurut pasien
alasannya adalah karena pasien tidak bekerja dan hanya merepotkan orang lain. Pasien
juga merasa keluarga suami pasien mengganggap pasien adalah seorang pembohong
karena informasi yang pasien katakan berbeda dengan kenyataannya. Ketika ditanya
informasi seperti apa, pasien menolak untuk menjawab. Pada saat berada di rumah
keluarga suaminya, pasien merasa rendah diri dan tidak berguna. Pasien mengaku,
sebelumnya tidak memiliki masalah dengan keluarga suaminya, hubungan pasien
dengan suaminya baik. Sebelum pasien sakit keluarga suami memperlakukan pasien
dengan baik, hanya saja menurut pasien, keluarga suami sering melarang pasien keluar
rumah bahkan untuk sekedar pergi berbelanja kepasar ataupun untuk sembahyang
berkeliling. Pasien juga diminta untuk berhenti saja dari pekerjaannya sbagai bagian
akunting di perusahaan Delta tempatnya telah bekerja selama 5 tahun karena pasien
diminta hanya mengurus anak saja dirumah. Pasien juga merasa terdapat masalah
ekonomi saat itu, pasien sering memikirkan bagaimana cara membiayai sekolah
anaknya.
Pasien mengatakan terkadang mendengar suara- suara yang hanya pasien bisa
dengar. Suara yang didengar pasien terdengar seperti suara perempuan dan laki- laki.
Suaranya dikatakan didengar oleh pasien dari dalam telinga kanan dan kiri sejak dua
bulan yang lalu. Saat ditanya kapan saja suara itu muncul pasien mengatakan biasanya
suara muncul pada saat pasien melamun atau saat malam hari. Suara suara tersebut
dikatakan menghina pasien seperti menghina jurusan kuliah yang pasien pilih, pasien
tidak pantas menjadi sarjana, dan mengatakan bahwa pasien tidak berguna dan hanya
menjadi beban bagi keluarga kandung maupn keluarga suaminya. Saat mendengar
suara-suara itu pasien langsung merasa gelisah dan mencari pekerjaan untuk dilakukan.
Pasien mengaku tidak dapat tidur karena mendengar suara- suara tersebut.
Pasien mengatakan pernah berobat secara non medis ke beberapa balian dan
ahli pengobatan alternatif lain diantar oleh keluarga suami. Balian berkesimpulan
pasien menderita bebainan karena banyak yang iri dengan pasien. Tetapi keluhan tidak
dirasakan membaik. Saat ditanya apakah pasien tahu siapa yang diduga mengirimkan
7
penyakit ini kepada pasien, ia mengatakan tidak tahu. Pasien juga sempat dibawa
berobat ke dokter umum di puskesmas dan pasien kemudian diminta untuk di rujuk ke
rumah sakit umum, namun saat itu keluarga suami pasien tidak langsung membawanya
ke rumah sakit lagi hingga pasien dibawa sendiri oleh kakak kandungnya setelah
meninta ijin keluarga
Pasien menyangkal pernah ingin mengakhiri hidupnya Pasien menuturkan
kadang merasa bersalah kepada keluarga terutama anak pasien karena merasa dirinya
berbeda dan tidak dapat mengurus keluarga. Pasien mengatakan hubungannya dengan
suami baik, tetapi pasien merasa bersalah pada suami karena merepotkan suami. Saat
menceritakan masalahnya pasien kemudian menangis dan menghindari kontak mata
dengan pemeriksa.
Pasien diminta untuk bercerita mengenai aktivitas sehari-hari. Pasien
menuturkan sebelum sakit ia biasa bangun pagi pukul 05.00 WITA. Setelah itu
membersihkan rumah dan mengurus anaknya. Pasien mengatakan pada saat berada di
rumah keluarga suaminya pasien tidak diijinkan untuk keluar rumah sehingga
kesehariannya hanya mengurus anak dan keluarga suaminya. Setelah pasien sakit
pasien tinggal bersama keluarga kandungnya yang berada di Tabanan. Kesehariannya
mengurus anaknya dan membantu keluarga membuat canang untuk dijual. Pasien
mengatakan dulu sebelum mulai sakit hobinya adalah membaca buku dan menonton
acara televisi, namun sejak sakit sudah kehilangan minat terhadap hobi-hobinya
tersebut. Pasien mengatakan tidak memiliki nafsu makan. Pasien mengatakan tidurnya
tidak nyenyak tapi setelah minum obat pasien dapat tertidur. Mandi dikatakan 2 kali
sehari namun itu ketika sudah diingatkan oleh kakak pasien.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak perempuan pasien
sudah menikah. Pasien sejak kecil tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak perempuan
pasien. Ketika pasien kuliah, pasien tinggal bersama pamannya. Pasien menyelesaikan
pendidikan sampai dengan Sarjana di Universitas Saraswati fakultas ekonomi jurusan
akuntansi.
Pasien dulu bekerja sebagai akuntan sembari kuliah, pasien memutuskan untuk
mengundurkan diri dari tempat ia bekerja saat pasien melahirkan karena anjuran suami.
8
Saat ditanya apakah ada kendala yang dihadapi pasien ketika bekerja sebagai akuntan
pasien mengaku bahwa pasien merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan minat pasien
tetapi pasien harus bekerja karena merasa bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Pasien mengatakan bahwa ia ingin turut serta dalam membangun perekonomian
dikeluarganya tapi setelah pasien berhenti bekerja pasien merasa tidak bisa membantu
keluarga.
Pasien mengatakan sebelumnya ia adalah orang yang selalu aktif bekerja,
pasien tidak suka merepotkan orang lain, dan lebih senang menyendiri. Pasien
mengatakan dirinya memiliki sifat tertutup dan jarang menceritakan masalah yang
dialami kepada orang tua maupun saudara pasien karena pasien tidak ingin merepotkan
orang lain. Walaupun demikian, hubungan pasien dengan keluarga sangat baik.
Pasien terkadang mengkonsumsi kopi sebanyak satu gelas tetapi tidak setiap
hari. Pasien tidak merokok. Pasien menyangkal mengkonsumsi minuman beralkohol,
maupun menggunakan obat-obatan narkotika, seperti sabu atau ganja.
Pasien saat ini dikatakan bersikap aneh yaitu sering terlihat melamun dan tidak
bersemangat. Pasien dikatakan pernah membakar ijazah kuliahnya dan berkata dia
tidak pantas menjadi sarjana. Ketika keluarga pasien bertanya alasan pasien membakar
ijazahnya pasien mengaku ada suara suara yang menghina pilihan jurusan yang dipilih
pasien. Keluarga pasien menuturkan keluarga sering menanyakan keadaan pasien tetapi
pasien enggan bercerita.
Kakak pasien mengatakan keluhan pertama kali muncul pada saat pasien
menikah dan tinggal bersama keluarga suaminya pada tahun 2016. Dikatakan
kepribadiannya mulai berubah menjadi pemurung. Kakak pasien juga menuturkan
keluhan menjadi semakin parah setelah pasien kembali ke rumah keluarga suaminya
setelah pasien berkunjung ke rumah keluarga kandung pasien di Tabanan. Kakak
pasien menuturkan bahwa pasien merasa bahwa keluarga suaminya tidak menyukai
9
dirinya dan cenderung merendahkan pasien karena pasien tidak bekerja, pasien selalu
merasa membebani keluarga suaminya. Pasien juga pernah bercerita kepada kakaknya
bahwa pasien merasa keluarga suami menuduh pasien sebagai pembohong dan tidak
tahu mengenai perkembangan jaman. Menurut kakak pasien, keluarga suami tidak
mengijinkan pasien untuk keluar rumah. Pasien cenderung terkurung di dalam rumah.
Kakak pasien mengatakan hubungan pasien dengan suami baik, tetapi suami pasien
sibuk bekerja sehingga pasien sering ditingggal dengan keluarga suami. Menurut kakak
pasien keluarga dari suami pasien cenderung kolot menurut mereka keadaan pasien
dikarenakan ada yang iri. Pasien sempat berobat ke beberapa balian dan semuanya
berkesimpulan sama yaitu pasien bebainan karena banyak yang iri dengannya. Kakak
pasien sempat membawa pasien berobat ke dokter umum, dan merujuk pasien ke
psikiater.
Sekitar sebulan yang lalu, kakak pasien menanyakan mengenai suara-suara apa
yang didengar pasien, dan pasien menuturkan suara yang didengar seperti menghina
pasien dan berkata bahwa pasien merupakan beban. Suara itu juga mengatakan bahwa
jurusan yang pasien pilih salah, bahwa pasien tidak pantas menjadi sarjana. Kakak
pasien mengatakan bahwa suara yang didengar pasien pernah menyuruh pasien untuk
memotong pergelangan tangannya tapi pasien tidak menghiraukan suara tersebut. Sejak
sebulan yang lalu pasien mulai enggan untuk makan sehingga pasien tampak semakin
kurus dan berat badannya menurun. Pasien juga susah untuk tertidur dan tidak mau
beristirahat. Pasien selalu meminta untuk diberikan pekerjaan karena ketika pasien
berdiam diri pasien merasa gelisah. Pasien masih menyusui anaknya dan masih ingat
untuk mengurus anaknya.
Keluarga pasien selalu mendukung pasien dan selalu memberikan motivasi
pada pasien. Ketika pasien merasa lelah dan putus asa terhadap keadaanya keluarga
memberi nasihat agar pasien tetap berdoa untuk kesembuhannya, dan lebih banyak
mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengingatkan pasien bahwa pasien memiliki anak
yang sangat membutuhkan kehadiran pasien. Kakak pasien mengatakan pasien adalah
orang yang mandiri, keras kepala dan harus diikuti kemauannya, pasien senang
menyendiri di kamar, menurut kakaknya pasien adalah seseorang yang pintar tapi
10
pasien sering merasa rendah diri, dan dikatakan memiliki sifat tertutup sehingga jarang
menceritakan masalah yang dialami kepada orang tua maupun kakak pasien.
Pasien terkadang mengkonsumsi kopi sebanyak satu gelas pada pagi hari.
Pasien menyangkal merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, maupun
menggunakan obat-obatan narkotika, seperti sabu atau ganja.
Pasien lahir secara normal, cukup bulan, dan langsung menangis. Pasien lahir tanpa ada
cacat bawaan.
2. MASA KANAK
Pasien dikatakan mampu makan dan mandi sendiri setelah umur 4 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan pasien dikatakan sama seperti anak-anak pada
umumnya. Pasien diasuh dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien dididik
dengan cukup tegas oleh kedua orang tua pasien. Menurut keluarga pasien, pasien tidak
pernah merepotkan orang tua dan sangat mandiri. Sejak kanak-kanak pasien dikatakan
memiliki sifat yang sangat mandiri, cenderung keras kepala, dan jarang bermain di luar
bersama teman-teman seusianya. Pasien menempuh pendidikan SD sampai dengan
sarjana dengan lancar. Pasien merupakan siswa berprestasi, namun sering menolak
mengikuti lomba lomba karena merasa tidak mampu. Sejak pasien SMP pasien
berjualan canang sambil bersekolah. Pada saat pasien kuliah, pasien bekerja menjadi
akuntan dan membayar biaya kuliahnya sendiri. Menurut orang tua, pasien memiliki
semangat yang tinggi untuk bersekolah. Pasien merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Kakak perempuan pasien sudah menikah dan memiliki dua anak.
3. MASA DEWASA
a. Riwayat Pekerjaan
Saat pasien SMP pasien berkeliling berjualan canang. Semenjak pasien SMA,
pasien sempat bekerja sebagai pegawai di warnet dan ketika pasien kuliah pasien
bekerja sebagai akuntan. Saat pasien melahirkan anak, pasien memutuskan untuk
mengundurkan diri dari tempat ia bekerja karena suami pasien menyarankan pasien
untuk fokus mengurus anak. Saat ini, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
b. Riwayat Perkawinan
Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada tahun 2016. Ketika ditanya bagaimana
hubungan pasien dengan suami, pasien menjawab hubungannya baik-baik saja.
c. Agama
Pasien beragama Hindu. Pasien mengatakan selalu sembahyang di merajan rumah
dan bersembahyang ke pura pada saat hari raya. Pasien termasuk orang yang
menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinannya.
12
d. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
LINGKUNGAN KELUARGA
Pasien dan keluarga adalah penduduk asli Tabanan. Ayah pasien dikatakan
meninggal pada tahun 2009 akibat penyakit stroke. Pasien sudah memiliki anak laki-
laki yang lahir pada tanggal 22 September 2016. Kakak kandung pasien sudah menikah
dan memiliki anak. Saat ini, pasien tinggal di rumah keluarga kandung pasien bersama
suami, anak pasien, ibu, kakak kandung, kakak ipar serta keponakan pasien.
LINGKUNGAN RUMAH
Setelah pasien menikah, pasien tinggal di rumah keluarga suaminya bersama
dengan orang tua suaminya. Sejak seminggu terakhir pasien tinggal di rumah keluarga
kandung pasien di Jalan Alaskedaton Tabanan, Bali. Rumah pasien berdempetan
dengan rumah di sampingnya. Suasana rumah pasien cukup sepi dan tenang karena
cukup jauh dari jalan utama dengan luas 2,5 are . Rumah pasien terdiri dari yaitu satu
kamar pasien dengan kakak pasien, satu kamar ibu pasien, satu balai keluarga, satu
sanggah, satu dapur, dan teras rumah. Dinding rumah pasien sebagian besar dicat
merah muda dengan lantai yang berkeramik. Kamar pasien terlihat berantakan dengan
beberapa barang menumpuk disudut kamar pasien. Kamar pasien cenderung gelap,
karena terdapat sedikit ventilasi udara, serta matahari yang tidak langsung menyinari
kamar pasien. Secara umum, lingkungan rumah pasien termasuk ekonomi menengah
kebawah.
LINGKUNGAN SOSIAL
Sejak kanak-kanak pasien dikatakan memiliki watak keras kepala, penyendiri dan
jarang bermain di luar bersama teman-teman seusianya. Pasien sering merasa minder
jika harus berhadapan dengan keramaian. Pasien menempuh pendidikan SD sampai
dengan sarjana dengan lancar. Pasien dikatakan tidak terlalu suka bersosialisasi dengan
tetangga. Pasien memiliki teman tetapi tidak terlalu banyak. Walaupun demikian,
13
lingkungan sekitar mengerti dengan kondisi pasien dan tetap mendukung serta
memberikan semangat kepada pasien agar berusaha untuk sembuh. Jika ada masalah
pasien jarang menceritakannya kepada keluarga ataupun teman-teman pasien karena
tidak mau merepotkan.
STATUS NEUROLOGI
- GCS E4V5M6
- Meningeal sign (kaku kuduk) : Negatif
- Tenaga : 555 555
14
555 555
- Tonus : N N
N N
- Tropik : N N
N N
- Reflek fisiologis : + +
+ +
- Reflek patologis : - -
- -
- Gerakan Involunter : Negatif
STATUS PSIKIATRI
V. RESUME
Pasien NMA perempuan, 23 tahun, agama Hindu, suku Bali, Bangsa Indonesia,
bekerja sebagai ibu rumah tangga, menikah, pendidikan terakhir sarjana dan sejak
seminggu sebelum pemeriksaan tinggal di rumah orang tua kandung di Tabanan. Pasien
tampak murung, sesekali menunduk dan sempat menangis.
- DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Non Farmakologi
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialami
pasien, perjalanan penyakit, obat yang diberikan, efek samping dan lama
pemberian pengobatan.
Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang
dialami pasien dan meminta keluarga untuk bersama-sama memberikan
dukungan moral dan spiritual kepada pasien.
Farmakologi
Fluoxetine 1x20 miligram
Risperidone 1x1 miligram
Trihexyphenydil 1x1 miligram
Monitoring
Keluhan
Efek samping
VIII. PROGNOSIS
1. Diagnosis : Depresi berat : Buruk
2. Onset umur : Usia dewasa menengah : Baik
3. Perjalanan penyakit : Akut : Baik
4. Faktor genetik : Tidak ada : Baik
5. Pendidikan : Sarjana : Baik
6. Status pernikahan : Kawin : Baik
7. Perhatian keluarga : Kurang : Buruk
8. Lingkungan sosial ekonomi : Kuran : Buruk
9. Faktor pencetus : Ada : Baik
10. Kepatuhan terhadap terapi : Baik : Baik
11. Ciri kepribadian : Campuran : Buruk
12. Tilikan :4 : Baik
13. Penyakit organik : Tidak ada : Baik
14. Kesimpulan : Mengarah ke baik (dubius ad bonam).
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis pasien adalah
dubius ad bonam (cenderung ke baik).
Pasien lahir normal dimana selama dalam kandungan tidak ada masalah. Dikatakan
19
bahwa tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama seperti keluhan pasien saat
ini, namun pasien mengatakan almarhum ayah pasien mempunyai sifat serupa dengan
pasien yaitu keras kepala, jarang bersosialisasi, Riwayat penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma dalam keluarga disangkal.
Pola asuh
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien sudah menikah dan
mempunyai satu anak. Pasien sekarang tinggal bersama suami, anak, ibu kandung,
kakak pasien, kakak ipar serta keponakan pasien. Orangtua pasien mengasuh pasien
dengan didikan yang keras.
Ciri kepribadian
Sejak kanak-kanak pasien dikatakan memiliki watak keras kepala dan kurang suka
bersosialisasi. Pasien dikatakan memiliki sifat tertutup sehingga jarang menceritakan
masalah yang dialami kepada orang tua maupun kakak pasien.
Stressor Psikososial
Pada pasien terdapat masalah dengan keluarga suami dan masalah ekonomi.
Mekanisme pembelaan ego pasien adalah represi yaitu pada saat mengalami masalah,
pasien memutuskan untuk tidak menceritakannya pada orang lain dan memilih
memendam masalahnya sendiri.
20
X. DENAH RUMAH
5 6 7
U
4
10
8
3
2
S
1 9
: Pasien
XII. DOKUMENTASI
Foto 1. (kiri-kanan) Ibu kandung pasien, keponakan pasien, kakak kandung pasien,
pasien, anak pasien, pemeriksa
Foto 2. Kamar tidur pasien