Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh :
Putu Yogi Pramana
1871121045

Pembimbing :
dr. A.A. Ayu Agung Indriany, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RSUD SANJIWANI GIANYAR/ FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa FKIK Warmadewa/RSUD
Sanjiwani Gianyar. Dalam penyusunan laporan kali ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. dr. A.A. Ayu Agung Indriany, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah
membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.
2. Teman-teman sejawat yang telah memberi masukan selama penyusunan
laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan,
diharapkan adanya saran demi penyempurnaan karya ini. Semoga bisa memberikan
sumbangan ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat bagi masyarakat. Terima
kasih.

Gianyar, 29 Juli 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................1
DAFTAR ISI ......................................................................................................2
I. IDENTITAS PASIEN...............................................................................3
II. ANAMNESIS............................................................................................3
III. PEMERIKSAAN FISIK............................................................................7
IV. RESUME...................................................................................................9
V. DIAGNOSIS BANDING..........................................................................10
VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL....................................................................12
VII. USULAN TERAPI....................................................................................10
VIII. PROGNOSIS.............................................................................................11
LAMPIRAN .......................................................................................................12

2
LAPORAN KASUS
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA

Oleh : Putu Yogi Pramana (1871121045)


Pembimbing : dr.Anak Agung Ayu Agung Indriyani, Sp.KJ

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : INS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas Ubud, Gianyar
Tanggal Periksa : 25 Juli 2018

II. RIWAYAT PENDERITA


ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mengamuk
A. Autoanamnesis
Pasien laki-laki, 50 tahun, agama Hindu, suku Bali, bangsa Indonesia,
pendidikan tamat SMA, pekerjaan wiraswasta, sudah menikah, datang ke IGD
RSJ Provinsi Bali pada tanggal 25 Juli 2018. Pasien datang dalam kondisi
sadar diantar oleh pihak kepolisian dan keluarganya. Pada saat datang ke IGD
RSJ Provinsi Bali pasien berpenampilan tidak wajar, menggunakan jaket
berwarna biru, celana panjang hitam dan menggunakan alas kaki berupa sandal
jepit. Pada pasien tidak tercium aroma feses, urin, alkohol, maupun aroma

3
tidak sedap lainnya, kuku pasien terlihat kurang terawat, rambut pasien
berwarna hitam dengan jenis potongan rambut pendek. Kulit pasien berwarna
sawo matang dan tidak bertato. Pasien diperiksa dalam posisi duduk di kursi
berhadapan dengan pemeriksa dan dipisahkan oleh meja periksa. Pasien tenang
dan koorperatif saat diwawancarai. Selama wawancara pasien terlihat menatap
mata pemeriksa. Roman wajah pasien terlihat sesuai dengan usia pasien. Pasien
diwawancarai menggunakan bahasa Indonesia.
Pemeriksa memulai wawancara dengan memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Kemudian wawancara dilanjutkan dengan menanyakan nama pasien,
saat ditanya pasien dapat menjawab dengan benar. Kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan lain seperti sedang dimana sekarang, waktu
(pagi,siang,malam), dan dengan siapa pasien bisa menjawabnya dengan benar.
Pasien dapat menyebutkan nama pemeriksa yang sudah disebutkan
sebelumnya. Pasien dapat mengingat apa yang dimakannya tadi pagi yaitu nasi
ditambah telur. Pasien dapat mengingat kegiatannya sebulan terakhir. Pasien
dapat mengingat dimana dulu bersekolah yaitu di SMAN 1 Blahbatuh. Pasien
dapat menghitung dengan benar 100 dikurangi 7 sebanyak 5 kali namun sangat
lama. Pasien mengetahui tanggal Kemerdekaan RI yaitu tanggal 17 Agustus
1945 dan presiden pertama saat itu adalah Soekarno, serta presiden RI saat ini
adalah Jokowi. Saat ditanya persamaan dan perbedaan dari buah jeruk dan bola
tenis pasien mengatakan persamaan buah jeruk dan bola tenis adalah sama-
sama berbentuk bulat, sedangkan perbedaannya adalah jeruk bisa dimakan,
bola tenis tidak bisa dimakan.
Saat ditanya apa yang membuat pasien datang ke IGD?, pasien menjawab
bahwa dirinya tidak sakit dan mengaku kalau dirinya bingung kenapa dibawa
ke rumah sakit. Pasien masih lanjut bercerita dengan mengatakan bahwa
dirinya merupakan seorang pelatih kopassus yang diakui dunia, seorang pelatih
dunia, dan mengaku sebagai pembuat pura di Jerman, Inggris, dan di bawah
samudra. Kemudian pemeriksan kembali bertanya “Siapa yang menyuruh
bapak membuat pura?”, pasien kemudian mengaku bahwa dirinya mendapat
bisikan di telinganya dari “bhatara-bhetari” atau dewa-dewi dan presiden dunia
untuk membuat pura. Saat ditanya sejak kapan mulai mendapat bisikan dari
dewa–dewi tersebut, pasien kemudian menjawab sejak 2 tahun yang lalu. Saat

4
ditanya keluhan lain yang dirasakan pasien, pasien kemudian mengatakan
kalau dirinya sedang khawatir karena merasa dikejar-kejar oleh ilmu santet
yang dikirim orang lewat komputer. Pasien juga mengatakan dirinya selalu
merasa curiga apabila bertemu dengan orang banyak karena takut akan disantet
lewat komputer. Saat ditanya “apa yang bapak lakukan terdapat orang yang
bapak curigai akan menyantet bapak?”, pasien mengatakan “saya akan santet
balik orang itu memakai botol aqua setelah itu saya akan memukul dia
menggunakan kayu.” Saat ditanya “apakah ada suara-suara yang menyuruh
bapak melakukan tindakan itu?”, pasien kemudian mengatakan “ya, ada, saya
sering mendengar suara-suara yang membisiki telinga saya”. Saat ditanya
seperti apa suara yang didengar?, pasien menjawab “kamu jangan mau kalah
dengan orang itu pokoknya kamu tunjukan kalau kamu bisa melawan dia, ayo
pukul pukul dia, pukul sebelum dia menyantet kamu lagi”. Saat ditanya
darimana asal suara tersebut, pasien menjawab suara tersebut merupakan suara
leluhurnya. Saat ditanya “apakah bapak terus menerus mendapat bisikan
tersebut atau kadang-kadang?”, pasien mengaku terus-menerus dibisiki oleh
bisikan tersebut. Saat ditanya “bagaimana perasaan bapak saat ini?”, pasien
menjawab “biasa-biasa aja”. Saat ditanya biasa-biasa itu maksudnya seperti
apa? Sedih? Senang? Atau sebelumnya pernah mengalami hal yang tidak
menyenangkan di rumah?, pasien menjawab “biasa-biasa aja”. Saat ditanya
“kemarin-kemarin gimana perasaan bapak?”, pasien menjawab “biasa-biasa
aja, ndak seneng dan ndak sedih.” Pasien juga mengaku tidak betah dan takut
berada dirumah sehingga lebih sering keluar rumah malam-malam karena
merasa dikejar-kejar oleh “rangda” (mahluk mitologi di Bali). Pasien
mengatakan bahwa rangda itu selalu mengincar dia dan keluarganya. Selama
wawancara, sesekali pasien terlihat tidak fokus dan asik berbicara sendiri ke
arah kanan dan kiri. Saat ditanya “siapa yang bapak ajak berbicara tadi?”,
pasien menjawab bahwa dia sedang berbicara dengan bupati di sebelah kanan
dan temannya di sebelah kiri (padahal tidak terdapat siapa-siapa). Saat ditanya
“kalau boleh tau siapa nama teman nya pak?” “boleh ndak saya kenalan dengan
teman bapak?”, pasien mengatakan “boleh kok, ini teman saya namanya
manik”. Saat ditanya lagi “kalau boleh tau pak, si Manik itu cowok atau cewek
dan pakai pakian apa dia sekarang pak?”, pasien mengatakan “dia cowok,

5
sekarang pakai pakaian kemeja dan celana panjang”. Sesekali pasien terlihat
berbicara dengan tangannya sendiri (tangan kanan). Saat ditanya bapak sedang
berbicara dengan siapa itu ditangan?, pasien mengatakan “ini saya sedang
berkomunikasi menggunakan alat komunikasi saya”. Saat ditanya “siapa yang
bapak ajak berkomunikasi?”, pasien mengatakan “saya sedang berbicara
dengan leluhur saya, saya mau melapor kalau saya sekarang ditahan disini,
saya juga minta pertolongannya supaya bisa membebaskan saya”. Saat ditanya
“apakah bapak selama ini pernah melihat bayangan orang, binatang, dewa?”,
pasien juga mengaku dapat melihat leluhurnya dan bayangan berjubah hitam.
Saat ditanya “mohon maaf pak saya agak ceplos ceplos bertanya apakah bapak
benar tadi sudah memukul orang?”, pasien menjawab “ya, saya pukul orang
tadi karena saya dapat dibisiki ditelinga oleh leluhur saya katanya orang itu
berencana menyantet saya lagi, jadi saya langsung tadi dikasik kekuatan untuk
mukul.” Saat ditanya “apakah bapak merasa kekuatan yang diberikan tersebut
mengendalikan tubuh bapak?”, pasien mengatakan “ya saya seperti tidak bisa
mengendalikan tubuh saya lagi.” Saat ditanya “apakah bapak bisa tidur
kemarin?”, pasien menjawab dirinya sudah tidak pernah tidur karena merasa
selalu dikejar-kejar oleh “rangda” yang mengintai keluarganya. Saat ditanya
mengenai kebiasaan makan dan melakukan aktivitas sehari-hari, pasien
mengaku bahwa dirinya masih bisa untuk melakukan aktivitas dan
makan/minum sendiri tanpa bantuan. Selama wawancara sesekali pasien
kembali terlihat berbicara sendiri kearah kanan dan kiri.
Pemeriksa melakukan kunjungan ke rumah pasien tanggal 26 Juli 2018.
Namun pasien pada tanggal tersebut belum ada di rumah dikarenakan masih
dirawat di ruang IPCU (Intensive Psikiatrik Care Unit) Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Provinsi Bali. Pemeriksa hanya bertemu dengan adik pasien dan istri
pasien. Pada saat kunjungan terlihat perbedaan kondisi rumah pasien dengan
adiknya. Kondisi rumah pasien terlihat kotor, tidak terawat dan berdebu. Saat
pemeriksa masuk kedalam kamar pasien, pemeriksa menemukan banyak
senjata tajam dan pemukul kayu yang memiliki ukuran cukup besar. Istri
pasien mengaku sudah tidak sekamar dengan suaminya dan lebih memilih tidur
dikamar anak pertamanya karena merasa takut akan di pukul oleh suaminya.

6
B. Heteroanamnesis ( Adik pasien)
Heteroanamnesis dilakukan dengan adik pasien yang saat itu kebetulan
mengantar pasien ke IGD RSJ Provinsi Bali. Adik pasien mengatakan bahwa
pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien dikatakan tinggal
bersama istri dan dua anaknya. Dua anak pasien masing-masing sudah
berkuliah dan masih sekolah dasar. Istri pasien dikatakan tidak bekerja dan
hanya sebagai ibu rumah tangga. Adik pasien mengatakan bahwa pasien dan
keluarganya tinggal di sebuah gudang yang terletak tepat di belakang
rumahnya (adik pasien). Adik pasien juga mengatakan bahwa ayah mereka
termasuk orang yang berpunya. Pada saat ayah pasien sudah meninggal, ayah
pasien membagi hartanya berupa tanah, uang dan sebuah “art shop” kepada
ketiga anaknya. Adapun pembagiannya kakak pasien mendapat tanah, pasien
mendapat art shop, sedangkan adik pasien mendapat uang tunai. Diantara tiga
bersaudara tersebut hanya pasien yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat
perguruan tinggi. Pada mulanya bisnis art shop pasien masih lancar, namun
pada tahun 2004, saat terjadi bom Bali, pemasukan art shop pasien dikatakan
menurun karena melemahnya pariwisata di Bali. Sementara untuk kakak pasien
dan adik pasien dikatakan lebih sukses daripada pasien dalam mengelola usaha.
Adik pasien juga mengatakan semenjak itu istri pasien lebih sering
menyalahkan pasien serta memaksa pasien untuk lebih keras bekerja. Melihat
kondisi pemasukan art shop yang tidak kunjung membaik, sikap istri yang terus
menyalahkan dan memaksa suami serta melihat kesuksesan saudara-
saudaranya nya membuat pasien semakin tertekan. Adik pasien mengatakan
semenjak saat itu hubungan pasien dan keluarganya tidak begitu baik. Adik
pasien mengatakan bahwa sikap pasien mulai berubah tahun 2005 dimana
pasien mulai berbicara sendiri sampai mengancam memukul dan meresahkan
masyarakat sekitar. Pasien sebelum sakit dikatakan memiliki kepribadian
terbuka dan sering menceritakan masalahnya ke saudara dan istrinya. Pasien
dikatakan sebelumnya sempat dirawat di RSJ Provinsi Bali tahun 2014 dan
sudah diberikan obat. Adik pasien mengatakan selama minum obat pasien
sering mengeluh tangannya bergemetar dan merasa sangat lemas. Akibat
kondisi tersebut pasien mengeluh aktivitasnya terganggu. Sehingga pasien
dikatakan putus obat pada tahun 2015. Semenjak putus obat pasien selalu

7
menganggap obat itu racun dan menolak setiap diberikan obat jenis apapun.
Adik pasien mengatakan 2 minggu setelah putus obat keluhan pasien kembali
muncul. Adik pasien mengatakan selama ini tidak berani membawa pasien ke
RSJ karena pasien selalu mengancam siapun yang membawanya ke RSJ akan
dicari dan dipukul. Sehari sebelum masuk rumah sakit, kelakuan pasien
semakin memuncak dengan memukuli tetangga pasien sampai berdarah. Saat
ditanya oleh adik pasien alasan dari tindakannya tersebut, kakak pasien
langsung menjawab bahwa pasien sebelumnya mendapat bisikan dari
leluhurnya memukul tetangga karena pasien merasa khawatir keluarganya akan
disantet oleh tetangganya. Akhirnya tetangga pasien melapor polisi dan
keluarga pasien dibantu dengan polisi membawa pasien ke RSJ Provinsi Bali
pada tangga 25 Juli 2018. Selama mengalami keluhan pasien dikatakan makan,
minum, dan mandi tidak teratur. Adik pasien juga mengatakan selama
mengalami keluhan dan sebelum masuk RSJ pasien tidak pernah tidur pada
malam hari dan lebih sering keluyuran di luar rumah sambil membawa senjata
tajam dan kayu. Adik pasien juga mengatakan kalau pasien sering merasa
mudah tersinggung setiap melihat orang lain berbicara. Selama sakit pasien
dikatakan sudah tidak bekerja lagi. Pasien selama sakit dikatakan tidak bisa
merawat diri. Sehari sebelum masuk rumah sakit pasien dikatakan sempat
mengamuk, menghancurkan barang di rumah serta memukul istrinya.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien dikatakan pernah berobat ke RSJ Provinsi Bali sekitar tahun 2014 yang
lalu karena sering mengamuk di rumahnya dan mengancam ingin memukul
orang. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol dan baru
diketahui saat ini. Riwayat mengalami trauma disangkal pasien.

D. Riwayat Penyakit di Keluarga


Ibu pasien dikatakan memiliki keluhan serupa dengan pasien. Riwayat penyakit
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya disangkal.

8
E. Riwayat Pengobatan
Pasien sejak tahun 2014 (4 tahun yang lalu) rutin berobat ke RSJ Provinsi Bali
dan selalu kontrol apabila obat habis. Namun sejak tahun 2015 (3 tahun yang
lalu) pasien dikatakan sudah putus obat karena merasa tangannya bergemetar
dan aktivitasnya terganggu setiap mengkonsumsi obat. Keluarga pasien lupa
nama obatnya.

F. Riwayat Penggunaan Napza


Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi 1 gelas/hari. Riwayat merokok,
mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang disangkal
pasien.

G. Lingkungan Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien saat ini sudah
menikah. Keseharian pasien saat ini hanya diam di rumah dan terkadang keluar
rumah pada malam hari. Pasien sebelumnya merupakan pribadi yang terbuka
dan mau menceritakan masalahnya dengan keluarga. Pasien tinggal bersama
istri dan dua orang anaknya. Sejak tahun 2004 bisnis art shop pasien mengalami
penurunan dan istri pasien justru menyalahkan pasien dan memaksa pasien
untuk bekerja keras. Sehingga membuat pasien tertekan.

H. Lingkungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga, lingkungan rumah dan lingkungan
sekitarnya kurang baik karena pasien sering mengamuk dan mengancam
memukul orang. Pasien lebih sering berada di luar rumah daripada di rumah
karena selalu merasa dikejar kejar “Rangda”. Sehari-hari pasien beraktivitas di
rumah ditemani istrinya.

I. Lingkungan Rumah
Pasien adalah salah satu warga Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas Ubud, Gianyar.
Dalam satu pekarangan rumah pasien terdapat satu kepala keluarga. Pasien
tinggal dalam satu pekarangan dengan istri dan kedua orang anaknya. Pemeriksa

9
melakukan kunjungan pada tanggal 26 Juli 2018. Saat melakukan kunjungan
rumah pasien, pemeriksa disambut oleh istri dan adik pasien.
Pemeriksa kemudian memperkenalkan diri sebagai dokter muda dan
menjelaskan tujuan dari kunjungan tersebut. Pemeriksa banyak mengobrol
dengan istri pasien mengenai kondisi lingkungan rumah pasien. Pemeriksa
kemudian meminta izin untuk melihat keadaan lingkungan rumah pasien.
Rumah pasien merupakan sebuah pekarangan yang terdiri dari beberapa
bangunan yang terdiri dari satu bangunan yang dijadikan kamar tidur, satu
bangunan sebagai balai dangin, satu bangunan sebagai merajan, satu bangunan
lagi sebagai dapur dan kamar mandi. Rumah pasien merupakan bangunan
permanen dengan lantai ubin. Pencahayaan di masing-masing ruangan kurang
baik. Atap rumah pasien terlihat berdebu dan tidak terawat. Dapur pasien terlihat
menyatu langsung dengan ruang tamu tanpa dibatasi tembok. Halaman rumah
berupa tanah, dan memiliki beberapa hewan peliharaan seperti anjing.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Interna
Status Present
Tekanan Darah : 200/100 mmHg
Nadi : 130 x/menit, reguler
Respirasi : 22 x/menit
Suhu axila : 36.8 o celcius
Antropometri
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 62 kg
Status General
Mata : Anemia -/-, ikterus -/- , penurunan penglihatan
THT : Penurunan pendengaran
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Dinding toraks simetris, deformitas (-)
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Bising Usus (+) normal

10
Ekstrimitas :Edema
- -

- -
+ +
Hangat
+ +

B. Status Neurologi
GCS : E4V3M6
Tenaga : 5555 5555
5555 5555

Norma Normal
Tonus :
l
Norma Normal
l
Normal Normal
Trofik :
Normal Normal

Refleks Fisiologis :
++ ++
++ ++

Refleks Patologis : - -
- -

C. Pemeriksaan Status Psikiatri


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Penampilan tidak wajar, roman muka sesuai usia
2. Perilaku dan aktivitas motorik
Perilaku tenang saat pemeriksaan
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif, kontak visual cukup, kontak verbal cukup

11
B. Kesadaran
Tingkat kesadaran : Jernih
C. Keadaan Afektif dan Mood
Mood/Afek : Alektimia /Inapropriate
D. Proses Pikir
Bentuk pikir : Non logis, non realis
Arus pikir : Asosiasi longgar
Isi pikir : Waham kejar (+), waham kebesaran (+),
waham kontrol (+), ide aneh (-)
E. Gangguan Persepsi
Halusinasi : Visual (+), auditorik (+)
Ilusi : Tidak ada
F. Sensorium dan Kognisi
Orientasi : Baik
Daya ingat : Baik
Konsentrasi & Perhatian : Baik
Berpikir abstrak : Baik
G. Dorongan Instringtual
Insomnia : Insomnia (+)
Hipobulia : Ada
Raptus : Raptus (+)
H. Psikomotor : meningkat saat pemeriksaan
I. Tilikan (Insight) : Tilikan derajat I

IV. RESUME
Pasien laki-laki berusia 50 tahun, sudah menikah, beragama Hindu, suku
Bali, saat ini tidak bekerja, riwayat pendidikan terakhir SMA. Pasien saat
ditanyakan nama dapat menjawab dengan benar dan selama wawancara
berlangsung pasien terlihat kooperatif. Orientasi orang, waktu, dan tempat
baik. Ppasien mengeluh tidak sakit dan masih sehat. Pasien dikatakan putus
obat 3 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan dirinya selalu curiga ketika bertemu orang banyak
karena merasa dirinya akan disantet dengan komputer. Pasien mengaku sebagai

12
pelatih kopasus, pelatih dunia dan pembuat pura di Jerman, Inggris, dan
dibawah laut. Pasien mengaku mendapat bisikan di telinga oleh dewa-dewi dan
presiden dunia untuk membuat pura. Pasien juga mendapat bisikan dari
leluhurnya yang menyuruhnya untuk memukul orang yang dicurigai akan
menyantetnya. Pasien juga mengaku merasa sering keluar rumah malam hari
karena merasa dikejar-kejar oleh “rangda”. Pasien juga mengatakan dapat
melihat leluhurnya dan bayangan berjubah hitam. Pasien juga mengaku tidak
dapat mengendalikan tubuhnya akibat kekuatan yang diberikan oleh
leluhurnya.
Adik pasien mengatakan bahwa pasien merupakan orang berkepribadian
terbuka. Pasien sebelumnya pernah dirawat di RSJ Provinsi Bali tahun 2014.
Pasien dikatakan putus obat sejak tahun 2015 karena tangan dirasakan gemetar
dan badan lemas. Pasien dikatakan tidak teratur makan, minum, dan mandi.
Aktivitas sehari-sehari dikatakan terganggu. Pasien dikatakan tidak bisa tidur
setiap malam karena merasa dikejar kejar “rangda”.
Pada status interna dan status neurologi diperoleh hasil dalam batas
normal. Pada status psikiatri didapatkan kesan umum penampilan tidak wajar,
raut wajah sesuai usia, kontak verbal dan visual cukup. Mood dan afek
didapatkan alektimia dan inappropriate. Bentuk pikir non logis non realis
dengan arus pikir asosiasi longgar. Isi pikir saat ini terdapat waham kejaran,
waham kebesaran, dan waham curiga. Pada persepsi saat ini terdapat halusinasi
visual dan auditorik. Sedangkan ilusi tidak ada. Pada pasien memiliki
insomnia, terdapat hipobulia dan raptus. Psikomotor pasien meningkat selama
pemeriksaan dengan tilikan derajat I.

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Skizofrenia paranoid (F20.0)
2. Gangguan kepribadian paranoid (F 60.0)
3. Gangguan waham menetap (F22.0)

VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL


Axis I : Skizofrenia paranoid
Axis II : Ciri kepribadian paranoid

13
Axis III : Hipertensi urgency grade II
Axis IV : Masalah primary support group
Axis V : GAF saat ini 30-21

VII. PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Halloperidol 2x10 mg per hari
Diazepam 1x 10 mg per hari
Konsul interna :
Captopril 1 x 25 mg, ramipril 1x5 mg, amlodipin 1x5 mg
B. Non-medikamentosa.
1. Pasien disarankan tetap rutin kontrol ke Poliklinik Jiwa untuk
mendapatkan pengobatan yang berkelanjutan, pemantauan
perkembangan serta efek samping obat yang ada.
2. Psikoterapi suportif
3. Psikoterapi keluarga

VIII. PROGNOSIS
Diagnosis : Skizofrenia paranoid : Buruk
Onset umur : Masa dewasa akhir : Buruk
Perjalanan penyakit : Kronis : Buruk
Faktor genetik : ada : Buruk
Pendidikan : SMA : Baik
Status pernikahan : Sudah menikah : Baik
Perhatian keluarga : Cukup : Baik
Lingkungan ekonomi : Cukup : Baik
Faktor pencetus : Jelas : Baik
Kepatuhan terapi : Tidak patuh : Buruk
Ciri kepribadian : kepribadian paranoid : Buruk
Penyakit organik : hipertensi urgency grade II : Buruk
Kesimpulan : Mengarah ke buruk (Dubia ad malam)

14
LAMPIRAN

III. Denah Rumah Pasien


U

1
3 4 5
S

6
2

Jalan Raya Nyuh Kuning

Keterangan:
1 : Rumah kakak pasien
2 : Rumah adik pasien
3 : Merajan
4 : Bale Dangin (2 kamar tidur dan 1 kamar mandi)
5 : Ruang tamu
6 : Dapur

15
IV. Silsilah Keluarga

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

PASIEN

16
V. Dokumentasi

Gambar 1. Rumah pasien bagian luar

Gambar 2. Rumah pasien bagian dalam

17
Gambar 3. Kamar pasien

Gambar 4. Benda-benda di kamar pasien

18

Anda mungkin juga menyukai