Anda di halaman 1dari 22

Status Ujian Psikiatri

Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Oleh:
Goentor Priambodo Joeang
030.11.116

Penguji:
dr. Arundhati N. Aji, SpKJ
dr. Prianto Jatmiko, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI

SEPTEMBER - OKTOBER 2016


Status Psikiatri
Nama : Goentr Priambodo Joeang
Dokter Penguji :
1) dr. Arundhati N. Aji, SpKJ

NIM : 030.11.116/ FK Trisakti


Tanda Tangan :
1)
2)

2) dr. Prianto Jatmiko, SpKJ

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap

: Tn. Y

Tanggal Lahir

: 15/3/1963

Umur

: 53 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status Perkawinan

: Sudah Menikah

Pendidikan Terakhir

: Tamat SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Kristen

Alamat

: Daan Mogot

Dokter yang Merawat

: dr. Agung, SpKJ

Tanggal Masuk RSJSH

: 19/9/2016

Ruang Perawatan

: Ruang Nuri

Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga

: Diantar Polisi

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis
Tanggal 23, 24, 25, dan 27 September 2016 pukul 10.00 WIB di bangsal
Nuri Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan.
Alloanamnesis
Tanggal 24 Juli 2016, pukul 19.00 WIB via telepon dengan
kakak dan istri

pasien

A. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh polisi ke IGD RSJSH karena memukul adik ipar dan
tetangganya.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar Polisi ke IGD RSJSH karena memukul adik iparnya
dan tetangga. Pasien mengaku hal tersebut dilakukannya karena pasien
merasa kesal adik iparnya mengganggu proyek besar yang sedang
dikerjakannya. Pasien mengaku proyek tersebut tidak boleh ada yang tahu
bahkan dokter sekalipun. Saat dikonfirmasi ke istri pasien, ternyata proyek
tersebut hanya hayalan pasien saja. Sudah 5 hari SMRS pasien tampak
sering mengurung diri di kamarnya dan mulai mengganggu aktivitas
sehari-hari seperti membantu istri berjualan di toko. Pasien juga terlihat
jarang tidur, keluarga pasien mengatakan pasien sering pergi berlari
malam-malam. Pasien juga pernah membagi-bagikan uang ke orang-orang
yang tidak dikenal. Selain itu keluarga mengeluhkan sifat pasien yang
berubah menjadi lebih emosional, mudah marah terhadap hal-hal sepele.
Saat diwawancarai di bangsal pasien tampak aktif, berjalan kesana
kemari mengelilingi bangsal dengan botol air mineral ukuran 1 Lt
berisikan air botol dikepala. Saat ditanya kenapa pasien melakukan hal
tersebut pasien menjawab sedang latihan untuk memecahkan rekor lari 10
KM dalam waktu 2 menit. Saat ditanya apakah mungkin manusia dapat
berlari 10 KM dalam waktu 2 menit pasien diam saja tidak menjawab.
Lalu ketika ditanya apakah ada seseorang menyuruh pasien untuk
melakukan hal tersebut, pasien juga diam tidak menjawab. Setiap hendak
diwawancara pasien selalu menghindar dan apabila menjawab pertanyaan
hanya sepotong-sepotong saja. Pasien selalu mondar-mandir keliling
bangsal jarang sekali terlihat pasien berdiam diri ataupun duduk di satu
tempat. Sekali pernah pasien duduk-duduk di sofa, pasien terlihat sedang
melamun memikirkan sesuatu dengan mata yang berkaca-kaca. Saat
dihampiri dan ditanya bagaimana kabarnya pasien menjawab baik,
namun saat diajak berbicara hal-hal lain pasien tidak menjawab. Saat

ditanyakan apakah ada sesuatu yang mengganggu atau bapak pikirkan


pasien tampak marah dan menjawab dokterkan pintar dan tahu segalanya
ga usah lah nanya-nanya. Lalu pemeriksa menjelaskan saya tidak
mungkin tahu permasalahan bapak kalau bapak tidak menjelaskan
permasalahan bapak ke saya, lalu pasien mau menceritakan masalahnya.
Pasien mengatakan bahwa pasien sedang memikirkan sesuatu hal yang
tidak terbatas sehingga pasien harus memikirkan itu. Saat ditanyakan apa
yang dimaksud pasien dengan sesuatu hal yang tidak terbatas, pasien
tampak kesal dan menjawab ini orang mau nanya atau ngajakin adu
karate. Pasien mengatakan sudah dirawat di bangsal nuri selama 5 hari.
Pasien mengaku sudah mengidap penyakit ini selama 20 tahun.
Awalnya terjadi saat pasien kuliah di jerman barat mengambil jurusan
tehnik elektro. Pasien mengatakan tidak lulus saat ujian akhir kemudian
pasien dirawat di RSJ di jerman sebelum akhirnya dipulangkan ke
Indonesia. Saat ditanyakan adakah suara-suara orang yang berbicara tetapi
tidak ada wujudnya pasien mengatakan tidak ada, itu hanya akal-akalan
dokter saja supaya saya dirawat. Pasien mengatakan telah menyelesaikan
pendidikannya di jerman walaupun terganggu karena sempat dirawat di
RSJ. Pasien mengatakan tinggal melakukan ujian ulang saja sehingga
pasien bisa menyelesaikan pendidikannya. Pengakuan tersebut berbeda
dengan pernyataan keluarga setelah dilakukan konfirmasi.
Pasien mengaku memiliki penelitian di korea tentang tenaga nuklir.
Saat wawancara pasien menjelaskan dengan bahasa inggris sehingga sulit
untuk memahai isi cerita dari pasien. Pasien juga mengaku menguasai 3
bahasa yaitu mandarin, inggris dan jerman. Pasien mengaku memiliki
usaha di bidang migas. Saat dikonfirmasi ke keluarga hal tersebut tidak
benar.
Istri pasien mengatakan bahwa pasien memang sering berbicara
ngelantur seperti itu. Sering menghayal seakan-akan pasien adalah orang
yang hebat. Istri pasien menyimpulkan hayalan tersebut akibat pasien tidak
bisa menerima kegagalannya saat kuliah di jerman. Pasien juga sering
curiga terhadap istrinya, menuduh istri selingkuh apabila istri pasien

pulang malam. Istri pasien juga mengatakan bahwa pasien sering curiga
kepada mertuanya, menganggap mertuanya tidak menyukai pasien dan
terlalu mencampuri urusan pasien sehingga saat diwawancarai pasien
sempat mengatakan bahwa pasien benci sekali dengan mertuanya.
Keluarga pasien mengaku pasien rutin meminum obat. Obat yang didapat
dari perawatan terakhir adalah abilify 1x10 mg dan Depakote 1x500 mg
pagi, olanzapine 1x10 mg siang dan clozapine 1x100 mg malam. Namun
pasien mengeluh jadi tidur terus, sehingga saat control obat olanzapine dan
clozapine diturunkan dosis. Setelah perawatan yang terakhir istri pasien
mengakui terdapat perbaikan. Pasien jadi mampu beraktivitas kembali
membantu istri berjualan di toko, mengurus pekerjaan rumah seperti
menyapu, mengepel, dan berinteraksi dengan keluarga. Pasien tidak
pernah berinteraksi dengan tetangganya karena menurut istri pasien
tetangga tidak ada yang mau menerima penyakit pasien. Saat pasien sudah
merasa sembuh pasien tidak mau meminum obat lagi, pasien pun sering
marah apabila diingatkan untuk meminum obat.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pertamakali pasien sakit saat tahun 1988, 26 tahun lalu saat
pasien menjalani pendidikan di jerman barat. 1 tahun setelahnya pasien
pulang ke Indonesia dan menjalankan perawatan di Indonesia. Selama
di Indonesia keluarga maupun pasien lupa sudah berapa kali dirawat.
Terakhir kali pasien dirawat sekitar tahun lalu dengan keluhan yang
sama.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengaku tidak pernah sakit lainnya. Pasien pernah cek
kesehatan dikatakan tekanan darah, gula darah normal tetapi kolesterol
cukup tinggi. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu
ecara rutin, tidak pernah mengalami kecelakaan atau trauma kepala
akhir-akhir ini. Tidak pernah mengalami kejang-kejang. riwayat
demam disangkal.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Riwayat

penggunaan

NAPZA

dan

alkohol

disangkal. Pasien memiliki Riwayat merokok 1 bungkus


sehari.
D. Grafik Perjalanan Penyakit

19 september 2016 pasien masuk RSJSH dibawa polisi karena memuk


tahun SMRS pasien dirawat di RSJSH karena marah-marah dan sering menghayal sebagai orang yang suksues

Setelah lepas dari perawatan pasien tampak lebih stabil, pasien mampu beraktivitas sehari-hari seperti berkerja me
26 th lalu pasien masuk RSJ di jerman barat akibat gagal pada ujian akhir pada saat pasien menjalani pendidikan di tehnik elektro

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Kakak
pasien dan pasien tidak tahu pasti proses kelahirannya bagaimana. Riwayat
komplikasi kelahiran dan trauma lahir tidak diketahui. Cacat bawaan tidak
ada.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak Awal ( 0 3 tahun )
Pasien tidak ingat mengenai proses tumbuh kembang pasien
dan

pasien tidak ingat mengenai masa kanaknya.

b. Masa Kanak Pertengahan ( 3 11 tahun )


Menurut kakak pasien tumbuh kembang pasien sama seperti
anak lain yang seusia dengannya.

c. Masa Kanak Akhir ( Pubertas dan Remaja )


Hubungan dengan anggota keluarga baik. Saat remaja dan
pubertas, pasien memiliki banyak teman akrab. Ia tidak pernah
merasa curiga terhadap orang lain akan berbuat jahat padanya.
Ia termasuk anak yang baik-baik, tidak pernah berperilaku
aneh-aneh. Tidak suka melakukan hal-hal yang menarik perhatian.
Tidak haus pujian. Ia idak suka bergantung pada orang lain. Ia
tipikal orang yang suka bersih-bersih. Ia suka menata barang.
Semua harus tertata rapi.

3. Riwayat Pendidikan
Pasien tidak memiliki masalah selama sekolah SD hingga SMA. Ia
memiliki prestasi yang bagus. Kakak pasien mengakui adiknya selalu juara
kelas saat sekolah. Setelah lulus pasien dapat beasiswa dan melanjutkan
pendidikan di jerman barat jurusan di tehnik elektro.
4. Riwayat Pekerjaan
Sehari hari pasien hanya membantu-bantu istri berjualan di toko
miliknya sendiri. Istri pasien mengatakan tidak ada hambatan pada pasien
dalam menjalankan pekerjaannya. Bahkan apabila istri pasien pergi, pasien
mampu menunggu toko sendirian. Selain itu pekerjaan pasien sehari-hari
mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel. Namun 1
minggu terakhir pasien sudah tidak mampu untuk berkerja lagi karena
mulai kambuh penyakitnya.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen, termasuk orang yang rajin beribadah.
Setiap minggunya rutin ke gereja dan dirumah pun sering memutarkan
lagu-lagu yang berisi puji-pujian kepada tuhan.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien sudah menikah sekitar 18 tahun lalu. Ia dikarunia seorang
anak perempuan yang kini sudah berusai 17 tahun. Kakak pasien
mengatakan pasien bertemu istrinya di RSJSH, namun kakak pasien tidak

tahu bagaimana cerita lengkapnya. Pasien merupakan keluarga yang cukup


harmonis.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien terlibat masalah dengan aparat penegak hukum hanya kali
ini saja, sebelumnya tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang
terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Dahulu pasien memiliki banyak teman dekat. Saat ini pasien tidak
memiliki teman dekat. Istri pasien mengatakan pasien memiliki masalah
dalam berinteraksi dengan tetangga. Menurut istri pasien hal tersebut
karena tetangga pasien yang tidak mau menerima pasien karena
penyakitnya. Pasien sendiri cenderung senang menyendiri mambaca buku.
F. Riwayat Keluarga
Istri pasien mengatakan pasien sangat dekat dengan anak dan
istrinya karena mereka yang sehari-hari ada di rumah. Sedangkan dengan
sanak saudara lain kurang dekat karena keluarga pasien tinggal di medan.
Hubungan pasien dengan keluarga dari istrinya juga baik bila sedang tidak
dipengaruhi dengan penyakitnya. Di keluarga pasien ada yang mengidap
gangguan jiwa juga yaitu kakaknya yang kedua. Kini kakaknya tinggal
dimedan dengan ibunya dan adik-adiknya sedangkan ayahnya sudah
meninggal sejak lama.

Genogram Keluarga:

Keterangan :
: Laki laki

: Gangguan jiwa

: Perempuan

: Meningggal

: Pasien

: Tinggal serumah

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien mengakui mengalami gangguan jiwa namun pasien enggan
untuk menceritakan lebih lanjut.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 27 September 2016)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien

seorang

laki-laki,

tampak

sesuai

dengan

usianya,

mengenakan seragam RSJSH lengan pendek berwarna hijau, dengan


celana kain. Rambut pendek, sudah mulai beruban. Pasien tampak bersih,
perawatan diri cukup. Kontak mata buruk.
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Pasien tampak hiperaktif, berjalan kesana kemari mengelilingi
bangsal dengan botol air mineral ukuran 1 Lt dikepalanya.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap tidak kooperatif cenderung negativistik terhadap
pemeriksa.
5. Pembicaraan
Pasien berbicara spontan, Isi bicara sedikit, volume suara agak
keras, intonasi suara meninggi, artikulasi baik. Pasien menjawab semua
pertanyaan sedikit sedikit dan dengan kesal. Tidak terdapat hendaya atau
gangguan berbicara
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood

: irritable

2. Afek

: terbatas

3. Keserasian

: serasi

C. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi

: Tidak ada

b) Ilusi

: Tidak ada

c) Depersonalisasi

: Tidak ada

d) Derealisasi

: Tidak ada

D. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas

: cukup ide

b. Kontinuitas

: koheren

c. Hendaya

: tidak ada

2. Isi Pikir
a. Preokupasi

: Tidak ada

b. Waham

: waham kebesaran dan rujukan

c. Obsesi

: Tidak ada

d. Fobia

: Tidak ada

E. Fungsi Intelektual
Taraf Pendidikan
Pengetahuan

Tamat SMA
Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia

Umum
Kecerdasan
Konsentrasi dan

saat ini adalah pak Jokowi)


Cukup
Konsentrasi dan perhatian baik (pasien dapat

Perhatian
Orientasi

menghitung berapa lama dia sakit)

Waktu

Baik (Pasien dapat membedakan pagi, siang dan

Tempat

malam hari)
Baik (Pasien mengetahui dirinya sekarang berada di
RSJ Soeharto Heerdjan Grogol Jakarta).

Orang

Baik (Pasien mengetahui sedang diwawancara oleh


dokter muda).

Daya Ingat
-

Jangka

Baik (pasien dapat mengingat siapa nama istrinya)

Panjang
-

Jangka

Baik (pasien mengingat sudah makan pagi dan

Pendek

mengingat menu apa saja yang dimakan).

Segera

Baik (pasien dapat mengingat nama pemeriksa).

Pikiran Abstrak
Visuospasial

Sulit dinilai
Baik (pasien dapat menjelaskan letak rumahnya).

Kemampuan

Baik (pasien bisa makan, minum, mandi serta

Menolong Diri

merawat diri sendiri).

F. Pengendalian Impuls
kurang (saat diwawancara pasien tampak tenang namun sesekali marah)
G. Daya Nilai

Daya Nilai Sosial


Baik (saat diobservasi pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada
teman-temannya selama di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada
perawat dan dokter, dan mengetahui bahwa membuang sampah harus di
tempat sampah).

Uji Daya Nilai


Sulit dinilai.

Daya Nilai Realita


Terganggu (terdapat waham kebesaran)
H.

Tilikan

Derajat 3 (pasien mengaku sakit namun menyalahkan orang lain)


I.

Reliabilitas : Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK


Keadaan Umum

: Baik, tampak tenang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 96x/ menit

Suhu

: 36,8 oC

Pernafasan

: 20x/ menit

Status Generalis:
Kepala

: Normocephali, rambut sebagian beruban, distribusi


rambut
merata

Mata

: Pupil bulat, isokor, simetris, reflex cahaya +/+,

konjungtiva
anemis -/-, sclera ikterik -/Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum -/-, secret -/-

Telinga

: Normotia, membrane timpani intak, nyeri tekan tragus -/-

Mulut

: Kelembaban mukosa DBN, sianosis (-), trismus (-)

Lidah

: Dalam batas normal

Gigi Geligi

: gigi berlubang (+)

Uvula

: Letak ditengah, hiperemis (-)

Tonsil

: T1-T1, tenang, hiperemis (-)

Tenggorokan

: Faring hiperemis (-)

Leher

: Tidak teraba pembesaran kelenjar KGB dan tiroid.

Paru

: Bentuk dada normal, simetris, retraksi (-)


Suara napas vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

: BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: datar, Supel, NT (-), BU (+), normal

Ekstremitas

: Akral hangat, deformitas (-), edema (-), CRT< 2 detik

Genitalis

: Tidak diperiksa (Tidak ada indikasi)

Kulit

:Sawomatang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,

kelembaban normal, efloresensi (-)

Status Neurologis
Saraf karnial
Tanda rangsang meningeal
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Motorik
Sensorik
Fungsi Luhur
Gangguan Khusus
Gejala EPS

: Dalam batas normal


: Tidak ada
: Dalam batas normal
: Tidak ada
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Baik
: Tidak ada
: Akatsia (-), bradikinesia (-),
rigiditas (-),
tonus otot DBN, resting
tremor
(-), dystonia (-)

VI. RESUME
Pasien di bawa ke RSJSH oleh polisi pasien karena memukul adik
ipar dan tetangganya. Hal tersebut dipicu akibat waham pasien yang
mengatakan adik iparnya mengganggu proyek besar yang sedang
dikerjakannya. 5 hari SMRS pasien tampak menarik diri, tidak beraktifitas
seperti sebelumnya, tampak irritable, kebutuhan tidur yang berkurang,
aktivitas fisik yang meningkat dan menghambur-hamburkan uang . istri
pasien mengaku bahwa pasien sulit untuk mengkonsumsi obat dengan
teratur karena sudah merasa sembuh. Riwayat trauma kepala (-), epilepsy
(-). Riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol disangkal. Pasien menarik
diri dari sosial, tidak bekerja sejak sekitar 1 minggu SMRS.
Riwayat keluhan psikiatri sebelumnya (+), riwayat rawat inap
berkali-kali pasien tidak ingat, terakhir tahun lalu di RSJSH. Obat
terakhir yang dikonsumsi abilify 1x10, Depakote 1x500mg, olanzapine
1x10mg dan clozapine 1x100 mg. Efek samping obat yag dialami pasien
jadi sering tidur sehingga oleh dokter dosis nya diturunkan 1/2.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran CM, perilaku hiperaktif, tanda
vital normal. Status generalis dan neurologis dalam batas normal. Status
mental saat diajak bicara spontan isi bicara sedikit, volume agak keras,
intonasi meninggi. Perubahan alam perasaan mood irritable, afek terbatas,
serasi. Gangguan isi pikir yakni waham kebesaran. Tilikan derajat 3.

Kepribadian sebelum sakit pasien adalah seorang yang suka


dengan keteraturan dan kerapihan.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis Aksis 1
Berdasarkan resume, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:

Gejala klinis yang bermakna berupa perubahan perilaku (marahmarah, menarik diri dari social), pikiran (waham), perasaan
(irritable)

Disabilitas : hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi


sehari-hari. Pasien tidak berinteraksi dengan keluarga, hanya
berdiam diri di kamar, pasien juga tidak mampu membantu
pekerjaan istri seperti sebelumnya.

Distress/penderitaan: pasien mengaku banyak hal yang dipikirkan.

2. Termasuk F20.0 karena:


F0 tersingkir karena berdasarkan anamnesis tidak ada
gangguan medik umum (tidak ada riwayat cedera kepala
sebelum gejala timbul, demam, kejang, maupun riwayat
penyakit fisik lainnya yang dapat mempengaruhi sistem saraf
pusat). Pada pemeriksaan fisik saat ini tidak ditemukan

kelainan neurologis.
F1 dapat disingkirkan karena berdasarkan anamnesis tidak ada

riwayat penggunaan zat psikoaktif maupun alkohol


F20.0 karena memenuhi pedoman diagnostic yakni:
Termasuk gangguan psikotik karena ada hendaya dalam
menilai realita.
Memenuhi kriteria umum skizofrenia.
a) Terdapat waham yang menonjol (waham kebesaran).
b) Terdapat gejala-gejala negatif seperti, afek terbatas,
penarikan diri dari pergaulan social, hilangnya minat
c) Gejala sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan.
d) Gejala katatonik tidak ada

Diagnosis Aksis II
Pasien memiliki ciri kepribadian anankastik karena ia suka dengan
keteraturran. Ia suka menata barang-barang. Harus terlihat rapi..
Diagnosis Aksis III
Pada anamnesa pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik.
berdasarkan pemeriksaan fisik dalam keadaan normal.
Untuk memastikan ada tidaknya penyakit fisik perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang. Usulan pemeriksaan laboratorium: darah rutin,
kadar GDP & GD2PP, profil lipid.
Diagnosis Aksis IV
Masalah dengan lingkungan sosial

pasien)
Masalah pekerjaan

: Ada (lingkungan mengucilkan


: Ada (pasien tidak bekerja)

Diagnosis Aksis V
-

GAF Current :40-31 (disabilitas dalam menilai realita seperti munuclnya


waham, disabilitas menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari, tidak

mempunyai teman).
GAF HLPY : 70-61 Gejala ringan dan menetap (waham ada tetapi
sangat jarang muncul), secara umum fungsi masih baik (pasien mampu
bekerja)

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

: F25.0 Skizoafektif tipe manik

Aksis II

: Ciri kepribadian anankastik

Aksis III

: tidak ada

Aksis IV

: Masalah dengan lingkungan sosial dan pekerjaan

Aksis V

: GAF Saat masuk: 40-31


GAF HLPY: 70-61

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi

: Tidak ada
B. Psikologik

: waham kebesaran dan rujukan


C. Sosiobudaya
: Pasien melakukan penarikan diri dari sosial

X. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:

Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan

2. Psikofarmaka
Aripiprazole 1x10 mg p.o
Depakote 1x500 mg p.o
3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga diedukasi mengenai penyakit yang dialami pasien,
gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan, pilihan
obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien

Menunjukan empati dan sikap optimistik

Bantu pasien identifikasi dan mengekspresikan emosinya dan


membantu untuk mengungkapkan seluruh permasalahannya
(ventilasi)

Mengajarkan cara distraksi halusinasi atau waham yang dialami


oleh pasien

Memberikan reward jika pasien mampu mengikuti kegiatan terapi


dengan baik.

Psikoedukasi pada keluarga pasien

Melibatkan keluarga dalam pemulihan, pertama memberikan


apresiasi atas kepedulian istri pasien yang mengantar berobat
selama ini. Memberikan penjelasan bahwa pasien masih harus
terus berobat terbukti dengan berhenti minum obat, gejala mulai
timbul kembali.
Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi pasien

minum obat.

Memberi saran untuk meningkatkan hubungan pasien dengan


anggota keluarga lainnya dengan mengajak silaturahmi ke rumah
anggota keluarga lainnya agar mendapat lebih banyak dukungan.

Memotivasi pasien untuk bekerja atau menjalani hobinya agar


tidak hanya berfokus pada gangguan yang dialaminya

5. Sosioterapi

Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa


latihan keterampilan sosial di RSJSH.

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organic,


tidak ada keinginan atau percobaan bunuh diri)

Quo ad functionam

: Dubia ad bonam ( berdasarkan anamnesis saat pasien


rutin minum obat kualitas hidup pasien cukup baik, ia
mampu bekerja dan menjalankan aktivitas sehari-hari
dengan cukup baik).

Quo ad sanationam

: Dubia ad malam (pasien selalu tidak mau minum obat


jika sudah merasa sembuh, hanya istri pasien yang
mengontrol minum obat)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Faktor yang Memperingan:
Masih adanya dukungan dari keluarga untuk merawat pasien.
b. Faktor yang Memperberat:

Perilaku penarikan diri


Cenderung dikucilkan oleh tetangga
Komplians minum obat kurang

Lampiran 1

Guideline terapi antipsikotik

Sumber: American Psychiatric Association, 2010

Anda mungkin juga menyukai