Anda di halaman 1dari 16

RESPONSI KASUS

EPISODE DEPRESI BERAT TANPA GEJALA PSIKOTIK

HALAMAN JUDUL

Oleh :
Odilia Dea Novena
1202006190

Pembimbing :
dr. IGN Putra Astawa, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF PSIKIATRI
RSUP SANGLAH/ FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan Responsi
Kasus ini dengan judul Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik tepat pada
waktunya.

Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik


Madya (KKM) di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kali ini, Penulis memperoleh banyak bimbingan,
petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. AA Sri Wahyuni, Sp.KJ selaku ketua Bagian/SMF Psikiatri FK


UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
2. Dr. Dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ selaku koordinator
pendidikan Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
3. dr. IGN Putra Astawa, Sp.KJ selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan Responsi Kasus ini.
4. Residen di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar yang
turut membantu dalam penyelesaian Responsi Kasus ini di RSJ Bangli.
5. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan,
diharapkan adanya saran demi penyempurnaan karya ini. Semoga bisa
memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat bagi
masyarakat. Terima kasih.

Bangli, November 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
I. IDENTITAS PASIEN..................................................................................1
II. ANAMNESIS...............................................................................................1
III. PEMERIKSAAN FISIK.............................................................................6
IV. RESUME......................................................................................................8
V. DIAGNOSIS BANDING.............................................................................9
VI. DIAGNOSIS KERJA..................................................................................9
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL.................................................................10
VIII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................10
IX. USULAN TERAPI.....................................................................................10
X. PROGNOSIS..............................................................................................10
XI. ANALISIS PSIKODINAMIKA...............................................................11
XII. SILSILAH KELUARGA PASIEN..............................................................13

iii
RESPONSIKASUS
SMF/BAGIANPSIKIATRIDIRSJBANGLI
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASUDAYANA
PERIODE:20November201627November2016

Pembimbing : dr. IGN Putra Astawa, Sp.KJ


Nama : Odilia Dea Novena (1202006190)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : IWS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 46 tahun
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Petugas SPBU
Agama : Hindu
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Bangli
Tanggal Pemeriksaan : 21 November 2016 (Pukul 08.00 WITA)

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Lari Ketakutan

Autoanamnesis
Pasien diantar ke IGD RSJ Bangli diantar oleh keluaraganya dengan
menggunakan mobil. Pasien diwawancara dalam posisi duduk berhadapan dengan
pemeriksa dan dibatasi meja. Pasien mengenakan kaos warna putih, celana
panjang berwarna hitam dan sandal jepit warna putih biru. Penampilan pasien
tampak kurang rapi dengan rambut pasien berwarna hitam pendek tampak sedikit
berantakan, roman wajah sesuai usia dan tampak sedih, tidak tercium bau urine,
feces, alkohol maupun bau tidak sedap lainnya dari tubuh pasien. Pasien

1
2

berperawakan sedang denga kulit berwarna sawo matang. Pasien diwawancara


menggunakan bahasa Indonesia. Kontak verbal dan visual pasien terhadap
pemeriksa cukup namun selama wawancara pasien tampak murung dan terkadang
menunduk dan melamun dengan tatapan kosong dalam menceritakan masalahnya.
Pasien dapat memperhatikan dan menjawab pertanyaan yang diberikan pemeriksa
dengan intonasi bicara pelan dan sedikit lambat namun dapat dimengerti.
Pemeriksa memulai wawancara dengan memperkenalkan diri kemudian
menanyakan nama pasien. Pasien dapat menjawab namanya dengan benar serta
mengetahui dirinya saat ini sedang ada dimana dan waktu wawancara adalah pagi
hari. Pasien juga mengetahui siapa saja yang mengantarnya ke rumah sakit. Saat
ditanyakan kembali nama pemeriksa yang sudah disebutkan sebelumnya, pasien
dapat menyebutkan dengan benar. Pasien mengatakan bahwa ia sudah makan dan
dapat menyebutkan makanan yang dimakan pada pagi hari yaitu roti. Saat ditanya
sewaktu masa sekolah pasien bersekolah sampai kelas berapa, pasien dapat
mengingat yaitu sampai kelas 3 SMA. Ketika ditanyakan siapa presiden saat ini
pasien menjawab Pak Jokowi. Ketika ditanya siapa presiden sebelumnya, pasien
menjawab Pak SBY dan pasien mengetahui presiden pertama yaitu Pak
Soekarno. Saat pasien diminta berhitung pengurangan 100-7, pasien dapat
menjawab 93, dan pasien dapat menjawab dengan benar saat diminta untuk
mengurangi 7 lagi pada angka tersebut seanyak 4 kali yaitu 86, 79, 72 dan 65.
Pasien dapat menjawab perbedaan bola tenis dan buah jeruk, yaitu Bola tenis dan
buah jeruk sama-sama bulat tapi buah jeruk enak bisa diperas dan diminum.
Ketika ditanya peribahasa berakit-rakit ke hulu, pasien melanjutkan peribahasa
tersebut dengan berenang-renang ke tepian. Lalu pasien dapat menyebutkan
artinya yaitu sekarang sakit-sakit seperti saya ini dulu, nanti bersenang-senang.
Ketika ditanyakan apa yang membuat pasien datang kemari, pasien
mengatakan ketakutan karena merasa bersalah. Ketika pemeriksa menanyakan
bagaimana perasaannya saat ini, pasien mengatakan saat ini merasa takut dan
bersalah. Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pasien mengalami sulit
tidur yang dipicu karena pasien banyak pikiran. Pasien mengatakan mulai tidur
sekitar pukul 10 malam namun tengah malam sekitar pukul 12 malam pasien
sudah terbangun kembali. Setelah bangun, pasien tidak dapat tidur kembali dan
3

merasa tengkuknya nyeri dan panas serta pasien mengatakan badan gemetar
sampai pagi. Tadi pagi pasien merasa lebih ketakutan akibat perasaan bersalah
karena pekerjaan sehingga pasien lari dengan sendirinya. Pasien mengatakan
sudah pernah mengalami hal ini sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu, namun 3
bulan terakhir gejala semakin memberat akibat banyak pikiran yang dialami.
Setelah mengatakan hal tersebut pasien terlihat melamun dengan tatapan kosong,
kemudian saat dipanggil namanya beberapa kali baru pasien dapat diajak
berbicara kembali.
Pasien mengatakan pertama kali mengalami hal tersebut saat 4 tahun yang
lalu akibat masalah di pekerjaan dan keluarganya. Keadaan ekonomi pasien cukup
pas-pasan. Pasien memiliki 1 anak laki-laki berusia 17 tahun. Anak pasien
meminta dibelikan sepeda motor kemudian pasien membelikan sepeda motor
bekas namun anak pasien marah-marah karena merasa malu. Pasien mengatakan
semakin tertekan karena pasien sudah berusaha memenuhi keinginan anaknya
dengan pinjam uang kesana-sini namun anaknya tidak menghargai usaha dirinya.
Selain itu, pasien bekerja di SPBU dan dipaksa untuk mendapatkan uang
tambahan dengan cara yang tidak baik. Pasien tidak mau berbuat curang, namun
lama kelamaan teman pasien selalu menggoda dan mengejek sehingga pasien mau
tidak mau berbuat curang. Setiap kali pasien melihat korbannya, pasien selalu
merasa bersalah dan gelisah serta ketakutan. Pasien selalu kepikiran akan tingkah
lakunya yang tidak jujur sehingga pasien sangat merasa bersalah. Di sisi lain,
pasien juga sering bertengkar dengan istrinya dan selama 4 tahun terakhir
intensitas bertengkar semakin meningkat.
Semenjak keluhannya bertambah parah sejak 3 bulan yang lalu, pasien
sering merasa sedih sampai pasien menangis. Pasien merasa putus asa akan rasa
takutnya yang tidak kunjung membaik, ditambah lagi ia selalu dihantui oleh
perasaan bersalah. Terkadang pasien merasa ingin mati dibandingkan
menanggung perasaan takut dan bersalahnya tersebut. Pasien merasa dirinya cepat
lelah dan mengeluhkan kehilangan minat serta rasa tidak berguna. Sejak 2 bulan
yang lalu pasien juga merasakan konsentrasinya menurun dan pasien seringkali
tidak fokus dalam melakukan sesuatu. Nafsu makan pasien menurun hanya 2 kali
sehari dengan porsi kecil dan berat badan pasien sedikit berkurang. Pasien mandi
4

2 kali sehari tanpa disuruh dan pasien mengaku tidak pernah mengamuk di
rumahnya. Sehari-hari pasien tetap bekerja tapi selalu muncul rasa ingin pulang
saat bekerja karena rasa takutnya tersebut.
Ketika ditanyakan apakah pernah mendengar suara suara yang tidak
didengar oleh orang lain pasien menjawab tidak pernah. Pasien menyangkal
melihat bayangan atau sesuatu hal lain yang orang lain tidak dapat melihat selain
mendengar suara suara dalam pikirannya tersebut. Pasien juga menyangkal
melihat suatu benda nyata terlihat seperti benda lain. Saat ditanyakan apakah ada
suatu perasaan ingin berontak atau mengamuk dalam diri pasien, pasien menjawab
tidak ada. Pasien seringkali khawatir akan hal-hal yang belum pasti atau segala
sesuatu yang belum terjadi. Pasien menyangkal pernah mengalami keadaan
dimana ia merasa sangat bersemangat dan berbahagia yang berlebihan yang
menyebabkan ia tidak pernah merasa lelah sebelumnya. Pasien juga mengatakan
tidak terlalu sering menceritakan pikiran dan perasaannya kepada istri atau
keluarganya sehingga pasien akan cenderung memikirkannya sendiri. Ketika kesal
atau marah dengan orang, pasien memilih untuk diam dibandingkan untuk
membalasnya.

Heteroanamnesis (Keluarga Pasien)


Heteroanamnesis didapatkan dari istri dan keluarganya yang ditemui saat
mengantar pasien ke IGD RSJ Bangli. Pasien dikatakan merasa takut sejak 4
tahun yang lalu. Selama 3 bulan terakhir, rasa takut pasien semakin besar dan
beberapa kali pasien terlihat menangis dan ketika ditanya pasien mengatakan
bersedih karena memikirkan rasa takut dan bersalahnya. Istri pasien mengatakan
bahwa suaminya sering berpikir keras tentang hutang. Pasien dikatakan sering
terbangun pukul 12 malam dan tidak dapat melanjutkan tidur kembali. Keluhan
pasien muncul saat pasien memiliki masalah dengan teman kerjanya. Sebelum
sakit, istri pasien mengatakan bahwa pasien adalah seseorang teratur, jujur, dan
rapi. Pasien dikatakan tidak pernah emosi. Pasien diajak oleh temannya untuk
mendapatkan uang lebih dengan mencurangi bensin di SPBU yang bertentangan
dengan sifat pasien. Hal ini membuat pasien muncul rasa takut dan bersalah.
5

Malam hari sebelumnya tanggal 20/11/2016 pukul 9 malam pasien pulang


kerja lalu mengeluh takut dan bilang kepada istrinya ingin mati saja dan ingin
suntik mati saja. Keluhan memburuk pada pagi hari tgl 21/11/2016 dimana pasien
terbangun dimalam hari lalu mengeluhkan sakit di tengkuknya dan pada saat
subuh pasien lari ketakutan ke rumah ibunya. Ketika ditanya pasien mengatakan
lari karena merasa bersalah. Pasien dikatakan pendiam namun sering
membicarakan masalahnya ke istrinya. Dalam hubungan sosial, pasien dikatakan
biasa bersosialisasi dengan tetangga maupun warga banjarnya. Ketika ditanyakan
apakah pasien harus disuruh makan/minum dan mandi, keluarga pasien
mengatakan lebih sering inisiatif sendiri. Istri pasien mengatakan nafsu makan
pasien menurun akhir akhir ini dan terkadang melamun sendiri dengan tatapan
kosong saat diajak berbicara.

Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Riwayat Pengobatan


Pasien mulai mengalami keluhan tersebut sejak 4 tahun yang lalu dan pasien
berobat ke psikiater lalu diberikan 2 macam obat berupa 1 vitamin dan 1 tablet
berwarna putih tapi pasien hanya datang 1 kali dan tidak pernah kontrol lagi.
Riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, serta penyakit sistemik
lainnya disangkal pasien.

Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien menyangkal mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, maupun
menggunakan obat obatan narkotika. Pasien terkadang meminum kopi satu gelas
per harinya.

Riwayat Penyakit di Keluarga


Pasien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan ayah, ibu, dan
tiga kakak laki-lakinya telah meninggal. Ibu pasien dikatakan meninggal dengan
gejala keluar cairan terus menerus berbau dari alat kelaminnya. Ayah dan tiga
saudaranya meninggal dalam kecelakaan. Saudara perempuan paling kecil
dikatakan memiliki gangguan kejiwaan hingga kakinya dipasung. Namun saat ini
saudaranya tersebut telah meninggal.
6

Riwayat Sosial
Menurut istrinya, pasien memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan
lingkungan tetangga di rumahnya. Pasien dikatakan masih aktif dalam kegiatan
masyarakat baik. Namun untuk sehari-harinya, baik pasien maupun suaminya
jarang mengobrol dengan tetangga.

Faktor Pencetus/Penyebab
Faktor Keluarga : tuntutan ekonomi
Fungsi Kerja/Sosial : kekecewaan terhadap rekan kerja
Riwayat NAPZA : tidak ada
Faktor Premorbid : tidak ada
Faktor Organik : tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS INTERNA
Status Present:
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Denyut Nadi : 86 x/mnt
Laju Respirasi : 20 x/mnt
Temperatur Axilla : 36.5oC
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 158 cm

Status General :
Kepala : normocephali
Mata : anemia (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor
THT : kesan tenang
Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorak : Cor : S1 S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan
epigastrium (-)
Ekstremitas : edema (-), hangat (+) pada ke empat ekstremitas

STATUS NEUROLOGI
7

- GCS E4V5M6
- Meningeal sign (kaku kuduk) : Negatif
- Tenaga : 555 555
555 555

- Tonus : N N
N N

- Tropik : N N
N N

- Reflek fisiologis : + +
+ +

- Reflek patologis : - -
- -

- Gerakan Involunter : Negatif

STATUS LOKALIS
Tidak ada

STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Penampilan pasien tidak wajar, roman muka sedih,
kontak verbal dan visual dengan pemeriksa baik
- Kesadaran : Jernih
- Mood/Afek : Depresif/Adekuat
- Proses Pikir :
o Bentuk Pikir : Logis Realis
o Arus Pikir : Koheren
o Isi Pikir : Preokupasi terhadap rasa bersalah, Waham
(-), Ide Aneh (-)
- Pencerapan
o Halusinasi : Halusinasi (-)
o Ilusi : Ilusi (-)
8

- Sensorium dan Kognisi


o Orientasi : Baik terhadap waktu, tempat, orang
o Daya ingat : Baik
o Konsentrasi/ perhatian : Kurang
o Berpikir abstrak : Baik
o Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
- Dorongan Instingtual
o Insomnia : Insomnia (+) late type
o Hipobulia : (-)
o Raptus : (-)
- Psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
- Tilikan : 6 (enam)

IV. RESUME
Pasien IWS, laki-laki, 46 tahun, asal Bangli, sudah menikah, agama
Hindu, suku Bali bangsa Indonesia, bekerja sebagai petugas SPBU, pendidikan
terakhir SMA, datang ke IGD RSJ Bangli diantar oleh keluarganya pada Senin, 21
November 2016 pada pk. 08.00 WITA dengan keluhan lari ketakutan karena
merasa bersalah. Berpenampilan wajar dan kontak verbal/visual dengan pemeriksa
cukup. Dari autoanamnesis didapatkan pasien merasa ketakutan sejak 4 tahun
yang lalu namun memberat sejak 3 bulan terakhir dan paling parah ketakutannya
muncul tadi malam. Sejak 3 bulan terakhir, pasien sering merasakan sedih
sampai menangis karena memikirkan rasa takut karena bersalahnya yang dipicu
karena masalah pekerjaannya yang memaksa pasien berbuat curang untuk
mendapat uang tambahan, padahal hal tersebut bertolak-belakang dengan sifat
pasien. Pasien juga mengatakan bahwa memiliki banyak beban pikiran yang
berkaitan dengan masalah tuntutan ekonomi keluarga dan masalah dengan rekan
kerjanya. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dimana pasien terbangun tengah
malam dan tidak dapat melanjutkan tidur lagi kemudian badan pasien gemetar
karena ketakutan dan nyeri di tengkuknya. Konsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, maupun penggunaan obat obatan narkotika disangkal pasien.
9

Pasien terkadang meminum kopi satu gelas per harinya. Riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, serta penyakit sistemik lainnya disangkal pasien.
Dari heteroanamnesis didapatkan bahwa pasien sempat lari secara tiba-tiba
ke rumah ibunya pagi hari (21/11/16) dengan alasan ketakutan. Pasien juga sering
merasa cepat lelah saat bekerja dan sering ingin cepat pulang ke rumah.
Terkadang pasien merasa putus asa dan merasa ingin mati dibandingkan
menanggung rasa takutnya tersebut. Pasien juga mengatakan konsentrasinya
menurun. Pasien dikatakan hanya makan 2 kali sehari dengan porsi sangat kecil
dan mengalami sedikit penurunan berat badan. Sebelum sakit, pasien dikatakan
pribadi yang teratur, jujur, dan rapi. Pasien dikatakan tidak pernah emosi. Saudara
perempuan pasien yang kelima memiliki riwayat gangguan jiwa dan telah
meninggal dunia.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status interna dan neurologi dalam
batas normal. Dari status psikiatri didapatkan penampilan tidak wajar, roman
muka sedih, kontak verbal dan visual cukup, kesadaran jernih, orientasi baik,
konsentrasi/perhatian kurang, mood/afek depresif/appropriate, bentuk pikir logis
realis, arus piker koheren, isi pikir terdapat preokupasi terhadap rasa bersalah dan
tidak terdapat waham atau ide aneh, tidak terdapat halusinasi dan ilusi, terdapat
insomnia late type, psikomotor tenang saat pemeriksaan dan sesekali melamun
dengan tatapan kosong dan tilikan derajat 6.

V. DIAGNOSIS BANDING

Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2)


Gangguan Campuran Cemas dan Depresi (F41.2)
Ganggan Kepribadian Anankastik (F60.5)

VI. DIAGNOSIS KERJA

Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2)

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2)
10

Aksis II : Ciri Kepribadian Anankastik


Aksis III : Tidak Ada
Aksis IV : Masalah dengan Pekerjaan
Aksis V : GAF saat ini 60-51
GAF satu tahun terakhir 90-81

VIII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tes Psikometri
Tes Beck Depression Inventory (BDI)

IX. USULAN TERAPI


Non Farmakologi
- Psikoterapi supportif kepada pasien
- Psikoedukasi keluarga pasien
Farmakologi
- Iglodep 1x50 mg IO
- Clobazam 1x10 mg IO
Monitoring
- Keluhan
- Efek Samping Obat

X. PROGNOSIS
Diagnosis : Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2) : Buruk
Onset umur : Dewasa : Baik
Perjalanan penyakit : Kronis : Buruk
Faktor genetik : Ada, adik kandung perempuan : Buruk
Pendidikan : Tamat SMA : Baik
Jenis Kelamin : Laki-Laki : Buruk
Pekerjaan : Ada : Baik
Status pernikahan : Menikah : Baik
Perhatian keluarga : Cukup : Baik
Lingkungan sosial ekonomi : Kurang : Buruk
Faktor pencetus : Pekerjaan dan Ekonomi : Baik
11

Kepatuhan terhadap terapi : Patuh : Baik


Ciri kepribadian : Anankastik : Buruk
Tilikan : Derajat 6 : Baik
Penyakit organik : Tidak ada : Baik
Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis
penderita adalah dubius ad malam (cenderung buruk).

XI. ANALISIS PSIKODINAMIKA


Genetik
Pasien lahir normal dimana selama dalam kandungan tidak ada masalah.
Dikatakan bahwa ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama seperti
keluhan pasien saat ini. Saudara perempuan paling kecil dikatakan memiliki
gangguan kejiwaan hingga kakinya dipasung. Namun saat ini saudaranya
tersebut telah meninggal. Tidak didapatkan informasi mengenai riwayat
penyakit kronis pada keluarga pasien. Riwayat penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma dalam keluarga disangkal.

Pola Asuh
Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Adik pasien seorang
perempuan dan tinggal di Badung dan sudang meninggal. Pasien sudah
menikah dan tinggal bersama orang tuanya, istrinya dan anak laki-lakinya.
Orangtua pasien tidak pernah melakukan kekerasan pada anak-anaknya
semasa kecil. Orangtua pasien mengaku memberikan kasih sayang dan
perhatian yang sama pada semua anaknya.

Ciri Kepribadian
Sejak kecil pasien memiliki teman yang banyak baik di lingkungan rumah
maupun lingkunagn sekolah. Pasien adalah seseorang teratur, jujur, dan rapi.
Pasien dikatakan tidak pernah emosi. Pasien jika memiliki suatu
permasalahan, pasien jarang pernah bercerita kepada orang lain termasuk
orang tua, istrinya dan saudaranya. Pasien lebih suka diam dan memendam
sendiri masalahnya.
12

Stressor Psikososial
Pasien terlahir dari keluarga yang pas-pasan, saat mencari pengobatan pasien
diantar oleh istri dan keluarganya. Tidak ada kendala saat pasien mencari
pengobatan.

Mekanisme Pembelaan Ego


Mekanisme pembelaan ego pasien ini adalah represi yaitu cenderung
memendam permasalahan yang dimilikinya sehingga menjadi beban
tersendiri.

XII. SILSILAH KELUARGA PASIEN

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal Dunia

: Riwayat gangguan Jiwa


13

: Pasien

? : Tidak diketahui
?

Anda mungkin juga menyukai