Anda di halaman 1dari 17

I.

DATA PRIBADI
Nama : Tn.E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 28 November 1970
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kp. Genbrong RT 04/ RW 01 Desa Ciadeg Kec.
Cigombong Kab. Bogor
Masuk IGD Psikiatri : 24 Juli 2010
Masuk R. Kresna : 24 Juli 2010
Masuk R. Gatot Kaca : 31 Juli 2010

Pasien masuk RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) diantar oleh keluarga pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Data diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 17 sampai 19 Agustus
2010, dan alloanamnesis dari istri, adik pasien, pada tanggal 21 Agustus 2010, dan
dari hasil kunjungan rumah serta berdasarkan hasil observasi dari catatan medis
pasien.

A. Keluhan Utama
Pasien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM) dengan keluhan
utama marah-marah, mengancam, mudah tersinggung serta bicara dan tertawa
sendiri sejak 1 bulan SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke RSMM pada tanggal 24 Juli 2010 diantar oleh
keluarganya karena marah-marah, mengancam, mudah tersinggung serta bicara
dan tertawa sendiri sejak 1 bulan SMRS. Selain itu pasien juga merusak alat-alat

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 1


rumah tangga (misalnya membanting pintu, asbak dan lain-lain), susah tidur,
mudah tersinggung, tidak mampu merawat diri, keluyuran dan kadang
mengancam akan membunuh istrinya. Pasien mengaku sejak beberapa tahun
terakhir berhenti minum obat yang diberikan oleh dokter di RSMM. Pasien
mengatakan obatnya tidak enak dan merasa kondisinya sudah lebih baik sehingga
tidak mau lagi untuk minum obat.
Pasien sering merasa curiga terhadap istrinya sendiri, sehingga pasien
sering bertengkar dengan istrinya karena pasien merasa istrinya selingkuh dengan
orang lain karena sering pulang malam saat bekerja. Pasien merasa mengalami
sakit jiwa karena cemburu yang berlebihan terhadap istrinya. Ketika bertengkar
dengan istrinya, tak jarang pasien juga melakukan kekerasan. Namun pasien
mengaku tidak pernah melakukan percobaan untuk bunuh diri.
Pasien juga mengaku kadang mendengar suara bisikan. Namun pasien
tidak dapat menangkap pesannya karena diucapkan dengan cepat dan singkat.
Pasien merasakan suara tersebut datang dari dalam hatinya yang menyuruhnya
untuk melakukan sesuatu. Selain itu pasien juga kadang sering mengalami
halusinasi dengan melihat roh-roh namun tidak begitu jelas karena berupa
bayangan putih.
Menurut catatan medis, pasien pertama kali di rawat di bangsal Kresna (24
Juli 2010), keadaaan pasien tampak bingung dan selalu ingin pulang. Pasien juga
kadang mendengar bisikan-bisikan. Setelah ± 1 minggu di rawat, keadaan pasien
sudah membaik dan pasien dipindahkan ke ruang Gatot Kaca (31 Juli 2010). Di
bangsal itu, pasien sudah mulai jarang mendengar bisikan-bisikan maupun melihat
bayangan-bayangan. Jika suara bisikan muncul, pasien berusaha untuk tidak
memperdulikannya sampai suara tersebut hilang. Saat ini, pasien mengatakan
tidak mendengar bisikan-bisikan maupun melihat bayangan dan tampak tenang.
Di rumah sakit, pasien mendapatkan pengobatan dengan Haloperidol,
Chlorpromazine dan Triheksilphenidyil.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 2


Menurut keluarga pasien, sekitar dua tahun yang lalu (2008), pasien mulai
bingung, bicara sendiri, menyendiri, mengurung diri didalam kamar, merusak alat
rumah tangga, menganggu lingkungan, mudah tersinggung, sukar tidur bahkan
tertawa sendiri. Keluarga pasien merasa perubahan perilaku pada pasien terjadi
akibat stres karena kesulitan ekonomi. Kemudian pasien menjadi sering curiga
dan menuduh orang lain terutama istrinya berbuat salah. Melihat perilaku aneh
tersebut akhirnya keluarganya membawa pasien berobat ke RSMM pada tahun
2008 dan dirawat di ruang Gatot Kaca hingga Desember 2008 dan diteruskan
dengan rawat jalan.
Setelah beberapa bulan rawat jalan, pasien berhenti minum obat yang
diberikan oleh dokter di RSMM sejak bulan agustus 2009. Pasien mengatakan
obatnya tidak enak dan merasa kondisinya sudah lebih baik sehingga tidak mau
lagi untuk minum obat.
Pada saat pasien dalam kondisi sehat, pasien berprilaku secara normal dan
tidak mengeluarkan kata-kata kasar. Pasien juga dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik yang terlihat dengan ketekunannya membantu ibu dan adik-adiknya
dalam melakukan pekerjaan rumah tangga serta dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak pernah mengalami kejang, epilepsi, diabetes mellitus, asma,
penyakit jantung, penyakit paru dan penyakit lainnya yang mengharuskan pasien
minum obat terus menerus dalam waktu yang lama.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol


Menurut pasien dan keluarganya, pasien mulai merokok sejak umur ± 16
tahun. Pasien merokok sekitar 3-6 batang sehari. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi alkohol maupun obatan terlarang.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Prenatal dan Perinatal

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 3


Berdasarkan alloanamnesis dari ibu pasien, pasien lahir ditolong oleh
bidan di rumah, ibu pasien lupa berat badan dan tinggi lahir pasien. Ibu pasien
mengatakan bahwa pasien lahir secara normal dan cukup bulan.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tidak ingat masa kanak-kanaknya. Ibu pasien mengatakan, pasien
tumbuh dan berkembang sesuai anak seusianya.
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Menurut kelurga pasien, pasien tidak menjalani masa pendidikan Taman
Kanak-Kanak (TK). Pasien pertama kali menjalani pendidikan yaitu di Sekolah
Dasar (SD) di SDN 1 Cigombong. Selama pendidikan di Sekolah Dasar, pasien
tidak pernah tinggal kelas. Sejak kecil pasien merupakan anak yang pendiam dan
penurut. Pasien juga tidak pernah melanggar aturan tata tertib sekolah.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mulai banyak teman saat duduk di
bangku SD. Pasien sudah mampu bersosialisasi dengan baik meskipun kadang
tertutup terhadap temannya jika mempunyai masalah.
5. Masa-masa Dewasa
 Riwayat Pendidikan
Pasien hanya menyelesaikan sekolahnya sampai ke jenjang SD
(1983, 13 tahun). Pasien tidak pernah tinggal kelas selama masa sekolah.
 Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku saat ini tidak bekerja. Dahulu pasien sempat
bekerja sebagai sukarelawan di puskesmas Caringin dekat tempat pasien
tinggal namun tidak diteruskan lagi karena malas.
 Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku sudah menikah. Sebelumnya pasien juga
mengaku belum pernah pernah pacaran karena merasa minder jika ketemu
wanita.
 Riwayat Agama
Pasien beragama Islam. Ibu pasien mengatakan bahwa sejak kecil
pasien rajin sholat dan mengaji. Pasien mulai jarang sholat dan mengaji
sejak pasien sakit. Selain itu pasien juga jarang mengikuti aktivitas di
masjid.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 4


 Aktivitas Sosial
Pasien mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan rumahnya seperti karang taruna atau remaja masjid. Pasien
mengatakan banyak memiliki teman baik di lingkungan rumah maupun di
lingkungan RSMM. Pasien hanya sekali dikunjungi oleh adiknya saat
pasien berada di ruang Kresna.

 Riwayat Pelanggaran Hukum


Menurut ibu pasien, pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran
hukum dan tidak pernah ditangkap polisi.
 Riwayat Pelanggaran Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

E. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal di rumah orang tua. Rumah tersebut memiliki tiga kamar.
Pasien tinggal bersama ibu, ayah, kedua adiknya, dan suami adiknya. Jika pasien
tidak bekerja, penghasilan keluarga di dapat dari hasil kerja istrinya sebagai sales.

F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Pasien menyangkal
kalau di keluarga terdapat penyakit gula,jantung,darah tinggi dan ginjal. Selain
itu,di keluarga tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

= Laki-Laki = Pasien

= Wanita

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 5


G. Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai
Pasien mengatakan tidak punya cita-cita dan fantasi. Pasien berharap
segera keluar dari Rumah Sakit. Pasien ingin bertemu istri dan anaknya serta
secepatnya mencari pekerjaan.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Berdasarkan pemeriksaan pada tanggal 17 sampai 19 Agustus 2010 :
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien laki-laki, tampak sesuai usia, berpakaian rapi namun kurang bersih,
rambut hitam dengan kumis dan jenggot, kesan gizi cukup.
b. Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien tenang, tidak terdapat gerakan atau aktivitas yang tak bertujuan. Kontak
mata pasien dengan pemeriksa baik.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien bersikap kurang kooperatif terhadap pemeriksa.

2. Mood dan Afek


a. Mood : Euthym
b. Afek : Tumpul dan terdapat keserasian antara emosi dan isi pikiran
(appropriate)

3. Pembicaraan
Pasien menjawab setiap pertanyaan pemeriksa. Pasien bicara spontan, volume
sedikit kecil, intionasi rendah dan artikulasi kurang jelas. Pasien selalu mengatakan
“tidak tahu” dan “lupa”.

4. Gangguan Persepsi
Pada saat dilakukan pemeriksaan pasien tidak terdapat halusinasi auditorik
maupun visual. Terdapat riwayat adanya halusinasi dengan bisikan (comanding) (+)
serta halusinasi lihat berupa roh-roh.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 6


Selain itu, pasien juga tidak memiliki halusinasi taktil karena menyangkal ada
sesuatu yang bergerak di tangan atau bagian tubuh lainnya. Pasien juga tidak memiliki
halusinasi olfaktori karena menyangkal pernah mencium bau-bau yang aneh.

5. Pikiran
a. Proses pikir : Koheren. Mampu menjawab pertanyaan sesuai dengan yang
ditanyakan pemeriksa.
b. Isi pikir : Saat ini tidak ada waham maupun halusinasi. Sebelum masuk
RSMM ada riwayat waham cemburu dan halusinasi.

6. Sensorium dan Kognisi


a. Kesiagaan dan taraf kesadaran : kompos mentis
b. Orientasi
- Waktu : Baik. pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun.
- Tempat : Baik. Pasien dapat menyebutkan bahwa ia berada di RSMM.
- Orang : Baik. Pasien dapat mengenali dokter dari pakaian yang dipakai.
c. Daya ingat
- Jangka panjang : Baik. Pasien dapat menyebutkan tanggal lahirnya dengan
benar
- Jangka mengah : Baik. Pasien dapat mengingat hal yang terjadi saat ia berada
ke rumah sakit.
- Jangka pendek : Baik. Pasien dapat mengingat menu sarapannya di pagi hari
- Segera : Baik, Pasien dapat mengulangi tiga kata benda yang
sebelumnya disebutkan oleh pewawancara (meja, kursi, bola)
d. Konsentrasi dan perhatian: Pasien dapat memusatkan, mempertahankan, dan
mengalihkan perhatian dengan baik. Tes pengulangan 3 angka pun dapat
dilakukan dengan baik.
e. Kemampuan membaca dan menulis: Pasien dapat membaca tulisan yang
diberikan pewawancara. Pasien juga dapat menulis satu kalimat bebas saat
diminta pemeriksa.
f. Kemampuan visuospasial: Pasien dapat menirukan gambar seperti yang
diberikan.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 7


g. Pikiran abstrak: pasien dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk. Pasien
dapat menyebutkan arti dari peribahasa “air susu dibalas air tuba”.
h. Intelegensia dan daya informasi: Pasien hanya dapat melakukan pengurangan
sederhana ( 10 dikurangi 3).

7. Pengendalian Impuls
Baik. Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan dirinya dan tidak
melakukan hal yang membahayakan diri maupun lingkungannya.

8. Daya Nilai dan Tilikan


a. Daya nilai sosial : Baik. Pasien menyadari tindakannya marah-marah tidak baik.
b. Uji daya nilai : Baik, pasien mengatakan apabila menemukan dompet di jalan
maka akan diambil,kemudian dilihat identitasnya dan dikembalikan sesuai dengan
alamat pemiliknya.
c. Penilaian realita : Pada saat pemeriksaan tidak terdapat gangguan realitas pada
pasien. Namun pasien memiliki riwayat gangguan realitas berupa terdapatnya
waham dan halusinasi.
d. Tilikan : Terganggu. Tilikan pasien derajat I yaitu penyangkalan total
terhadap penyakitnya. Pasien merasa dirinya tidak sakit dan pasien sering
menjawab “tidak tahu” atau “lupa” apabila di tanya alasan dia dibawa RSMM.

9. Taraf dapat Dipercaya


Secara keseluruhan pasien cukup dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,7o C
Keadaan gizi : kesan cukup

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 8


Kulit : warna sawo matang, tidak terdapat kelainan kulit
Kepala : normosefali
Rambut : warna hitam, distribusi merata
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : KGB tidak membesar
Paru : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal
Ekstremitas : akral hangat, tidak terdapat oedem, CRT < 2’’

B. Status Neurologis
1. GCS : 15 (E4,V5,M6)
2. Kaku kuduk : Tidak dilakukan
3. Pupil : Bulat,isokor,reflex cahaya
langsung-tak langsung +/+
4. Kesan parase nervus kranialis : (-)
5. Motorik : Kekuatan (5),tonus baik,rigiditas (-
),spasme (-),hipotoni (-),eutrofi,tidak
ada gangguan keseimbangan dan
koordinasi
6. Sensorik : Tidak ada gangguan sensibilitas
7. Reflex fisiologis : Normal
8. Gejala ekstrapiramidal : (-)
9. Gaya berjalan dan postur tubuh : Normal
10. Stabilitas postur tubuh : Normal
11. Tremor di kedua tangan : (-)

C. Status Oftalmologis :
1. Pupil simetris
2. Reaksi cahaya +/+
3. Reaksi kornea +/+

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 9


V. HASIL TEMUAN HOME VISIT

Berikut ini adalah temuan dari hasil kunjungan ke rumah pasien di daerah
Bogor tepatnya di Cigombong pada tanggal 21 Agustus 2010:
 Pasien adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Adik pertama, kedua dan ketiga
telah menikah,dan mereka tidak tinggal bersama pasien.
 Rumah pasien cukup sederhana,memiliki tiga kamar tidur,dan dua kamar mandi.
Namun ventilasi kurang memadai.
 Di rumah pasien tinggal bersama ibu, ayah dan ketiga adiknya yang terakhir.
 Suasana rumah pasien cukup ramai karena banyak anak kecil yang bermain di
depan halaman rumah pasien.
 Menurut ibunya,perilaku pasien di rumah belakangan ini pasien lebih sering
berdiam diri di kamar dan kadang tidur sampai larut malam. Di rumah pasien
lebih sering marah-marah terutama saat istrinya pulang kerja terlalu malam.
 Keluarga selalu menyayangi pasien dan selalu mendukung keinginan pasien.
Menurut ibunya pasien sangat dekat dengan ayah dan ibunya,dan pasien juga
sangat perhatian terhadap anaknya sendiri.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien Tn. S, laki-laki berumur 39 tahun, tamat SD, dibawa oleh keluarganya
ke RSMM pada tanggal 24 Juli 2010 karena marah-marah, mengancam, mudah
tersinggung serta bicara dan tertawa sendiri sejak 1 bulan SMRS.. Pasien mulai
kambuh pada 2010 karena masalah pekerjaan dan ekonomi.
Saat kambuh, pasien menunjukkan gejala dan perilaku berupa tertawa sendiri,
meracau, keluyuran dan menganggu lingkungan. Pasien juga jarang mandi, kurang
tidur dan nafsu makan menurun. Pasien marah-marah dan sering galak kepada istrinya
tanpa sebab yang jelas.
Pasien pertama kali mengalami gangguan pada tahun 2008. Pasien mulai
menunjukkan gejala-gejala seperti mengurung diri di dalam kamar, bingung dan
berbicara sendiri. Kemudian pasien menjadi curiga dan menuduh orang lain terutama
istrinya berbuat salah.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 10


Saat pertama kali dirawat di bangsal psikiatri RSMM, pasien mendengar
bisikan yang menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Saat ini pasien sudah tidak
mendengar suara bisikan.
Saat sedang sehat, pasien berperilaku normal dan tidak mengeluarkan kata-
kata kasar. Pasien juga dapat beraktivitas secara normal dan bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi Narkoba maupun alkohol. Saat ini pasien tidak bekerja dan sudah
menikah dan mempunya seorang anak.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan riwayat halusinasi auditorik dan
halusinasi visual serta adanya waham cemburu.
Pada pasien juga didapatkan fakta bahwa gejala yang muncul kali ini
disebabkan karena pasien putus minum obat setelah dia keluar dari RSMM.

Skema Perjalanan Gangguan Tn. E

2008 2010
Dirawat di 2008-2009 Dirawat di
Gatot Kaca Gatot Kaca
(rawat jalan)

 Marah-marah  Awalnya  Marah-marah


tetap  Waham curiga
 Merusak ART
berobat  Merusak ART
 Keluyuran teratur  Sering
 2009 putus bertengkar
 Tidak bisa tidur
dengan istrinya
 Bicara kacau
obat  Tertawa sendiri
 Mudah
 Halusinasi
tersinggung
dengar dan  Tidak bisa tidur
halusinasi
melihat

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 11


VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan riwayat gangguan pasien, ditemukan adanya riwayat pola
perilaku yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala
yang menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan menimbulkan disabilitas
(disability) dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, berdasarkan
Pedoman dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PPDGJ III), dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita gangguan jiwa.

 Diagnosis Aksis I :
Diagnosis gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan karena pada
hasil wawancara pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, kejang ataupun stroke,
dan hasil pemeriksaan fisik semuanya dalam batas normal.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kondisi medis umum yang
mempengaruhi fungsi otak. Pada pemeriksaan status mental juga tidak ditemukan
gejala-gejala adanya kelainan organik. Oleh karena itu, gangguan mental organik
(F00-F09) dapat disingkirkan.

Menurut PPDGJ III :

Termasuk Skizofrenia karena memenuhi kriteria:


 Adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik.
 Sering berada dalam keadaan gaduh gelisah (excitement)
 Semua gejala tersebut berlangsung lebih dari satu bulan.
 Semua gejala Skizofrenia fase aktif yang berlangsung lebih dari satu bulan
tersebut tidak bersamaan dengan episode depresif berat atau episode manik
selama lebih dari enam bulan.
 Tidak disebabkan oleh penyakit otak
Memenuhi Kriteria untuk Skizofrenia Paranoid, karena :
 Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia.
 Sering kali bersifat paranoid
 Disertai oleh halusinasi visual, halusinasi auditorik
 Iritabilitas, kemarahan tiba-tiba, penurunan afek, hendaya dalam dorongan
kehendak (volition) tidak mendominasi.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 12


Gangguan mental dan organik akibat penggunaan zat (F1) juga dapat
disingkirkan karena meskipun pasien pernah merokok, tetapi zat-zat tersebut tidak
menyebabkan gangguan jiwa yang nyata dialami pasien.
Pasien memiliki riwayat halusinasi dengan bisikan (comanding) (+) serta
halusinasi lihat berupa roh-roh. . Pasien juga memilki riwayat perilaku aneh (bizzare)
yang hampir mengarah ke arah waham, dan rasa curiga yang berlebihan. Berdasaran
gejala dan tanda yang ditemukan pada pasien, diagnosis lebih diberatkan pada F20.0
yaitu Skizofrenia Paranoid. Jika dilihat dari perjalanan penyakit pasien yang sudah
mengalami perbaikan tetapi masih ada gejala negatif, maka lebih jauh ditegakan
diagnosis skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F20.04)

 Diagnosis aksis II
Dari hasil alloanamnesis dengan keluarga pasien, serta dari hasil observasi
terhadap pasien, tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian, tetapi didapatkan
adanya ciri kepribadian pasien yang pendiam sehingga memungkinkan mengarah
pada Ciri Kepribadian Skizoid.

 Diagnosis aksis III


Dari hasil autoanamnesis serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis,
tidak ditemukan kondisi medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat
ini, dapat disimpulkan belum ada diagnosis pada aksis III.

 Diagnosis aksis IV
Pasien dan keluarganya memiliki masalah ekonomi. Selain itu, pasien belum
mempunyai pekerjaan sehingga penghasilan sehari-hari hanya di dapat dari istrinya.

 Diagnosis aksis V
Skala GAF saat masuk RS : 50-41 ( gejala berat, disabilitas berat).
a) Fungsi Pekerjaan : Pasien tidak bekerja
b) Fungsi Sosial / keluarga : Pasien mengalami gangguan dalam bersosialisasi dan
komunikasi dengan keluarga.
c) Fungsi Perawatan Diri : Pasien kurang dalam merawat dirinya.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 13


Skala GAF saat ini : 80-71 (Gejala sementara dan dapat diatasi, diasabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
Pasien sudah dapat mandiri dan melakukan aktivitas biasa seperti
membereskan dan membersihkan ruangan rawatnya. Kemampuan pasien untuk
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman di ruangan baik. Gejala sudah hilang
dibawah pengaruh obat.

VII. Evaluasi Multiaksial


Aksis I : F20.04 Skizofrenia paranoid remisi tak sempurna
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah ekonomi dan masalah pekerjaan
Aksis V : Skala GAF saat ini : 80-71 (Gejala sementara dan dapat diatasi, diasabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

IX. Daftar Masalah


1. Masalah organobiologik
 Tidak ditemukan.
2. Masalah psikologik
 Afek tumpul
 Kepribadian skizoid
 Riwayat kekacauan perilaku
 Riwayat halusinasi auditorik dan halusinasi visual
 Riwayat waham cemburu
3. Masalah sosioekonomi
 Kesulitan ekonomi
 Masalah pekerjaan

X. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 14


XI. Penatalaksaan
1. Psikofarmaka
Haloperidol 3 x 2,5 mg
CPZ 1 x 100 mg
Triheksifenidil 1 x 2 mg
2. Psikoterapi
Psikoterapi dilakukan bersamaan dengan pemberian psikofarmaka, dilakukan
terhadap pasien dan keluarga.

Terhadap pasien :

- Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan edukasi


tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, dampak, faktor penyebab,
cara pengobatan, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat
meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa
dikemudian hari. Selain itu, harus dijelaskan pula bahwa pengobatan akan
berlangsung lama, adanya efek samping obat dan pengaturan dosis obat hanya
boleh diatur oleh dokter.

- Memberikan psikoterapi suportif dengan memotivasi pasien untuk terus


minum obat secara teratur, serta memiliki semangat untuk sembuh. Juga
memberikan dukungan atas hal-hal positif yang dilakukan pasien seperti
kegiatan – kegiatan positif yang dapat dilakukan pasien.

Terhadap keluarga:
a. Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, gejala,
kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu kekambuhan, dan
prognosis sehingga keluarga dapat memberikan dukungan kepada pasien.
b. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien berinteraksi dan
beraktivitas serta membantu hubungan sosial pasien ketika pasien sudah kembali
ke rumah.
c. Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk kontrol rutin dan
minum obat secara teratur.
d. Menginformasikan bahwa penyakit ini bersifat jangka panjang sehingga
dibutuhkan kesabaran dan perhatian keluarga.

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 15


Faktor yang mendukung prognosis :
1. Pasien mau untuk minum obat
2. Dukungan dari keluarga untuk kesembuhan pasien

Faktor yang memperburuk prognosis :


1. Gangguan jiwa yang berulang atau kambuh
2. Ciri kepribadian skizoid
3. Adanya masalah ekonomi dan pekerjaan

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 16


DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Depkes
RI: 1993
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s Synopsis of Psikiatry: Behavioral
Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. USA: Lippincott, Williams and Wilkins: 2007.
3. Redayani, P. 2008. Wawancara Psikiatrik, Pemeriksaan Status mental dan
Psikopatologi. FKUI; Jakarta.
4. Diatri, H. 2009. Wawancara Psikiatrik dan Pengenalan Tanda dan Gejala. Dept.
Psikiatri FKUI/RSCM. Situs: http://repository.ui.ac.id/contents/
5. Surjo & Vita. 2009. Tanda & Gejala Klinis Psikiatri. Dept. Psikiatri FKUI/RSCM.
Situs: http://repository.ui.ac.id/contents/

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Page 17

Anda mungkin juga menyukai