Anda di halaman 1dari 25

Clinical science Session (CSS)

GASTROPATI DIABETIKUM

Oleh : Fadel Mahfuzd, S. Ked


G1A218090

Dosen Pembimbing :
Dr. Aywar Zamri, Sp.PD-KEMD. FINASIM
Bab I pendahuluan
Komplikasi terkait diabetes melitus dapat terjadi pada banyak sistem organ dan
bertanggung jawab pada mortalitas serta morbiditas yang diakibatkan oleh
penyakit tersebut.

Keterlambatan pengosongan lambung sering ditemukan pada pasien dengan


DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang sudah lama.

Gastropati diabetik” dimana cakupannya tidak hanya keterlambatan


pengosongan lambung, tetapi juga diikuti dengan adanya kembung, mual, rasa
tidak nyaman dan lainnya.

Kontrol glikemik memiliki peran penting dalam tatalaksana gastropati diabetikum,


namun hal tersebut seringkali kurang diperhatikan.

1. Diabetes Mellitus: Complication In Harrison’s Principles of Internal Medicine 20th Edition. McGraw Hill Education:USA. 2018.
p 2875-2883
2. Kuo P, Rayner CK, Jones KL, & Horowitz M. Patophisiology and Management of Diabetic Gastropathy A Guide for
Endocrinologists. Drugs 2007; 67 (12): 1671-1687
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

komplikasi Tatalaksana

Penegakan
Defenisi Gastropati Diagnosa
Diabetikum

epidemiologi Patogenesis Gejala Klinis


1. Defenisi

Gastropati diabetikum merupakan kata yang melingkupi


sejumlah disfungsi neuromuscular pada lambung yang
meliputi abnormalitas pada kontraktilitas, tonus dan
aktivitas myoelektrikal lambung pada pasien dengan
diabetes.

3. Koch KL. Diabetic Gastropathy Gastric Neuromuscular Dysfunction in Diabetes Melitus A Review Of Symptoms, Patophysiology,
and Treatment. Digestive Disease and Science 1999; 44(6): 1061-1075
4. Koch KL. Gastric Neuromuscular Function and Neuromuscular Disorder In Sleisenger and Fordtran’s Gastrointerstinal and Liver
Disease Pathophysiology/ diagnosis/ management 10th Edition Volume 1. Elsevier Saunders: USA. 2016 . p 811-838
2. Epidemiologi

• persentase rendah DM tipe I adalah 5,2% dan pada DM tipe II adalah 1%.
• Penelitian di Australia menunjukkan pasien dengan DM tipe II memiliki gejala
gastrointestinal dibandingkan dengan kontrol.
• Sebuah penelitian rujukan tersier pada DM dan dilakukan scintigrafi didapatkan :
1. 42% waktu pengosongan lambung normal
2. 36% mengalami keterlambatan pengosongan lambung
3. 22% waktu pengosongan lambung yang cepat
• Penelitian di Desa olmstead ; prevalensi pria 9.6 per 100.000. pada wanita 37,8
per 100.000

5. Krishnan B, Babu S, Walker J, Walker AB, Pappachan JM. Gastrointestinal complication of diabetes mellitus. World Journal of Diabetes. 2013; 4(3):
51-63
6. Bharucha AE. Epidemiology and Natural History of Gastroparesis. Gastrointerstinal Clin North. 2014; 44(1): 9-19
7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
3. Patogenesis
Glucose-Gut-Incretins-Islet Cross-Talk

• Glukosa : faktor terkuat dalam mempengaruhi


pengosongan lambung
• Hormon pada usus dan islet juga mempengaruhi
pengosongan lambung dengan mengubah glukosa
intragastrik dan intraduodenale

Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends


in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
Neuropati Enterik

• Pasien dengan gastroparesis seringkali menunjukkan bukti adanya


neuropati otonom Demielinisasi

Mekanisme Intrinsik
• Peningkatan kadar stres oksidatif yang diakibatkan oleh rendahnya
kadar heme oksigenase-1 (HO-1)
• hilangnya ekspresi nNos dan ICC
• Jalur kerusakan ICC berasal dari : Insulinopenia, defisiensi IGF-1 dan
Stress Oksidatif

Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends


in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
 Patologi Neuromuskular Enterik dan Gastrik

Abnormal histologisnya meliputi :


Gelombang
a. Ketiadaan atau kelainan pada ICC abnormal dan
gejala
b. Berukurangnya serabut saraf gastroparesisi
berat
c. Peningkatan fibrosis otot polos
d. Infiltrat imun

Tidak ada perbaikan terapi stimulus


elektrik
Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends
in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
Gastroparesis Diabetikum Iatrogenik dan Induksi Obat

Penyebab iatrogenik yang diketahui


adalah inhibisi vagal akibat cidera
vagal setelah fundoplikasi pasien GERD
dan penggunaan obat yang
mempengaruhi pengosongan lambung

Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends


in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
4. Gejala Klinis
 Statis pada lambung biasanya menimbulkan mual, muntah dan gejala
dispeptik (rasa mudah kenyang, terasa penuh ataupun kembung)
disamping adanya anoreksia.

 Saat gejala semakin memburuk, penurunan berat


badan serta kekurangan nutrisi akan sering terjadi.

 Nyeri abdominal bersifat kronik dan responnya buruk


terhadap terapi biasa.

 Pada pasien diabetes, beresiko tinggi mengalami


hipoglikemi.

8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
5. Penegakan Diagnosis

• Anamnesis mengenai gejala tipikal (adanya keterlambatan


pengosongan lambung, cepat kenyang, kembung, mual dan
muntah.), menyingkirkan adanya kelainan obstruksi saluran
cerna, dan menkonfirmasi adanya keterlambatan pengosongan
lambung.

• Menggunakan sistem scoring, yang sering digunakan adalah


GCSI

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
5. Penegakan Diagnosis

• Sistem Scoring GCSI7


• GCSI merupakan instrument berdasarkan gejala pasien yang skornya terdiri dari
3 subskala untuk 3 gejala utama:
• Mudah kenyang
• Mual/Muntah
• Kembung
• Pasien ditanyai mengenai keluhan untuk menilai keluhan dengan sekala 0-5
dimana 0 adalah tidak ada dan 5 adalah sangat berat. Satu kelemahan scoring ini
adalah tidak meliputi keluham nyeri abdominal.

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
5. Penegakan Diagnosis

Derajat Keparahan Gastroparesis7


• Sistem scoring lain yang mengelompokkan derajat gastroparesis sebagai berikut:

Grade 1 Grade 2 Grade 3


Pasien refrakter terhadap
meliputi gejala sedang terapi, tidak mampu
meliputi gejala intermiten berat namun tidak ada mendapat nutrisi secara oral
ringan yang terkontrol penurunan berat badan, dan membutuhkan kunjungan
dengan modifikasi diet dan membutuhkan terapi IGD yang sering. Pasien ini
dan menghindari agen antiemetik dan prokinetik membutuhkan pemasangan
IVFD, pengobatan, nutrisi
pencetus untuk mengontrol enteral atau parenteral dan
keluhan. terapi endoskopis atau
pembedahan.
7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
5. Penegakan Diagnosis

• Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dapat menunjukkan hasil yang


normal atau tanda tanda penurunan berat badan, serta kurang nutrisi.4

• Dalam diagnosis gastropati diabetikum, terdapat beberapa modalitas


pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :9
• Scintygraphy Pengosongan Lambung8,9
• Breath Test Pengosongan Lambung8,9
• Wireless Motility Capsule8,9
• USG7
• Electrogastrografi7

4. Koch KL. Gastric Neuromuscular Function and Neuromuscular Disorder In Sleisenger and Fordtran’s Gastrointerstinal and Liver Disease Pathophysiology/ diagnosis/
management 10th Edition Volume 1. Elsevier Saunders: USA. 2016 . p 811-838
7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
5. Penegakkan Diagnosis
• Scintygraphy Pengosongan Lambung

Pemeriksaan ini merupakan gold-standard dalam


menegakkan diagnosis. Makanan yang digunakan
adalah makanan rendah lemak dan dapat digabungkan
dengan cairan isotope. Setelah berpuasa dari malam
hari, makanan yang sesuai standar tersebut dimakan
dalam 10 menit, dan pegambilan gambar dilakukan
pada jam pertama, kedua dan keempat dengan pasien
dalam posisi tegak. Hasil dari uji adalah, jika retensi
>60% pada jam kedua atau >10% pada jam ke 4
menandakan adanya keterlambatan. Pertimbangan
dalam pemeriksaan ini adalah wanita mengalami
keterlambatan sekitar 15% dibandingkan laki laki.

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
5. Penegakan Diagnosis

Breath Test Pengosongan Lambung


Uji ini bergantung pada makanan uji yang mengandung karbon radiolabel
(asam oktanoit). Persiapan uji sama dengan pemeriksaan scintygrafi. Karbon yang
terkandung dalam makanan akan keluar melalui pernafasan dan diukur saat 4 atau
6 jam kemudian. Adanya hal-hal yang dapat mempengaruhi peningkatan jumlah
nafas mesti dihindari. Pemeriksaan ini dapat memiliki keakuratan yang mirip
dengan scintygrafi.

8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
5. Penegakan Diagnosis

Wireless Motility Capsule8,9


SmartPill dapat menilai pH, tekanan, suhu, dan waktu transit didalam
lambung. Data dikirim langsung ke alat receiver. SmartPill ditelan bersamaan dengan
makanan standar. Adanya obat yang menekan pH lambung harus dihentikan sebelum
pengujian. Pergerakan SmartPill dari lingkungan asam ke lingkungan basa menandai
waktu transit dari lambung ke duodenum. Biasanya sekitar 5 jam.

8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
5. Penegakan Diagnosis

USG
USG transabdominal dapat digunakan untuk mengukur pengosongan
makanan cair yang diperiksa secara serial terhadap volumenya. Pengosongan lambung
dinilai komplit jika volume antrum kembali seperti semula. Pemeriksaan ini dapat
dipilih untuk pasien hamil dan anak-anak untuk meminimalkan radiasi. Kelemahan
pemeriksaan ini adalah operator dependence, hanya reliabel pada pengosongan
makanan cair dan kurang bak untuk pasien obesitas.

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
5. Penegakan Diagnosis

Electrogastrografi
Pemeriksaan ini dapat bermanfaat sebagai pemeriksaan tambahan. EGG
mengukur aktivitas myoelektrikal gelombang lambat melalui elektroda kutaneus yang
diletakkan disepanjang sumbu aksis lambung. Dilakukan perekaman 45-60 menit
preprandial dan 45-60 menit postprandial.

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
Tatalaksana
Non Farmakologi
Modifikasi Diet

Selain perbaikan nutrisi, hidrasi dan keseimbangan elektrolit perlu diperbaiki.

• Diet sedikit namun sering (4 hingga 6 kali perhari) cenderung dipilih.

• Makanan harus rendah lemak dan serat karena adanya keterlambatan pengosongan lambung.

• Merokok dan alkohol harus dihindari karena dapat memperlambat pengosongan lambung.

• Penggunaan cairan berkalori tinggi juga dapat membantu dalam penatalaksanaan gastroparesis.

• Jika tidak dapat diberikan nutrisi secara oral, perlu dipertimbangkan untuk pemberian secara enteral.

• Dapat dilakukan pemasangan nasojejunal tube saat pertamakali, dan dilanjutkan dengan jejunostomy tube jika
diperlukan.

7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
Farmakologi
• Prokinetik9
• Beberapa obat prokinetik telah berhasil menatalaksana gejala
gastroparesis. Agen ini meliputi meoclopramide, domperidone,
erythromycin dan cisapride. Agen prokinetik terbaru adalah tegaserod,
sildenafil.
• Antiemetik4,9
• Phenothiazine
• Antagonis reseptor serotonin 5-HT3
• Terapi Lainnya7
• Injeksi Botulinum Intrapylorik
• Pyloroplasty
• Stimulasi Elektrikal Gastrik
• Operatif
4. Koch KL. Gastric Neuromuscular Function and Neuromuscular Disorder In Sleisenger and Fordtran’s Gastrointerstinal and Liver Disease Pathophysiology/ diagnosis/
management 10th Edition Volume 1. Elsevier Saunders: USA. 2016 . p 811-838
7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6): 850-861
Komplikasi
Esofagitis

Mallory-weiss tear akibat mual muntah kronik

Malnutrisi

Gangguan keseimbangan elektrolit

Terbentuknya bezoar

Kegawat daruratan yang berhubungan dengan hiperglikemi


7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes Therapy 2018; 9(1): S1-S42
Bab III Kesimpulan
• Gastropati diabetikum merupakan kata yang melingkupi sejumlah disfungsi neuromuscular pada lambung
yang meliputi abnormalitas pada kontraktilitas, tonus dan aktivitas myoelektrikal lambung pada pasien
dengan diabetes. Abnormalitas yang terjadi beragam, dari yang bersifat takigastria hingga hipomotilitas
antrum, dan juga gastroparesis yang jelas.
• Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis dapat ditanya gejala seperti mudah merasa kenyang, kembung, mual muntah serta nyeri
abdominal. Untuk membantu penilaian outcome dapat dilakukan pengelompokan berdasarkan scoring
yang ada. Pada pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan hasil yang normal pada pemeriksaan umum,
namun pada kasus yang berat dapat ditemukan adanya tanda kekurangan nutrisi dan dehidrasi. Golden
standard pada gastropati diabetikum adalah scintygraphy pengosongan lambung untuk memastikan
adanya keterlambatan dalam pengosongan lambung.
• Penatalaksanaan dari gastropati diabetikum terdiri dari modifikasi diet, farmakologis, dan terapi lainnya
meliputi tindakan operatif. Penatalaksanaan yang baik dapat mencegah gastropati diabetikum menjadi
berat, refrakter, dan timbulnya komplikasi lebih lanjut.
Daftar Pustaka

1. Diabetes Mellitus: Complication In Harrison’s Principles of Internal Medicine 20th Edition. McGraw Hill
Education:USA. 2018. p 2875-2883
2. Kuo P, Rayner CK, Jones KL, & Horowitz M. Patophisiology and Management of Diabetic Gastropathy A
Guide for Endocrinologists. Drugs 2007; 67 (12): 1671-1687
3. Koch KL. Diabetic Gastropathy Gastric Neuromuscular Dysfunction in Diabetes Melitus A Review Of
Symptoms, Patophysiology, and Treatment. Digestive Disease and Science 1999; 44(6): 1061-1075
4. Koch KL. Gastric Neuromuscular Function and Neuromuscular Disorder In Sleisenger and Fordtran’s
Gastrointerstinal and Liver Disease Pathophysiology/ diagnosis/ management 10th Edition Volume 1.
Elsevier Saunders: USA. 2016 . p 811-838
5. Krishnan B, Babu S, Walker J, Walker AB, Pappachan JM. Gastrointestinal complication of diabetes mellitus.
World Journal of Diabetes. 2013; 4(3): 51-63
6. Bharucha AE. Epidemiology and Natural History of Gastroparesis. Gastrointerstinal Clin North. 2014; 44(1):
9-19
7. Krishnasamy S, Abell TL. Diabetic Gastroparesis: Principle and Current Trends in Management. Diabetes
Therapy 2018; 9(1): S1-S42
8. Vanormelingen C, Tack J, Andrews CN. Diabetic Gastroparesis. British Medica Bulletin. 2013; 105: 213-230
9. Kumar M, et al. The Invetigation and Treatment of Diabetic Gastroparesis. Clinical Therapeutics 2018; 40(6):
850-861

Anda mungkin juga menyukai